Anda di halaman 1dari 33

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS

1. Definisi:
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah diabetes yang dialami sang
ibu selama masa kehamilan. Seorang wanita yang mengalami diabetes melitius
gestasional akan cenderung terkena diabetes tipe 2 dikemudian hari. Diabetes tipe
ini biasanya dialami setelah 28 minggu atau pada trimester ketiga.
(Mitayani, 2009)
Diabetes mellitus gestasional adalah kelainan metabolisme karbohidrat
dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik sehingga menyebabkan
keadaan hiperglikemia.
Diabetes mellitus merupakan gangguan sistematik pada metabolism karbohidrat
protein dan lemak. Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia atau
penigkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak seimbang
atau penggunaan insulin secara tidak efektif.
(Bobal, Lowdermilk, 2004)

2. Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan
karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan
untuk membawa glukosa melewati membran sel.
(Mitayani, 2009)
3. Patofisiologi
Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena insulin yang berlebih
masih banyak dibutuhkan sejalan dengan perkembangan kehamilan. Progesteron
dan HPL menyebabkan jaringan ibu resistensi terhadap insulin dan menghasilkan
enzim yang disebut dengan insulinase yang dihasilkan oleh plasenta, sehingga
mepercepat terjadinya insulin.
Bila pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat, maka akan
timbul suatu keadaan yang disebut hiperglikemia, sehingga dapat menimbulkan
kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi),
mengekskresikan cairan (poliuri), dan mudah lapar (polifagia).
(Mitayani, 2009)

4. Manifiestasi klinis
Tanda dan gejala DMG:
 Selalu merasa haus (polydipsia)
 Selalu merasa lapar (polyfagia)
 Selalu merasa lelah atau kekurangan energi
 Penglihatan menjadi kabur
 Hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah)
 Glaikosuria (glukosa dalam urine)
 Pruritus vulva
 Mata kabur
 BB menurun
 Gula darah 2 jam pp>200 mg/dl
 Gula darah sewaktu>200 mg/dl
 Gula darah puasa>126 mg/dl

Kemungkinan atau dugaan penyakit makin tinggi terjadi pada :


 Umur penderita makin tua.
 Pada multiparitas
 Penderita gemuk.
 Kelainan anak lebih besar dari 4000gr.
 Bersifat keturunan.
 Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin.
(Mitayani, 2009)

5. Faktor resiko
Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :
1. Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
2. Glukosuria dua kali berturut-turut
3. Obesitas
4. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
5. Adanya hidramnion
6. Kelahiran anak sebelumnya besar
7. Umur mulai tua
8. Herediter
(Mitayani, 2009)

6. Komplikasi
- Komplikasi pada ibu
1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat
resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsia
5. Hidramnion
6. Trauma persalinan akibat bayi besar
(Mitayani, 2009)
- Masalah pada anak
1. Abortus
2. Kelainan kongenital seperti sacral agenesis, neural tube defek
3. Respiratory distress
4. Neonatal hiperglikemia
5. Hipocalcemia
6. Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
7. Makrosomia
(Mitayani, 2009)

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu
2. Pemeriksaan glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa oral standar
Mitayani, 2009)

8. Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah
untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi
akut dan kronik. Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan
penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi seimbang dalam hal kalbohidrat, protein dan lemak
sesuai dengan kecukupan gizi yang baik.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, dan
kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
(Mitayani, 2009)
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
 J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
 J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
 J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).

Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain :
Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak
30 %, protein 20 %.
Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal.
(Mitayani, 2009)

NO Tipe Diet Indikasi Diet

1. Diet A Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada


umumnya.
2. Diet B Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :

1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.


2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah
mengalami cerobrovaskuler accident (cva) penyakit
jantung koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat
retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun
3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein
tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :

1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi


normalip idemia.
2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang
dari 90 %.
3. Masih muda perlu pertumbuhan.
4. Mengalami patah tulang.
5. Hamil dan menyusui.
6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
7. Menderita tuberkulosis paru.
8. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
9. Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas
selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein
kadar tinggi.

4. Diet B1 Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal


dan B2 kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).
Sifat-sifat diet B:

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung


protein kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 %
protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam
amino esensial.

Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan


gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25
MI/mt)
Sifat diet B:

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).


2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein
40 gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3
2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah
jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes
mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan
secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah
makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan
setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk
menurunkan BB.

