Anda di halaman 1dari 28

KARYA TULIS ILMIAH

Gerakan Pemberian Asi Esklusif Dan MP-Asi Untuk Mencegah Stunting


(GRASIGATING)

Disusun Oleh:

Aprillia Pegy Melati (1620002)


Fera Sasanti Burbosari (1620009)
Rizky Dwi Kurnia Hadi (1620018)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN PEMERINTAHAN


KABUPATEN MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
MENGIKUTI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

1. Judul Kegiatan : GERAKAN PEMBERIAN ASI


ESKLUSIF dan MP-ASI UNTUK
MENCEGAH STUNTING
(GRASIGATING)
2. Bidang Kegiatan : Karya Tulis Ilmiah

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Rizky Dwi Kurnia Hadi

b. NIM : 16.20.018

c. Jurusan : S1-Keperawatan

d. Universitas : STIKes Kepanjen

e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : 0852-3217-7983

f. Alamat email : rizkydwikurniahadi@gmail.com

4. Anggota pelaksana Kegiatan /Penulis : 2 orang

Malang, 22 Agustus 2019


Menyetujui,
Ketua Program Studi Program Sarjana Ketua Pelaksana Kegiatan

Faizatur Rohmi,S.Kep,Ns.,M.Kep Rizky Dwi Kurnia Hadi


NIK. 201001026 NIM. 1620018

Wakil Ketua III Bidang


Kemahasiswaan dan Kerjasama

Tri Nurhudi Sasono,S.Kep,Ns.,M.Kep


NIK. 200811005

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah in dengan
Judul Gerakan Pemberian Asi Esklusif Dan MP-Asi Untuk Mencegah Stunting
(GRASIGATING).
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan semua pihak. Umtuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada:

1. Bapak Tri Nurhudi Sasono,S.Kep,Ns.,M.Kep selaku wakil ketua III bidang


kemahasiswaan dan kerjasama STIKes Kepanjen yang telah memberikan
ijin kepada kami untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Faizatur Rohmi,S.Kep,Ns.,M.Kep selaku ketua program studi
keperawatan program sarjana STIKes Kepanjen yang telah menyetujui
kami untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Semua pihak yang memberikan dukungan maupun bantuan baik moril
maupun materil sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Malang, 22Agustus2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pemberian Asi Eksklusif ......................................................................... 4
2.1.1 Definisi Asi Eksklusif ................................................................. 4
2.1.2 Pengelompokan ASI Eksklusif ................................................... 5
2.1.3 Manfaat ASI Eksklusif ................................................................ 5
2.1.4 Fisiologi Pengeluaran Asi Eksklusif ........................................... 7
2.1.5 Komposisi Asi Eksklusif ............................................................. 9
2.1.6 Cara Pemberian ASI yang Benar ................................................ 10
2.1.7 Cara Menyimpan ASI ................................................................. 10
2.2 MP - Asi .................................................................................................. 11
2.2.1 Definisi MP - Asi ........................................................................ 11
2.2.2 Waktu Pemberian MP-Asi .......................................................... 11
2.2.3 Pemberian MP-Asi ...................................................................... 13

BAB III GAGASAN ............................................................................................ 18

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan .............................................................................................. 20
4.2. Saran ........................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting adalah masalah kuranggizikronis yang disebabkanolehasupangizi
yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi(MilleniumChallenga Account Indonesia,
2014).Stunting dapat disebabkan oleh factor langsung maupun tidak
langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting salah satunya adalah
asupan gizi (Bappenas R.I, 2013)
Secara global, padatahun 2011 lebihdari 25% jumlah anak yang berumur
dibawah lima tahun yaitu sekitar 165 jutaan akan mengalami stunting,
sedangkan untuk tingkat Asia, pada tahun 2005-2011 Indonesia menduduki
peringkat kelima prevalensi stunting tertinggi (Nina Rohwati, 2015).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, untuk skala nasional, prevalensi anak
balita stunting di Indonesia sebesar 37,2%, sedangkan untuk Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2013 prevalensi stunting yaitu sebesar 35,8%. Menurut
WHO, apabila masalah stunting di atas 20% maka merupakan masalah
kesehatan masyarakat (MuryRirianty, 2015).
Stunting dapat dicegah dengan beberapa hal seperti memberikan ASI
Esklusif, memberikan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan tubuh,
memberikan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran energy dan pemasukan zat gizi kedalam
tubuh, dan memantau tumbuh kembang anak secara teratur (Millenium
Challenga Account Indonesia, 2014).
Ahmad et al (2010) menyatakan bahwa stunting lebih banyak ditemukan
pada anak yang memiliki asupan gizi yang kurang baik dari makanan dan
ASI. ASI sebagaian terinfeksi sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian
stunting.
Permasalahan balita pendek disebabakan oleh berbagai faktor, penelitian
sebelumnya menyebutkan factor utama yang menyebabkan balita pendek
yaitu asupan ASI (Air susu ibu) dan asupan pelengkap yang tidak optimal,

1
infeksi berulang, dan kekurangan zat gizi mikro. Selain itu, juga terdapat
factor lain seperti berat bayi lahir rendah, rendahnya pendapatan orang tua,
dan usia kehamilan. Berdasarkan factor diatas, asupan ASI dan makan
pendamping ASI merupakan salah satu factor yang dapat diperbaiki terutama
dalam dua tahun pertama kelahiran (Sulistio Djais, 2018).
Pemberian ASI yang kurang sesuai di Indonesia menyebabkan bayi
menderita gizi kurang dan gizi buruk. Padahal kekurangan gizi pada bayi
akan berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan social serta secara
klinis terjadi gangguan pertumbuhan. Dampak lainnya adalah derajat gizi
anak Indonesia masih memprihatinkan (Haryono, dkk, 2014).
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi memerlukan masukan
zat-zat gizi yang seimbang dan relative besar. Namun, kemampuan bayi
untuk makan dibatasi oleh keadaan saluran pencernaannya yang masih dalam
tahap pendewasaan. Satu - satunya makanan yang sesuai dengan keadaan
saluran pencernaan bayi dan memenuhi kebutuhan selama bulan – bulan
pertama adalah ASI (Maryunani, 2010).
Anak yang tidak mendapatkan ASI esklusif berisiko lebih tinggi untuk
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk proses pertumbuhan. Gangguan
pertumbuhan akan mengakibatkan terjadinya stunting pada anak (Anshori,
2013). Oleh karena itu penting diberikannya ASI esklusif untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi pada saatawal-awal bulan kelahiran selama pendewasaan
pada system pencernaannya. Sedangkan MP-ASI diperlukan saat usia 6-24
bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi karena memerlukan energy lebih
banyak.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengidentifikasi bagaimanakah peran Konsep ‘Gerakan Pemberian
Asi Esklusif Dan MP-Asi Untuk Mencegah Stunting
(GRASIGATING)’dalam mengatasi masalah yang ada di masyarakat

2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk menggerakkan
pencegahan stunting melalui pemberian ASI Esklusif dan MP-ASI sesui usia
yang telah ditentukan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap
penelitian selanjutnya dibidang kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan
pedoman bagi peneliti lain yang akan mengembangkan
penanganan ataupun pencegahan lebih lanjut terhadap stunting.

1.4.2.2 Bagi pemerintah


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
pengetahuan serta informasi tentang pananganan serta
pencegahan terhadap masalah stunting higga kedepannya
masalah stunting di Indonesia bias semakin berkurang.

3
BAB II
TIJAUAN TEORI

2.1. Pemberian Asi Eksklusif


2.1.1. Definisi Asi Eksklusif
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi
bayi, yang bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI
Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun
makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai
berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan
mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI
eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI
kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman
lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi
mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti
alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir
200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan
kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam
air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki
bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat
yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang

4
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem
saraf (Yahya, 2007).

2.1.2. Pengelompokan ASI Eksklusif


ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan
yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1
sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan
“meconium” yaitu air ketuban dan cairan lain yang tertelan
masuk perut bayi saat proses persalinan. Jumlah (volume)
kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI
ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari
hari ke-10 sampai seterusnya.

2.1.3. Manfaat ASI Eksklusif


Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu,
keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang
paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena
mengandung enzim pencernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai
berikut:

1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan
bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana
susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan
komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat
mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta
alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari
pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI

5
lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian
ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan
bayinya.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di
masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang
tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat
penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat
badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak,
tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin
dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).

2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat
kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta
mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar
panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke
dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko
terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang
menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui,
menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu
menyiapkan botol dan mensterilkannya.
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa
membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu
formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman
untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik
dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).

3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu
formula, botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat,
berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna
perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek
kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti

6
menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga
karena ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu
repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian (
Roesli, 2005 ).

4. Untuk Masyarakat dan Negara


Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu
formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara
lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah
bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan
hidup anak karena dapat menurunkan angka kematian, ASI
merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi
Sunar, 2009 ).

2.1.4. Fisiologi Pengeluaran Asi Eksklusif


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat
kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam
hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-
beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar
dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu
pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI
(Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan.
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama
besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel
duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta
lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini
dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu
laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron.
Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang
dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum
tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan
hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut

7
terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak
berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air
susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun
dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi
sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen.
Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar
prolaktin dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang
berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara
ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada
keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan
puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan
yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada
keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan
proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin,
dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel.
Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya
mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga
ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks
”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat ibu melihat bayinya,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat
refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan
bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak
pasti atau merasakan nyeri.

8
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus
berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding
uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh
karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan
pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya
menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin
baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat
pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme
alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula
(Maryunani, 2009).

2.1.5. Komposisi Asi Eksklusif


Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen
ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen
unik, berikut komposisi ASI:
1. Kolostrum – Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum
mengandung karoten dan vitamin A yang tinggi yang berfungsi
menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
2. Protein – Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit
di cerna) dan whey (protein yang mudah di cerna). ASI lebih
banyk mengandum whey di bandingkan dengan casein.
3. Lemak – Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama
dan merupakan komponen yang gizi yang sangat
berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak
mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit koroner
usia muda.
4. Laktosa – Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya
sebagai sumber energi meninggkatkan absorbs kalsium dan
merang sang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5. Zat Besi – Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun
bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi.

9
6. Taurin – Berupa asam amino dan berfungsi sebagai
neuororansmitter, berperan penting dalam maturasi otak bayi.
7. Laktobacilus – Berfungsi menghambat pertumbuhan
microorganisme seperti becteri ecoli yang sering menyebabkan
diare pada bayi.
8. Laktoferin – Sebuah besi batas yang mengikat protein
ketersediaan besi untuk bakteri dalam intestines, serta
memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
9. Lizozim – Dapat memecah dinding bakteri sekaligus
mengurangi insidens, caries,dentis,dan maloklusi atau
kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu
dengan botol dan dot.

2.1.6. Cara Pemberian ASI yang Benar


1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
3. Duduk dan berbaring dengan santai.
4. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah
seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja,
kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu,
sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu.
5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke
puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka
lebar.
6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga
bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.

2.1.7. Cara Menyimpan ASI


1. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik
gula); atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa
dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir
keramik.

10
2. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan
maupun plastik styrofoam.
3. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
4. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas
waktu yang diijinkan ( + 2 minggu).
5. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator
selama semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas
untuk membekukan makanan).
6. Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6
bulan)

2.2. MP - Asi
2.2.1. Definisi MP - Asi
MP-ASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang
mengandung nutrien yang diberikan kepada bayi selama periode
pemberian makanan peralihan (complementery feeding) yaitu pada
saat makanan/minuman lain diberikan bersama pemberian ASI.
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat
gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan
pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk
maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI.

2.2.2. Waktu Pemberian MP-Asi


Mulai pemberian MP-ASI pada saat yang tepat sangat
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh-
kembang bayi serta merupakan periode peralihan dari ASI
eksklusif ke makanan keluarga. Periode peralihan dari ASI
eksklusif ke makanan keluarga dikenal pula sebagai masa
penyapihan (weaning) yang merupakan suatu proses dimulainya

11
pemberian makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis,
jumlah, frekuensi maupun tekstuer dan konsistensinya sampai
seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi oleh makanan keluarga.
Masa peralihan ini berlangsung antara 6 bulan sampai 23 bulan
yang merupakan masa rawan pertumbuhan anak.
Bayi mengalami perkembangan keterampilan makan bayi
seiring bertambahnya usia. Pola perkembangan keterampilan
makan bayi adalah sebagai berikut :
 0-4 bulan : menelan makanan cair (ASI) tetapi
mendorong keluar makanan yang padat
 4-6 bulan : dapat mengontrol posisi makanan dalam
mulut dan menelan makanan tanpa tersedak
 6-9 bulan : mampu makan pure, makanan lumat atau
cincang, makan memakai sendok dengan mudah
 9-12 bulan: mampu makan makanan lunak, cincang kasar, dan
mulai mencoba makan dengan tangannya sendiri
 12-23 bulan : makanan keluarga, makan sendiri, masih
dengan bantuan.
Pemberian ASI yang tidak tepat waktu, terlalu dini diberikan
ataupun terlalu lambat dapat mengakibatkan hal-hal yang
merugikan. Waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI
pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping
pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai
berikut :
 Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi
dan pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan
memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum sampai usia ini, ginjal
belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa yang
dihasilkan oleh makanan padat.
 Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf
otot (neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk
mengendalikan gerak kepala dan leher ketika duduk dikursi.

12
Jadi, bayi masih sulit menelan makanan dengan menggerakan
makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya,
karena gerakan ini melibatkan susunan refleks yang berbeda
dengan minum susu.
 Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam
tinggi , penyakit seliak atau alergi gluten (protein dalam
gandum).
 Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara
pengenalan makanan pada umur 4 bulan dengan batuk yang
berkesinambungan.
 Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan
yang berlebih di awal masa perkenalan dengan obesitas dan
peningkatan resiko timbulnya kanker, diabetes dan penyakit
jantung di usia lanjut.

2.2.3. Pemberian MP-Asi


Pada Global Strategy for Infant ang Young Child Feeding
dinyatakan bahwa MP-ASI harus memenuhi syarat berikut :
 Tepat waktu (Timely) : MP-ASI mulai diberikan saat
kebutuhan energi dan nutrien melebihi yang didapat dari ASI
 Adekuat (Adequate) : MP-ASI harus mengandung cukup
energi, protein, dan mikronutrien
 Aman (Safe) : Penyimpanan, penyiapan dan
sewaktu diberikan, MP-ASI harus higienis.
 Tepat cara pemberian (Properly) : MP-ASI diberikan sejalan
dengan tanda lapar dan nafsu makan yang ditunjukkan bayi
serta frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan usia bayi.

GSIYFC mengeluarkan prinsip tentang pemberian MP-ASI pada


bayi dengan ASI:

13
1. Berikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan,
selanjutnya tambahkan MP-ASI mulai usia 6 bulan (180 hari)
sementara ASI diteruskan.
2. Lanjutkan ASI on demand sampai usia 2 tahun atau lebih
3. Lakukan responsive feeding dengan menerapkan prinsip
asuhan psikososial
4. Terapkan perilaku hidup bersih dan higienis serta penanganan
makanan yang baik dan tepat
5. Mulai pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan dengan jumlah
sedikit, bertahap dinaiikkan sesuai usia bayi, sementara ASI
tetap sering diberikan
6. Bertahap konsisten dan variasi ditambah sesuai kebutuhan dan
kemampuan bayi
7. Frekuensi pemberian MP-ASI semakin sering sejalan dengan
bertambahnya usia bayi
8. Berikan variasi makanan yang kaya akan nutrien untuk
memastikan bahwa seluruh kebutuhan nutrien terpenuhi
9. Gunakan MP-ASI yang diperkaya vitamin-mineral atau
berikan preparat vitamin-mineral bila perlu.
10. Tambahkan asupan cairan saat anak sakit, termasuk lebih
sering menyusu, dan dorong anak untuk makan makanan lunak
dan yang disukainya. Setelah sembuh, beri makan lebih sering
dan dorong anak makan lebih banyak.

Bayi akan memberikan tanda bahwa dirinya siap menerima


makanan selain ASI. Kita harus mengenali tanda tersebut agar
dapat memberikan MP-ASI tepat waktu dan sesuai perkembangan
keterampilan makannya. Ciri-ciri bayi yang siap mendapat MP-ASI
adalah sebagai berikut :
a. Kesiapan fisik :
 Refleks ekstrusi telah sangat berkurang atau sudah
menghilang
 Keterampilan oromotor :

14
 Dari hanya mampu menghisap dan menelan yang cair
menjadi menelan makanan yang lebih kental dan padat.
 Memindahkan makanan dari bagian depan ke bagian
belakang mulut.
 Mampu menahan kepala tetap tegak
 Duduk tanpa/hanya dengan sedikit bantuan dan mampu
menjaga keseimbangan badan ketika tangannta meraih
benda di dekatnya
b. Kesiapan psikologis :
Bayi kanan memperlihatkan perilaku makan lanjut :
 Dari reflektif ke imitatif
 Lebih mandiri dan eksploratif
 Pada usia 6 bulan bayi mampu menunjukkan keinginan
makan dengan cara membuka mulutnya, rasa lapar dengan
memajukan tubuhnya ke depan/ ke arah makanan, tidak
berminat atau kenyang dengan menarik tubuh ke
belakang/menjauh

Tabel 1. Tanda bayi lapar atau kenyang


Lapar Kenyang
 Riang/antusias sewaktu didudukkan  Memalingkan muka/ menutup
di kursi makannya mulut ketika melihat sendok
 Gerakan menghisap atau berisi makanan
mencecapkan bibir  Menutup mulut dengan
 Membuka mulut ketika melihat tangannya
sendok/makanan  Rewel atau menangis karena
 Memasukkan tangan ke dalam mulut terus diberi makan
 Menangis atau rewel karena ingin  Tertidur
makan
 Mencondongkan tubuh ke arah
makanan atau berusaha

15
menjangkaunya

Pengenalan tekstur dan konsistensi makanan harus secara


bertahap, demikian pula dengan frekuensi dan jumlah makanan
yang diberikan. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengenalan
MP-ASI :
 Uji makanan pertama kali : tepung beras yang diperkaya zat
besi merupakan makanan yang dianjurkan sebagai makanan
pertama yang diberikan kepada bayi
 Sebaiknya mulai diberikan 1-2 sendok teh saja, sesudah bayi
minum sejumlah ASI atau formula, kecuali bila selalu
menolak maka diberikan sebelumnya
Pemberian MP-ASI dimulai dengan tekstur yang lembut/halus
dan konsistensi yang encer, selanjutnya secara bertahap tekstur dan
konsistensinya ditingkatkan menjadi makin kental sampai padat
dan kasar. Mulai dengan jumlah sedikit (1-2 sdt) pada saat
pengenalan makanan dan kemudian ditingkatkan sampai jumlah
yang sesuai usia. Kenalkan satu-persatu jenis makanan sebelum
diberikan berupa campuran dengan jarak 203 hari (4-7 hari bila
terdapat riwayat alergi) agar bayi dapat mengenali rasa dan aroma
setiap jenis makanan baru. Makanan baru sebaiknya diberikan pada
pagi hari agar ada cukup waktu bila ada reaksi simpang. Cuci
semua peralatan sebelum digunakan.10

Tabel 2. Pedoman pemberian makan pada bayi/anak usia 6-23 bulan


yang mendapat ASI
Jumlah rata-
Umur Tekstur Frekuensi
rata/kali makan
6-8 Mulai dengan bubur 2-3x/hari, ASI tetap sering Mulai dengan 2-3
bulan halus,lembut, cukup diberikan. Tergantung sdm/kali
kental, dilanjutkan nafsu makannya, dapat diringkatkan
bertahap menjadi lebih diberikan 1-2x selingan bertahap sampai ½

16
kasar mangkok (=125 ml)
9-11 Makanan yang dicincang 3-4x/hari, ASI tetap ½ mangkok
bulan halus atau disaring kasar, diberikan. Tergantung (=125ml)
ditingkatkan semakin nafsu makannya, dapat
kasar sampai makanan diberikan 1-2x selingan
biasa dipegang/diambil
dengan tanagn
12-23 Makanan keluarga, bila 3-4xhari. ASI tetap ¾ sampai 1
bulan perlu masih dicincang diberikan. Tergantung mangkok (175-
atau disaring kasar nafsu makannya, dapat 250ml)
diberikan 1-2x selingan

17
BAB III
GAGASAN

Program GRASIGATING (Gerakan Pemberian ASI Esklusifdan MP-ASI


Untuk Mencegah Stunting) adalah salah satu program yang bertujuan untuk
mencegah stunting melalui program pemberian ASI Esklusif (0-6 bulan) dan MP-
ASI (6-24 bulan) pada bayi dan batita.
ASI Eksklusif menurut Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor
33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah pemberian Air
Susu Ibu (ASI) tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6 bulan
(Kemenkes R.I, 2012). Pemberian ASI eksklusif memberikan berbagai manfaat
untuk ibu dan bayi dimana ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk
bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna, memiliki komposisi zat gizi yang ideal
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi dan ASI mendukung
pertumbuhan bayi terutama tinggi badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap
disbanding susu pengganti ASI (Prasetyono, 2009).
Menurut (Bappenas R.I, 2013) stunting dapat disebabkan oleh factor langsung
maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting salah satunya
adalah asupan gizi. Stunting dapat dicegah dengan beberapa hal seperti
memberikan ASI Esklusif, memberikan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan
tubuh, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran energy dan pemasukan zat gizi kedalam
tubuh, dan memantau tumbuh kembang anak secara teratur (Millennium
Challenga Account Indonesia, 2014).

TAHAPAN GRASIGATING
1. Tahap Pertama:
 Mengajak kader, perawat desa, bidan desa dan tenaga kesehatan
lainnya untuk bekerjasamadalampencegahan stunting melalui
program GRASIGATING.

18
 Memperkenalkan cara kerja serta program-program yang terdapat
dalam GRASIGATING.
2. Tahap Ke-dua (proses kerja):
 Memperkenalkan stunting pada masyarakat mulai sejak dini.
 Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI
Esklusif serta MP-ASI untuk bayi dan balita.
 Mengajak orang tua untuk ikut serta aktif dalam memantau
perkembangan anaknya (melalui buku check list)
 Pemberian buku check list pada ibu yang memeriksakan bayinya
untuk memantau pemberian ASI dan MP-ASI yang tepat.
Manfaat buku checklist:
1. Memantau pemberian ASI dan MP-ASI.
2. Memberi informasi pada orang tua mengenai jenis-jenis MP-
ASI yang tepat pada anaknya sesuai usia.
3. Memberikan informasi mengenai kebutuhan gizi yang
diperlukan sesui usia anak.
4. Sebagai catatan pertumbuhan serta perkembangan anak setiap
bulannya. (sehingga orang tua dapat ikut serta memantau
perkembangan anak).
3. Tahap Ke-tiga: mengevaluasi terhadap program yang telah dilakukan.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kami mengajukan sebuah gagasan yaitu ‘GRASIGATING’ yang
bertujuan untuk pencegahan stunting melalui pemberian ASI Esklusif dan
MP-ASI sesui usia yang telah ditentukan dengan Pemberian buku ceklis yang
bertujuan untuk memantau pemberian ASI dan MP-ASI yang tepat. Dalam
pelaksanaannya kami berkolaborasi dengan kader, perawat desa, bidan desa
dan tenaga kesehatan lainnya untuk bekerja sama dalam pencegahan stunting
melalui program GRASIGATING agar tercapai hasil yang maksimal.

4.2. Saran
Perlu langkah-langkah awal sebelum penerapan Konsep ini. Perlu
pengembangan lebih lanjut dan analisa dari beberapa Pihak yang terkait
dalam Konsep ini. Kami menyarankan untuk ada pembicaraan dengan
pemangku kepentingan mengenai implementasi atau manfaat dari konsep ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aridiyah, Farah Okky, dkk. 2015. Faktor-faktor yang MempengaruhiKejadian


Stunting padaAnakBalita di Wilayah PedesaandanPerkotaan (The Factors
Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas).e-
JurnalPustakaKesehatan, vol. 3

Dwitama, Yogi Subandara, Dkk. 2018.Hubunganpemberian ASI


EksklusifdanMakananPendamping ASI terhadapBalitaPendekUsia 2 sampai
5 tahundi KecamatanJatinangor. JSK, Volume 3 Nomor 3 MaretTahun
2018

Indrawati, Sri. 2016. HubunganPemberianAsiEsklusifDenganKejadian Stunting


PadaAnakUsia 2-3 Tahun Di DesaKarangrejekWonosariGunungkidul.
Yogyakarta: UniversitasAisyahrani.

Complimentary feeding: Report of the Global Consultation and of Guiding


Principles for Complimentary Feeding of the Breastfed Child Geneva,
World Health Organization, 2001.

Report of Informal Meeting to Review and Develop Indications for


Complimentary Feeding, Washington D.C, 2002.

Greiner T. Sustained Breastfeeding, Complementation and Care Food and


Nutrition Bull 1995; 16:313-9.

Starting Solid Food for Infant. Diunduh dari: www.framinghampediatircs.com.

Soetjiningsih, Suandi IKG. Gizi untuk Tumbuh Kembang Anak. Dalam:


Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh ING,
penyunting. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi ke-1. Jakarta: Sagung
Seto, 2002. h. 22-47.
Dewey KG, Cohen RJ, Brown KH, Rivera LL. Age of Introduction of
Complementary Foods and Growth of Term, Low Birth Weight, Breast-fed
Infants: A Randomized Intervention Study in Honduras. Am J Clin Nutr
1999; 69:678-86.

Departemen Kesehatan RI. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). 2000.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping


Air Susu Ibu (MP-ASI Lokal). 2006.

Departemen Kesehatan RI. Peranan Dokter Dalam Peningkatan Penggunaan ASI.


2004.

Nasar, SS. Indonesia Menyusui. IDAI 2010:267-279.

21
Lampiran 1

Curriculum Vitae Ketua Tim


A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap : Rizky Dwi Kurnia Hadi


2 Jenis Kelamin : Laki – laki
3 Program Studi : S1 Keperawatan
4 NIM : 16.20.018
5 Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 23 Juni 1998
6 E-mail : rizkydwikurniahadi@gmail.com
7 Nomor Telepon / HP : 0852-3217-7983

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SMP TAMAN
Nama Instansi SDN 3 DOLO SMAN 1 TUREN
DEWASA
Jurusan - - MIPA
Tahun Masuk - Lulus 2004-2010 2010-2013 2013-2016

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Ilmiah / Seminar Tempat
1 ……………….. ……………….. ………………..
2 ……………….. ……………….. ………………..
3 ……………….. ……………….. ………………..

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi


lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..

22
Curriculum Vitae Anggota 1
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap : Aprillia Pegy Melati


2 Jenis Kelamin : Perempuan
3 Program Studi : S1 Keperawatan
4 NIM : 16.20.002
5 Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 5 April 1998
6 E-mail : -
7 Nomor Telepon / HP : -

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi MI Tarbiyatul SMPN 1 Ngajum SMK NU Miftahul
Athfaliyah Huda
Jurusan - - Keperawatan
Tahun Masuk - Lulus 2004-2010 2010-2013 2013-2016

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Ilmiah / Seminar Tempat
1 ……………….. ……………….. ………………..
2 ……………….. ……………….. ………………..
3 ……………….. ……………….. ………………..

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi


lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..

23
Curriculum Vitae Anggota 2
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap : Fera Sasanti Purbosari


2 Jenis Kelamin : Perempuan
3 Program Studi : S1-Keperawatan
4 NIM : 16.20.009
5 Tempat dan Tanggal Lahir : Sidoarjo, 05 Februari 1998
6 E-mail : -
7 Nomor Telepon / HP : -

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SDN O1 SMPN 02
SMK Kepanjen
Maggunrejo Kepanjen
Jurusan - - Akuntansi
Tahun Masuk - Lulus 2004-2010 2010-2013 2013-2016

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Ilmiah / Seminar Tempat
1 ……………….. ……………….. ………………..
2 ……………….. ……………….. ………………..
3 ……………….. ……………….. ………………..

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi


lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..

24

Anda mungkin juga menyukai