Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

ILMU PENYAKIT BEDAH

KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Oleh :

Elsyah Triani Dewi


16710279

Pembimbing:

dr. Duryanto Oesman, Sp.B

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya

SMF Ilmu Bedah di RSD dr.Soebandi Jember

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2017

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... 1


DAFTAR ISI ........................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
2.1 Definisi .............................................................................................. 5
2.2 Anatomi ............................................................................................. 5
2.3 Epidemiologi .................................................................................... 12
2.4 Klasifikasi......................................................................................... 13
2.5 Patofisiologi ..................................................................................... 14
2.6 Manifestasi Klinis ............................................................................ 15
2.7 Tatalaksana ....................................................................................... 16
2.8 Komplikasi ....................................................................................... 18
2.9 Diagnosa Banding ............................................................................ 19
BAB 3. LAPORAN KASUS .................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 34

2
BAB 1
PENDAHULUAN

Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada manusia yang
dapat diikuti perkembangannya secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak
permulaan. Pengawasan dan penemuan tumor kulit dapat dilakukan dengan lebih
teliti dan dini, apabila masyarakat juga ikut ditingkatkan pengetahuannya.
Pengetahuan ini meliputi penjelasan khusus tentang tumor melalui media masa
(radio,TV, surat kabar dan lain-lain) serta meningkatkan daya pikir masyarakat pada
umumnya. Dengan meningkatnya pengetahuan, maka daya tangkap mengenai
penjelasan melalui media masa menjadi lebih mantap, dan diharapkan masyarakat
akan datang secara sadar untuk berkonsultasi dengan dokter atau pusat-pusat
kesehatan terdekat.
Tumor kulit dapat dibagi menjadi tumor jinak, tumor prakanker dan tumor
ganas. Tumor ganas dilihat dari segi histopatologi mempunyai strukur yang tidak
teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus dan
sitoplasma umumnya pertumbuhannya cepat (kecuali basalioma) dengan gambaran
mitosis yang abnormal (Djuanda et al,1987). Jenis tumor ganas kulit yang banyak
ditemukan diseluruh dunia meliputi karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa dan
melanoma maligna.
Karsinoma sel skuamosa atau disebut sebagai Squamous Cell Carcinoma
adalah neoplasma maligna yang berasal dari keratinizing cell/keratinocytes dari
epidermis dengan karakteristik terjadinya anaplasia, tumbuh cepat, menginfiltrasi
jaringan sekitar dan mempunyai potensi untuk metastasis. Manifestasi klinis KSS
lebih sering dijumpai pada area leher dan kepala pada kulit putih dan pada daerah
yang tidak terekspos matahari pada kulit hitam, dan orang asia.
Potensi metastase dari KSS tergantung dari kedalaman infiltrasinya. Semakin
dalam infiltrasinya, semakin tinggi potensi untuk metastasis. Rekurensi tumor juga
mempunyai risiko metastasis lebih tinggi. Adanya infiltrasi/invasi perineural

3
mempunyai potensi untuk metastasis sebesar 35%. KSS pada bibir, daun telinga, dan
pada daerah dengan jaringan parut dan inflamasimempunyai potensi untuk metastasi
lebih besar.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Karsinoma sel skuamosa atau disebut sebagai Squamous Cell Carcinoma
adalah neoplasma maligna yang berasal dari keratinizing cell/keratinocytes dari
epidermis dengan karakteristik terjadinya anaplasia, tumbuh cepat, menginfiltrasi
jaringan sekitar dan mempunyai potensi untuk metastasis (Manuaba, 2010).

2.2 ANATOMI
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm - 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong (McLafferty E et al, 2012).

Kulit melindungi tubuh dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri,


virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan
seluruh kulit,maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit-elektrolit
yang penting akan menghilang dari tubuh, akan menguap dan elektrolit-elektrolit
akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan ini adalah penderita luka
bakar. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat
berkat jalinan ujung-ujung saraf yang bertautan.

5
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat. Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan
pokok terdiri dari : a. lapisan epidermis, b. lapisan dermis, c. subkutis, sedangkan
alat-alat tambahan juga terdapat pada kulit antara lain kuku, rambut, kelenjar sebacea,
kelenjar apokrin, kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang terdapat pada kulit
dinamakan appendices atau adneksa kulit.

