Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MELENA

Disusun Oleh :
SUCI MURNIASIH
1811040064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
A. DEFINISI
Melena adalah pengeluaran faeses atau tinja yang berwarna hitam yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna
hematemesis tergantung pada lamanya hubungan ataukontak antara drah
dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehinggadapat berwarna
seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal (sylvia,2005).
. Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada
saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang
sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau
ulkus peptikum (Bruner and Suddart, 2011).

B. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas :
1. Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain-lain.
3 Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),
purpura trombositopenia dan lain-lain.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol, dan lai-lain.
6. Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran
makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap
macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran
makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya
varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran
makan bagian atas (Hilmy 2010).
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien melena adalah sebagai berikut:
1. Gelisah
2. Suhu badan mungkin meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4. Berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
5. Rasa sakit di perut
6. Rasa kembung
7. Tonus dan turgor kulit berkurang
8. Selaput lendir dan bibir kering

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya hematemesis melena salah satunya yaitu aspirin,
OAINS, stres, kortikosteroid, rokok, asam lambung, infeksi H.Pylori dapat
mengakibatkan erosi pada mukosa lambung sampai mencapai mukosa
muskularis disertai dengan kerusakan kemampuan mukosa untuk mensekresi
mukus sebagai pelindung. Hal ini akan menimbulkan peradangan pada sel yang
akan menjadi granulasi dan akhirnya menjadi ulkus, dan dapat mengakibatkan
hemoragi gastrointestinal.
Penyebab hematemesis melena yang lainnya adalah alkohol dan hipertensi
portal berat dan berkepanjangan yang dapat menimbulkan saluran kolateral
bypass : melalui vena koronaria lambung ke dalam vena esofagus subepitelial
dan submukosal dan akan menjadi varises pada vena esofagus. Vena-vena yang
melebar dan berkeluk-keluk terutama terlatak di submukosa esofagus distal dan
lambung proksimal, disertai penonjolan tidak teratur mukosa diatasnya ke
dalam lumen. Dapat mengalami ulserasi superficial yang menimbulkan radang,
beku darah yang melekat dan kemungkinan ruptur, mengakibatkan hemoragi
gastrointestinal.
Gagal hepar sirosis kronik, kematian sel dalam hepar termasuk penyebab
hematemesis melena yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan vena
porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral pada dinding abdominal
anterior. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut
menjadi mengembang oleh darah dan membesar. Pembuluh yang berdilatasi ini
disebut varises dan dapat pecah, mengakibatkan hemoragi gastrointestinal.
Hemoragi gastrointestinal dapat menimbulkan hematemesis melena.
Hematemesis biasanya bersumber di atas ligamen Treitz (pada jungsi
denojejunal). Dari hematemesis akan timbul muntah darah. Muntah dapat
berwarna merah terang atau seperti kopi, tergantung dari jumlah kandungan
lambung pada saat perdarahan dan lamanya darah telah berhubungan dengan
sekresi lambung. Asam lambung mengubah hemoglobin merah terang menjadi
hematin coklat dan menerangkan tentang warna seperti kopi drainase yang
dikeluarkan. Cairan lambung yang berwarna merah marun atau merah terang
diakibatkan dari perdarahan hebat dan sedikit kontak dengan asam lambung.
Sedangkan melena terjadi apabila darah terakumulasi dalam lambung dan
akhirnya memasuki traktus intestinal. Feses akan seperti ter. Feses ter dapat
dikeluarkan bila sedikitnya 60 ml darah telah memasuki traktus intestinal.
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin
berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan
hemostasis lengkap untuk mengetahui adanya kelainan hemostasis,
pemeriksaan fungsi hati untuk menunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan
fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya penyakit gagal ginjal kronis,
pemeriksaan adanya infeksi Helicobacter pylori.
3. Pemeriksaan esofago gastro duo endoskopi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat
memastikan diagnosis pecahnya varises esofagus atau penyebab perdarahan
lainnya dari esofagus, lambung dan duodenum.
4. Kontras Barium (radiografi)
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas
dasar urgensinya dan keadaan kegawatan.
5. Ongiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang
tersembunyi dari visual endoskopik.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi :
a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek sedatif
morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan. Penderita dipuasakan
selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat
diberikan makanan cair.
b. Infus cairan langsung dipasang dan diberikan larutan garam fisiologis selama
belum tersedia darah.
c. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu
dipasang CVP monitor.
d. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk
mengikuti keadaan perdarahan.
e. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
f. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
g. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika
yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh
bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.

