Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kegiatan ber-“usaha” selalu mempunyai tujuan atau sasaran untuk
memperoleh keuntungan atau laba nyata dalam bentuk rupiah. Namun
demikian, laba bukanlah merupakan satu-satunya tujuan kegiatan usaha, akan
tetapi masih terdapat tujuan-tujuan lain yang dapat dicapai, seperti
mengurangi pengangguran atau memberi kesempatan kerja, membantu
masyarakat sekitarnya, perkembangan perusahaan, prestise, dan membantu
meningkatkan pendapatan pemerintah melalui pajak (Marwan Asri, 1986 : 3-
4).
Sebelum memikirkan berapa keuntungan nyata yang dapat diperoleh dan
cara mendapatkannya melalui kegiatan usaha tersebut, perlu dipahami dan
dikaji secara lengkap mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha. Hal ini penting untuk dihayati terlebih dahulu, sebab
banyak orang yang beranggapan bahwa hanya karena kurang uang atau
modal, maka harapan untuk memperoleh keuntungan menjadi terhambat.
Sukses tidaknya suatu kegiatan usaha pada dasarnya tidak tergantung pada
besar-kecilnya ukuran usaha, tetapi lebih dipengaruhi oleh bagainaa
mengelolanya.
Masa-masa kritis yang harus dilalui perusahaan dalam hidupnya adalah
selama lima tahun pertama sejak didirikan. Ternyata lebih dari 50% usaha
kecil gagal melewati usia dua tahun pertamanya. Tidak sedikit pula usaha
yang maju selagi kecil, namun kemudian jatuh setelah besar. Di samping itu,
banyak pula usaha kecil yang cukup sukses ketika masih dikelola pendirinya.
Dalam hal ini, pengetahuan penyebab kegagalan tersebut berguna segali
sebagai bahan pelajaran yang dapat membantu untuk menentukan pilihan
dan cara-cara mengurusnya (Singgih, 1986 : 2).
Kelemahan yang sering dijumapi pada usaha kecil yang gagal adalah
dalam keorganisasian, keuangan, administrasi, dan pemasaran. Kelemahan
keorganisasian pada umumnya berupa tidak jelasnya struktur organisasi,

1
pembagian tugas dan wewenang yang tidak jelas, status karyawan, serta
system penggajian yang tidak beres. Selain itu, kepemimpinan seorang diri
mempunyai kelemahan yang dapat menghancurkan usaha, terutama jika
pimpinan sakit dalam jangka waktu yang cukup lama atau bahkan meninggal
dunia secara mendadak, sementara persiapan kader belum dilakukan.
Dalam bidang keuangan, biasanya pengusaha lemah dalam membuat
anggaran, tidak adanya pencatatan dan pembukuan secara baik, serta tidak
adanya batasan tegas antara harta milik pribadi (keluarga) dengan harta milik
perusahaan. Dengan demikian, seringkali pimpinan tidak tahu tentang
besarnya laba-rugi kegiatan usahanya.
Kelemahan di bidang pemasaran pada umumnya berupa ketidakserasian
antara program produksi dan penjualan. Kelemahan ini juga disebabkan
karena kurangnya pengamatan pasar, sehingga tidak tahu posisi pasarnya,
cara menghadapi saingan, serta cara mempromosikan hasil usahanya.
Kelemahan lain yang sering muncul adalah perluasan atau pengembangan
usaha yang dilakukan secara emosional tanpa didukung oleh data dan fakta
yang aktual.
Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya akan dapat diyakini bahwa untuk
mencapai sasaran nyata kegiatan usaha yang berupa keuntungan, masih
banyak hal atau factor selain modal, yang hakiki untuk diperhatikan. Untuk
itu, pada kesempatan ini, secara berturut-turut akan dibicarakan mengenai
faktor-faktor tersebut, yang meliputi: (1) faktor produksi alam, (2) faktor
produksi manusia (tenaga kerja), (3) faktor produksi modal, (4) faktor
produksi manajemen (keahlian pengelola), dan (50) faktor produksi
lingkungan (sosial dan budaya).