Gambar 2.1 Anatomi Kulit

A. EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal

6
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi
barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel,
pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :

1. Stratum Korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin atau zat tanduk.
2. Stratum Lusidum adalah lapisan kulit yang terdapat langsung dibawah stratum
korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2-3 lapis sel-sel gepeng
dengan sitoplasma yang terisi oleh granula basofilik kasar (granula keratohialin)
yang mengandung protein kaya akan histidin. Mukosa biasanya tidak mempunyai
lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
4. Stratum Spinosum (stratum malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang
berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak
ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya.
Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel
(intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin.
Diantara sel spinosum terdapat pula sel langerhans.
5. Stratum Basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubis (kolumnar) yang tersusun
vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini

7
mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis
sel yaitu sel yang berbentuk kolumnar dan sel pembentuk melanin.

B. DERMIS

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung dan paling
tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan epidermis ini tidaklah sebagai
bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang. Bagian dermis yang menonjol ke
dalam epidermis dinamakan papilla, sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke
dermis disebut rete ridge. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength,
suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.

Dermis ini tersusun dari beberapa unsur atau organ yang meliputi: unsur
seluler, unsur fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limfe, sistem saraf.
Kelima unsur atau organ yang menyusun dermis akan kita bahas satu demi satu.

1. Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang terdiri dari:

 Fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan substansi


dasarnya
 Sel mast : merupakan sel pembentuk dan penyimpanan histamin dan
histamine like substance yang berperan dalam anafilaksis.
 Makrofag : merupakan sel fagosit yang berfungsi memfagosit bahan-bahan
asing fan mikroorganisme.
 Leukosit : Banyak dijumpai pada proses-proses peradangan yang dapat berupa
mononuklear ataupun granulosit.

2. Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada stratum
papilaris. Unsur fibrous terdiri dari :

8
 Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan ikat, serabut ini
terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin dari rantai polypeptide. Serabut
ini bertanggung jawab pada ketegangan kulit merupakan unsure pembentuk
garis langer (cleavage line)
 Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut elastin, ini juga
dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya lebih halus disbandingkan dengan
kolagen. Serabut elastin ini bertanggung jawab atas elastisitas kulit.
 Retikulin : Merupakan serabut kolagen yang masih muda dan hanyalah dapat
dilihat dengan pewarna khusus.
 Substansi dasar, tersusun dari bahan mukopolisakaris (asam hialuronat dan
dermatan sulfat), yang juga dibentuk oleh fibroblast. Substansi dasar hanya
merupakan 0,1% dari berat kering jaringan ikat, tetapi substansi dasar ini
mampu menahan sejumlah air, sehingga akan menempati ruang terbesar dari
dermis.
 Pembuluh darah dan limfe :
Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit merupakan 10%
dari seluruh peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh darah di dalam kulit
terdiri dari 2 plexus yaitu :

1. Plexus superficialis : terdapat pada bagian atas dermis dan tersusun sejajar
dengan epidermis. Plexus superficialis ini terdiri dari atas kepiler-
kapiler, endarteriole dan venulae yang member makan ke papilla.
2. Plexus profunda : Terdapat pada bagian bawah dermis atau dekat subcutis
dan terutama terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar dari
pada plexus superficialis.

Pada jari-jari di antara arteriol dan venule terdapat kelompokan otot polos yang
mempunyai fungsi khusus yaitu mengatur shunt arterio-venosa dan sering

9
dinamakan glomus. Sedangkan pembuluh limfe biasanya mengikuti pembuluh
darah.

1. Sistem saraf

Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen. Sebagian besar
terdapat pada wajah dan ekstremitas, sedangkan pada punggung relative sedikit.
Serabut saraf ini mempunyai akson dengan badan sel yang berada pada dorsal
root ganglia . Serabut saraf ini masuk kulit melalui lapisan lemak subkutan,
kemudian masing-masing terbagi dua yaitu serabut saraf bermyelin dan serabut
saraf tidak bermyelin. Serabut saraf bermyelin berjalan horizontal membentuk
anyaman dengan serabut yang sama, kemudian naik ascenden bersama pembuluh
darah dan menginervasi dermis bagian superficial. Dalam perjalanan selanjutnya
serabut ini dibungkus oleh sel Schwann dan sebagian tidak bermyelin. Sebagian
berakhir di dermis, beberapa melakukan penetrasi membrane basalis tetapi tidak
jauh melanjut ke epidermis.

Ada 3 macam serabut saraf yang terdapat pada kulit, yaitu :

1. Serabut adrenergik : berfungsi untuk menginervasi pembuluh darah (untuk


vasokonstriksi pembuluh darah, m erector papilare (untuk kontraksi otot
tersebut), dan kelenjar apokrin (untuk pengatur sekresi kelenjar apokrin.
2. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.
3. Serabut sensorik : berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar tubuh. Ada
beberapa akhiran serabut saraf sensorik, yaitu : Korpuskulum Meisnerri,
Korpuskulum Paccini, Akhiran serabut saraf bebas.

Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut :

10
1. Korpuskulum Meisnerri berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan
tekanan ringan. Terdapat pada papilla dermis dan paling banyak dapat
dijumpai pada telapak tangan dan kaki.
2. Korpuskulum Paccini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan dalam
dan terdapat pada dermis bagian dalam terutama pada bagian-bagian badan
yang sering menahan beban berat.
3. Akhiran saraf rambut bebas berfungsi untuk menerima rangsangan panas,
dingin, nyeri, gatal. Akhiran saraf bebas ini terdapat terutama pada papilla
dermis dan sekitar folikel rambut.

Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis.
Dengan menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri
dari 4 komponen yaitu, membran sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah
intermembranous, lamina basalis, komponen fibrous dermis yang dapat dilihat
dengan mikroskop biasa dengan pewarna khusus menggunakan PAS. Zone
membrane basalis ini merupakan filter semipermeable yang memungkinkan
pertukaran sel dn cairan antara dermis dan epidermis(2).

C. SUBKUTIS

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari atas
jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,
besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel
ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula
dan fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai
cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembulu darah
dan getah bening.

Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di


abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, didaerah kelopak mata dan penis

11
sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan. Fungsi Subkutis /
hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol
bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus yaitu pleksus yang terletak


dibagian atas dermis (pleksus superfisialis) dan yang terletak disubkutis (pleksus
profunda). Pleksus yang didermis mengadakan anastomose di papil dermis,
pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomose,
dibagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan
pembuluh darah terdapat saluran getah bening.

2.3 EPIDEMIOLOGI
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu dari 10 jenis kanker yang
paling sering terjadi diseluruh dunia, dengan insidensi pada pria 5% dan wanita
2%. Di Amerika Serikat karsinoma sel skuamosa kulit merupakan tumor ganas
kulit non melanoma ke-2 terbanyak setelah karsinoma sel basal dan merupakan
20 % dari keganasan kulit. Pada data American Cancer Society didapatkan
perbandingan antara karsinoma sel skuamosa kulit dengan karsinoma sel basal
1:3 (Stratigos et al,2015).
Karsinoma sel skuamosa kulit lebih sering dijumpai pada orang kulit putih
daripada kulit berwarna dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan
dengan wanita, terutama pada usia 40–50 tahun (Davis and Bordeaux,2013).
Insiden karsinoma sel skuamosa kulit meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Kekambuhan karsinoma sel skuamosa kulit kulit masih tinggi yaitu 2 % dan
8,9 % paska eksisi luas dengan batas eksisi pada jarak 2 cm dari tepi tumor,
paska radioterapi 7 % - 50 % dan 20 % paska kuretase dan elektrodeseksi.

12
2.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi dari karsinoma sel skuamosa kulit mempergunakan sistem TNM
dari UICC, yaitu :
T untuk besar tumor primer, dibagi atas :
o Tx keadaan awal, tumor sulit dijumpai
o Tis karsinoma insitu, sel-sel tumor belum menginfiltrasi lapisan
papilaris dermis
o T0 tumor primer tidak ditemukan
o T1 diameter tumor terbesar < 2 cm, terletak superfisial atau di lapisan
epidermis atau tumbuh exofitik
o T2 diameter tumor terbesar 2 – 5 cm atau sudah ada infiltrasi minimal
ke dermis
o T3 diameter tumor terbesar > 5 cm atau sudah ada infiltrasi ke dalam
dermis
o T4 tumor yang sudah mengenai unsur lain : fascia, otot, tulang rawan,
Tulang

Diameter dari tumor juga berpengaruh terhadap timbulnya metastase


dan terjadinya kekambuhan karena pada lesi yang luas umumnya gambaran
differensiasinya moderat dan buruk kemungkinannya terjadinya kekambuhan
menjadi lebih besar.

o N untuk limfonodi yang terkena dibagi atas :


o Nx keadaan awal dari penyebaran ke limfonodi regional sulit diketahui
o N0 tidak dijumpai kelenjar limfe regional yang membesar
o N1 ada pembesaran kelenjar limfe regional

o M untuk metastase jauh yang terjadi:


o Mx keadaan awal untuk mengetahui metastase sulit

13
o M0 tidak ada metastase jauh
o M1 ada metastase jauh pada organ lain (paru, tulang, hepar, otak,
pleura)

Metastase karsinoma sel skuamosa kulit yang sebelumnya normal


yaitu 3 %, mukokutan metastase 11 %, skar luka bakar atau adanya lesi
sebelumnya metastase 10 – 30 %. Sedangkan proses terjadinya metastase dari
sakit selang 1 bulan 2,5 %, 6 bulan 40 %, 1 tahun 70 %.

Stadium klinis berdasarkan TNM yaitu :


 Stadium I = T1N0M0
 Stadium II = T2 – T3 N0M0
 Stadium III = T4N0M0 atau any TN1M0
 Stadium IV = Any T Any N dan M1

Stadium klinis ini berpengaruh terhadap kekambuhan karsinoma sel


skuamosa kulit karena pada stadium yang lebih tinggi sudah terjadi metastase
pada kelenjar limfe regional ataupun T dari tumor yang lebih besar atau sudah
infiltrasi lebih dalam. Pertumbuhan sel kanker juga dikarenakan zeta chain
TCR (T cell receptor) yang hilang. Makin banyak zeta chain yang hilang
maka makin agresif atau makin tinggi stadiumnya.

2.5 PATOFISIOLOGI
Patogenesis molekuler KSS mencerminkan akumulasi perubahan
genetik yang terjadi selama periode bertahun-tahun. Perubahan ini terjadi pada
gen-gen yang mengkodekan protein yang mengendalikan siklus sel,
keselamatan sel, motilitas sel dan angiogenesis. Setiap mutasi genetik

14
memberikan keuntungan pertumbuhan yang selektif, membiarkan perluasan
klonal sel-sel mutan dengan peningkatan potensi malignansi.
Karsinogenesis merupakan suatu proses genetik yang menuju pada
perubahan morfologi dan tingkah laku seluler. Gen-gen utama yang terlibat
pada KSS meliputi proto-onkogen dan gen supresor tumor (tumor suppresor
genes/TSGs). Faktor lain yang memainkan peranan pada perkembangan
penyakit meliputi kehilangan alel pada rasio lain kromosom, mutasi pada proto-
onkogen dan TSG, atau perubahan epigenetik seperti metilasi atau histonin
diasetilasi DNA. Faktor pertumbuhan sitokin, angiogenesis, molekul adesi sel,
fungsi imun dan regulasi homeostatik pada sel-sel normal yang mengelilingi
juga memainkan peranan.

2.6 MANIFESTASI KLINIS


Karsinoma sel skuamosa kulit pada umumnya sering terjadi pada usia 40
– 50 tahun dengan lokasi yang tersering adalah pada daerah yang banyak
terpapar sinar matahari seperti wajah, telinga, bibir bawah, punggung, tangan
dan tungkai bawah.
Secara klinis ada 2 bentuk karsinoma sel skuamosa kulit :
1. Karsinoma sel skuamosa kulit insitu
Terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit yang telah ada
sebelumnya seperti solar keratosis, kronis radiasi keratosis, hidrokarbon
keratosis, arsenikal keratosis, kornu kutanea, penyakit Bowen dan eritroplasia
Queyrat. Karsinoma sel skuamosa kulit insitu ini dapat menetap di epidermis
dalam jangka waktu lama dan tak dapat diprediksi, dapat menembus lapisan
basal sampai ke dermis dan selanjutnya bermetastase melalui saluran getah
bening regional.

15
2. Karsinoma sel skuamosa kulit invasif
Karsinoma sel skuamosa kulit invasif dapat berkembang dari karsinoma
sel skuamosa kulit insitu dan dapat juga dari kulit normal, walaupun jarang.
Karsinoma sel skuamosa kulit yang dini baik yang muncul pada karsinoma
insitu, lesi pramaligna atau kulit yang normal, biasanya adalah berupa nodul
kecil dengan batas yang tidak jelas, berwarna sama dengan warna kulit atau
agak sedikit eritema. Permukaannya mula-mula lembut kemudian berkembang
menjadi verukosa atau papilamatosa. Ulserasi biasanya timbul di dekat pusat
dari tumor, dapat terjadi cepat atau lambat, sering sebelum tumor berdiameter 1
– 2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan mudah berdarah, sedangkan
pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras, dapat dijumpai adanya krusta

2.7 TATALAKSANA
Prinsip penanganan karsinoma sel skuamosa kulit adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan tindakan pilihan utama dan bisa
dipergunakan baik terhadap lesi yang kecil maupun yang besar. Pembedahan
harus dilakukan dengan pembiusan total karena pembiusan lokal dapat terjadi
penyeberangan dari sel-sel tumor mengikuti ujung jarum suntik yang
dipergunakan. Pembedahan yang dilakukan sebagai terapi dari karsinoma sel
skuamosa kulit adalah eksisi luas dengan batas irisan dari tepi tumor sebesar 2
cm atau lebih dalam 2 cm.
Ada beberapa ahli yang mengatakan bila diameter terpanjang tumor
tersebut < 2 cm maka irisan cukup 1 cm dari tepi tumor, sedangkan bila
diameter terpanjang dari tumor tersebut > 2 cm maka dianjurkan untuk
melakukan irisan 2 cm atau lebih. Penanganan terhadap luka pasca eksisi dapat
dilakukan penutupan primer, hanya dianjurkan jangan melakukan pembebasan
jaringan subkutis bila luka lebar tapi disarankan untuk melakukan tandur kulit.

16
Hal ini untuk mengurangi terjadinya skar ataupun sikatrik yang dapat
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kekambuhan.

Keuntungan tindakan pembedahan antara lain :


- Dapat dilakukan pada tumor yang kecil maupun besar
- Dapat dilakukan pada kasus yang residif
- Jaringan bawah kulit yang terkena dapat sekaligus dieksisi

Kerugian dari pembedahan adalah :


- Tidak dapat dilakukan pada penderita dengan kontraindikasi operasi
(gangguan fungsi ginjal, hepar dan jantung).
- Lokasi tumor yang bila dilakukan eksisi dapat menimbulkan problem baru
(seperti palpebra) dan jarak eksisi dari tepi tumor yang tidak dapat optimal.

2. Radioterapi
Radioterapi pada penderita karsinoma sel skuamosa kulit dianjurkan
diberikan pada penderita yang lesi tumornya terletak pada daerah yang sulit
(sekitar mata, bibir dan hidung) bila dilakukan pembedahan ataupun pada
penderita yang sudah dilakukan eksisi dan tidak dapat melakukan irisan pada
jarak 2 cm dari tumor dan penderita sudah tua. Dosis total yang dianjurkan
adalah 4000 – 4500 rad, yang diberikan 300 rad/hari berturut – turut sampai 5
hari atau minggu dan lama pemberian adalah 2 – 3 minggu. Kesembuhan
karsinoma sel skuamosa kulit setelah radioterapi jika ukuran tumor < 1 cm,1 –5
cm 76 %, dan jika > 5 cm 56 %.

3. Sitostatika
Modalitas terapi ini dianjurkan sebagai suatu terapi tambahan dan
terutama untuk kasus dengan adanya metastase jauh, juga pada penderita
dengan lesi pada tempat sulit untuk melakukan eksisi 2 cm dari tepi tumor.

17
Adapun yang dipergunakan untuk terapi ini adalah Bleomysin dengan dosis 15
mg/m2 luas permukaan badan (lpb), dapat dikombinasi dengan Metotrexat 30
mg/m2 atau dikombinasi dengan Cisplatinum 60 mg/m2 dan Metotrexat 30
mg/m2 hari kedua, serta diulang tiap 3 minggu. Berreta menganjurkan
pemberian Adriamycine dengan dosis 50 mg/m2 lpb dan Cisplatinum dengan
dosis 75 mg/m2 lpb (CP) dengan pemberian setiap 3 minggu sekali atau
siklofosfamid 500 mg/m2 hari kedua, Vinkristin 1,5 mg/m2 lpb hari ke-1, 8,
dan 15, Adriamicin 50 mg/m2 hari kedua, dan Dakarbasin 250 mg/m2 hari ke-1
sampai ke-5 (CYDAVIC) serta diulang tiap 3 minggu. Pada stadium lanjut dan
tak bisa dioperasi maka modalitas terapi yang lebih baik adalah kombinasi
antara sitostatika Karboplatin (turunan Cisplatin) 50 mg/m2 pada hari ke-1 –4,
minggu ke 1,2,5, dan 6 (hari ke 1 dan 2) diikuti radioterapi mulai minggu ke 3,6
7,2 Gy dengan 2,1 Gy perhari.

2.8 KOMPLIKASI
Karsinoma sel skuamosa yang tidak diobati pada kulit dapat merusak
jaringan sehat disekitarnya, menyebar ke kelenjar getah bening atau organ
lainnya, dan mungkin berakibat fatal meskipun hal ini jarang terjadi.

Resiko karsinoma sel skuamosa yang agresif pada kulit dapat meningkat pada
kasus dimana kanker:
 Sangat besar atau dalam
 Melibatkan selaput lendir, seperti bibir
 Terjadi pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti
seseorang yang menggunakan obat anti-rejection setelah transplantasi organ
atau seseorang yang memiliki leukemia kronis.

18
2.9 DIAGNOSA BANDING
1. Keratosis aktinik
2. Karsinoma sel basal

1. Keratosis Aktinik
Keratosis aktinik (AK) atau keratosis solar adalah lesi displastik yang umum
terjadi pada keratinosit. Terjadi paling sering pada kulit, soliter atau multipel,
kecil, sedikit menonjol, bersisik atau mirip kutil dan berwarna merah hingga
kuning kecoklatan atau hitam.
Tanda dan gejala keratosis aktinik berkembang sebagai berikut:
 Lesi awalnya sebagai bintik kecil dan kasar yang lebih mudah dirasakan
daripada yang terlihat dan memiliki gambaran sepertii tekstur amplas.
 Seiring waktu lesi membesar, biasanya menjadi merah dan bersisik
 Sebagian besar lesi hanya berukuran 3-10 mm, namun ukurannya bisa
mencapai beberapa sentimeter

Gambar 2.2 Keratosis Aktinik

19
2. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal (BCC) adalah kanker kulit non melanocytic (yaitu tumor
epitel) yang timbul dari sel basal (yaitu sel kecil bulat yang ditemukan di lapisan
bawah epidermis). Prognosis untuk pasien dengan BCC sangat baik, namun jika
penyakit ini diijinkan untuk berkembang, dapat menyebabkan morbiditas yang
signifikan. Tanda dan gejala
Sekitar 85% BCC terjadi pada wajah, kepala (kulit kepala termasuk), dan
leher; yang lain muncul di bagasi atau ekstremitas; jarang, mereka mungkin
terjadi di tangan.
Ciri khas lainnya dari tumor BCC adalah sebagai berikut:
 Papul lilin dengan depresi sentral
 Pearly appearance
 Erosi atau ulserasi: Sering bersifat sentral dan berpigmen
 Pendarahan: Apalagi saat trauma
 Daerah yang mengering atau berkerak: Di BCC besar
 Digulung (dibesarkan) border
 Translucency
 Telangiektasis di atas permukaan
 Tumbuh lambat : 0,5 cm dalam 1-2 tahun
 Daerah berwarna biru tua atau coklat

20
Gambar 2.3 Basalioma

21
BAB 3
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : Tn.JR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 39 tahun
Alamat : Ds Sumber Pinang 02/02 Tegalwaru, Mayang
Status : Menikah
Pendidikan : SLTP-Sederajat
Pekerjaan : Petani
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Pelayanan : Umum
No. RM : 176680
No.Telp : 08528723684
Tanggal MRS : 20 Agustus 2017
Tanggal Pemeriksaan : 21 Agustus 2017
Tanggal KRS : 28 Agustus 2017

2. Anamnesis
- Keluhan Utama:
Luka dikepala yang tidak sembuh
- Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan luka dikepala yang tidak sembuh. Luka pada
kulit awalnya berupa luka gores karena sisir yang terjadi sejak 10 th yll di
kepala bagian parietal kiri. Pasien mengatakan bahwa ia sering menggaruk
luka dan semakin semakin lama lesi semakin membesar. Pasien tidak ada

22
keluhan nyeri kepala sehingga selama aktifitas kerja sehari-hari pasien tidak
pernah terganggu oleh lukanya.
- Riwayat Penyakit Dahulu: (-)
- Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak dijumpai riwayat keluarga yang menderita
penyakit tumor
- Riwayat Pengobatan:
Obat minum dan salep dari PKM

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Allert, GCS 4-5-6
Vital sign : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit (reguler, kuat angkat)
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,5°C (aksiler)
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
1. Kepala
- Kepala : Normocephali, Massa (+) bentuk cauliflower regio parietalis
sinistra uk 6x4 cm
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
- Hidung : Deformitas (-), rhinorrhea (-)
- Telinga : Otorrhea -/-
2. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
3. Thorax
 Inspeksi : Terlihat bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada kanan
dan kiri simetris, retraksi dinding dada (-), iktus kordis tidak tampak

23
 Palpasi : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, iktus
kordis teraba pada ICS V midclavicula sinistra
 Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi : Cor : S1S2 tunggal, regular, ekstrasistol (-), murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
4. Abdomen
 Inspeksi : Flat
 Auskultasi : Bising usus (+) 12x/m, metalic sound (-)
 Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), defans muskuler (-)
 Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
5. Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-) ekstremitas atas dan bawah

Status Lokalis Reg. Paretalis Sinistra


Inspeksi: Massa ukuran 6x4cm, warna coklat kemerahan, ulkus (+) eksudat
kecoklatan dan berbau
Palpasi : Massa (+) ukuran 6x4 cm permukaaan tidak rata, konsistensi padat lunak,
rapuh, batas tegas, fixed, nyeri (+)

4. Pemeriksaan Penunjang
FNA-B

5. Diagnosis Kerja
Karsinoma Sel Skuamosa Reg. Parietalis Sinistra

6. Planning
 Planning Diagnostik
Lab : DL, SE, LFT, RFT

24
 Planning Terapi
Pro wide eksisi

7. Prognosis
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Functionam : Ad bonam
Ad Sanationam : Ad bonam

8. Hasil Laboratorium Pre-Op


Tanggal : 20 Agustus 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hb 14,8 13,5-17,5
Leukosit 15,3 4,5-11,0
Hematrokit 42,8 41-53
Trombosit 458 150-450
Natrium 137,1 135-155
Kalium 3,83 3,5-5,0
Chlorida 104,9 90-110
PPT Penderita 10,3
PPT Kontrol 10,3 Beda dengan kontrol <2 detik
APPT Penderita 32,0
APPT Kontrol 28,7 Beda dengan kontrol <7 detik
SGOT 14 10-35
SGPT 21 9-43
Albumin 3,9 3,4-4,8
Kreatinin Serum 1,2 0,5 - 1,3
BUN 10 6-20
Urea 22 12 – 43

25
9. Laporan Pre-Operasi

Pre-Op tanggal 22-8-2017


S/ Luka dikepala yang tidak sembuh
O/ku : Cukup
Kes: Allert
TD: 120/70 mmHg, N: 80x/menit, RR:
18x/menit, Tax: 36,5°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: Cor : s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/-
Pulmo : ves+/+, rho-/-, whe-/-
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
Status lokalis reg. parietalis S
I: Massa ukuran 6x4cm, warna coklat
kemerahan, ulkus (+) eksudat
kecoklatan dan berbau
P: Massa (+) ukuran 6x4 cm
permukaaan tidak rata, konsistensi
padat lunak, rapuh, batas tegas, fixed,
nyeri (+).

A/ Karsinoma Sel Skuamosa Reg


Parietalis Sinistra
P/ Pro wide eksisi

26
10. aporan Operasi

Gambar 3.2 Laporan tindakan operasi

Tanggal : 22 Agustus 2017

Diagnosa pre op : Karsinoma Sel Skuamosa Reg. Parietalis Sinistra


Diagnosa post op : Karsinoma Sel Skuamosa Reg. Parietalis Sinistra
Tindakan operasi : Wide Eksisi
Anestesi : GA

27
Posisi pasien : Supine
Persiapan operasi : Informed consent
Pasien dipuasakan

Uraian operasi :
 Desinfeksi lapang operasi dengan povidine iodine 10% dan dipersempit dengan
duch steril
 Eksisi kulit : Eksisi sesuai dengan marker tumor
 Didapatkan : Massa pada region parietalis ukuran 6x8 cm, dasar bebas
pada periosteum parietal, didapatkan juga massa 3 buah dengan ukuran 4x3 cm,
3x2 cm dan 2x2 cm
 Dilakukan : Wide eksisi + metastasektomi + skin graft donor dari femur

Terapi post operasi :


 Inf. Tutofusin 1500cc/24 jam
 Inj. Antrain 2x1 gr
 Inj. Ranitidin 2x50 mg

11. Follow Up Post Op

Follow Up 23/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi
O/ku : cukup
Kes: Allert
TD: 110/70mmHg, N:84x/menit, RR:
18x/menit, Tax: 36,6°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-

28
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+). Rembesan (-)
P: Nyeri (+)

A/ Karsinoma Sel Skuamosa Reg.


Parietalis Sinistra post wide eksisi +
metastasektomi + skin graft donor dari
femur H-1
P/
Inf. Tutofusin 1500cc/24 jam
Inj. Antrain 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x50 mg

12. Follow Up Post Op

Follow Up 24/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi berkurang
O/ku : Cukup
Kes: Allert
TD: 110/70mmHg, N:78x/menit, RR:
18x/menit, Tax: 36,4°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-

29
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+), Rembesan (-)
P: Nyeri (+) berkurang

A/ Karsinoma Sel Skuamosa Reg.


Parietalis Sinistra post wide eksisi +
metastasektomi + skin graft donor dari
femur H-2
P/
Inf. Tutofusin 1500cc/24 jam
Inj. Antrain 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x50 mg

13. Follow Up Post Op

Follow Up 25/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi membaik
O/ku : cukup
Kes: Allert
TD: 120/70mmHg, N:80x/menit, RR:
20x/menit, Tax: 36,5°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+), Rembesan (-)

30
P: Nyeri (+) sedikit
A/ Karsinoma Sel Skuamosa Reg.
Parietalis Sinistra post wide eksisi +
metastasektomi + skin graft donor dari
femur H-3
P/
Inf. Tutofusin 1500cc/24 jam
Inj. Antrain 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x50 mg
Evaluasi skin graft 26/08/2017

14. Follow Up Post Op

Follow Up 26/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi membaik
O/ku : cukup
Kes: Allert
TD: 120/80mmHg, N:76x/menit, RR:
18x/menit, Tax: 36,4°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+). Rembesan (-)
P: Nyeri (+)
A/ Karsinoma Sel Skuamosa Reg.

31
Parietalis Sinistra post wide eksisi +
metastasektomi + skin graft donor dari
femur H-4
P/
Inf. Tutofusin 1500cc/24 jam
Inj. Antrain 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x50 mg

Gambar 3.3 Evaluasi skin graft

Gambar 3.4 Evaluasi skin graft

32
15. Follow Up Post OP

Follow Up 27/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi (-)
O/ku : cukup
Kes: Allert
TD: 120/80mmHg, N:76x/menit, RR:
18x/menit, Tax: 36,5°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+), Rembesan (-)
P: Nyeri (-)

A/ Karsinoma Sel Skuamosa Reg.


Parietalis Sinistra post wide eksisi +
metastasektomi + skin graft donor dari
femur H-5
P/
Inf. Tutofusin 1500cc/24 jam -> STOP
Inj. Antrain 2x1 gr -> STOP
Inj. Ranitidin 2x50 mg -> STOP
P/O Tab. Cefixime 2x100 mg
Tab. Ranitidin 2x150 mg
Rencana KRS 28/08/2/2017

33
DAFTAR PUSTAKA

Davis J MD, Bordeaux J MD MPH, 2013. Squamous Cell Carcinoma. JAMA


Dermatology Patient. Page : 1448.

Djuanda A, et al.1987. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.Jakarta. Edisi 1. Hal : 187

Kirby J.S, Scharnitz T, Seiverling E.V, Ahrns H., And Ferguson S.2015.Actinic
Keratosis Clinical Practice Guidelines: AN Appraisal Of Quality. Review
Article Hindawi Publishing Corporation Dermatology Research and Practice
Volume 7.

Manuaba T.W. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi. Sagung Seto.
Hal : 154.

McLafferty E, et al.2012. The integumentary system: anatomy, physiology and


function of skin. Nursing Standard. 27, 3, 35-42, september 19 :: vol 27 no 3

Stratigos, et al.2015.Diagnosis and treatment of invasive squamous cell carcinoma of


the skin: European consensus-based interdisciplinary guideline. Elsevier
European Journal of Cancer.

34

Anda mungkin juga menyukai