Anda di halaman 1dari 16

Anti Korupsi

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 1
Anti Korupsi

Bab I: Sadar Anti Korupsi


A. Dampak Perilaku dan Tindak Pidana Korupsi
Dampak korupsi:
- Negara membayar biaya hutang lebih besar
- Harga infrastruktur lebih tinggi
- Ketimpangan pendapatan
- Menurunkan investasi dan pertumbuhan ekonomi
- Persepsi korupsi berdampak kuat dan negatif terhadap arus investasi

B. Pengertian Korupsi
Tindak Pidana adalah Suatu perbuatan yang diancam dengan pidana oleh Undang-Undang,
bertentangan dengan hukum, dilakukan dengan kesalahan oleh seseorang yang mampu
bertanggungjawab. Sedangkan korupsi (coruptio/corruptus) adalah (kerusakan/kebobrokan)
perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari
kesucian, melanggar norma-norma agama, material, mental dan umum.
Menurut Robert Klitkgard, Korupsi adalah Diskresi atau Monopoli tanpa adanya
Akuntabilitas.
K=DxM-A

7 Jenis Korupsi (Syed Husein Alatas) :


- KORUPSI TRANSAKTIF, korupsi yang menunjukkan adanya kesepakatan timbal balik
antar pemberi dan penerima demi keuntungan bersama.
- KORUPSI EKSTROAKTIF, korupsi yang menyertakan bentuk koersi (tekanan) tertentu di
mana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian pada dirinya.
- KORUPSI INVESTIF, korupsi yang melibatkan penawaran barang/jasa tanpa adanya
pertalian langsung, dengan keuntungan diharapkan diperoleh dimasa datang.
- KORUPSI NEPOSTIK, korupsi berupa pemberian perlakuan khusus kepada teman atau
yang mempunyai kedekatan hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik.
- KORUPSI AUTOGENIK, korupsi yang dilakukan individu untuk mendapat keuntungan
dari pengetahuan yang dimilikinya.
- KORUPSI SUPORTIF, korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang kondusif
untuk melindungi tindak korupsi yang lain.
- KORUPSI DEFENSIF, korupsi yang terpaksa dilakukan dalam rangka mempertahankan diri
dari pemerasan.
Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 2
Anti Korupsi

C. Tindak Pidana Korupsi


7 kelompok Tindak Pidana Korupsi menurut UU No. 31/1996 jo No. UU 20/2001 :
- Kerugian uang negara Rugi SuPermi CuriGa Benting harga
- Suap-menyuap Gratis
Rugi = Kerugian uang negara
- Pemerasan Su = Suap menyuap
- Perbuatan curang Per = Pemerasan
Curi= Curang
- Penggelapan dalam jabatan Ga = Gelap
- Benturan kepentingan dalam pengadaan Benting = Benturan Kepentingan
- Gratifikasi Gratis = Gratifikasi

D. Niat, Semangat, dan Komitmen Anti Korupsi


Kesadaran akan Anti korupsi pada puncak tertinggi akan menyentuh spiritual accountability
kita. Apa itu spiritual accountability? Spritual accountability mengandung makna sebagai berikut :
1) Kesadaran atau selalu ingat akan perjanjian dengan Tuhannya,
2) Kesadaran bahwa kehidupan di dunia harus dipertanggungjawabkan. Manusia diciptakan
harus amanah dan bertanggungjawab.
Spiritual accountability yang baik akan menghasilkan niat yang baik, kemudian akan
menghasilkan visi dan misi yang baik, selanjutnya diterjemahkan dalam usaha yang terbaik untuk
mendapatkan hasil terbaik. Niat anti korupsi semakin kuat bagi mereka yang ingat pada Tuhannya,
mereka tidak ingin urusan dunia merusak perjanjian dengan Tuhannya dan akan menjadi beban bagi
kehidupan setelah dunia.

Disamping niat yang sudah benar, dibutuhkan semangat yang tinggi untuk menolak korupsi.
Orang yang selalu ingat akan selalu mempunyai niat yang baik dan hal tersebut menjadi energi yang

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 3
Anti Korupsi

kuat untuk selalu bersemangat. Namun tidak hanya sampai menjadi semangat, ketika telah mencapai
kesadaran utuh maka akan menjadi ke tingkat yang lebih lagi yaitu komitmen integritas.

E. Indonesia Bebas Dari Korupsi


Level komitmen integritas yang semakin tinggi akan membuat Indonesia meraih impian bebas
dari korupsi. Terkait integritas sebagai solusi terhadap korupsi, KPK telah menyusun Sistem
Integritas Nasional (SIN). Sistem Integritas Nasional (SIN) merupakan konsep integritas yang
komprehensif untuk memastikan bangsa Indonesia dapat mencapai tujuan nasionalnya. Bagian
penting dari konsep ini adalah tunas integritas, yaitu pribadi-pribadi yang memiliki komitmen
integritas yang tinggi dan bersedia membangun sistem integritas bangsa.

“There is no save in growth zone, there is no growth in save zone”

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 4
Anti Korupsi

Bab II: Semakin Jauh Dari Korupsi


A. Tunas Integritas
Tunas Intgritas merupakan terjemahan dari konsep yang berprinsip bahwa manusia sebagai faktor
kunci perubahan. Pembangunan integritas perlu dimulai dari upaya membangun integritas individu
yang selaras dengan integritas organisasi dan bangsa. Faktor manusia sebagai kunci perubahan
mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia sekaligus pembenahan permasalahan akhlak/moral.
Selain itu, pembenahan akhlak/moral ini juga dapat membangun integritas individu dan budaya anti
korupsi serta sistem yang berintegritas.
Peran tunas integritas:
1. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, mereka menjadi kumpulan orang yang
selalu terdepan untuk memastikan tujuan organisasi tercapai.
2. Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam pembangunan sistem integritas
hingga semua peluang korupsi dan berbagai penyimpangan lainnya dapat ditutupi.
3. Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk berintegritas tinggi.
Para tunas integritas tidak mendorong masyarakat dan K/L/O/P untuk membangun budaya baru,
atau mengambil budaya dari luar Indonesia, tetapi akan melakukan reframing budaya yang ada, yaitu
dengan menggeser dari kutub negatif menjadi kutub positif, dengan tetap memelihara kebiasaannya
atau perilaku otomatis (sesuatu yang telah terbentuk dan menyatu kuat dalam diri). Pendekatan ini
menyebabkan para tunas integritas memiliki kemampuan untuk melakukan:
• Re-framing kultur atau budaya, agar perubahan budaya dapat lebih mudah dan cepat, serta tidak
perlu energi besar, atau dengan istilah-istilah semacam “potong generasi”, namun membuka
kesempatan selebar-lebarnya untuk semua elemen bangsa, baik generasi lalu, generasi yang
sekarang maupun generasi yang akan datang untuk menjadi gardaterdepan dalam pemberantasan
korupsi.
• Utilisasi fenomena perilaku otomatis bagi perubahan diri, keluarga, organisasi dan bangsa, serta
lebih jauh lagi dengan menciptakan peradaban yang lebih baik.

B. Identifikasi Nilai Dasar Anti Korupsi


Berikut ini merupakan sembilan nilai dasar anti korupsi:
1. Jujur 5. Tanggung Jawab
2. Peduli 6. Kerja Keras
3. Mandiri 7. Sederhana
4. Disiplin 8. Berani
Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 5
Anti Korupsi

9. Adil
Cara mudah mengingat sembilan nilai dasar anti korupsi:

JuPe ManDi TangKer SeBeDil

C. Penyelarasan Nilai Organisasi dan Nilai Anti Korupsi


Upaya penyelarasan nilai organisasi dan nilai anti korupsi sangat penting untuk memastikan
bahwa para pegawai yang mengusung integritas atau anti korupsi mendapatkan payung yang tepat
didalam organisasinya. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Lakukan pengecekan bahwa visi dan misi tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai
universal.
2. Buatlah daftar dan lakukan analisis korelasi antara nilai hasil penyelarasan dengan visi dan
misi organisasi. Beri tanda angka 0 jika tidak ada hubungan, beri tanda angka 1 jika
hubungannya rendah, beri tanda angka 2 jika hubungannya sedang dan beri tanda angka 3 jika
hubungannya sangat kuat.
3. Nilai yang memperoleh besaran angka tertinggi merupakan nilai yang semakin signifikan dan
prioritas.

Contoh tabel penyelarasan nilai organisasi.

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 6
Anti Korupsi

D. Penanaman Nilai dan Integritas


Kelman (1958) dan Brigham (1991)
menyebutkan adanya tiga proses sosial yang berperan
dalam proses perubahan sikap dan perilaku, yaitu
kesediaan (compliance), identifikasi (identification),
dan internalisasi (internalization).

1. Kesediaan (compliance)
Kesediaan terhadap integritas (Integrity
Compliance) adalah ketika individu bersedia
menerima pengaruh untuk berintegritas dari orang
lain atau dari kelompok lain, dikarenakan ia berharap
untuk memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari
pihak lain tersebut.
2. Identifikasi (identification)
Identifikasi integritas terjadi apabila individu meniru integritas seseorang atau kelompok lain
dikarenakan integritas sudah sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang
menyenangkan antara dia dengan yang memberikan pengaruh terkait integritas. Identifikasi dapat
terjadi sekalipun integritas yang ditiru itu belum tentu sesuai dan memuaskan bagi individu yang
bersangkutan.
3. Internalisasi (internalization)
Internalisasi integritas terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap dan
berperilaku dengan penuh integritas dikarenakan integritas tersebut sesuai dengan apa yang ia
percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya.
Internalisasi dapat dilakukan dengan pendekatan inside out (dari dalam keluar) maupun out side
in (dari luar kedalam). Untuk membangun budaya integritas dapat dilakukan dengan :
(1) ide, cara berpikir dan sistem nilai
(2) Lingkungan yang berintegritas.
Internalisasi integritas akan maksimal ketika kita mampu menggabungkan pendekatan inside out
dan out side in. Untuk terjadinya hal tersebut maka:
1. Lingkungan yang berintegritas: perbanyak hidup dalam lingkungan yang positif.
2. Proteksi Integritas: pastikan pengaruh lingkungan yang negatif tidak masuk dalam pikiran (diri).
3. Perubahan Sistem Nilai: jika pengaruh sudah masuk dalam pikiran (diri) segera lakukan teknik
perubahan sistem nilai agar yang negatif dapat dihapuskan dan diganti dengan yang positif.
Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 7
Anti Korupsi

Hidup dalam lingkungan yang positif dapat dilakukan dengan:


1. Memperbanyak teman yang berperilaku positif.
2. Memperbanyak artefak/simbol dan sejarah yang memberikan makna atau inspirasi untuk
melakukan perilaku positif dan selalu ingat akan kebaikan dan kebenaran.
3. Memperbanyak rutinitas atau ritual positif.
4. Membangun atau menjalankan sistem integritas: Kepemimpinan, Struktur Organisasi, Sistem
Pengendalian, dll.
Proteksi integritas agar pengaruh lingkungan negatif tidak dapat masuk dalam diri kita dapat
dilakukan dengan:
• Melakukan simbolisasi yang dilengkapi dengan imajinasi, sugesti dan asosiasi bahwa pengaruh
tersebut hanya ada diluar diri kita dan tidak pernah
masuk ke dalam diri.
• Melakukan dis-asosiasi, yaitu keluar dari lingkaran
pengaruh negatif tersebut.
• Melakukan Multi Protection of Integrity.

1) Simbolisasi
Setiap ada fenomena atau kejadian baik yang positif maupun negatif dalam imajinasi kita
dibuat simbol, kemudian kita lakukan penyikapan terhadap simbol tersebut, dengan kata lain
setiap peristiwa atau kejadian tidak secara otomatis masuk kedalam diri kita. Jika positif maka
simbol tersebut diasosiasikan masuk dalam diri kita, jika negatif maka simbol tersebut seakanakan
disimpan diluar diri kita.
2) Dis-Asosiasi
Setiap ada fenomena atau kejadian yang akan
berpengaruh negatif yang ditujukan pada diri kita,
untuk menghindarinya kita melakukan gerakan atau
asosiasi sehingga pengaruh tersebut tidak terarah pada
diri kita, namun kita tetap mengendalikan sepenuhnya
pengaruh tersebut. Kita mengendalikan proses
bagaimana pengaruh negatif terarah bukan pada diri
kita tetapi pada asosiasi diri kita.

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 8
Anti Korupsi

3). Multi Protection of Integrity


Multi Protection of Integrity (MPI) dapat dilakukan oleh manusia yang telah menghidupkan
nuraninya. Nurani yang hidup tidak akan pernah berkompromi dengan penyimpangan, ia jujur
dengan kebenaran dan kebaikan universal, ia akan memberikan respon berupa hilangnya
ketenangan jika penyimpangan diikuti oleh seseorang.
Untuk mengatasi hilangnya ketenangan terdapat kiat-kiat MPI sebagai berikut:
- Jika ragu-ragu langsung hentikan (tidak dilakukan).
- Jika kita meyakinkan diri sehingga mengambil salah satu pilihan, namun pilihan tersebut
menimbulkan persaan tidak nyaman, maka segera hentikan.
- Jika kita tetap berusaha menyaman-nyamankan diri, karena hampir banyak orang melakukan,
sudah menjadi kebiasaan dan lain-lain, segera minta rekomendasi kepada seseorang atau tim yang
dipandang layak untuk jadi mentor (diakui dan teruji telah berintegritas tinggi), jika tidak
direkomendasikan segera hentikan atau jangan dilakukan.
- Apabila dorongan untuk melakukan masih kuat juga, maka segera bayangkan dan ajukan
pertanyaan “Jika yang diputuskan atau dipilih dan akan dilakukan ternyata diketahui media masa
dan ditayangkan atau disiarkan, “Apakah membuat malu atau bangga?”, jika membuat malu
segera hentikan.
- Bayangkan dan tanyalah “Apakah yang diputuskan, dipilih dan akan dilakukan akan membuat
semakin gelap atau semakin terang kuburan kita?’, jika bakal membuat semakin gelap segera
hentikan.
- Bayangkah dan tanyalah “Apakah yang diputuskan, dipilih dan dilakukan akan membuat berat
timbangan ke surga atau neraka?’, jika jawabannya ke neraka segera hentikan.

Seringkali muncul pertanyaan “Mungkinkah pengaruh negatif yang sudah masuk bawah sadar
atau sudah menjadi karakter dapat dilakukan perubahan menjadi positif?”. Kondisi ini tidak cukup
hanya dengan menginternalisasikan integritas atau memperkuat integritas, namun perlu diikuti
dengan proses:
1) Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan negatif.
2) Melakukan re-framing kebiasaan negatif hingga positif. Re-framing dilakukan dengan
mengubah konteks dari suatu konten negatif. Sebagai contoh adalah:
a) Mengembalikan lagi konten gotong royong yang biasanya untuk konteks kebaikan, yang
telah berubah konten kebersamaannya menjadi konteks negatif berupa kolusi.

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 9
Anti Korupsi

b) Memanfaatkan konten malas dalam kontek negatif, sehingga muncul perilaku positif,
contohnya adalah konten negatif malas dilakukan dalam kontek negatif korupsi sehingga
menghasilkan malas korupsi yang nuansanya positif.

“Selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha,


selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa.”

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 10
Anti Korupsi

Bab III: Bangun Sistem Integritas


A. Re-Framing Culture
Merupakan upaya mengubah perilaku, ucapan maupun emosi negative dengan
mengubah sudut pandang.
Secara bahasa Re-framing berarti merangkai ulang, dalam hal ini adalah merangkai ulang
pemikiran atas suatu peristiwa dengan sudut pandang yang lebih positif.
Yudi Latief Ph. D seorang aktivis dan juga cendekiawan menyebutnya sebagai National
Healing adalah upaya untuk memulihkan kembali menjadi konteks positif dan menuju semangat
dasar atau fitrah berdirinya suatu negara
Terdapat 7 semangat dasar yang diharapkan dapat di tumbuhkan kembali di Bumi Pertiwi:
1. Semangat ketawan pada Tuhan
2. Semangat keikhlasan dan ketulusan
3. Semangat pengabdian dan tanggung jawab
4. Semangat menghasilkan yang terbaik
5. Kekeluargaan
6. Semangat keadilan dan kemanusian
7. Semangat perjuangan
Proses re-framing selain dilakukan dengan cara perubahan konteks berpikir dapat juga
dilakukan dengan konteks perubahan kompetens, yaitu dengan cara sikap, perilaku dan kompetensi
negative digabungkan dengan konteks negative maka akan erdampak positif, yang hasilnya “dikunci”
dan kemudian ditanamkan pada alam bawah sadar (Achoring).
Contoh : Sikap kebiasaan malah merupakan hal yang negative digabung dengan korupsi yang
juga memiliki konteks negative makan akan menghasilkan “malas korupsi” yang
bernuansa positif

B. Seeding Of Integrity
Merupakan upaya dalam menanamkan pengaruh inegritas pada alam bawah sadar
hingga dapat membentuk perilaku, kebiasaan dan budaya yang berintegritas
Terdapat Tiga aspek penting yang perlu disadari terkait pertempuan antara inegritas dan korupsi:
1. Koruptor menggoda biasanya pada saat seseorang sedang sendiri
2. Koruptor menggoda biasanya pada saat keadaan sepi dan rahasia
3. Koruptor menggoda dengan beragam cara dan menggunakan pengaruh yang sebelumnya
diluar perkiraan
Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 11
Anti Korupsi

Sebagai contoh, apabila dilakukan simulasi dialog mengenai pengaruh koruptor terhadap
pegawai negeri dengan memberikan penwaran uang yang menguntungkan dari peyimpangan dan
diminta hanya untuk menjawab “ya” dan “tidak” sering diikuti dengan perubahan :
a. Ketegasan jawaban, semakin lama menyampaikan jawaban tidaknya;
b. Intonasi, terjadi perubahan intonasi;
c. Perubahan raut muka dan perilaku, misalkan diikuti dengan senyuman, kedipan
mata, perubahan gerakan bibir, perubahan posisi duduk, atau badan.
Perubahan ketegasan, intonasi sikap dan perilaku tersebut bisa jadi tergantung dari berapa
kebiasaan uang yang sering dikelola atau dimiliki. Bagi yang sudah terbiasa dengan uang dengan
jumlah besar tentu memiliki respon yang berbeda dengan yang tidak biasa. Perbedaan inilah yang
dinamakan WOW EFFECT.
Wow effect menggambarkan bahwa lingkungan dapat empengaruhi dengan beragam stimulus
yang ditangkap panca indera (modality), kemudian stimulus tersebut diubah menjadi bahasa otak
melalui Thalamus. Wow effect berpengaruh dalam terjadinya ucapan dan perilaku secara otomatis
diakubatkan stimulus tadi tidak terontrol dan melalui jalan cepat menuju Amigdala (pusat emosi)
tanpa melalui pusat ilmu dan memora.
Dengan mempelajari mekanisme berpikir, bersikap dan bertindak manusia maka akan
didapatkan pola sebagai berikut :
1. Stimulus wow effect korupsi lebih kuat pengaruhnya dibandingkan kekuatan control internal
(nurani) yang kemudian memunculkan kecenderungan korupsi.
2. Kekuatan ontrol internal (nurani) dan stimulus korupsi yang biasa ( tanpa wow effect ) atau
lemah
3. Kekuatan control internal (nurani) lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan stimulus
wow effect korupsi. Akan memunculkan kecenderungan integritas
Proses menanamkan pengaruh dari luar ke dalam diri manusia terkait erat dengan panca indera
(modality) sebagai pintu interaksi dan sub modality agar pengaruh integritas tersebut dapat masuk
dalam area bawah sadar, yang selanjutnya diharapan dapat menjadi perilaku otomatis, kebiasaan dan
budaya. Penguasaan modality sampai sub modality akan sangat berperan untuk ketepatan proses
kompetensi, terutama pada saat memberikan sugesti yaitu ketepatan dalam penggunaan bahasa-
bahasa yang paling berpengaruh untuk mensugesti diri sendiri atau orang lain. Secara umum kita
mengenal adanya 3 besaran modality dan sub modality :
a. Auditory
b. Visual

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 12
Anti Korupsi

c. Kinestetik
d. Multi modality.
Penguasaan modality membantu peran Tunas Integritas untuk membangun sistem integritas
atau lingkungan yang dapat membuat semakin banyak orang berintegritas secara otomatis melalui
pelemahan terhadap wow effect korupsi dan penguatan wow effect integritas dengan cara
mempengaruhi lingkungan yang ada untuk berintegritas.

C. Sistem Integritas Organisasi


Kita sebagai ASN harus mampu menjadi Tunas Integritas bagi organisasi. Tunas Integritas
yang di maksud adalah menjadi individu yang mampu membawa perubahan positif. Khususnya dalam
hal penegakan integritas yang penerapan nya di aktualisasikan dalam kegiatan sehari-hari, sehingga
rasa integritas tersebut tumbuh dan mengakar menjadi suatu budaya organisasi.
Upaya Tunas Integritas dalam melakukan pencegahan korupsi secara terintegrasi yaitu
melalui tiga pendekatan:
1. Pendekatan Perilaku Individu
2. Pendekatan Sistem
3. Pendekatan Budaya

Sistem Integritas yang baik akan mempengaruhi setiap individu menjadi individu yang baik
pula, kemudian terjadilah keselarasan antara individu dan sistem dalam lingkungan yang
Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 13
Anti Korupsi

kondusif. Lingkungan inilah yang akan meningkatkan dan menjaga Integritas organisasi.
Sehingga terbentuklah Budaya Organisasi yang baik.

a) Leadership Risk
Seorang pemimpin akan mempengaruhi Sistem Integritas dari organisasi yang di pimpin nya.
Implementasi berbagai upaya pemberantasan korupsi akan efektif dan efisien jika di pimpin oleh
orang orang yang berintegritas tinggi.
Sedangkan seorang pemimpin yang tidak memiliki integritas tinggi akan “menekan” para
pegawai nya untuk melakukan tindakan-tindakan koruptif dengan memanfaatkan kekuasaan yang di
milikinya. Hal inilah yang di sebut dengan Leadership risk.
Terdapat dua hal yang harus di terapkan dalam implementasi sistem integritas, yaitu :
1. Penyelarasan Organisasi, dan
2. Pengendalian Organisasi.
b) Penyelarasan dan Pengendalian Organisasi
Dalam penyelarasan dan pengendalian organisasi, di butuhkan kode etik yang baik dan kuat
untuk mencapai setiap tujuan organisasi. Penyelarasan dan pengendalian akan berjalan secara efektif
ketika diikuti kesediaan oleh seluruh elemen organisasi yang di dasari kejujuran bukan tergantung
situasi dan kepentingan pribadi.
Organisasi harus memiliki kapasitas, tata kelola yang baik dan peran yang jelas. Organisasi
yang berintegritas harus menggunakan kapasitas tersebut disertai dengan penyelarasan dan
pengendalian secara proporsional. Kapasitas yang di maksud diantaranya adalah : Sumber Daya
Manusia, Keuangan (Pendanaan), Teknologi serta Informasi dan Komunikasi.
Pengendalian pada penggunaan kapasitas tersebut akan berjalan efektif pada organisasi yang
sudah terintegrasi dan selaras dengan aspek-aspek organisasi, diantaranya:
1. Nilai;
2. Visi dan Misi;
3. Strategi;
4. Program;
5. Kegiatan.
Pengendalian organisasi di bagi menjadi tiga kelompok pengendalian, diantaranya:
1. Pengendalian Internal
2. Pengendalian korupsi
3. Pengendalian Strategis

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 14
Anti Korupsi

Setiap organisasi harus memastikan kapasitasnya dikelola dengan baik dan penuh integritas.
Untuk memastikan hal tersebut, maka diperlukan sistem sistem khusus untuk menciptakan integritas
organisasi seperti Program Pengendalian Gratifikasi (PPG) dan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggaraan Negara (LHKPN).

c) Komponen Sistem Integritas


Komponen sistem integritas di kelompokan menjadi dua sistem, diantaranya adalah sistem
operasional organisasi dan sistem khusus untuk mengendalikan korupsi. Sistem operasional
organisasi adalah sistem yang mengelola kapasitas organisasi, seperti SDM, Teknologi dan
pendanaan. Contoh sistem operasional organisasi diantaranya :
1. Manajemen SDM ( Perekrutan, pengembagan dan manajemen SDM);
2. Akuntabilitas keuangan dan kinerja;
3. Pengelolaan Aset;
4. Pengadaan barang dan jasa sesuai kebutuhan;
5. Keterbukaan informasi publik; dan
6. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Sistem khusus pengendali korupsi adalah sistem yang di bentuk organisasi untuk
mengendalikan korupsi dan menegakan etika organisasi, seperti :
1. Peningkatan Peran Pengawasan Internal;
2. Post Employment;
3. Integrity Checking;
4. Pengungkapan isu integritas;
5. Pengendali Gratifikasi;
6. Evaluasi Eksternal Integritas, dll.
d) Kematangan Praktek Sistem Integritas
Tahapan:
1. Not Performance (belum ada kinerja);
2. Adhoc, (sementara, reaktif , mendad;
3. Planned (terencana dan teroganisasi dengan;
4. Institutionalized (menyatu dengan sistem organisasi;
5. Evaluated (telah dapat dievaluas;
6. Optimized (dapat di optimalkan).
Narahubung: Proyekperubahan218@gmail.com

Sumber : Modul Anti-Korupsi Lemabaga Administrasi Negara

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 15
Anti Korupsi

Modul Rangkuman Intisari Materi Latsar |Tim Proyek Maksimal BPKP 2018 16

Anda mungkin juga menyukai