H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat mengidap :Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis,
hepatoma, ulkus peptikum
b. Kanker saluran pencernaan bagian atas
c. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
d. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
e. Kebiasaan/gaya hidup :Alkoholisme, kebiasaan makan
2. Pengkajian Umum
a. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
b. Eliminasi : BAB : konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah
hitam, konsistensi pekat, jumlahnya), BAK :warna gelap, konsistensi
pekat
c. Neurosensori :adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
d. Respirasi :sesak, dyspnoe, hypoxia
e. Aktifitas :lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot
3. Pengkajian Fisik
a. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi
b. Inspeksi :
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)
Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
c. Auskultasi :
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
d. Perkusi :
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
Reflek patela : menurun
4. Studi diagnostic
Pemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum,
amonoiak, albumin.
Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan
Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.

I. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dengan faktor resiko Diare
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
J. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
No Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Resiko  NOC NIC


ketidakseimbang 1. bowel elimination
Diare Management
an elektrolit 2. fluid balance
dengan faktor 1. Evaluasi efek samping
resiko Diare kriteria hasil : pengobatan terhadap
1. menjaga daerah sekitar gastrointestinal
rectal dari iritasi 2. Ajarkan pasien untuk
2. feses berbentuk,BAB menggunakan obat anti
sehari sekali tiga hari diare
3. tidak mengalami diare 3. Intruksikan pasien
 /keluarga untuk mencatat
warna,jumlah,frekuensi
dan konsistensi dari feses
4. Evaluasi intake makanan
yang masuk
5. Identifikasi factor
penyebab dari diare
6. Observasi turgor kulit
secara rutin
7. Ukur diare/keluaran BAB
8. Ajarkan teknik
menurunkan stress
9. Intruksikan pasien untuk
makan rendah serat,tinggi
protein dan tinggi kalori
jika memungkinkan

2. Nyeri akut b.d NOC : NIC :


agen  Pain Level,
cedera Pain Management
biologis  Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
 Comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal
menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 3. Gunakan teknik komunikasi
mengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Ajarkan tentang teknik non
berkurang dengan farmakologi
menggunakan 5. Berikan analgetik untuk
manajemen nyeri mengurangi nyeri
3. Mampu mengenali nyeri 6. Evaluasi keefektifan kontrol
(skala, intensitas, nyer
frekuensi dan tanda 7. Tingkatkan istirahat
nyeri) 8. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

3. Intoleransi NOC: NIC


aktivitas b.d 1. Activity tollerance Energy management:
kelemahan 2. Energy conservation 1. Monitor respon
3. Nutritional status : kardiorespirasi terhadap
energy aktivitas
2. Monitor pola dan jumlah
Kriteria Hasil: jam tidur pasien
1. Saturasi oksigen 3. Monitor lokasi
ketika beraktivitas ketidaknyamanan atau
2. Frekuensi nyeri selama bergerak
pernafasan ketika 4. Catat aktivitas yang dapat
beraktivitas meningkatkan kelelahan
3. Tekanan darah 5. Kolaborasikan pada ahli
sistolik ketika gizi tentang cara
beraktivitas meningkatkan intake
4. Tekanan darah makanan tinggi energi
diastolik ketika
beraktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Suddart, 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Dawney.2012. At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey:Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Suyono, 2001. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Sylvia,2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.Edisi 6.Jakarta :
EGC
Hilmy.2010. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan Terapi(2ndEd.).
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai