Laporan Kasus Squamous Cell CA
Laporan Kasus Squamous Cell CA
Oleh :
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2017
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada manusia yang
dapat diikuti perkembangannya secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak
permulaan. Pengawasan dan penemuan tumor kulit dapat dilakukan dengan lebih
teliti dan dini, apabila masyarakat juga ikut ditingkatkan pengetahuannya.
Pengetahuan ini meliputi penjelasan khusus tentang tumor melalui media masa
(radio,TV, surat kabar dan lain-lain) serta meningkatkan daya pikir masyarakat pada
umumnya. Dengan meningkatnya pengetahuan, maka daya tangkap mengenai
penjelasan melalui media masa menjadi lebih mantap, dan diharapkan masyarakat
akan datang secara sadar untuk berkonsultasi dengan dokter atau pusat-pusat
kesehatan terdekat.
Tumor kulit dapat dibagi menjadi tumor jinak, tumor prakanker dan tumor
ganas. Tumor ganas dilihat dari segi histopatologi mempunyai strukur yang tidak
teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus dan
sitoplasma umumnya pertumbuhannya cepat (kecuali basalioma) dengan gambaran
mitosis yang abnormal (Djuanda et al,1987). Jenis tumor ganas kulit yang banyak
ditemukan diseluruh dunia meliputi karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa dan
melanoma maligna.
Karsinoma sel skuamosa atau disebut sebagai Squamous Cell Carcinoma
adalah neoplasma maligna yang berasal dari keratinizing cell/keratinocytes dari
epidermis dengan karakteristik terjadinya anaplasia, tumbuh cepat, menginfiltrasi
jaringan sekitar dan mempunyai potensi untuk metastasis. Manifestasi klinis KSS
lebih sering dijumpai pada area leher dan kepala pada kulit putih dan pada daerah
yang tidak terekspos matahari pada kulit hitam, dan orang asia.
Potensi metastase dari KSS tergantung dari kedalaman infiltrasinya. Semakin
dalam infiltrasinya, semakin tinggi potensi untuk metastasis. Rekurensi tumor juga
mempunyai risiko metastasis lebih tinggi. Adanya infiltrasi/invasi perineural
3
mempunyai potensi untuk metastasis sebesar 35%. KSS pada bibir, daun telinga, dan
pada daerah dengan jaringan parut dan inflamasimempunyai potensi untuk metastasi
lebih besar.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Karsinoma sel skuamosa atau disebut sebagai Squamous Cell Carcinoma
adalah neoplasma maligna yang berasal dari keratinizing cell/keratinocytes dari
epidermis dengan karakteristik terjadinya anaplasia, tumbuh cepat, menginfiltrasi
jaringan sekitar dan mempunyai potensi untuk metastasis (Manuaba, 2010).
2.2 ANATOMI
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm - 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong (McLafferty E et al, 2012).
5
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat. Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan
pokok terdiri dari : a. lapisan epidermis, b. lapisan dermis, c. subkutis, sedangkan
alat-alat tambahan juga terdapat pada kulit antara lain kuku, rambut, kelenjar sebacea,
kelenjar apokrin, kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang terdapat pada kulit
dinamakan appendices atau adneksa kulit.
A. EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
6
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi
barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel,
pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin atau zat tanduk.
2. Stratum Lusidum adalah lapisan kulit yang terdapat langsung dibawah stratum
korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2-3 lapis sel-sel gepeng
dengan sitoplasma yang terisi oleh granula basofilik kasar (granula keratohialin)
yang mengandung protein kaya akan histidin. Mukosa biasanya tidak mempunyai
lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
4. Stratum Spinosum (stratum malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang
berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak
ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya.
Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel
(intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin.
Diantara sel spinosum terdapat pula sel langerhans.
5. Stratum Basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubis (kolumnar) yang tersusun
vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini
7
mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis
sel yaitu sel yang berbentuk kolumnar dan sel pembentuk melanin.
B. DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung dan paling
tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan epidermis ini tidaklah sebagai
bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang. Bagian dermis yang menonjol ke
dalam epidermis dinamakan papilla, sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke
dermis disebut rete ridge. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength,
suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.
Dermis ini tersusun dari beberapa unsur atau organ yang meliputi: unsur
seluler, unsur fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limfe, sistem saraf.
Kelima unsur atau organ yang menyusun dermis akan kita bahas satu demi satu.
1. Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang terdiri dari:
2. Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada stratum
papilaris. Unsur fibrous terdiri dari :
8
Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan ikat, serabut ini
terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin dari rantai polypeptide. Serabut
ini bertanggung jawab pada ketegangan kulit merupakan unsure pembentuk
garis langer (cleavage line)
Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut elastin, ini juga
dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya lebih halus disbandingkan dengan
kolagen. Serabut elastin ini bertanggung jawab atas elastisitas kulit.
Retikulin : Merupakan serabut kolagen yang masih muda dan hanyalah dapat
dilihat dengan pewarna khusus.
Substansi dasar, tersusun dari bahan mukopolisakaris (asam hialuronat dan
dermatan sulfat), yang juga dibentuk oleh fibroblast. Substansi dasar hanya
merupakan 0,1% dari berat kering jaringan ikat, tetapi substansi dasar ini
mampu menahan sejumlah air, sehingga akan menempati ruang terbesar dari
dermis.
Pembuluh darah dan limfe :
Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit merupakan 10%
dari seluruh peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh darah di dalam kulit
terdiri dari 2 plexus yaitu :
1. Plexus superficialis : terdapat pada bagian atas dermis dan tersusun sejajar
dengan epidermis. Plexus superficialis ini terdiri dari atas kepiler-
kapiler, endarteriole dan venulae yang member makan ke papilla.
2. Plexus profunda : Terdapat pada bagian bawah dermis atau dekat subcutis
dan terutama terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar dari
pada plexus superficialis.
Pada jari-jari di antara arteriol dan venule terdapat kelompokan otot polos yang
mempunyai fungsi khusus yaitu mengatur shunt arterio-venosa dan sering
9
dinamakan glomus. Sedangkan pembuluh limfe biasanya mengikuti pembuluh
darah.
1. Sistem saraf
Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen. Sebagian besar
terdapat pada wajah dan ekstremitas, sedangkan pada punggung relative sedikit.
Serabut saraf ini mempunyai akson dengan badan sel yang berada pada dorsal
root ganglia . Serabut saraf ini masuk kulit melalui lapisan lemak subkutan,
kemudian masing-masing terbagi dua yaitu serabut saraf bermyelin dan serabut
saraf tidak bermyelin. Serabut saraf bermyelin berjalan horizontal membentuk
anyaman dengan serabut yang sama, kemudian naik ascenden bersama pembuluh
darah dan menginervasi dermis bagian superficial. Dalam perjalanan selanjutnya
serabut ini dibungkus oleh sel Schwann dan sebagian tidak bermyelin. Sebagian
berakhir di dermis, beberapa melakukan penetrasi membrane basalis tetapi tidak
jauh melanjut ke epidermis.
Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut :
10
1. Korpuskulum Meisnerri berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan
tekanan ringan. Terdapat pada papilla dermis dan paling banyak dapat
dijumpai pada telapak tangan dan kaki.
2. Korpuskulum Paccini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan dalam
dan terdapat pada dermis bagian dalam terutama pada bagian-bagian badan
yang sering menahan beban berat.
3. Akhiran saraf rambut bebas berfungsi untuk menerima rangsangan panas,
dingin, nyeri, gatal. Akhiran saraf bebas ini terdapat terutama pada papilla
dermis dan sekitar folikel rambut.
Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis.
Dengan menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri
dari 4 komponen yaitu, membran sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah
intermembranous, lamina basalis, komponen fibrous dermis yang dapat dilihat
dengan mikroskop biasa dengan pewarna khusus menggunakan PAS. Zone
membrane basalis ini merupakan filter semipermeable yang memungkinkan
pertukaran sel dn cairan antara dermis dan epidermis(2).
C. SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari atas
jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,
besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel
ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula
dan fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai
cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembulu darah
dan getah bening.
11
sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan. Fungsi Subkutis /
hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol
bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu dari 10 jenis kanker yang
paling sering terjadi diseluruh dunia, dengan insidensi pada pria 5% dan wanita
2%. Di Amerika Serikat karsinoma sel skuamosa kulit merupakan tumor ganas
kulit non melanoma ke-2 terbanyak setelah karsinoma sel basal dan merupakan
20 % dari keganasan kulit. Pada data American Cancer Society didapatkan
perbandingan antara karsinoma sel skuamosa kulit dengan karsinoma sel basal
1:3 (Stratigos et al,2015).
Karsinoma sel skuamosa kulit lebih sering dijumpai pada orang kulit putih
daripada kulit berwarna dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan
dengan wanita, terutama pada usia 40–50 tahun (Davis and Bordeaux,2013).
Insiden karsinoma sel skuamosa kulit meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Kekambuhan karsinoma sel skuamosa kulit kulit masih tinggi yaitu 2 % dan
8,9 % paska eksisi luas dengan batas eksisi pada jarak 2 cm dari tepi tumor,
paska radioterapi 7 % - 50 % dan 20 % paska kuretase dan elektrodeseksi.
12
2.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi dari karsinoma sel skuamosa kulit mempergunakan sistem TNM
dari UICC, yaitu :
T untuk besar tumor primer, dibagi atas :
o Tx keadaan awal, tumor sulit dijumpai
o Tis karsinoma insitu, sel-sel tumor belum menginfiltrasi lapisan
papilaris dermis
o T0 tumor primer tidak ditemukan
o T1 diameter tumor terbesar < 2 cm, terletak superfisial atau di lapisan
epidermis atau tumbuh exofitik
o T2 diameter tumor terbesar 2 – 5 cm atau sudah ada infiltrasi minimal
ke dermis
o T3 diameter tumor terbesar > 5 cm atau sudah ada infiltrasi ke dalam
dermis
o T4 tumor yang sudah mengenai unsur lain : fascia, otot, tulang rawan,
Tulang
13
o M0 tidak ada metastase jauh
o M1 ada metastase jauh pada organ lain (paru, tulang, hepar, otak,
pleura)
2.5 PATOFISIOLOGI
Patogenesis molekuler KSS mencerminkan akumulasi perubahan
genetik yang terjadi selama periode bertahun-tahun. Perubahan ini terjadi pada
gen-gen yang mengkodekan protein yang mengendalikan siklus sel,
keselamatan sel, motilitas sel dan angiogenesis. Setiap mutasi genetik
14
memberikan keuntungan pertumbuhan yang selektif, membiarkan perluasan
klonal sel-sel mutan dengan peningkatan potensi malignansi.
Karsinogenesis merupakan suatu proses genetik yang menuju pada
perubahan morfologi dan tingkah laku seluler. Gen-gen utama yang terlibat
pada KSS meliputi proto-onkogen dan gen supresor tumor (tumor suppresor
genes/TSGs). Faktor lain yang memainkan peranan pada perkembangan
penyakit meliputi kehilangan alel pada rasio lain kromosom, mutasi pada proto-
onkogen dan TSG, atau perubahan epigenetik seperti metilasi atau histonin
diasetilasi DNA. Faktor pertumbuhan sitokin, angiogenesis, molekul adesi sel,
fungsi imun dan regulasi homeostatik pada sel-sel normal yang mengelilingi
juga memainkan peranan.
15
2. Karsinoma sel skuamosa kulit invasif
Karsinoma sel skuamosa kulit invasif dapat berkembang dari karsinoma
sel skuamosa kulit insitu dan dapat juga dari kulit normal, walaupun jarang.
Karsinoma sel skuamosa kulit yang dini baik yang muncul pada karsinoma
insitu, lesi pramaligna atau kulit yang normal, biasanya adalah berupa nodul
kecil dengan batas yang tidak jelas, berwarna sama dengan warna kulit atau
agak sedikit eritema. Permukaannya mula-mula lembut kemudian berkembang
menjadi verukosa atau papilamatosa. Ulserasi biasanya timbul di dekat pusat
dari tumor, dapat terjadi cepat atau lambat, sering sebelum tumor berdiameter 1
– 2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan mudah berdarah, sedangkan
pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras, dapat dijumpai adanya krusta
2.7 TATALAKSANA
Prinsip penanganan karsinoma sel skuamosa kulit adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan tindakan pilihan utama dan bisa
dipergunakan baik terhadap lesi yang kecil maupun yang besar. Pembedahan
harus dilakukan dengan pembiusan total karena pembiusan lokal dapat terjadi
penyeberangan dari sel-sel tumor mengikuti ujung jarum suntik yang
dipergunakan. Pembedahan yang dilakukan sebagai terapi dari karsinoma sel
skuamosa kulit adalah eksisi luas dengan batas irisan dari tepi tumor sebesar 2
cm atau lebih dalam 2 cm.
Ada beberapa ahli yang mengatakan bila diameter terpanjang tumor
tersebut < 2 cm maka irisan cukup 1 cm dari tepi tumor, sedangkan bila
diameter terpanjang dari tumor tersebut > 2 cm maka dianjurkan untuk
melakukan irisan 2 cm atau lebih. Penanganan terhadap luka pasca eksisi dapat
dilakukan penutupan primer, hanya dianjurkan jangan melakukan pembebasan
jaringan subkutis bila luka lebar tapi disarankan untuk melakukan tandur kulit.
16
Hal ini untuk mengurangi terjadinya skar ataupun sikatrik yang dapat
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kekambuhan.
2. Radioterapi
Radioterapi pada penderita karsinoma sel skuamosa kulit dianjurkan
diberikan pada penderita yang lesi tumornya terletak pada daerah yang sulit
(sekitar mata, bibir dan hidung) bila dilakukan pembedahan ataupun pada
penderita yang sudah dilakukan eksisi dan tidak dapat melakukan irisan pada
jarak 2 cm dari tumor dan penderita sudah tua. Dosis total yang dianjurkan
adalah 4000 – 4500 rad, yang diberikan 300 rad/hari berturut – turut sampai 5
hari atau minggu dan lama pemberian adalah 2 – 3 minggu. Kesembuhan
karsinoma sel skuamosa kulit setelah radioterapi jika ukuran tumor < 1 cm,1 –5
cm 76 %, dan jika > 5 cm 56 %.
3. Sitostatika
Modalitas terapi ini dianjurkan sebagai suatu terapi tambahan dan
terutama untuk kasus dengan adanya metastase jauh, juga pada penderita
dengan lesi pada tempat sulit untuk melakukan eksisi 2 cm dari tepi tumor.
17
Adapun yang dipergunakan untuk terapi ini adalah Bleomysin dengan dosis 15
mg/m2 luas permukaan badan (lpb), dapat dikombinasi dengan Metotrexat 30
mg/m2 atau dikombinasi dengan Cisplatinum 60 mg/m2 dan Metotrexat 30
mg/m2 hari kedua, serta diulang tiap 3 minggu. Berreta menganjurkan
pemberian Adriamycine dengan dosis 50 mg/m2 lpb dan Cisplatinum dengan
dosis 75 mg/m2 lpb (CP) dengan pemberian setiap 3 minggu sekali atau
siklofosfamid 500 mg/m2 hari kedua, Vinkristin 1,5 mg/m2 lpb hari ke-1, 8,
dan 15, Adriamicin 50 mg/m2 hari kedua, dan Dakarbasin 250 mg/m2 hari ke-1
sampai ke-5 (CYDAVIC) serta diulang tiap 3 minggu. Pada stadium lanjut dan
tak bisa dioperasi maka modalitas terapi yang lebih baik adalah kombinasi
antara sitostatika Karboplatin (turunan Cisplatin) 50 mg/m2 pada hari ke-1 –4,
minggu ke 1,2,5, dan 6 (hari ke 1 dan 2) diikuti radioterapi mulai minggu ke 3,6
7,2 Gy dengan 2,1 Gy perhari.
2.8 KOMPLIKASI
Karsinoma sel skuamosa yang tidak diobati pada kulit dapat merusak
jaringan sehat disekitarnya, menyebar ke kelenjar getah bening atau organ
lainnya, dan mungkin berakibat fatal meskipun hal ini jarang terjadi.
Resiko karsinoma sel skuamosa yang agresif pada kulit dapat meningkat pada
kasus dimana kanker:
Sangat besar atau dalam
Melibatkan selaput lendir, seperti bibir
Terjadi pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti
seseorang yang menggunakan obat anti-rejection setelah transplantasi organ
atau seseorang yang memiliki leukemia kronis.
18
2.9 DIAGNOSA BANDING
1. Keratosis aktinik
2. Karsinoma sel basal
1. Keratosis Aktinik
Keratosis aktinik (AK) atau keratosis solar adalah lesi displastik yang umum
terjadi pada keratinosit. Terjadi paling sering pada kulit, soliter atau multipel,
kecil, sedikit menonjol, bersisik atau mirip kutil dan berwarna merah hingga
kuning kecoklatan atau hitam.
Tanda dan gejala keratosis aktinik berkembang sebagai berikut:
Lesi awalnya sebagai bintik kecil dan kasar yang lebih mudah dirasakan
daripada yang terlihat dan memiliki gambaran sepertii tekstur amplas.
Seiring waktu lesi membesar, biasanya menjadi merah dan bersisik
Sebagian besar lesi hanya berukuran 3-10 mm, namun ukurannya bisa
mencapai beberapa sentimeter
19
2. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal (BCC) adalah kanker kulit non melanocytic (yaitu tumor
epitel) yang timbul dari sel basal (yaitu sel kecil bulat yang ditemukan di lapisan
bawah epidermis). Prognosis untuk pasien dengan BCC sangat baik, namun jika
penyakit ini diijinkan untuk berkembang, dapat menyebabkan morbiditas yang
signifikan. Tanda dan gejala
Sekitar 85% BCC terjadi pada wajah, kepala (kulit kepala termasuk), dan
leher; yang lain muncul di bagasi atau ekstremitas; jarang, mereka mungkin
terjadi di tangan.
Ciri khas lainnya dari tumor BCC adalah sebagai berikut:
Papul lilin dengan depresi sentral
Pearly appearance
Erosi atau ulserasi: Sering bersifat sentral dan berpigmen
Pendarahan: Apalagi saat trauma
Daerah yang mengering atau berkerak: Di BCC besar
Digulung (dibesarkan) border
Translucency
Telangiektasis di atas permukaan
Tumbuh lambat : 0,5 cm dalam 1-2 tahun
Daerah berwarna biru tua atau coklat
20
Gambar 2.3 Basalioma
21
BAB 3
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.JR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 39 tahun
Alamat : Ds Sumber Pinang 02/02 Tegalwaru, Mayang
Status : Menikah
Pendidikan : SLTP-Sederajat
Pekerjaan : Petani
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Pelayanan : Umum
No. RM : 176680
No.Telp : 08528723684
Tanggal MRS : 20 Agustus 2017
Tanggal Pemeriksaan : 21 Agustus 2017
Tanggal KRS : 28 Agustus 2017
2. Anamnesis
- Keluhan Utama:
Luka dikepala yang tidak sembuh
- Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan luka dikepala yang tidak sembuh. Luka pada
kulit awalnya berupa luka gores karena sisir yang terjadi sejak 10 th yll di
kepala bagian parietal kiri. Pasien mengatakan bahwa ia sering menggaruk
luka dan semakin semakin lama lesi semakin membesar. Pasien tidak ada
22
keluhan nyeri kepala sehingga selama aktifitas kerja sehari-hari pasien tidak
pernah terganggu oleh lukanya.
- Riwayat Penyakit Dahulu: (-)
- Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak dijumpai riwayat keluarga yang menderita
penyakit tumor
- Riwayat Pengobatan:
Obat minum dan salep dari PKM
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Allert, GCS 4-5-6
Vital sign : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit (reguler, kuat angkat)
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,5°C (aksiler)
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
1. Kepala
- Kepala : Normocephali, Massa (+) bentuk cauliflower regio parietalis
sinistra uk 6x4 cm
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
- Hidung : Deformitas (-), rhinorrhea (-)
- Telinga : Otorrhea -/-
2. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
3. Thorax
Inspeksi : Terlihat bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada kanan
dan kiri simetris, retraksi dinding dada (-), iktus kordis tidak tampak
23
Palpasi : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, iktus
kordis teraba pada ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Cor : S1S2 tunggal, regular, ekstrasistol (-), murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
4. Abdomen
Inspeksi : Flat
Auskultasi : Bising usus (+) 12x/m, metalic sound (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), defans muskuler (-)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
5. Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-) ekstremitas atas dan bawah
4. Pemeriksaan Penunjang
FNA-B
5. Diagnosis Kerja
Karsinoma Sel Skuamosa Reg. Parietalis Sinistra
6. Planning
Planning Diagnostik
Lab : DL, SE, LFT, RFT
24
Planning Terapi
Pro wide eksisi
7. Prognosis
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Functionam : Ad bonam
Ad Sanationam : Ad bonam
25
9. Laporan Pre-Operasi
26
10. aporan Operasi
27
Posisi pasien : Supine
Persiapan operasi : Informed consent
Pasien dipuasakan
Uraian operasi :
Desinfeksi lapang operasi dengan povidine iodine 10% dan dipersempit dengan
duch steril
Eksisi kulit : Eksisi sesuai dengan marker tumor
Didapatkan : Massa pada region parietalis ukuran 6x8 cm, dasar bebas
pada periosteum parietal, didapatkan juga massa 3 buah dengan ukuran 4x3 cm,
3x2 cm dan 2x2 cm
Dilakukan : Wide eksisi + metastasektomi + skin graft donor dari femur
Follow Up 23/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi
O/ku : cukup
Kes: Allert
TD: 110/70mmHg, N:84x/menit, RR:
18x/menit, Tax: 36,6°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-
28
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+). Rembesan (-)
P: Nyeri (+)
Follow Up 24/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi berkurang
O/ku : Cukup
Kes: Allert
TD: 110/70mmHg, N:78x/menit, RR:
18x/menit, Tax: 36,4°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
29
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+), Rembesan (-)
P: Nyeri (+) berkurang
Follow Up 25/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi membaik
O/ku : cukup
Kes: Allert
TD: 120/70mmHg, N:80x/menit, RR:
20x/menit, Tax: 36,5°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+), Rembesan (-)
30
P: Nyeri (+) sedikit
A/ Karsinoma Sel Skuamosa Reg.
Parietalis Sinistra post wide eksisi +
metastasektomi + skin graft donor dari
femur H-3
P/
Inf. Tutofusin 1500cc/24 jam
Inj. Antrain 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x50 mg
Evaluasi skin graft 26/08/2017
Follow Up 26/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi membaik
O/ku : cukup
Kes: Allert
TD: 120/80mmHg, N:76x/menit, RR:
18x/menit, Tax: 36,4°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+). Rembesan (-)
P: Nyeri (+)
A/ Karsinoma Sel Skuamosa Reg.
31
Parietalis Sinistra post wide eksisi +
metastasektomi + skin graft donor dari
femur H-4
P/
Inf. Tutofusin 1500cc/24 jam
Inj. Antrain 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x50 mg
32
15. Follow Up Post OP
Follow Up 27/8/2017
S/ Nyeri bekas luka operasi (-)
O/ku : cukup
Kes: Allert
TD: 120/80mmHg, N:76x/menit, RR:
18x/menit, Tax: 36,5°C
K/L: a/i/c/d=-/-/-/-
Tho: C s1s2 tunggal, e/g/m=-/-/- P
ves+/+, rho-/-, whe-/-
Abd : flat, BU+, soepel, timpani
Ext : AH+/+/+/+, OE -/-/-/-
Status lokalis reg. parietalis S
I: Dressing (+), Rembesan (-)
P: Nyeri (-)
33
DAFTAR PUSTAKA
Kirby J.S, Scharnitz T, Seiverling E.V, Ahrns H., And Ferguson S.2015.Actinic
Keratosis Clinical Practice Guidelines: AN Appraisal Of Quality. Review
Article Hindawi Publishing Corporation Dermatology Research and Practice
Volume 7.
Manuaba T.W. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi. Sagung Seto.
Hal : 154.
34