(Mitayani, 2009)

2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan
terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan
oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah
memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan
sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-
perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis
tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140
mg/dl.
(Mitayani, 2009)
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:

a.) Humulin
Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin (rekombinant DNA
origin). Humulin N isophane human insulin (rekombinant DNA origin).
Humulin 30/70 reguler soluble human insulin 30% & human insulin suspensi
70% (rekombinant DNA origin).
Indikasi : IDDM
Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara
injeksi SK, IM, Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja
½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam,
lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam,
lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
Kontraindikasi : Hipoglikemik.
Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi,
diberikan bersama obat hiperglokemik aktif.
Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi
local atau sistemik.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

b.) Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill


Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia.
Rekombinan DNA asli.
Indikasi : DM yang memerlukan insulin
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari
(SK). Onset: ½ jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam.
Kontraindikasi : Hipoglikemia.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
c.) Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill
Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia.
Rekombinan DNA asli
Indikasi : DM
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau
lebih sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 &
jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi
daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam.
Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.
Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan
kebutuhan insulin. Hamil.
Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik.
Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan
kebutuhan insulin.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

d.) Humalog/Humalog Mix 25


Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro
25%, insulin lispro protamine suspensi 75%.
Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara
homeostasis normal glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat
digunakan bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian pra-prandial
Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini,
membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum
makan)
Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.
Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan
emosional. Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet.
Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
(Mitayani, 2009)
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan
untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi
glukosa. Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan
memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake
kalori.
(Mitayani, 2009)
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian :
a.) Identitas :
Nama : Ny. M
TTL : Suli, 15 juni 1986
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Suli

b.) Riwayat Kesehatan :


• RKD (Riwayat Kesehatan Dahulu)
- Riwayat anak lahir besar
• RKK (Riwayat Kesehaatan Keluarga)
- Adanya keluarga yang menderita diabetes
• RKS (Riwayat Kesehatan Sekarang)
- ditemui adanya tanda-tanda DM, seperti :
 Polifagi
 Poliuri, lelah
 Pandangan kabur
 Makrosomia
 Hasil LAB: glaikosuria
c.) Pemeriksaan Fisik :
A. Pemeriksaan fisik pada kepala
1. Inspeksi
Lihat kebersihan kulit kepala,apakah ada ketombe,kutu kepala,warna
rambut,persebaran rambut kepala,dan bentuk kepala.Bentuk kepala
dipengaruhi oleh ras,penyakit,dan lingkugan. Beberapa kelainan pada wajah
adalah sebagai berikut :
 Eksoftalmas : mata menonjol keluar,disebabkan oleh peningkatan tekanan
intra-okuler [misalnya: karena tumor pada orbita]
 Akromagali : ditandai dengan membesarnya tulang kepala,terutama tampak
di dahi,hidung,dan rahang bawah.Hidung,bibir, dan telinga membesar karena
hormon pertumbuhan yang terlalu banyak.
 Klien dengan peningkatan hormon drenal atau yang sedang menjalani terapi
hormon adrenal, mungkin mengalami sindrom cushing, wajah berbentuk
bundar (moon face) dengan pertumbuhan rambut yang berlebihan.
 Klien yang menderita gagal ginjal kronis memiliki wajah yang pucat dan
edema di sekitar mata.

2. Palpasi
Rasakan adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur tengkorak, atau
diskontinuitas tengkorak tanyakan apakah klien merasa nyeri, minta klien
untuk menunjukkan dan jangan lanjutkan palpasi.
B. Pemeriksaan fisik pada mata
Pemeriksaan fisik pada mata hanya dilakukan inspeksi dan palpasi.
1. Inspeksi
a. Perhatikan kesismetrisan kedua mata dan alis serta persebarannya
b. Perhatikan kondisi di sekitar mata, lihat warna kelopak mata apakah
tampak kantung mata.
c. Lihat konjungtiva klien.
d. Periksa sklera mata klien.
e. Perhatikan kesimetrisan kedua pupil mata. Normalnya pupil mata
berdiameter 3-7 mm, bertepi rata, dan simetris. Kondisi pupil yang tidak
simetris disebut anisokor, pupil mata yang berdilatasi maksimal disebut
midriasis maksimal, serta pupil mata yang kecil dan berdiameter 1 mm
disebut pin point
f. Kaji reflek cahaya mata klien. Normalnya pupil mata akan mengecil
(miosis) jika terkena sinar. Pemeriksaan ini dilakukan dengan kodisi
ruangan yang agak redup.
g. Dilanjutkan dengan pemeriksaan gerakan bola mata.
h. Lihat kornea mata klien. Normalnya kornia tidak berwarna (bening) dan
bertepi rata.

2. Palpasi
Kaji kekenyalan bola mata. Caranya, minta klien menutup kedua mata, tekan
perlahan dengan kedua tangan pemeriksa. Normalnya bola mata teraba kenyal
dan melenting. Bola mata yang teraba keras seperti batu dan tidak ada
melenting menandakan adanya peningkatan tekanan intraokuler. Peningkatan
tekanan intraokuler biasaya terjadi pada klien yang menderita glaukoma.
Penderita glaukoma biasanya berusia >
40 tahun.
C. Pemeriksaan fisik pada hidung
1. Inspeksi
a. Perhatikan kesimetrisan lubang hidung kiri dan kanan
b. Letak hidung terletak di tengah wajah
c. Adanya pernafasan cuping hidung dan munculnya sianosis pada ujung
hidung
d. Adanya produksi sekret,(jika ada)perhatikan warna,produksi,dan bau
sekret
e. Adanya massa pada daerah luar atau didalam hidung
f. Perhatikan kepatenan tiap lubang hidung.
g. Periksa apakah tampak perforasi, massa, sekret, sumbatang, deviasi,
pendarahan atau adanya polip dibagian dalam hidung

2. Palpasi
Lakukan palpasi pada sinus-sinus hidung dengan menggunakan ujung ketiga
jari tengah. Normalnyaklien tidak mengeluh nyeri atau teraba panas saat
dipalpasi

D. Pemeriksaan fisik pada telinga


1. Inspeksi
a. Lihat kesimetrisan kedua daun telinga
b. Lihat adanya luka/bekas luka pada telinga dan sekitarnya.
c. Lihat apakah ada darah atau sekret yang keluar (catat warna, banyaknya,
bau, lama produksi )
d. Lihat apakah gendang telinga dalam kondisi utuh.

2. Palpasi
a. Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan terasa nyeri
b. Palpasi limfe disekitar aurikel
E. Pemeriksaan fisik pada mulut
1. Inspeksi
Berdiri agak jauh dari klien,cium aroma nafasnya,normalnya tercim
segar.beberapa bau nafas yang abnormal adalah sebagian berikut
- Bau aseton (seperti buah),umunnya ditemukan pada klien dengan
diabetes militus yang mengalami ketoasidosis atau pendrita diabetes
militus dengan nutrisi yang tidak terkendali.
- Bau amoniak:disebatkan peningkatan kadar urea dalam tubuh, bisa
ditemukan pada klien dngan gagal ginjal kronis.
- Bau gangren : bau seperti makanan busuk,biasa ditemukan pada klien
dengan abses paru
- Bau foetor hepatik: ditemukan pada klien dengan koma hepatikum

a. Lipatan nasolabial normalnya terletak ditengah. Lihat adanya kelainan


kogenital seperti sumbing.
b. Bibir terletak tepat ditengah wajah,warna bibir merah muda, lembap,
tidak tampak kering (pecah-pecah), tidak tampak sianosis. Pada
penderita herpes biasanya tampak vesikel disekitar bibir. Vesikel ini
akan pecah dan meninggalkan krustae disekitar bibir.
c. Jika klien memakai gigi palsu,lepaskan dahulu. Lihat kelengkapan gigi
klien lihat warna gusi (normalnya berwarna merah mudah).
d. Perhatikan adanya stomatitis (radang mukosa) dan kelembapan mulut.
e. Posisi uvula tepat ditengah ,normalnya berwarna merah muda.
f. Perhatikan kondisi tonsil.tonsil diperiksa apakah meradang atau tidak
kadang ditemukan nanah yang melekat pada tonsil(gonore) atau
selaput yang berwarna putih keperakan (difteri).
- T0: sudah dilakukan tonsilektomi (tidak ada tonsil).
- T1: ukuran tonsil normal.
- T2: terjadi pembesaran tonsil tetapi tidak mencapai garis tengah.
- T3: terjadi pembesaran tonsil dan mencapai garis tengah.
- T4: terjadi pembesaran tonsil yang sudah melewati garis tengah.
F. Pemeriksaan fisik pada leher
1. Inspeksi
a. Perhatikan kesimetrisan leher, lihat apakah ada bekas luka
dileher.ketidak simetrisan dapat disebabkan oleh pembengkakan.
b. Pulasai yang abnormal, adanya bendungan vena. Jika ada bendungan
aliran kedarah ke V. Trokalis, vena dijugularis akan menonjol .
c. Terbatasnya gerakan leher yang dapat disebabkan oleh
pembengkakan.ada tidaknya kaku kuduk (saat klien diangkat kepalanya
,leher dan tubuh akan ikut terangkat),terutama pada klien dengan tetanus
dan meningitis.
d. Tortiolis : pada kondisi ini, leher akan miring ketempat yang sakit dan
sulit digerakkan karenatersa nyeri.
e. Adanya pembesaran kelenjar limfe . bisa ditemukan pada klien dengan
tuberkulosis kelenjar,leukimia,limfoma maligna.
f. Lihat adanya pembesaran pada kelenjar gondok. Dokumentasikan besar
dan bentuknya (difus atau nodular,konsistensinya (lunak atau keras.

2. Palpasi
a. Palpasi deviasi trakea
 Digunakan untuk memeriksa adanya deviasi trakea
 Jika ditemukan deviasi (miring) seperti pada klien pasca kecelakaan
dengan hemotoraks,flail chest.
 Posisi klien agak menengadah, dalam posisi semi fowler (45 derajat)
 Menggunakan tiga jari tengah tangan dominan,dua jari yang samping
menempel pada ujung klavikula, jari tengah menyusuri trakea.
b. Palpasi kelenjar limfe
Ada beberapa kelenjar limfe pada leher. Normalnya kelenjar limfe tidak
akan teraba dan tidak akan nyeri saat dipalpasi
c. Pengukuran JVD(jugular vein pressure)
 Tekanan vena jugularis merupakan gambaran secara tidak langsung atas
pemompaan ventrikel.
 Adanya distensi pada vena jugularis menunjukan ada peningkatan
tekanan vena sentral
 Posisi klien duduk semi fowler(45 derajat),minta klien menoleh kesalah
satu sisi
 Urut mulai dari bawah vena hingga ke atas, tahan sekitar tiga detik .lalu
lepaskan jari tangan yang berada di atas klavikula.
 Perhatikan undulasi darah pada vena tersebut.
 Ukur jarak ventrikal antara permukaan atas kolom darah maka nilai
tekanan vena jugularisnya adalah
- JVP=[5-jarak /tinggi antara titik undulasi vena jugular dan titik angle of
louis]cm H2O (bila dibawah bidang horisontal)
- JVP=[5+jarak/tinggi antara titik undulasi vena jugular dan titik angle of
louis]cm H2O (bila diatas bidang horisontal)
- Nilai JVP normal adalah 5-15 cm H2O
d. Palpasi kelenjar toroid
Minta klien untuk menelan,letakkan tangan ditengah leher,rasakan
kelenjar tiroid yang ikut bergerak saat menelan.

G. Pemeriksaan fisik pada toraks


1. Inspeksi
a. Lihat gerakan dinding dada , bandingkan kesimetrisan gerakan dinding
dada kiri dan kanan saat pernafasan berlansung
b. Lihat adanya bekas luka, bekas operasi,atau adanya lesi
c. Perhatikan warna kulit di daerah dada, apakah ada warna kulit yang
bereda dengan warna sekitarnya.
d. Kaji pola nafas klien,perhatikan adanya retaksi interkosta, dan
penggunaan otot bantu pernafasan bisa ditemukan pada klien dengan
gangguan pemenuhan oksigen
e. Perhatikan bentuk dinding dada klien,bebrapa bentuk dinding dada
adalah
 Dada barel (barrel chest)
 Dada corong (funnel chest)
 Dada burung (pigeon chest)
 Dada normal (normal chest)

H. Pemeriksaan fisik pada paru


1. Perkusi
a. Lakukanperkusi pada seluruh lapang paru pada ruang interkosta nya
(ruang diantara dua kosta atau ICS)
b. Hasil perkusi normal pada paru adalah resonan.
c. Pada area jantung akan menghasilkan bunyi pekak (ICS3-5 sebelah kiri
sternum)
d. Hasil perkusi juga akan terdengar pekak pada hepar. Dalam kondisi
normal hepar berada tersembunyi dibalik kosta.
e. Hasil pekak juga ditemukan pada daerah yang mengalami pemadatan
,adanya massa atau bagian paru yang terisi cairan
2. Auskultasi
a. Anjurkan klien untuk bernafas normal. Setelah beberapa saat, letakkan
stetoskop pada ICS 2 kanan,minta klien untuk bernafas panjang
b. Bandingkan suara yang terdengar dilapang paru kiri dan kanan
c. Dengarkan apakah ada suara nafas tambahan disemua lapang paru
d. Jika suara tambahan, beri tanda (+) pada daerah yang ditemukannya
suara nafas tambahan
- suara nafas normal adalah sebagai berikut
 Vesikuler : suara ini terdengar halus dan lembut.bisa didengarkan
dilapang paru.meruppakan bunyi yang dihasilkan oleh perputarn udara
dalam alveoli(inspirasi>ekspirasi)
 Bronkovesikuler: suara ini bisa di dengarkan pada ICS 1dan 2 kiri dan
kanan
 Bronkial : suaranya terdengar keras dan kasar. Suara ini dihasilkan dari
perputaran udara yang melalui trakea
- Suara nafas tambahan pada paru-paru
 Krekels : didengar terutama saat inspirasi, bisa didengarkan pada paru
bagian bawah
a. Halus : terdengar kering,nadanya tinggi,durasinya pendek.suaranya
seperti rambut yang ditarik dianatara dua jari
b. Kasar : terdengar basah, nada nya rendah, durasinya terdengar lebih
lama.suaranya seperti air yang baru keluar dari wadah setelah
sumbatanya dilepas.
 Ronki : terutama terdengar pada saat ekspirasi di atas trakea dan bronkus
secara terus menerus
 Mengi (wheezing) : terdengar terutama saat ekspirasi di semua lapang
paru.
 Pleural frictin rub : terdengar saat inspirasi atau ekspirasi pada paru paru
bagian anterior sebagai suara gesekan yang sangat kasar.
 Stridor : terdengar secara terus menerus pada fase inspirasi

I. Pemeriksaan fisik pada jantung


1. Inspeksi iktus kordis
Denyutan jantung (saat kontraksi ventrikel ) atau iktus kordis dapat dilihat di
permukaan dinding dada pada ICS 5 misklavikula garis sinistra.
2. Palpasi
 Palpasi iktus kordis pada ICS 5 midklavikular garis sinistra.
 Rasakan iktus kordisnya, hitung denyutan jantung yang teraba selama 1
menit penuh.bandingkanketeraturang dan frekuensinya dengan nadi
perrifer
 Rasakan tingginya denyutan iktus kordis, hitung tingginya.tinggi iktus
kordis normal tidak lebih dari 1 cm
3. Perkusi jantung
Perkusi batas-batas normalnya:
 Sepanjang ICS 3-5 toraks sinistra,terdengar suara pekak
 Jika hasil perkusi tedengar pekak lebih dari batas tersebut, dikatakan
kardiomegali(pembesaran jantung)
4. Auskultasi bunyi jantung
a. Mendengarkan bunyi kontraksi jantung
- Bunyi jantung 1 (S1)
 Katup mitralis terletak di ICS 5, dipotongkan dengan midklavikular garis
dekstra
 Katup aorta terletak di ICS 2 sternal garis sinistra
- Bunyi jantung II (S2)
 Katup pulmonal terletak di ICS 2 sternal garis sinistra
 Katup trikuspidalis terletak di ICS 4 atau 5 sternal garis sinistra

b. Mendengarkan bunyi jantung tambahan


- Bunyi jantung III (S3)→gallop
 Adalah bunyi bernada rendah yang terdengar tepat setelah S2. Karena
bernada rendah, bisa didengarkan dengan baik jika menggunakan
stetoskop bell
 Terjadi karena penurunan kapasitas ventrikel/bertambahnya volume
diastolik ventrikel.hal ini menandakan adanya gangguan pada
ventrikel/payah jantung kongestif
 Bunyi ini normal jika terdengar pada anak kecil dan dewasa muda
 Bunyi ini terdengar pada penderita penyakit jantung
koroner,kardiomiopati, inkompetensi katup,shunting dari kiri ke kanan,
dan PDA
 Berdasarkan waktu terdengarnya,S3 dapat dibedakan dari S4:
 S3 terdengar rendah setelah S2
 S4 terdengar sebelum S1
- Bunyi jantung IV (S4)→murmur
Adalah buyi jantun g yang berfrekuensi rendah yang bisa didengarkan
sebelum S1. Bisa didengarkan dengan stetoskop bell pada dinding
dada.diasilkan karena berkurangnya kelenturan ventrikel /atau
bertambahnya volume pengisian.bunyi ini merupakan bunyi stres
ventrikel
 S1 katup aorta : ICS 2 sternal garis dextra
 S2 katup pulmonal : ICS 2sternal garis sinistra
 Erb’s point : ICS 3 sternal garis sinistra
 S2 katup trikuspidalis : ICS 4 sternal garis sinistra
 S1 katup mitralis : ICS 5 midklavikular garis sinistra

J. Pemeriksaan fisik pada abdomen


1. Inspeksi
 Perhatikan bentuk abdomen klien, apakah bentuknya datar, cembung,
atau ke dalam?
 Inspeksi warna kulit abdomen (kuning,hijau,kecoklatan)
 Perhatikan elastisitas kulit abdomen.
 Lihat bentuknya, adakah asimetris, adakah gerakan peristaltik usus yang
tampak dari luar, kesimetrisan bentuk abdomen, stria, massa, asites,
kaput medusa.
 Inspeksi umbilikus , normalnya tidak menonjol.
 Lihat apakah klien menggunakan tipe pernapasan abdomen.
2. Auskultasi
 Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen. dengarkan
peristaltik ususnya selama satu menit penuh. Peristaltik usus adalah
bunyi seperti orang berkumur, terjadi karena pergerakan udara dalam
saluran pencernaan
 Bising usus normalnya terdengar 5-30 x/menit jika kurang dari itu atau
tidak ada sama sekali kemungkinan ada paralitik ileus,konstipasi
peritonitis atau obstruksi.
 Jika peristaltik usus terdengar lebih dari normal, kemungkinan klien
sedang mengalami diare
 Bunyi bising usus yang lebih dari normal,terasa nyeri, dan tampak dari
luar peristaltiknya tampak dari luar (darm countor) karena adanya
obstruksi disebut borborigmi.
 Dengarkan apakah ada bisingpada pembuluh darah aorta,fermoral dan
renalis.jika terdengar bising ini kemungkinan ada gangguan pada
pembuluh darah tersebut.jika adanya gangguan pada atrium kanan,akan
tampak pulsasi pembuluh darah disekitar umbilikus.

3. Perkusi
 Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen
 Jika perkusi terdengar timpani,berarti perkusi dilakukan diatas organ
yang berisi udara
 Jika terdengar pekak berarti perkusi mengenai organ pada
 Perhatikan perubahan bunyi ini.bunyi normal perkusi abdomen adalah
timpani,jika ada kelebihan udara akan terdengar lebih nyaring atau
disebut hipertimpani
- Perkusi khusus : Perkusi ginjal Minta klien untuk miring,cari batas akhir
kosta, ikuti alurnya kebelakang lalu berhenti pada ujung vertebra (sudut
costovertebrae)
- Letakkan pada punggung tangan pada area tersebut, lalu pukulkan
kepalan tangan kanan pada punggung tangan anda
- Normalnya prosedur ini tidak akan rasa nyeri pada klien

 Perkusi khusus: perkusi asites


- Pekak perpindahan (shifting dullnes)
Akan terdengar jika volume cairan asites > 1.500 cc. Prinsipnya ,perkusi
akan terdengar timpani pada area yang kosong (berisi udara) dan
terdengar pekak jika terisi cairan/benda pekak.
- Pemantulan gelombang air (undulating fluid wave)
Pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta klien berbaring terlentang .
letakkan tangan yang tidak dominan pada sisi terdekat dengan
pemeriksaan.tangan dominan memberi goncangan pada pada sisi lain.

4. Palpasi
Sebelum palpasi abdomen,lakukan palpasi ringan pada seluruh lapang
abdomen. Tanyakan apakah ada bagian yang terasa nyeri.jika bagian terasa
nyeri,lakukan palpasi terakhir pada daerah tersebut.
a. Palpasi hepar
- Berdiri disamping kanan klien
- Letakkan tangan kanan bawah tulang rusuk kanan
- Letakkan tangan kiri pada dinding toraks posterior kira-kira pada kosta ke
11 dan ke-12 tekan tangan kiri keatas sehingga sedikit mengankat dinding
dada
- Minta klien untuk menarik nafas dalam selama 2-3 kali
- Saat klien menghembuskan nafas, tekan dengan tangan kiri kearah atas
sedalam 4-5 cm
- Rasakan batas hepar bergerak menetang tangan anda
- Normalnya hepar tidak teraba
- Jika ada tahanan yang terasa ditelapak tangan anda,ulangi prosedur dengan
posisi tangan lebih kebawah.
b. Palpasi pankreas
Lakukan palpasi pada abdomen sebelah kiri atas. Raskan adanya massa
yang membesar saat tangan menekan abdomen jika teraba ada organ yang
mengeras dan membengkat, maka itu berarti pembesaran pankreas,tarik
garis imajiner mulai dari tepi bawah kosta hinggah umbilikus,bagi menjadi
empat ruas ukur sejauh mana pembesaran pankreas
K. Pemeriksaan fisik pada genetalia
1. Inspeksi
 Posisi klien secara litotomi,minta klien untuk relaks dan tidak kaku
 Jika klien terpasang kateter,catat ukuran kateter, karekteristik urine,dan
volume urine dalam kantong.tanayakan kemapuan berkemih klien
,produksi urine normal adalah 1-2 cc/kg BB/jam
 Jika klien tidak terpasang kateter, tanyakan apakah klien bisa buang air
kecil dengan lancar,adakah rasa perih atau panas atau terbakar saat buang
air kecil dan apakah klien memiliki hasrat untuk berkemih tetapi tidak
bisa keluar atau keluar nya sedikit-sedikit (anyang-anyangan)jika klien
mengalami hal tersebut bararti klien mengalami infeksi saluran
kemih(ISK)
 Inspeksi pada bagian mons pubis dan vulva,catat jika ada bekas luka
tumor,atau keluarnya produksi sekret yang abnormal.lihat warna dan
pembesaran rambut pada mons pubis dan perinium
 Sebelum mempalpasi perenium,sentuh dengan perlahan daerah paha
supayah klien tidak terkejut
 Pisahkan labia majora dengan ibu jari dan telunjuk tangan yang
dominan.lihat kesimetrisan labia majora,palpasi daerah tersebut. Catat
jika ada massa,nyeri tekan,dan perlukaan.
 Inspeksi labia minora,lihat kesimetrisanya,persebaran warna,adanya
bercak kemeraha,atau ada sekret abnormal yang dihasilkan
(warna,bau,berapa lama dihasilkan ,serta rasa gatal). Normal labia
minora berwarna merah muda cerah
 Retaksikan labia minora ke samping, lihat klitoris klien, normalnya
berdia meter +/- 0,5 cm. Normalnya berwarna merah muda pucat .catat
jika ada lesi atau perlukaan
 Tetap retraksikan labia minora, lihat kondisi meatus uretralis. Normalnya
berwarnamerah muda. Jangan sentuh meatus uretralis karena dapat
menimbulkan rasa nyeri
 Lihat kondisi meatus vaginalis.normalnya tampak berwarna merah muda
 Lihat kondisi perenium dan anus. Normlanya perenium dalam kondisi
utuh dan halus
 Lihat kondisi anus .anus dalam kondisi rektraksi(kulit sekitarya
mengkerut)dan warnanya jauh lebih menggelap dari sekitarnya
 Jika wanita tersebut baru melahirkan maka keluar darah dari vagina
dengan karaktistik :
- Lochea rubra dihasilkan hingga tiga hari postpartum,warnanya merah
segar dan berbau khas darah
- Lochea alba dihasilkan pada sembilan hari postpartum,warnanya putih
agak kekuningan tidak berbau dan gatal
 Sekret vagina yang abnormal
- Cokelat :mungkin ada infeksi monilia atau candida
- Putih mukoid : infeksi stafilokokus, streptokokus
- Putih berbusa : infeksi trichomonas vaginalis
- Kuning ke hijauan,lengket : gonoroe
-
L. pemeriksaan ekstermitas bawah
1. inspeksi dan palpasi
 pengkajian kaki dan tumit dilakukan dengan posisi berbaring ,inspeksi
adanya pembengkakan,kalus tulang dan kaki yang menonjol,nodul atau
deformitas
 lakukan palpasi pada bagian anterior sendi pada tumit catat adanya
pembengkakan,nyeri atau deformitas. Lakukan juga palpasi pada tendon
 lakukan palpasi pada sendi-sendi jari kaki.catat jika menemukan
abnormalitas, lakukan inspeksi pada telapak kaki catat jika ada bagia
kulit yang pecah-pecah atau terluka perhatikan pula penonjolan pada
tumit
 kaji kemampuan gerak daerah tumit dan kaki normalnya kaki dan tumit
bisa bisa bergerak tanpa rasa nyeridan gerakan bagian bawah sejajar
dengan bagian paha
 kaji kekuatan otot kaki minta klien untuk mengankat kaki tahan dengan
tangan anda
 kaji lutut klien. Inspeksi adanya perubahan bentuk atau abnormalitas
pada patella,lakukan semua palpasi pada semua sisi patella normal lutut
pada patella sejajar dengan kaki bagian atas dan bawah tidak menonjol ke
bagian lateral atau medial
 lakukan pengkajian punggul dan pinggul dengan posisiklien berdiri
perhatikan kesimetrian pantat dan pinggul serta cara berdiri klien normal
klien bisa berjalan dengan tegak dan kedua kaki berayun simetris
 minta klien berbaring,lalu lakukan palpasi pinggul.tekan pinggul kearah
dalam minta klien untuk memberi tahu terasa nyeri janagn mengulangi
prosedur ini jika klien mengeluh nyeri atau curiga terjadi fraktur pelvis
 lakukan palpasi pada daerah pretibia untuk mencari adanya edem.jika ada
edema,daerah yang ditekan tidak akan kembali dalam waktu yang cepat
dan terbentuk cekungan pada daerah tersebut(pitting edema).(oda
debora,2011)

H. Data Penunjang
1. Pemeriksan laboratorium
a. Pemeriksaan darah : Untuk mendeteksi apakah ada kandungan dalam darah
atau tidak pada kasus diabetes mellitus gestasional atau GDS lebih dari
140mg/dl

b. Pemeriksaan urine : Untuk mengetahui apakah ada kandungan gula dalam


urine sehingga menunjang untuk menegakkan diagnose DMG pada ibu hamil.
Pada kasus DMG hasil reduksi urine positif

2. Pemeriksaan fisik
1. sirkulasi
a. nadi pedialis dan pengisian kapiler ekstremitas menurun atau lambat
pada diabetes yang lama.
b. edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
c. peningkatan tekanan darah.
d. nadi cepat, pucat, diaporesis atau hipoglikemia.
2. eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan
poliuri.

3. nutrisi dan cairan


a. polidpsi
b. poliuri
c. mual dan muntah
d. obesitas
e. nyeri tekanan pada abdomen
f. hipoglikemia
g. glukosuria
h. ketonuria

4. keamanan
a. kulit: sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena
ada bekas injeksi insulin yang sering.
b. riwayat gejala-gejala infeksi dan resiko terhadap infeksi, khususnya
perkemihan atau vagina.

5. penglihatan
Kerusakan penglihatan atau retinopati.

6. Seksualitas
a. Uterus : tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari
normal terhadap usia gestasi.
b. Riwayat neonatus terhadap usia gestasi (LGA), hidramnion anomali
kongenital, lahir mati tidak jelas.
7. Psikososial
a. Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi yang
rendah.
b. Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
c. Cemas, peka rangsangan, dan peningkatan ketegangan.
(Mitayani, 2009)

8. Diagnosa Keperawatan

1. ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (2,2,00002)


Berhubungan dengan ketidakmapuan mencerna dan mengabsorpsi nutrien.
(Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan Defenisi & klasifikasi
2015-2017 edisi 10)

1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (2,4,00179)


Faktor resikonya yaitu, kurang kepatuhan pada rencana manajemen
diabetes.
(Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan Defenisi & klasifikasi
2015-2017 edisi 10)

Diagnosa intervensi implementasi evaluasi


1. Ketidak seimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
(2,2,00002)
berhubungan dengan
ketidak mampuan
mencerna dan
mengabsorpsi
nutrient.
2. Resiko ketidak
stabilan kadar glukosa
darah (2,4,00179)
faktor resiko kurang
kepatuhan pada
rencana manajemen
diabetes.

3. Risiko Berat badan


berlebih (2,1,00234)
Faktor risiko Diabetes
melitus maternal

4. Gangguan eliminasi
urine (3,1,00016)
Berhubungan dengan
gangguan sensori
motorik.

5. Gangguan pola tidur


(4,1,000198)
Berhubungan dengan
imobilisasi

6. Keletihan (4,3,00093)
Berhubungan dengan
Kelesuhan fisiologis.

7. Ansietas (9,2,00146)
Berhubungan dengan
ancaman pada status
terkini.
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

Kasus :
Ny. M 32 thn datang ke RS bersama suaminya untuk memeriksakan
kandungannya, riwayat obstruksi G2P1A0 hamil 28 minggu dengan keluhan
trauma melahirkan karena pernah melahirkan anak dengan berat lebih dari 4.000
gram, Ny. M juga mengeluhkan penglihatan menjadi kabur, selalu merasa haus,
selalu merasa lapar, sering buang air kecil, selalu merasa lelah. Pada hasil
pemeriksaan saat ini insulin ibu mengalami peningkatan, juga mengalami
Hyperglaisimia dan keadaan janin besar (makrosomia) dan pada hasil
pemeriksaan LAB Ny. M mengalami Glaikosuria.

Tanggal masuk : 15 januari 2018

Jam masuk : 10.25 WITA

Tanggal pengkajian : 15 januari 2018

Jam pengkajian : 10.45 WITA

I. Pengkajian

A. Identitas pasien
Nama : Ny.N
TTL : Suli, 15 juni 1986
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Suli
B. Riwayat kesehatan terdahulu
Klien mengatakan pernah melahirkan bayi dengan persalinan lahir besar
C. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh penglihatannya menjadi kabur, klien juga mengatakan
selalumerasa haus dan lapar, terlalu sering buang air kecil dan mudah
merasa lelah.
D. Alasan datang ke RS :

- Ingin memeriksakan kandungannya.

- Ingin memeriksakan kesehatannya.

E. Pemeriksaan fisik :

a. Kepala : normochepali , tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada
nyeri tekan
b. Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan
c. Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera ikterik,
konjungtiva tampak anemis, pupil isokor
d. Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e. Telinga : bentuk intak, pendengaran normal, tidak ada secret, tidak ada
perdarahan
f. Mulut dan gigi : mukosa kering, gigi tanggal, terdapat pembengkakan
gusi
g. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada
pembesaran limfoid
h. Thorax
 I : bentuk simetris, payudara simetris tidak bengkak
 P : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
 P : tidak ada udema pulmo
 A : bunyi jantung normal, bunyi paru vesikuler
i. Abdomen
 I : tidak ada luka, tampak striae
 A : bising usus normal 8x/menit
 P : tidak ada benjolan, TFU : 2 jari dibawah pusat
 P : tidak ada acites

j. Genitalia : Tidak ada kelainan, tidak ada luka jahit, perdarahan


Pervaginam sekitar 600 cc
k. ksteremitas : Akral hangat, udema kaki tidak ada varises.
l. Anus : tidak ada kelainan dan tidak hemoroid

F. TTV :
TD : 160/100 mmHg
Suhu : 37,5° celcius
Nadi : 100 x/menit
RR : 20 x/menit

2. Klasifikasi Data
a. DS :
 Pasien mengatakan mudah lelah, merasa gelisah
 Pasien juga mengatakan bahwa dia sering sekali buang air kecil
 Pasien mengatakan mudah merasa haus
 Pasien mengatakan mudah merasa lapar
 Pasien juga mengatakan bahwa penglihatannya menjadi kabur

b. DO :
• Pasien terlihat pucat
• Tekanan darah :160/100 mmHg
• Nadi : 100x/mnt
• Pernapasan : 20x/mnt
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
- Diabetes mellitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk
bagi sang ibu juga janin yang dikandungnya
- Penyakit diabetes mellitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan
karena kurangnya jumlah inslin yang dihasilkan oleh tubuh yang
dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel

B. Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan
benar, menghindari makanan dan minuman yang mengandung glukosa
berlebih, rutin olahraga dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai