Ibu Hera
Ibu Hera
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi:
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah diabetes yang dialami sang
ibu selama masa kehamilan. Seorang wanita yang mengalami diabetes melitius
gestasional akan cenderung terkena diabetes tipe 2 dikemudian hari. Diabetes tipe
ini biasanya dialami setelah 28 minggu atau pada trimester ketiga.
(Mitayani, 2009)
Diabetes mellitus gestasional adalah kelainan metabolisme karbohidrat
dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik sehingga menyebabkan
keadaan hiperglikemia.
Diabetes mellitus merupakan gangguan sistematik pada metabolism karbohidrat
protein dan lemak. Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia atau
penigkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak seimbang
atau penggunaan insulin secara tidak efektif.
(Bobal, Lowdermilk, 2004)
2. Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan
karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan
untuk membawa glukosa melewati membran sel.
(Mitayani, 2009)
3. Patofisiologi
Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena insulin yang berlebih
masih banyak dibutuhkan sejalan dengan perkembangan kehamilan. Progesteron
dan HPL menyebabkan jaringan ibu resistensi terhadap insulin dan menghasilkan
enzim yang disebut dengan insulinase yang dihasilkan oleh plasenta, sehingga
mepercepat terjadinya insulin.
Bila pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat, maka akan
timbul suatu keadaan yang disebut hiperglikemia, sehingga dapat menimbulkan
kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi),
mengekskresikan cairan (poliuri), dan mudah lapar (polifagia).
(Mitayani, 2009)
4. Manifiestasi klinis
Tanda dan gejala DMG:
Selalu merasa haus (polydipsia)
Selalu merasa lapar (polyfagia)
Selalu merasa lelah atau kekurangan energi
Penglihatan menjadi kabur
Hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah)
Glaikosuria (glukosa dalam urine)
Pruritus vulva
Mata kabur
BB menurun
Gula darah 2 jam pp>200 mg/dl
Gula darah sewaktu>200 mg/dl
Gula darah puasa>126 mg/dl
5. Faktor resiko
Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :
1. Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
2. Glukosuria dua kali berturut-turut
3. Obesitas
4. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
5. Adanya hidramnion
6. Kelahiran anak sebelumnya besar
7. Umur mulai tua
8. Herediter
(Mitayani, 2009)
6. Komplikasi
- Komplikasi pada ibu
1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat
resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsia
5. Hidramnion
6. Trauma persalinan akibat bayi besar
(Mitayani, 2009)
- Masalah pada anak
1. Abortus
2. Kelainan kongenital seperti sacral agenesis, neural tube defek
3. Respiratory distress
4. Neonatal hiperglikemia
5. Hipocalcemia
6. Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
7. Makrosomia
(Mitayani, 2009)
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu
2. Pemeriksaan glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa oral standar
Mitayani, 2009)
8. Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah
untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi
akut dan kronik. Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan
penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi seimbang dalam hal kalbohidrat, protein dan lemak
sesuai dengan kecukupan gizi yang baik.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, dan
kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
(Mitayani, 2009)
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain :
Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak
30 %, protein 20 %.
Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal.
(Mitayani, 2009)
(Mitayani, 2009)
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan
terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan
oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah
memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan
sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-
perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis
tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140
mg/dl.
(Mitayani, 2009)
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:
a.) Humulin
Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin (rekombinant DNA
origin). Humulin N isophane human insulin (rekombinant DNA origin).
Humulin 30/70 reguler soluble human insulin 30% & human insulin suspensi
70% (rekombinant DNA origin).
Indikasi : IDDM
Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara
injeksi SK, IM, Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja
½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam,
lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam,
lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
Kontraindikasi : Hipoglikemik.
Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi,
diberikan bersama obat hiperglokemik aktif.
Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi
local atau sistemik.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
1. Pengkajian :
a.) Identitas :
Nama : Ny. M
TTL : Suli, 15 juni 1986
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Suli
2. Palpasi
Rasakan adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur tengkorak, atau
diskontinuitas tengkorak tanyakan apakah klien merasa nyeri, minta klien
untuk menunjukkan dan jangan lanjutkan palpasi.
B. Pemeriksaan fisik pada mata
Pemeriksaan fisik pada mata hanya dilakukan inspeksi dan palpasi.
1. Inspeksi
a. Perhatikan kesismetrisan kedua mata dan alis serta persebarannya
b. Perhatikan kondisi di sekitar mata, lihat warna kelopak mata apakah
tampak kantung mata.
c. Lihat konjungtiva klien.
d. Periksa sklera mata klien.
e. Perhatikan kesimetrisan kedua pupil mata. Normalnya pupil mata
berdiameter 3-7 mm, bertepi rata, dan simetris. Kondisi pupil yang tidak
simetris disebut anisokor, pupil mata yang berdilatasi maksimal disebut
midriasis maksimal, serta pupil mata yang kecil dan berdiameter 1 mm
disebut pin point
f. Kaji reflek cahaya mata klien. Normalnya pupil mata akan mengecil
(miosis) jika terkena sinar. Pemeriksaan ini dilakukan dengan kodisi
ruangan yang agak redup.
g. Dilanjutkan dengan pemeriksaan gerakan bola mata.
h. Lihat kornea mata klien. Normalnya kornia tidak berwarna (bening) dan
bertepi rata.
2. Palpasi
Kaji kekenyalan bola mata. Caranya, minta klien menutup kedua mata, tekan
perlahan dengan kedua tangan pemeriksa. Normalnya bola mata teraba kenyal
dan melenting. Bola mata yang teraba keras seperti batu dan tidak ada
melenting menandakan adanya peningkatan tekanan intraokuler. Peningkatan
tekanan intraokuler biasaya terjadi pada klien yang menderita glaukoma.
Penderita glaukoma biasanya berusia >
40 tahun.
C. Pemeriksaan fisik pada hidung
1. Inspeksi
a. Perhatikan kesimetrisan lubang hidung kiri dan kanan
b. Letak hidung terletak di tengah wajah
c. Adanya pernafasan cuping hidung dan munculnya sianosis pada ujung
hidung
d. Adanya produksi sekret,(jika ada)perhatikan warna,produksi,dan bau
sekret
e. Adanya massa pada daerah luar atau didalam hidung
f. Perhatikan kepatenan tiap lubang hidung.
g. Periksa apakah tampak perforasi, massa, sekret, sumbatang, deviasi,
pendarahan atau adanya polip dibagian dalam hidung
2. Palpasi
Lakukan palpasi pada sinus-sinus hidung dengan menggunakan ujung ketiga
jari tengah. Normalnyaklien tidak mengeluh nyeri atau teraba panas saat
dipalpasi
2. Palpasi
a. Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan terasa nyeri
b. Palpasi limfe disekitar aurikel
E. Pemeriksaan fisik pada mulut
1. Inspeksi
Berdiri agak jauh dari klien,cium aroma nafasnya,normalnya tercim
segar.beberapa bau nafas yang abnormal adalah sebagian berikut
- Bau aseton (seperti buah),umunnya ditemukan pada klien dengan
diabetes militus yang mengalami ketoasidosis atau pendrita diabetes
militus dengan nutrisi yang tidak terkendali.
- Bau amoniak:disebatkan peningkatan kadar urea dalam tubuh, bisa
ditemukan pada klien dngan gagal ginjal kronis.
- Bau gangren : bau seperti makanan busuk,biasa ditemukan pada klien
dengan abses paru
- Bau foetor hepatik: ditemukan pada klien dengan koma hepatikum
2. Palpasi
a. Palpasi deviasi trakea
Digunakan untuk memeriksa adanya deviasi trakea
Jika ditemukan deviasi (miring) seperti pada klien pasca kecelakaan
dengan hemotoraks,flail chest.
Posisi klien agak menengadah, dalam posisi semi fowler (45 derajat)
Menggunakan tiga jari tengah tangan dominan,dua jari yang samping
menempel pada ujung klavikula, jari tengah menyusuri trakea.
b. Palpasi kelenjar limfe
Ada beberapa kelenjar limfe pada leher. Normalnya kelenjar limfe tidak
akan teraba dan tidak akan nyeri saat dipalpasi
c. Pengukuran JVD(jugular vein pressure)
Tekanan vena jugularis merupakan gambaran secara tidak langsung atas
pemompaan ventrikel.
Adanya distensi pada vena jugularis menunjukan ada peningkatan
tekanan vena sentral
Posisi klien duduk semi fowler(45 derajat),minta klien menoleh kesalah
satu sisi
Urut mulai dari bawah vena hingga ke atas, tahan sekitar tiga detik .lalu
lepaskan jari tangan yang berada di atas klavikula.
Perhatikan undulasi darah pada vena tersebut.
Ukur jarak ventrikal antara permukaan atas kolom darah maka nilai
tekanan vena jugularisnya adalah
- JVP=[5-jarak /tinggi antara titik undulasi vena jugular dan titik angle of
louis]cm H2O (bila dibawah bidang horisontal)
- JVP=[5+jarak/tinggi antara titik undulasi vena jugular dan titik angle of
louis]cm H2O (bila diatas bidang horisontal)
- Nilai JVP normal adalah 5-15 cm H2O
d. Palpasi kelenjar toroid
Minta klien untuk menelan,letakkan tangan ditengah leher,rasakan
kelenjar tiroid yang ikut bergerak saat menelan.
3. Perkusi
Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen
Jika perkusi terdengar timpani,berarti perkusi dilakukan diatas organ
yang berisi udara
Jika terdengar pekak berarti perkusi mengenai organ pada
Perhatikan perubahan bunyi ini.bunyi normal perkusi abdomen adalah
timpani,jika ada kelebihan udara akan terdengar lebih nyaring atau
disebut hipertimpani
- Perkusi khusus : Perkusi ginjal Minta klien untuk miring,cari batas akhir
kosta, ikuti alurnya kebelakang lalu berhenti pada ujung vertebra (sudut
costovertebrae)
- Letakkan pada punggung tangan pada area tersebut, lalu pukulkan
kepalan tangan kanan pada punggung tangan anda
- Normalnya prosedur ini tidak akan rasa nyeri pada klien
4. Palpasi
Sebelum palpasi abdomen,lakukan palpasi ringan pada seluruh lapang
abdomen. Tanyakan apakah ada bagian yang terasa nyeri.jika bagian terasa
nyeri,lakukan palpasi terakhir pada daerah tersebut.
a. Palpasi hepar
- Berdiri disamping kanan klien
- Letakkan tangan kanan bawah tulang rusuk kanan
- Letakkan tangan kiri pada dinding toraks posterior kira-kira pada kosta ke
11 dan ke-12 tekan tangan kiri keatas sehingga sedikit mengankat dinding
dada
- Minta klien untuk menarik nafas dalam selama 2-3 kali
- Saat klien menghembuskan nafas, tekan dengan tangan kiri kearah atas
sedalam 4-5 cm
- Rasakan batas hepar bergerak menetang tangan anda
- Normalnya hepar tidak teraba
- Jika ada tahanan yang terasa ditelapak tangan anda,ulangi prosedur dengan
posisi tangan lebih kebawah.
b. Palpasi pankreas
Lakukan palpasi pada abdomen sebelah kiri atas. Raskan adanya massa
yang membesar saat tangan menekan abdomen jika teraba ada organ yang
mengeras dan membengkat, maka itu berarti pembesaran pankreas,tarik
garis imajiner mulai dari tepi bawah kosta hinggah umbilikus,bagi menjadi
empat ruas ukur sejauh mana pembesaran pankreas
K. Pemeriksaan fisik pada genetalia
1. Inspeksi
Posisi klien secara litotomi,minta klien untuk relaks dan tidak kaku
Jika klien terpasang kateter,catat ukuran kateter, karekteristik urine,dan
volume urine dalam kantong.tanayakan kemapuan berkemih klien
,produksi urine normal adalah 1-2 cc/kg BB/jam
Jika klien tidak terpasang kateter, tanyakan apakah klien bisa buang air
kecil dengan lancar,adakah rasa perih atau panas atau terbakar saat buang
air kecil dan apakah klien memiliki hasrat untuk berkemih tetapi tidak
bisa keluar atau keluar nya sedikit-sedikit (anyang-anyangan)jika klien
mengalami hal tersebut bararti klien mengalami infeksi saluran
kemih(ISK)
Inspeksi pada bagian mons pubis dan vulva,catat jika ada bekas luka
tumor,atau keluarnya produksi sekret yang abnormal.lihat warna dan
pembesaran rambut pada mons pubis dan perinium
Sebelum mempalpasi perenium,sentuh dengan perlahan daerah paha
supayah klien tidak terkejut
Pisahkan labia majora dengan ibu jari dan telunjuk tangan yang
dominan.lihat kesimetrisan labia majora,palpasi daerah tersebut. Catat
jika ada massa,nyeri tekan,dan perlukaan.
Inspeksi labia minora,lihat kesimetrisanya,persebaran warna,adanya
bercak kemeraha,atau ada sekret abnormal yang dihasilkan
(warna,bau,berapa lama dihasilkan ,serta rasa gatal). Normal labia
minora berwarna merah muda cerah
Retaksikan labia minora ke samping, lihat klitoris klien, normalnya
berdia meter +/- 0,5 cm. Normalnya berwarna merah muda pucat .catat
jika ada lesi atau perlukaan
Tetap retraksikan labia minora, lihat kondisi meatus uretralis. Normalnya
berwarnamerah muda. Jangan sentuh meatus uretralis karena dapat
menimbulkan rasa nyeri
Lihat kondisi meatus vaginalis.normalnya tampak berwarna merah muda
Lihat kondisi perenium dan anus. Normlanya perenium dalam kondisi
utuh dan halus
Lihat kondisi anus .anus dalam kondisi rektraksi(kulit sekitarya
mengkerut)dan warnanya jauh lebih menggelap dari sekitarnya
Jika wanita tersebut baru melahirkan maka keluar darah dari vagina
dengan karaktistik :
- Lochea rubra dihasilkan hingga tiga hari postpartum,warnanya merah
segar dan berbau khas darah
- Lochea alba dihasilkan pada sembilan hari postpartum,warnanya putih
agak kekuningan tidak berbau dan gatal
Sekret vagina yang abnormal
- Cokelat :mungkin ada infeksi monilia atau candida
- Putih mukoid : infeksi stafilokokus, streptokokus
- Putih berbusa : infeksi trichomonas vaginalis
- Kuning ke hijauan,lengket : gonoroe
-
L. pemeriksaan ekstermitas bawah
1. inspeksi dan palpasi
pengkajian kaki dan tumit dilakukan dengan posisi berbaring ,inspeksi
adanya pembengkakan,kalus tulang dan kaki yang menonjol,nodul atau
deformitas
lakukan palpasi pada bagian anterior sendi pada tumit catat adanya
pembengkakan,nyeri atau deformitas. Lakukan juga palpasi pada tendon
lakukan palpasi pada sendi-sendi jari kaki.catat jika menemukan
abnormalitas, lakukan inspeksi pada telapak kaki catat jika ada bagia
kulit yang pecah-pecah atau terluka perhatikan pula penonjolan pada
tumit
kaji kemampuan gerak daerah tumit dan kaki normalnya kaki dan tumit
bisa bisa bergerak tanpa rasa nyeridan gerakan bagian bawah sejajar
dengan bagian paha
kaji kekuatan otot kaki minta klien untuk mengankat kaki tahan dengan
tangan anda
kaji lutut klien. Inspeksi adanya perubahan bentuk atau abnormalitas
pada patella,lakukan semua palpasi pada semua sisi patella normal lutut
pada patella sejajar dengan kaki bagian atas dan bawah tidak menonjol ke
bagian lateral atau medial
lakukan pengkajian punggul dan pinggul dengan posisiklien berdiri
perhatikan kesimetrian pantat dan pinggul serta cara berdiri klien normal
klien bisa berjalan dengan tegak dan kedua kaki berayun simetris
minta klien berbaring,lalu lakukan palpasi pinggul.tekan pinggul kearah
dalam minta klien untuk memberi tahu terasa nyeri janagn mengulangi
prosedur ini jika klien mengeluh nyeri atau curiga terjadi fraktur pelvis
lakukan palpasi pada daerah pretibia untuk mencari adanya edem.jika ada
edema,daerah yang ditekan tidak akan kembali dalam waktu yang cepat
dan terbentuk cekungan pada daerah tersebut(pitting edema).(oda
debora,2011)
H. Data Penunjang
1. Pemeriksan laboratorium
a. Pemeriksaan darah : Untuk mendeteksi apakah ada kandungan dalam darah
atau tidak pada kasus diabetes mellitus gestasional atau GDS lebih dari
140mg/dl
2. Pemeriksaan fisik
1. sirkulasi
a. nadi pedialis dan pengisian kapiler ekstremitas menurun atau lambat
pada diabetes yang lama.
b. edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
c. peningkatan tekanan darah.
d. nadi cepat, pucat, diaporesis atau hipoglikemia.
2. eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan
poliuri.
4. keamanan
a. kulit: sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena
ada bekas injeksi insulin yang sering.
b. riwayat gejala-gejala infeksi dan resiko terhadap infeksi, khususnya
perkemihan atau vagina.
5. penglihatan
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
6. Seksualitas
a. Uterus : tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari
normal terhadap usia gestasi.
b. Riwayat neonatus terhadap usia gestasi (LGA), hidramnion anomali
kongenital, lahir mati tidak jelas.
7. Psikososial
a. Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi yang
rendah.
b. Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
c. Cemas, peka rangsangan, dan peningkatan ketegangan.
(Mitayani, 2009)
8. Diagnosa Keperawatan
4. Gangguan eliminasi
urine (3,1,00016)
Berhubungan dengan
gangguan sensori
motorik.
6. Keletihan (4,3,00093)
Berhubungan dengan
Kelesuhan fisiologis.
7. Ansietas (9,2,00146)
Berhubungan dengan
ancaman pada status
terkini.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Kasus :
Ny. M 32 thn datang ke RS bersama suaminya untuk memeriksakan
kandungannya, riwayat obstruksi G2P1A0 hamil 28 minggu dengan keluhan
trauma melahirkan karena pernah melahirkan anak dengan berat lebih dari 4.000
gram, Ny. M juga mengeluhkan penglihatan menjadi kabur, selalu merasa haus,
selalu merasa lapar, sering buang air kecil, selalu merasa lelah. Pada hasil
pemeriksaan saat ini insulin ibu mengalami peningkatan, juga mengalami
Hyperglaisimia dan keadaan janin besar (makrosomia) dan pada hasil
pemeriksaan LAB Ny. M mengalami Glaikosuria.
I. Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama : Ny.N
TTL : Suli, 15 juni 1986
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Suli
B. Riwayat kesehatan terdahulu
Klien mengatakan pernah melahirkan bayi dengan persalinan lahir besar
C. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh penglihatannya menjadi kabur, klien juga mengatakan
selalumerasa haus dan lapar, terlalu sering buang air kecil dan mudah
merasa lelah.
D. Alasan datang ke RS :
E. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : normochepali , tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada
nyeri tekan
b. Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan
c. Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera ikterik,
konjungtiva tampak anemis, pupil isokor
d. Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e. Telinga : bentuk intak, pendengaran normal, tidak ada secret, tidak ada
perdarahan
f. Mulut dan gigi : mukosa kering, gigi tanggal, terdapat pembengkakan
gusi
g. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada
pembesaran limfoid
h. Thorax
I : bentuk simetris, payudara simetris tidak bengkak
P : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
P : tidak ada udema pulmo
A : bunyi jantung normal, bunyi paru vesikuler
i. Abdomen
I : tidak ada luka, tampak striae
A : bising usus normal 8x/menit
P : tidak ada benjolan, TFU : 2 jari dibawah pusat
P : tidak ada acites
F. TTV :
TD : 160/100 mmHg
Suhu : 37,5° celcius
Nadi : 100 x/menit
RR : 20 x/menit
2. Klasifikasi Data
a. DS :
Pasien mengatakan mudah lelah, merasa gelisah
Pasien juga mengatakan bahwa dia sering sekali buang air kecil
Pasien mengatakan mudah merasa haus
Pasien mengatakan mudah merasa lapar
Pasien juga mengatakan bahwa penglihatannya menjadi kabur
b. DO :
• Pasien terlihat pucat
• Tekanan darah :160/100 mmHg
• Nadi : 100x/mnt
• Pernapasan : 20x/mnt
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Diabetes mellitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk
bagi sang ibu juga janin yang dikandungnya
- Penyakit diabetes mellitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan
karena kurangnya jumlah inslin yang dihasilkan oleh tubuh yang
dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel
B. Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan
benar, menghindari makanan dan minuman yang mengandung glukosa
berlebih, rutin olahraga dan lain sebagainya.