2. Rumusan Masalah
apa itu faktor-faktor keberhasilan kewirausahaan ?

BAB II

2
LANDASAN TEORI

1. Pengertian
Istilah kewirausahaan berasal dari kata entrepreneurship, yang berarti
suatu kemampuan kreatif, dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda dan dijadikan dasar, kiat dalam usaha atau perbaikan hidup
(Suryana, 2001: 30).
Kewirausahaan menurut Drucker, 1959 (dalam Kementerian Pendidikan
Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010)
adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (“ability to create the new and different”).
Kewirausahaan menurut Zimmerer, 1996 (dalam Kementerian
Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum,
2010) adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa
kewirausahaan adalah suatu keahlian yang dimiliki oleh individu untuk
meciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain sebagai usaha untuk
mencapai kehidupan yang baik

2. Faktor penyebab keberhasilan wirausaha


a. Faktor produksi alam
Untuk menyelenggarakan suatu kegiatan usaha, pasti memerlukan faktor
produksi alam. Dalam hal ini misalnya tempat, tanah, sawah, ataupun
bahan mentah, betapa pun kecil dan bagaimana pun jenis usaha tersebut
(Soebroto, 1979 : 7). Bahkan suatu kegiatan usaha yang nampaknya
tidak memerlukan tempat, misalnya usaha perantara, makelar,
bagaimanapun memerlukan tempat untuk bertemu dengan calon
pembeli, yang secara lebih luas pasti mempunyai areal atau daerah
tertentu untuk menyelenggarakan pemasaran dagangannya.
b. Faktor Produksi Manusia (Tenaga Kerja)
Untuk melaksanakan suatu usaha, selalu dibutuhkan tenaga. Sesuai
dengan peningkatan kesibukan kerja suatu usaha, maka pengusaha

3
memerlukan tambahan tenaga orang lain, yaitu buruh, karyawan, dan
untuk perusahaan besar masih ditambah lagi dengan staf pemikir
(Thomas Soebroto, 1979 : 16). Pegawai, karyawan, buruh atau tenaga
kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan kegiatan
usaha. Manpower management merupakan bagian tersendiri dan khusus
dari manajemen. Bagaimanapun majunya teknologi dewasa ini, namun
faktor manusia masih memegang peranan bagi suksesnya suatu usaha
(Buchari Zainun, 1985 : 9).
c. Faktor Produksi Modal
Modal merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan
untuk perputaran roda usaha. Sebagian dana atau modal tersebut
dipergunakan perusahaan untuk membeli barang-barang yang termasuk
kelompok aktiva tetap. Aktiva tetap yang dimaksud di sini adalah
aktiva yang mengikat dan untuk jangka waktu yang panjang, biasanya
kurang lebih satu tahun, umpamanya mesin, peralatan, bangunan, alat-alat
pengangkutan dan tani. Semua perusahaan pasti punya salah satu atau
beberapa aktiva tetap di atas.
d. Faktor Produksi Manajemen (Keahlian Pengolahan)
Apabila dilihat di antara sekelilingnya, suatu usaha merupakan kesatuan
yang rumit dan mandiri. Kesatuan atau lembaga tersebut mempunyai
sasaran tertentu yang ingin dicapai pemiliknya. Dengan demikian, suatu
usaha adalah jugamerupakan lembaga/badan administrasi, yang di
dalamnya mengandung kegiatan manajemen atau tata laksana. Yang
dimaksud dengan manajemen di sini adalah kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi
keseluruhan faktor usaha yang tersedia dan diperlukan, yaitu sarana dan
manusia, teristimewa manusianya, untuk mencapai suatu sasaran
yang telah ditetapkan. Pelaksana manajemen ini disebut manajer. Untuk
mendukung tugas sebagai manajer, seorang penusaha/pengelola kegiatan
usaha harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki moral yang tinggi
Apabila diuraikan secara ringkas, manusia yang bermoral tinggi itu
setidak- tidaknya memiliki/menjalankan enam sifat utama, yaitu:
 Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

4
 Kemerdekaan batin,
 Keutamaan,
 Kasih sayang terhadap sesama manusia,
 Loyalitas hukum, dan
 Keadilan
2. Memiliki sikap mental wiraswasta
Apabila diuraikan secara ringkas, bahwa manusia yang bersikap
mental wiraswasta setidak-tidaknya memiliki enam kekuatan mental
yang membangun kepribadian yang kuat:
 Berkemauan keras
 Berkeyakinan kuat atas kekuatan pribadi; untuk ini diperlukan
o pengenalan diri,
o kepercayaan pada diri sendiri,
o pemahaman tujuan dan kebutuhan
 Kejujuran tanggung jawab, yang mencakup:
o moral yang tinggi,
o disiplin diri
 Ketahanan fisik dan mental, yang meliputi:
o kesehatan jasmani dan rohani,
o kesabaran, dan
o ketabahan
 Ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras
 Pemikiran yang konstruktif dan kreatif

3. Memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan


Apabila diuraikan secara ringkas, maka manusia wiraswasta setidak-
tidaknya harus memiliki empat hal, agar dirinya peka/sensitif terhadap
lingkungan bagi kehidupan:
 Pengenalan terhadap arti lingkungan;
 Rasa syukur atas segala yang diperoleh dan dimiliki;
 Keinginan yang besar untuk menggali dan mendayagunakan
sumber- sumber ekonomi lingkungan setempat;
 Kepandaian untuk menghargai dan memanfaatkan waktu secara
efektif.
4. Memiliki keterampilan wiraswasta, yang mencakup:
o Keterampilan berpikir kreatif
o Keterampilan dalam pembuatan keputusan
o Keterampilan dalam kepemimpinan
o Keterampilan manajerial

5
o Keterampilan dalam bergaul antarmanusia (human relations)
(Soemanto, 1984)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor inilah yang
paling menonjol dalam hubungannya dengan usaha.
e. Faktor Produksi Lingkungan
Perlu untuk dipahami bahwa perusahaan sebagai suatu sistem, berarti
selain memiliki sub-sub sistem (bagian-bagian), juga menghadapi
lingkungan atau sering disebut supra system. Lingkungan perusahaan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu lingkungan umum (general
environment) dan lingkungan khusus (specific environment).

6
3. Faktor Penyebab Kegagalan Wirausaha
Zimmerer (1996:14-15) dikutip oleh Suryana (2003:44) mengemukakan
beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam
menjalankan usaha barunya:
a. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor
penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
b. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan
memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan
mengelola sumber daya manusia maupun kemampuan mengintegrasikan
operasi perusahaan.
c. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil
dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah
memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara
cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat
operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
d. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu
kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami
kesulitan dalam pelaksanaan.
e. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha menjadi wirausaha menjadi
mundur. Ia kurang yang strategis merupakan faktor yang menetukan
terbiasa dalam menghadapi tantangan. Wirausaha keberhasilan usaha.
Lokasi yang tidak strategis yang berhasil pada umumnya menjadikan
dapat mengakibatkan perusahaan sukar bertantangan sebagai peluang
yang harus dihadapi operasi karena kurang efisien.
f. Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan
efisien dan efektivitas dan ditekuni. Kualitas kehidupan yang tepat
rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan yang tidak
Kurang pengawasan dapat mengakibatkan segera meningkat dalam
usaha, akan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak
efektif.
g. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang
setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang

7
dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati,
kemungkinan gagal menjadi besar.
h. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan,
tidak akan manjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam
berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan
dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha
Minat berwirausaha tidak dibawa sejak lahir tetapi tumbuh dan
berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor
yang mempengaruhi tumbuhnya kuputusan untuk berwirausaha merupakan
hasil interaksi dari beberapa faktor yaitu karakter kepribadian seseorang dan
lingkungannya (Bygrave, 2003). Menurut Priyanto, 2008 (dalam Mopangga,
2014) pembentukan jiwa kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal,
faktor eksternal, dan faktor kontekstual.
Faktor-faktor internal sebagai pendorong minat berwirausaha adalah
sebagai berikut :
a. Sifat
David Mc Clelland (dalam Alma, 2007:13) dalam bukunya “The
Achieving Society” menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah
seseorang yang memiliki keinginan berprestasi yang sangat tinggi
dibandingkan orang yang tidak berwirausaha. Sifat ingin menjadi
seseorang yang lebih unggul dari yang lain dan ingin mendapatkan
kehidupan yang baik merupakan salah satu sifat faktor pendorong yang
mempengaruhi minat berwirausaha.
b. Umur
Sinha (1996) membuktikan bahwa para calon wirausahawan yang berusia
muda, cenderung lebih sukses dibanding mereka yang berusia tua. Staw
dalam Riyanti (2003) menunjukan bahwa keberhasilan seseorang dapat
dilihat dari usia si calon wirausahawan di saat awal mereka melakukan
usahanya. Umumnya usia yang produktif untuk berusaha adalah di
sekitar 25 hingga 44 tahun (Reynolds et.al., 2000). Dari pendapat di atas

8
peneliti menyimpulkan bahwa faktor umur mempunyai peran dalam
keberhasilan berwirausaha.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhi kemandirian seseorang. Sesuai
dengan pendapat Masrun dkk (1986) yang mengungkapkan bahwa saat
anak menginjak usia 4-5 tahun dan terus berlangsung hingga masa
remaja, terdapat suatu pola yang menuntut anak wanita lebih berlaku
merawat dan patuh sedangkan laki-laki dituntut untuk mampu secara
mandiri dan berprestasi. Pernyataan ini menunjukan bahwa anak laki-laki
dianggap lebih mempunyai rasa tanggung jawab untuk memimpin suatu
usaha, dan seorang wanita memberikan dorongan sekaligus merawat agar
bentuk usaha yang telah dijalani itu tetap berjalan dengan baik.
d. Pengalaman kerja
Pengalaman diartikan pengalaman kerja seseorang sebelum memutuskan
menjadi seorang wirausahawa. Hisrich dan Peters, 2000 :74 dalam
(Mopangga, 2004) menyatakan bahwa pengalaman kerja mempengaruhi
individu dalam menyusun rencana dan melakukan langkah-langkah
selanjutnya. Penelitian Kim Riyanti (2003:39) menunjukkan bahwa
pengalaman memberikan pengaruh terhadap keberhasilan usaha.
Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian Kim adalah keterlibatan
langsung dalam suatu kegiatan usaha.
e. Latar belakang keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi pertama yang diterima seseorang.
Apabila latar belakang keluarga merupakan seorang wirausahawan, maka
terdapat kemungkinan yang besar seseorang tersebut mendapat dukungan
untuk berwirausaha dan minat wirausaha tersebut diterima sejak usia dini
dan apabila keluarga tersebut bukan dari latar belakang wirausahan tetapi
karena melihat peluang usaha yang menjanjikan dan mendapat dukungan
untuk memulai karir di bidang wirausaha maka seseorang tersebut lebih
memilih untuk menjadi seorang wirausahawan.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah
sebagai berikut :

9
a. Lingkungan keluarga
Alma (2007) menyebutkan bahwa lingkungan keluarga merupakan faktor
yang sangat penting dalam pembentukan minat untuk menjadi wirausaha.
Lingkungan keluarga merupakan satu kesatuan yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak. Keluarga merupakan sosialisasi primer yang menjadi pembentuk
kepribadian seseorang termasuk di dalamnya minat berwirausaha sehingga
keberadaan lingkungan keluarga dalam pembentukan minat wirausaha
seseorang menjadi sangat penting.
b. Lingkungan sosial ekonomi
Lingkungan sosial ekonomi mempengaruhi minat seseorang berwirausaha,
dimana lingkungan yang mayoritas berwirausaha maka kemungkinan
besar individu yang ada di lingkungan tersebut juga akan berminat untuk
berwirausaha.
Selanjutnya, faktor kontekstual yang mempengaruhi minat wirausaha
adalah dukungan pihak akademik. Kewirausahaan bisa diajarkan melalui
pendidikan dan pelatihan. “... entrepreneurship has models, processes, and
case studies that allow the topic to be studied and the knowledge to be
acquired” (Kuratko & Hodgetts, 2007: 34). Hal ini didukung oleh hasil dari
penelitian Wibowo (2011), bahwa faktor pembelajaran di lingkungan sekolah
memiliki pengaruh paling tinggi terhadap minat mahasiswa.
Pendidikan atau pelatihan kewirausahaan adalah proses pembelajaran
konsep dan skill untuk mengenali peluang-peluang usaha. Termasuk di
dalamnya mengenali peluang dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya
untuk menghadapi resiko dan menciptakan bisnis baru. Pendidikan
Kewirausahaan diperoleh saat di bangku kuliah dapat mempengaruhi minat
dan motivasi seseorang untuk menjadi seorang wirausaha.
Peranan Universitas dalam memotivasi para mahasiswanya untuk menjadi
wirausaha merupakan bagian dari salah satu faktor pendorong pertumbuhan
kewirausahaan. Bentuk dukungan universitas dalam meningkatkan wirausaha
mahasiswa adalah mengenalkan mahasiswa dengan program-program
kewirausahaan, seperti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan

10
(PKMK), Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), dan Gerakan Seribu
Wirausaha (GABUWIRA).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kewirausahaan


a. Motivasi
Motivasi merupakan suatu penggerak dari dalam diri seseorang untuk
melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan
sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari
kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk
tercapainya suatu tujuan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan
ekstrinsik :
1. Motivasi intrinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang
membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan
dengan melakukan pekerjaan tersebut bukkan karena rangsangan lain
seperti status, ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan
hobinya.
2. Motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen-elemen diluar pekerjaan
yang melekat dipekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat
seorang termotivasi seperti status atau kompensasi.
Menurut Dun Steinhoff & Jhon F. Burgess (1993) terdapat tujuh alasan
mengapa orang berhasrat untuk menjadi wirausahawan, yaitu sebagai
berikut :
 The desire for higher income, hasrat untuk memperoleh pendapatan
yang tinggi.
 The desire for a more statisfying career, hasrat untuk memperoleh
kepuasan karir
 The desire to be self-directed, hasrat untuk mengkontrol diri sendiri.
 The desire for the prestige that comes to being a business owner, hasrat
untuk mendapatkan prestis dari keberadaan bisnisnya.
 The desire to run with a new idea or concept, hasrat untuk segera
mewujudkan ide dan konsep-konsep baru.
 The desire to build long-term wealth, hasrat untuk mengembangkan
kekayaan jangka panjang.
 The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause,
hasrat untuk berkontribusi terhadap kemanusiaan atau hal- hal khusus.

11
b. Karakteristik
Karakteristik adalah sesuatu yang khas, mencolok, dan menjadi fitur
pembeda dari seseorang atau sesuatu. Menurut M. Scarborough dan
Thomas W. Zimmerer dalam karyanya Entrepreneurship and Small
Enterprise yang dikutip dari Suryana mengungkapkan bahwa ada 3
karakteristik wirausahawan yang berhasil, meliputi hal-hal berikut:
 Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas.
 Berorientasi pada prestasi, tercermin pada pandangan dan tindakan
terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan,
berencana, dan mengutamakan pengawasan.
 Memiliki komitmen yang kuat kepada orang lain, misalnya dalam
mengadakan kontrak dan hubungan bisnis.
Menurut Timmons dan McClelland mengungkapkan bahwa karakteristik
wirausahawan yang sukses adalah sebagai berikut:
 Komitmen dan tekad yang kuat (commitment and determination), yaitu
memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua
perhatian terhadap usaha. Sikap yang setengah hati mengakibatkan
besarnya kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.
 Bertanggung jawab (deire for responsibility), yaitu memiliki rasa
bertanggung jawab dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan
dan keberhasilan berwirausaha, oleh karena itu wirausahawan akan
wawas diri secara internal.
 Berobsesi mencari peluang (opportunity obsession), yaitu berambisi
untuk selalu mencari peluang. Keberhasilan wirausahawan selalu diukur
dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi
apabila terdapat peluang.
 Toleransi terhadap resiko (tolerance for risk, ambiguity, and
uncertainty), wirausahawan harus belajar mengelola resiko dengan cara
mentransfernya kepada pihak lain, seperti bank, investor, konsumen,
pemasok, dan lain-lain. Wirausahawan yang berhail biasanya memiliki
toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.
 Percaya diri (self convidence), wirausahawan cenderung optimis dan
memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya
untuk berhasil.

12
 Kreatif dan fleksibel (creativity and flexibility), yaitu berdaya cipta dan
luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi
perubahan permintaan. Kekuatan dalam menghadapi perubahan
ekonomi dunia yang serba cepat sering kali membawa kegagalan.
Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel
tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi.
 Selalu menginginkan umpan balik yang segera (deire for immediate
feedback), wirausahawan selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang
telah dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya,
wirausahawan selalu memiliki kemampuan untuk menggunakan ilmu
pengetahuan yang telah dimilikinya dan belajar dari kegagalan.
 Memiliki tingkat energi yang tinggi (high level of energy),
wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih
tinggi dibanding kebanyakan orang sehingga ia lebih suka berekja keras
walaupun dalam waktu yang relatif lama.
 Dorongan untuk selalu unggul (motivation to excel), wirausahawan
selalu ingin lebih unggul dan berhadil dalam mengerjakan apa yang
dilakukannya dengan melebihi dari standar yang ada, tidak
mengerjakan sesuatu sama dengan standar yang ada. Motivasi ini
muncul dari dalam diri (intenal) dan jarang muncul dari faktor
eksternal.
 Berorientasi kemasa depan (orientation to the future), untuk
tumbuh dan berkembang, wirausahawan selalu berpandangan jauh ke
masa depan yang lebih baik.
 Selalu belajar dari kegagalan (willingness to learn for failure),
Wirausahawan yang berhasil tidak pernah takut akan kegagalan. Ia
selalu memfokuskan kemampuannya pada keberhasilan.
 Memiliki kemampuan dalam kepemimpinan (leaderhip ability).
Wirausahawan yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan
pengaruh tanpa kekuatan serta harus memiliki taktik mediator dan
negosiator daripada diktator.

13
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pengertian disimpulkan bahwa kewirausahaan
adalah suatu keahlian yang dimiliki oleh individu untuk meciptakan sesuatu
yang baru, berbeda dari yang lain sebagai usaha untuk mencapai kehidupan
yang baik.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Asri, Marwan, dkk. 1986. Manajemen Perusahaan, Pendekatan


Operasional. BPFE : Yogyakarta.
Badan Koordinasi Koperasi Kredit (BK3 I). 1985. Ciri-ciri Kredit Yang Baik.
BK- Jakarta.
Mangkusubroto, Kuncoro, dkk. 1983. Analisa Keputusan Pendekatan Sistem
Dalam Manajemen Usaha dan Proyek. Baskara : Bandung.
Soebroto, Thomas. 1979. Pengantar Teknik Berusaha. Yayasan
Purba Dhanarta:Semarang.
Soemanto, Wasty. 1984. Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta.
Bina Aksara : Malang.
Widjaya, A.W., 1985. Manusia Indonesia Individu, Keluarga, dan
Masyarakat. Akademika Pressindo : Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai