Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Konsep diri merupakan semua ide,pikiran , perasaan , kepercayaan dan
pendirian yang di ketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain . Konsep diri
adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik emosi, intelektual , sosial
dan spiritual ( Suliswati,2005).
Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun di pelajari , salah satu komponen
konsep diri yaitu harga diri.dimana harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
(keliat 2001) .
Sedangkan , Harga diri rendah adalah perasan tidak berharga , tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri . Adanya keprcayaan diri , merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri ( keliat ,1998) .
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan orang tua,harapan orang
tua yang tidak realistis , kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis,
perasaan takut, kehawatiran, ketakutan ( fear) Dariuszky 2004). Berdasarkan data who
2013 , masalah lansia dengan Harga diri Rendah ini hampir di seluruh Negara di dunia.
Tahun 2009 lalu di temukan ada 450 juta orang menderita gangguan psikososial ( Harga
diri rendah ), sebagai gambaran menurut Who,jika pravalensi gangguan psikososial dengan
Harga diri Rendah di atas 100 jiwa per 1000 penduduk yang merupakan anggota keluarga
,data hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995,artinya 2,6 kali lebih tinggi
dari ketentuan who . saat ini gangguan Psikososial ( Harga diri Rendah ) menempati
urutan kedua setelah penyakit infeksi 11,5 % . Menurut data Menkes Dan Kesejahteraan
Sosial, di dalam setiap rumah tangga paling tidak ada satu orang yang mengalami
gangguan psikososial ( Harga diri rendah ) dan membutuhkan pelayanan kesehatan jiwa .
Hal ini didasarkan pada hasil survey kesehatan mental rumah tangga ( SKRT) yang di
lakukan pada 11 kotamadya oleh jaringan epidemologi psikiatri tahun 2009, dimana di
temukan 185 per 1000 penduduk rumah tangga dewasa yang menunjukan adanya gejala
gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan data yang di peroleh dari Panti Jompo Tresna
Werda Pupspa Karma Mataram (PSTW) , dalam kurun waktu 3 tahun terahir , 2012
sebanyak 5 kasus dengan perincian ,laki –laki 0 orang ( 0 %), dan perempuan sebanayak 5
orang (0,5 %). Tahun 2013 jumlah kasus 5 orang dengan perincian laki-laki 0 0rang (o %),
dan perempuan 5 orang. (0,5 %). Tahun 2014 jumlah kasus pada bulan januari sampe
September sebanyak 5 kasus dengan perincian laki –laki 0 orang (0%),dan perempuan
sebanyak 5 orang (5%). (Data klayan dengan gangguan psikososial : Harga Diri Rendah Di
Tresna Werda Puspa Karama Mataram.) Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan
kepala panti beserta staf panti jompo tresna werda puspa karma mataram ,bahwa klayan
dengan harga diri rendah sedikit di temukan dengan masalah gangguan konsep diri harga
diri rendah. Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan
pengalamannya dengan tubuhnya sendiri. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman
pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia di luar
dirinya. Konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua. Pengalaman dalam
keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan
perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga
individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi dan meniru perilaku orang lain
yang diinginkannya serta merupakan yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai
atau pengharapan yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi
mempengaruhi konsep diri dan perkembangan kepribadian seseorang. Berdasarkan
fenomena tersebut diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan
judul penelitian “Ashuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Gangguan Masalah
Psikososial : Harga Diri Rendah Di Pstw Pusma Karma Mataram.” 1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Penerapan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Gangguan Masalah Psikososial: Harga Diri Rendah
Dipanti Jompo Tresna Werdha Pusma Karma Mataram?. 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan
Umum Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan
Masalah Psikososial : Harga Diri Rendah Di Ruang Wisma Anjani Panti Jompo Tresna Werda
Puspa Karma Mataram.
1.3.2 Tujuan Khusus Penulis mampu :
a) Menjelaskan konsep dasar Gangguan Psikososial :Harga Diri Rendah mulai dari
pengertian , tanda dan gejala , manifestasi klinik, penatalaksanaan.
b) Melakukan pengkajian pada klayan lansia dengan Gangguan Masalah Psikososial : Harga
Diri Rendah.
c) Merumuskan diagnose keperawatan pada klayan lansia dengan Masalah Ganggua
Psikososial : Harga Diri Rendah.
d) Menyusun rencana keperawatan pada klayan lansia dengan Masalah Gangguan
Psikosoial : Harga Diri Rendah.
e) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klayan lansia dengan Masalah Gangguan
Psikosoial : Harga Diri Rendah.
f) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien lansia dengan Masalah Gangguan Psikososial
: Harga Diri Rendah.
g) Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klayan lansia dengan Masalah Gangguan
Psikososial : Harga Diri Rendah.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1. Manfaat bagi Mahasiswa Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam penerapan
asuhan keperawatan khususnya lansia dengan gangguan masalah psikososial : harga diri
rendah.
1.4.2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat di jadikan sebagai kajian
sebagai pustaka dan pengembangan ilmu keperawatan khususnya bidang keperawatan
gerontik.
1.4.3. Manfaat Bagi Lahan Praktek ( PSTW ) Sebagai bahan masukan dalam penerapan
asuhan keperawatan khususnya pada Klayan Lansia Dengan Masalah Gangguan Psikososial :
Harga Diri Rendah.
1.4.4. Manfaat Bagi Klien Dan Kluarga Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga
dalam perawatan dan pencegahan khususnya gangguan masalah psikososial : harga diri
rendah.
1.5 Sistematika Penulisan Penulisan proposal ini terdiri dari dua Bab , yaitu :
BAB 1, adalah pendahuluan terdiri dari : latar belakang , rumusan masalah , tujuan
penulisan , manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
BAB 2 . adalah tinjauan teori , terdiri dari : konsep lansia meliputi: pengertian lansia,,
teori – teori penuaan , faktor – faktor yang mempengaruhi penuaan , perubahan
psikososial pada lansia .konsep harga diri rendah meliputi : pengertian harga diri rendah ,
karateristik harga diri rendah , tanda dan gejala harga diri rendah , faktor – faktor yang
mempengaruhi harga diri rendah.klasifikasi gangguan harga diri rendah , manifestasi klinis
harga diri rendah , serta konsep asuhan keperawatan pada klayan lansia dengan masalah
ganggauan psikososial : harga diri rendah meliputi : pengkajian , diagnose keperawatan ,
rencana keperawatan , dan dokumentasi keperawatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia (Penuaan)
2.1.1 Pengertian Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 20005). Proses menjadi tua ialah proses alami yang tak mungkin dihindari
oleh siapapun. Secanggih apapun penemuan di bidang kedokteran dan kesehatan, sampai
kapanpun tak akan pernah ditemukan obat atau alat kedokteran untuk mencegah
seseorang menjadi tua.
2.1.2. Teori proses menua menurut Zairt,1980 adalah :
1. Teori biologi : proses menua merupakan perubahan yag terjadi dalam struktur dan
fungsi tubuh selama masa hidup ( zairt,1980).
a) Teori genetic : peroses menua terjadi akibat adanya programjam genetic di dalam
nuklel.
b) Teori error ; menua di akibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan
sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan akan berakibat kesalahan
metabolism yang dapat mengakibat kan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
c) Teori autoimun ; penuaan di sebabkan oleh adanya penurunan fungsi system imun.
d) Teory free radikal : peruses menua terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubu
dan hal itu di pengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh ( molekul ).
e) Teori kolagen : kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
f) Wear teori biologi: peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabakan
kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori psikososial :
a) Aktiviy teory ( teori aktivias ) : seorang individu harus mampu eksisdan aktif dalam
kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehiduoan di hari rua ( havigurst dan
albrech.1963 ).
b) Countinuitasteori : kondisi tua merupakan kondisisyang selalu terjadi dan secara
berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usia. c) Disanggement teori :
putus nya hubungan dengan dunia luar seperti denganmasyarakathubungan dengan
individu lain. d) Teori stratifikasi usia :karena orang yang di golongkan dalam usia akan
mempercepat proses penuaan . e) Teori kebutuhan manusia : orang yang mencapai
aktualisasi menurut penelitian 5 % dan ditak semua orang mencapai kebutuhan yang
sempurna. f) Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan
kehidupan. g) Course of human life theory :seseorang dalam hubungan dengan lingkungan
ada tingkat maksimumnya. h) Devloment task theory : tiap tingkat kehidupan mempunyai
tugas perkembangan sesuai dengan usianya. 3. Environmental theory ( teori lingkungan ):
a) Radiation theory ( teori radiasi) :setiap hari manusia telah terpapar dengan adanyanya
radiasi baik karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang – gelombang mikro
yang telah menumbuk tubuh tanpa terasayang dapat mengakibatkan perubahan susunan
DNA dalam sel hidupatau bahkan rusak mati. b) Strees theory ( teori stress): stress fisik
maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran neurotransmitter tertentu yang
dapat mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan mengalami kekurangan
oksigen dan mengalami gangguan metabolism sel sehingga terjadi penurunan jumlah
cairan dalam sel dan penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan jumlah cairan
dalam sel dan penurunan eksitas membrane sel. c) Pollution theory ( teori polusi) :
tercemarnya lingkungan dapat menyebabkan tubuh mengalami gangguan pada system
psikoneuroimunologi yang seterusnya mempercepat terjadinya proses menua dengan
perjalanan yang masih rumit untuk di pelajari. d) Exposure theory ( teori pemaparan ) :
terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra yang
lain mampu mempengaruhi susunan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa
terjadi. Menurut data dari worl bank (2001) tentang perkembangan jumlah lanjut usia (60
tahun keatas ) di dunia saat ini pada tiap – tiap negra mempunyai perbedaan yang
bermakna pada setiap tahunnya . Kondisi kesehatan lanjut usia tersebut di laporkan
mempunyai kemiripan dari seluruh bangsa , di mana penyakit yang sering menyertai
adalah tidak sendiri muncul gejala,melainkan multiple symptom, tetapi penyakit yang
dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut. a) Kelainan jantung dan pembuluh darah. b)
Penyakit gigi dan mulut c) Tuberkulosa. d) Keganasan . e) Penyajit paru obstruktif
menahun f) Diare. g) Penyakit infeksi. h) Malaria dll. Karateristik paling utama dari aging
proses adalah makin kehilangan kemandirian atau meningkat nya ketergantungan
.ketergantungan ini dapat bersifat structural atau sosiologis.fungsional / fisik dan
ketergantungan prilaku. ( psikologis ) . Menurut utami munandar (1997), kemandirian
lansia sangat terkait dengan tugas – tugas perkembangan (developmental tasks) .maka
apapun yang terjadi pada lanjut usia harus mampu: 1. Menyusaikan diri terhadap
penurunan kekuatan fisik dan kesehatan . 2. Menyusaikan diriterhadap pension dan
penghasilan yang berkurang. 3. Menyusaikan diri terhadap pasangan hidup yang
meninggal. 4. Membentuk afilasi dengan kelompok sebaya. 5. Menerima dan
menyesuaikan diri terhadap peran – peran sosial dengan cara yang fleksibel (keluarga ,
hobi, dan kegiatan). Strategi pembinaan kesehatan lansia di puskesmas, Menurut utami
munandar (1997) : a) Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehtan dalam perencanaan
puskesmas. b) Menyusaikan pengorganisasian dan pelaksanaan pembinaan kesehatan
lanjut usia dengan usia kegiatan poko lainnya dalam lokarya mini puskesmas c) Melakukan
kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan lanjut usia sesuai kondisi dan
kebutuhan setempat. d) Mendorong terwujudnya peran serta masyarakat khusus nya
dalam pembinaan lanjut usia melalui lembaga swadaya masyarakat.pkk dan organisasi
sosial lainnya. Langkah – langkah pembinaan kesehatan lansia menurut utami munandar,
1997 : a) Perencanaan b) Pelaksanaan c) Pemantau dan pembinaan d) Digunakan untuk
mengendalikan proses pelaksanaan agar sesuai dengan rencana. e) Penilaian dan
pengembangan. Menurut utami munandar, (1997) ,Pembinaan kesehatan lansia meliputi :
1. Upaya komunikasi ,informasi dan edukasi 2. Upaya pelayanan kesehatan kepada lansia .
3. Pembinaan saran dan prasarana . 4. Pembinaan dukungan situasi 5. Strategi perawatan
paliatif. Batasan lansia menurut who , di bagi ke dalam 3 kategori : 1. Usia lanjut :60-74
tahun 2. Usia tua : 75- 89 tahun 3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun Batasan lansia menurut
dep. Kes. RI, lanjut dibagi menjadi : 1. Kelompok menjelang usia lanjut ( 45 – 54 tahun
)/masa virilitas . 2. Kelompok usia lanjut ( 55 – 64 tahun)/ masa presenium . 3. Kelompok-
kelompok usia lanjut (> 65 tahun ) / masa senium. Batasan lanjut usia menurut barren
dan jenner tahun 1977 : 1. Usia biologis,yang menunjukan pada jangka waktu seseorang
sejaklahirnya berada dalam keadaan hidup ,tidak mati. 2. Usia psikologis , menunjuk pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan penyusaian – penyusaian kepada situasi hidup
nya . 3. Usia sosial yang menunjuk pada peran yang tidak di harapkan atau di berikan
masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usia nya. 2.1.3. Faktor - faktor yang
mempengaruhi penuaan a) Herediter ( genetic ) dan , b) Lingkungan . 2.1.4. Perubahan
psikososial pada lansia Psikologi penuaan yang berhasil di cerminkan pada kemampuan
individu lansia beradaptasi terhadap kehilangan fisik ,sosial dan emosional serta mencapai
kebahagian , kedamaian dan kepuasan hidup. Karena perubahan dalam pola hidup tidak
dapat di hindari sepanjang hidup .individu harus memperlihatkan kemampuan untuk
kembali bersemangat dan keterampilan koping ketika menghadapi stres dan perubahan.
Perawat dalam memberikan dorongan ikut serta dalam membuat keputusan ,kemandirian
optimal .aktivitas sosial, dan keterlibatan aktivitas yang produktif , serta memuaskan .
keluesan ,humor dan rasa keingintahuan semuanya memberi kontribusi pada penyesuain
sosial, dan psikologis individu lansia . citra diri yang positif meningkatkan pengambilan
risiko dan keikutsertaan dalam peran baru yang belum pernah di coba . a. Faktor – faktor
yang mempengaruhi perubahan mental :
1. Perubahan fisik terutama organ –organ perasa . 2. Kesehatan umum. 3. Tingkat
pendididkan. 4. Keturunan ( hereditar) . 5. Lingkungan. 2.1.3. Konsep Dasar Gangguan
Konsep Diri 2.2.1 pengertian konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran
,kepercayaan dan pendirian yang di ketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain (stuart dan sundeen,1991) Termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,interaksi dengan orang lain dan
lingkungan , nilai – nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek , tujuan serta
keinginannya ,Beok,Wiliam dan Rawlin (1996 ).lebih menjelaskan bahwa konsepd diri
adalah cara individu memandang dirinya secara utuh , fisik , emosional , intelektual ,
sosial , dan spiritual. (Keliat Budi Anna,1992). Konsep diri adalah semua perasaan
,kepercayaan dan nilai yang di ketahui individu tentang dirinyadan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain ( Wartonah Tarwoto, 2003 ) . 2.2.2 Teori –
teori perkembangan konsep diri terdiri dari : a) Konsep diri sangat di tentukan oleh
perkembangan ide,ego dan super ego (S.Freud , 1946 ). b) System diri merupakan suatu
organisasi pengalaman pendidikan yang di adakan karena kebutuhan untuk menghindari
atau meminimalkan peristiwa –peristiwa kegelisahan (Sulivan, 1955). c) Konsep diri di
pengaruhi oleh tahap perkembangan sebelum individu mencapai perkembangan identity
(Erikson,1965). d) Konsep diri positif ditententukan oleh tahap terpenuhinya kebutuhan
dasar sampai kebutuhanaktualisasi , sesuai dengan fase –fase perkembangan sejak masa
bayi sampai dewasa (Maslow , 1967 ). Jadi konsep diri berkembang dengan baik apabila
budaya pengalaman dalam keluarga dan masyarakat dapat memberikan perasaanpositif
untuk memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dapat
beraktualisasi , sehingga individu menyadari potensi diri nya. 2.2.3 Rentang respon
konsep diri Respon individu terhadap konsep diri berfluktasi sepanjang rentang respon diri
adaptif sampai maladaftif , seperti gambar berikut ( Keliat Budi Anna , 1992). Gambar
2.2.3.rentang respon konsep diri. ( www.kepukonline.com ) Keterangan : - Aktualisasi diri
adalah pernyataan dari diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan di terima. - Konsep diri positif ( + ) adalah apabila
individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. - Harga diri
rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptive.
- Kekacauan identitas adalag kegagalan individu mengintegrasikan aspek identitas masa
kanak – kanak kedalam kematangan aspek psikososial keperibadian pada masa dewasa
yang harmonis. - Depersonalisasi adalah perasaan perasaan yang tidak realistis atau asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan , kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain. 2.2.4 komponen konsep diri Stuart dan sundeen
(1955),mengemukakan konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu : a) Gambaran diri ( body
– image ) Citra tubuh atau gambaran diri ( body – image ) adalah sikap individu terhadap
tubuhnya baik disadari atau tidak di sadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang
mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan , dan potensi tubuh . pandangan ini
terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru ,gambaran tubuh yang di terima secara
realitas akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalankan
kehidupan .perubahan pada tubuh seperti perkembangan payudara , perubahan suara ,
pertumbuhan bulu – bulu , dan menstruasi pada wanita adalah perubahan yang dapat
mempengaruhi tubuh yang dapat di antisipasi oleh individu. b) Ideal diri ( self- ideal )
Ideal diri ( self – ideal )adalah persepsi individu yang harus di lakukan sesuai dengan
aspirasi , standar , tujuan atau nilai yang di tetapkan . standar dapat berhubungan
dengan tipe orang yang di inginkan / di sukainya atau sejumlah aspirasi , tujuan , nialai
yang ingin di raihnya . ideal diri , akan mewujudkan cita – cita atau pengharapan diri
berdasarkan norma – norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri . ideal diri di perlukan individu untuk memacu pada tingkat yang lebih
tinggi, pembentukan ideal diri di mulai pada masa kanak – kanak di pengaruhi oleh orang
yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu. Pada usia
remaja ,ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua , guru dan
teman. c) Harga diri ( self –esten) Harga diri ( self – esten ) adalah penilaian dari tahap
hasil yang di capai dengan menganalisis beberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan
ideal dirinya . harga diri di peroleh dari sendiri dan orang lain yaitu di cintai , dihormati ,
dan dihargai. Individu akan merasa harga diri nya tinggi bila mengalami keberhasilan
sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan ,
tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan . Harga diri di bentuk sejak kecil dari adanya
penerimaan dan perhatian .harga dir akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia ,
untuk meningkatkan harga diri anak di berikan kesempatan untuk sukses, beri
penguatan/ujian bila anak sukses , tanamkan “ideal”. Atau harapan jangan terlalu tinggi
dan sesuai dengan budaya , berikan dorongan untuk aspirasi , cita – cita dan bantu
memmbentuk pertahanan diri untuk hal –hal yang mengganggu persepsinya. d) Peran (self
–role ) Peran ( self – role ) adalah serangkaian pola sikap prilaku nilai dan tujuan yang di
harapkan oleh masyarakat di hubungkan dengan fungsi individudi dalam kelompok
sosialnya. Penampilan peran ( role performance ) adalah seperangkat perilaku yang di
harapkan oleh masyarakat sesuai dengan fungsi individu di dalam masyarakat tersebut.
Factor yang mempengaruhipenyesuaian diri individu terhadap peran adalah : ( stuart dan
sudeen , 1989) meliputi : 1. Kejelasan prilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
. 2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu. 3. Keseimbangan dan
kesesuaian antara peran yang di lakukan . 4. Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan
peran. 5. Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran. e) Identitas diri (
self identity) Identitas diri ( self identity) adalah kesadaran tentang diri sendiri yang
dapat di peroleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari
individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain .identitas diri adalah penilaian individu
terhadap dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh ., berlanjut , konsisten dan unik. Ini
berarti individu tersebut otonomi artinya mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri,
mampu menguasai diri , mengatur diri dan menerima diri. Berbeda dengan orang lain ,
termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin . identitas diri berkembang sejak masa
kanak – kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Cirri –ciri individu yang
mempunyai keperibadian sehat : 1. Citra tubuh positif dan akurat : kesadaran akan diri
berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri
termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan diri sendiri dan perasaan tentang ukuran .
fungsi , penampilan dan potensi tubuh. 2. Ideal diri realitas : individu yang mempunyai
ideal diri realitas akan mempunyai tujuan hidup yang dapat di capai . 3. Harga diri tinggi
: individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang
yang berarti dan bermanfaat. 4. Penampilan peran memuaskan : individu dengan
penampilan peran memuaskan akan dapat berhubngan dengan orang lain secara intim dan
mendapat kepuasan ,ia dapat mempercayai dan terbuka kepada orang lain dan membina
hubungan interdependen. 5. Identitas jelas : individu merasakan keunikan dirinya yang
memeberi arah kehidupan dalam mencapai kehidupan. Cirri individu dengan identitas diri
yang positif : a. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain. b.
Mengakui jenis kelamin sendiri. c. Memandang berbagai asfek dalam dirinya sebagai suatu
keselarasan. d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat. e. Menyadari
hubungan masa lalu , sekarang dan yang akan datang . f. Mempunyai tujuan yang bernilai
yang dapat di capai /direalisasikan. 2.3 konsep harga diri rendah 2.3.1. pengertian Harga
diri rendah adalah hilangnya harga diri ( lack of self –esteem) timbul akibat kehilangan
symbol – symbol self esteem yang mempengaruhu cara memandang dan menjalani
kehidupan . pada lansia symbol- symbol self esteem yang hilang seperti status sosial,
kekuasaan, peran dalam kehidupan, pekerjaan dan nilai – nilai yang di anut.
(Dariuszky,2004). Menurut maslow ( maramis, 2004).self esteem merupakan salah satu
kebutuhan dari individu yang harus di penuhi untuk mencapai aktualisasi diri sebagai
puncak kebutuhan individu .tetapi kebutuhan itu baru akan di capai apabila kebutuhan
yang lebih dasar sudah terpenuhi,seperti kebutuhan biologis,kebutuhan sandang,pangan
dan papan,kebutuhan rasa amandan nyaman, kebutuhan kasih saying..kebutuhan akan
self esteem berpengaruh terhdap motivas iseseorang untuk beraktifitas untuk
mendapatkan penghargaan dari orang lain untuk pencapaian kebutuhan yang paling
tinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. 2.3.2 . Karateristik Harga Diri Dariuszky
(2004)memberikan karateristik individu yang memiliki self esteem tinggi sebagai berikut:
1) Mempunyai harapan yang positif dan realitas atas usahanya maupun hasil dari usahanya
. 2) Bersedia mempertanggung jawabkan kegagalan maupun kesalahannya. 3) Memandang
dirinya sama dan sederajat dengan orang lain . 4) Cenderung melakukan aktivitas –
aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan dirinya. 5) Tidak
kuatir akan keselamatan hidupnya dan lebh berani mengambil resiko. 6) Mempunyai bikti
atau alasan yangkuat untuk menghargai dirinya sendiriatas keberhasilan yang telah
diraihnya. 7) Relative puas dan bahagia dengan hidupnya dengan kemampuannya cukup
bagus dalam hal penyesuaian diri. Sedangkan ciri –ciri orang yang memiliki self esteem
yang rendah menurut dariszky (2004) adalah : 1) Sulit menentukan hal –hal yang positif
dalam tindakan yang mereka lakukan . 2) Cenderung cemas mengenai hidupnya dan
kurang berani mengambil resiko. 3) Kurang menghargai keberhasilan yang mereka raih . 4)
Mereka terlalu perduli akan tanggung jawab atas kegagalan yang mereka perbuat dan
mencari alasan untuk membuktikan bahwa mereka salah. 5) Merasa rendah diri ketika
berhadapan dengan orang lain 6) Merasa kurang puas dan tidak bahagia dengan hidupnya ,
dan tidak mampu mampu menyesuaikan diri. 7) Tidak termotvasi untuk memperbaiki dan
menyempurnakan diri. 8) Pikiran cenderung mudah terserang perasaan putus asa , depresi
dan niat bunuh dir. 2.3.3 Tanda dan gejala gangguan harga diri rendah Tanda dan gejala
gangguan self esteem menurut capernito (2001) sebagai berikut: 1. Pengungkapan diri
negatif . 2. Rasa bersalah atau malu 3. Evaluasi diri tidak mampu menangani kejadian . 4.
Menghindari diskusi tentang topic dirinya. 5. Ketidak mampuan untuk menentukan tujuan.
6. Merasionalisasi penolakan / menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan
baliknegatif tentang diri. 7. Ragu – ragu untuk mencoba sesuatu yang baru . 8.
Hipersensitif terhadap kritik ringan . 9. Tanda dari keresahan seperti marah , mudah
tersinggung , keputusasaan dan menangis. 10. Mengingkari masalah nyata. 11. Perilaku
penyalah gunaan diri (pengerusakan, usaha bunuh diri,penyalahgunaan zat dan menjadi
korban). 12. Penampilan tubuh buruk (postur,kontak mata,gerakakn ). 13. Merasionalisai
kegagalan pribadi. Stuart dan sudeen (1993;keliat (1994),mengemukakan 10 cara individu
mengekspresikan secara langsung harga diri rendah yaitu : 1. Mengejek dan mengkritik
pandangan negatif tentang diri nya .sering mengatakan dirinya “bodoh’’,tidak tahu apa –
apa dan sikap negatif terhadap dirinya. 2. Merendahkan / mengurangi martabat diri. 3.
Menghindari ,mengabaikan atau menolak kemampuan yang nyata dimiliki dan merasa
tidak mapu melakukan papapun. 4. Rasa bersalah dan khawatir. 5. Individu menolak diri
dan menghukum diri sendiri, iriteble dan pesimis terhadap kehidupan .kadang timbul
perasaan dirinya penting yangberlebih – lebihan .dapat juga ditemukan gejala fobia dan
obsesi. 6. Keluhan tidak punya tenaga ,cepat lelah ,gejala psikomatis, tekanan darah
tingggi , dan penyalah gunaan zat. 7. Menunda keputusan. 8. Sangat ragu – ragu dalam
mengambil keputusan , rasa aman terancam dan ketegangan peran . 9. Masalah dalam
berhubungan dengan orang lain. 10. Menarik diri dan isolasi sosial karena perasaan tdak
berharga .kadang menjadi kejamdan mengeksploitassi orang lain. 11. Menarik diri dari
realitas. 12. Kecemasan karena penolakan diri mencapai tingkat yang berat atau panik,
individu mungkin mengalami gangguan asosiasi ,halusinasi , curiga ,cemburu dan
paranoid. 13. Merusak diri. 14. Harga diri rendah mendorong klien untuk mengahiri
kehidupan karena merasa tidak berguna dan tidak ada harapan untk hidup. 15. Merusak /
melukai orang lain. 16. Kebencian dan penolakan pada diri dapat di lampiaskan kepada
orang lain 17. Kecemasan dan takut. 18. Kehawatiran menghadapi masa depan yang tidak
jelas karena merasa tidak mampu menjalani kehidupan .pandangan hidup seiring
terpolarisasi. 2.3.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi harga diri Menurut (daruszky,
2004 ), harga diri di pengaruhi oleh berbagai factor seperti suasana hati , kondisi
kesehatan ,kehilangan sesuatu yang dicintai ,kehilangan pekerjaan ,pensiun dan lain –
lain.banyak orang yang tidak mapu mengatasi kondisi seperti itu dan jatuh dalam
kekalutan emosional dan tidak memiliki persepsi yang sehat mengenai dirinya maupun
lingkungan eksternalnya ,sehingga orang itu memiliki self esteem yang rendah. a. Faktor
yang mempengaruhi harga diri rendah (capernito, 2001): a) Paofisiologi Berhubungan
dengan perubahan penampilan , sekunder akibat dari kehilangan citra tubuh ,kehilanagan
fungsi tubuh dan bentuk badan berubah akibat dari trauma ,pembedahan ,dan cacat lahir.
b) Situasional (personal,lingkungan ) Berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan
,perasaan di abaikan akibat kematian orang terdekat .perasaan kegagalan / penurunan
berat badan . kegagalan di sekolah riwayat ketidak efektifan hubungan dengan orang tua,
riwayat penyalhgunaan zat,penolakan orang tua , harapan yang tidak realistis dari orang
tua ,hukuman yang tidak konsisten.perasaan yang tidak berdaya dan /atau kegagalan
kegagalan sekunder akibat dari institusional seperti penjara ,rumah sakit jiwa,pantai
asuhan ,dan rumah penitipan . c) Maturasional Pada usia bayi dan usia bermain
berhubungan dengan kurangnya stimulasi dan kedekatan dengan orang tua nya,perpisahan
dari orang tua,/ orang terdekat,evaluasi negatif yang terus menerus oleh orang tua
,ketidak adekuatan dukungan orang tua dan ketidak mampuan untuk mempercayai orang
terdekat. d) Suber eksternal dan internal Kekuatan daan perkembanagan pada individu
sanagat berpengaruh terhadap self esteem..pada sumber internal , misalnya orang yang
harmonis koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan
dari masyarakat , dan ekonomi yang kuat. e) Pengalaman sukses dan gagal Ada
kecendrungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan self – zesteem seseorang, dan
frekuensi gagal yang sering mengakibatkan rendahnya self – esteem. 2.3.5 Klasifikasi
gangguan harga diri Gangguan harga dri yang di sebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara (keliat ,budi anna,1998): 1) Harga diri rendah situasional Terjadi karena
trauma yang tiba – tiba , misalnya harus di operasi , kecelakaan , di cerai sama suami ,
putus sekolah , putus hungan kerja perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban
perkosaan, di tuduh korupsi kolusi nepotisme , di penjara tiba – tiba ). Pada klien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena : a) Privasi yang kurang di perhatikan
misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan , pemasngan alat yang tidak sopan , (
pencukuran pubis , pemasangan kateter,pemeriksaan perineal ) . b) Harapan akan
struktur , bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit. c)
Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,misalnya berbagai pemeriksaan di
lakukan tanpa penjelasan ,berbagai tindakan tanpa persetujuan. 2) Harga diri rendah
kronis Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama , yaitu sebelum sakit /
dirawat.klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif . kejadian sakit dan di rawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya. a . Factor predisposisi gangguan harga diri (
suliswati , 2005 ) : 1) Penolakan dari orang lain. 2) Kurang penghargaan. 3) Pola asuh yang
salah : terlalu di larang , terlaru di control,terlalu di turuti,terlalu di tuntut , dan tidak
konsisten. 4) Persaingan antar saudara. 5) Kesalahan dan kegagalan yang berulang. b .
Faktor fresifitasi ( stressor pencetus ) 1) Trauma Masalah spesifik sehubungan dengan
harga diri rendah adalah situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri ata tidak
dapat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiyayaan fisik , seksual , dan
psikologisnya,pada masa anak – anak atau merasa terancam kehidupannya atau
menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan ( suliswati , 2005 ). 2) Ketegangan
peran Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat
melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak
merasa cocok dalam melakukan perannya .ketegangan peran ini sering di jumpaisaat
terjadi konflik peran , keraguan peran dan terlalu banyak peran . konflik peran terjadi
saat individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat di penuhi (
suliswati , 2005 ). Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang di
harapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi ( Stuart,Gali W , 2006 ) 2.3.6
Manifestasi klinis harga diri rendah a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit
dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker. b) Rasa bersalah terhadap diri
sendiri.misalnya ; ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan /
mengejek dan mengkritik diri sendiri. c) Merendahkan martabat .misalnya ;saya tidak bisa
, saya tidak mampu , saya orang bodoh, dan tidak tahu apa –apa. d) Gangguan hubungan
sosial , seperti menarik diri . klien tidak ingin bertemu dengan orang lain , lebih suka
sendiri. e) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan , misalnya tentang
memilih alternative tindakan. f) Mencederai diri .akibat harga diri yang rendah di sertai
harapan yang suram , mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan. 2.4Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Gangguan Psikososial : Harga Diri Rendah.
Pemberian asuhan keperawatan terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara
perawat dan klien .keluarga dan atau masyarakatuntuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal ( carpenito,1998 di kutip oleh keliat,1991). Untuk itu penulis mencoba melihat
proses keperawatan khususnya di unit jiwa dan gerontik dengan menggunakan NANDA
sebagai standar diagnose. Perawat memerlukan metode ilmiah dan melakukan proses
terapeutiktersebut yaitu proses keperawatan. penggunaan proses keperawatan yaitu
adalahmembantu perawat dalam melakukan peraktik keperawatan, menyelesaikan
masalah keperawatan klien atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah ,
logis,sistematis dan terorganisasi.pada dasarnya proses keperawatan merupakan salah
satu tehnik penyelesaian masalah (Problem Solving ). Proses perawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan optimal.kebutuhan dan di selesaikan dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin,
intruksi , tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan pada klien masalah gangguan
jiwa ( gangguan psikososial : harga diri rendah) merupakan tantangan yang unik karena
masalah kesehatan jiwa yang mungkin tidak dapat di lihat langsung seperti pada masalah
kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda dan muncul oleh berbagai
penyebab. Masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini , tetapi mungkin gejala yang
berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan
masalahnya ,bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dengan yang di alami.
Kemampuan mereka untuk berperan menyelesaikan masalah jiwa berpariasi seperti pada
klien dengan gangguan psikososial : harga diri rendah . Asuhan keperawatan klien lansia
dengan masalah utama gangguan psikososial : harga diri rendah tetap menggunakan
peroses perawatan yang lazim digunakan dengan langkah – langkah dalam proses
keperawatan meliputi :
2.4.1 pengkajian Pengkajian merupakan tahap pertama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah – masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien , baik fisik , mental , sosial dan lingkungan ( Effendy, 1995). Adapun
ruang lingkup pengkajian klien dengan masalah utama gangguan konsep diri harga diri
rendah meliputi : a.
Pengumpulan data Data yang di kumpulkan meliputi data biologis , fisikologis , sosial dan
spiritual . Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, penilaian terhadap stesor, sumber koping dan kemampuan yang di miliki
klien ( stuart dan sundeen,1995). Adapun data yang dapat di kumpulkan pada klien
dengan masalah utama gangguan konsep diri harga diri rendah adalah sebagai berikut :
1. Identitas Identitas klien yang merupakan data umum seperti pada klien dengan
penyakit lain. Pada umumnya identitas klien yang di kaji pada klien dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah :
a. Identitas klien nama, umur,alamat,jenis kelamin,setatus perkawinan, Meliputi agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan nomor
register. b. Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur , jenis kelamin, hubungan
dengan klien, pekerjaan, dan alamat keluarga.
2. Keluhan utama Keluhan utama yang sering di temukan pada klien dengan masalah
psikosial : harga diri rendah adalah klien merasa malu dengan keterbatasan dan ketidak
mampuan yang dimiliki.
3) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai
keadaan klien saat ini mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai saat di lakukan
pengkajian.
4) Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan
klien saat ini mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai saat di lakukan pengkajian.
5) Riwayat kesehatan keluarga Yang perlu di kaji apakah dalam keluarga ada yang
mengalami gangguan psikologi seperti yng di alami oleh klien, atau adanya penyakit
genetik yang mempengaruhi psikososial.
6) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum. Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial :
haraga diri rendah biasanya lemah .
b. KesadaranKlien biasanya composmetis
c. Tanda – tanda vital:
1.) Suhu dalam batas normal (37°C)
2.) NADI dalam batas normal ( N : 70 -82 x / menit ).
3.) Tekanan darah dalam batas normal .
4.) Pernafasan biasanya dalam batas normal.
d. Pemeriksaan review of system (ROS)
1.) Sistem pernafasan (B1 : Breathing). Dapat ditemukan frekuensi nafas masih dalam
batas normal.
2.) Sistem Sirkulasi ( B2:Bleeding) Frekuensi nadi dalam batas normal, tekanan darah
dalam batas normal.
3.) Sistem persyarafan (B3 ; Brain) Klien gangguan konsentrasi, kurang perhatian
4.) Sistem perkemihan (B4 :Bleder) Klien tidak mengalami gangguan dalam berkemih.
5.) Sistem pencernaan ( B5 : Bowel ) Klien kadang makan berlebihan atau kurang ,
konstipasi,perubahan berat badan .
6.) Sistem musculoskeletal ( B6 : Bone ) Klien kadang mengeluh nyeri otot , nyeri
punggung.
7.) Pola fungsi kesehatan Yang perlu di kaji adalah aktifitas apa saja yang biasa di lakukan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial depresi:
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Klien mengalami gangguan persepsi , klien
mengalami gangguan dalam memelihara dan menangani masalah kesehatannya.
b. pola nutrisi klien dapat mengalami makan berlebih / kurang, kadang tidak nafsu
makan.
c. Pola eliminasi Klien tidak mengalami gangguan dalam berkemih.
d. pola tidur dan istirahat klien mengalami kesulitan memulai tidur.
e. Pola aktivitas dan istirahat Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas
sehari – hari dapat menggunakan indeks KATZ.
Tabel 2.4.1 indeks katz Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Nama
Klien Jenis Kelamin Agama Pendidikan Alamat : Tn/Ny….…………………. : L / P Umur :
….Tahun : ……………………………. : SD/SMP/SMA/PT : Jl………….………………………… Tanggal :
…………….. TB/BB : … cm/…. Kg Gol Darah : ………… SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua
fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan sebagai C, D, E atau F Sumber : Pfeiffer E (1975
f. pola hubungan dan peran Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan perin klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, dan pekerjaan ,tidak punya
rumah, dan masalah keuangan. Pengkajian APGAR keluarga (table APGAR keluarga ).
Tabel
2.4.1 APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang dapat digunakan untuk mengkaji Fungsi Sosial lansia Nama
Klien Jenis Kelamin Agama Pendidikan Alamat : Tn/Ny….…………………. : L / P Umur :
….Tahun : ……………………………. : SD/SMP/SMA/PT : Jl………….………………………… Tanggal :
…………….. TB/BB : … cm/…. Kg Gol Darah : …………
NO. U R A I A N FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya.
ADAPTATION
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan
saya & mengungkap- kan masalah dengan saya PARTNERSHIP
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima & mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas / arah baru GROWTH
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek &
berespons terhadap emosi-emosi saya seperti marah, sedih / mencintai. AFFECTION
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya & saya menyediakan waktu bersama-sama.
RESOLVE PENILAIAN : P
ertanyaan-pertanyaan yang di Jawab : • Selalu : Skore 2 • Kadang-kadang : Skore 1 •
Hampir Tidak Pernah : Skore 0 TOTAL
Sumber : Pfeiffer E (1975).
g. Pola sensori dan koognitif Klien mengalami ambivalensi, kebingungan ketidak mapuan
berkonsentrasi , kehilangan minat dan motivasi , menyalahkan diri sendiri , mencela diri
sendiri. Pikiran yang deskruktif tentang diri sendiri, pesimis dan ketidak pastian, mudah
tersinggung , emosi labil dan disorientasi. Untuk mengetahui setatus mental klien dapat
di lakukan pengkajian menggunakan table short portable mental status questioner
(SPMSQ).
TABEL 2.4.1 SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual Lansia. Nama Klien Jenis Kelamin Agama
Pendidikan Alamat Nama Pewawancara : Tn/Ny….…………………. : L / P Umur : ….Tahun :
……………………………. : SD/SMP/SMA/PT : Jl………….………………. : ……………………………. Tanggal :
…………….. TB/BB : … cm/ …. Kg Gol Darah : ………………. SKORE + - No. PERTANYAAN
JAWABAN
1. Tanggal berapa hari ini ? Hari Tgl Th
2. Hari apa sekarang ini ?
3. Apa nama tempat ini ?
4. Berapa nomor telpon Anda ?
4.a. Dimana alamat Anda ? (tanyakan bila tidak memiliki telpon)
5. Berapa umur Anda ?
6. Kapan Anda lahir ?
7. Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
8. Siapa Presiden sebelumnya ?
9. Siapa nama kecil ibu Anda ?
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun ?

Jumlah Kesalahan Total


KETERANGAN : 1. Kesalahan 0 – 2 Fungsi intelektual utuh
2..Kesalahan 3 – 4 Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat
a) Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya berpendidikan SD
b) Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan
lebih dari SD
c) Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam, dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
Sumber : Pfeiffer E (1975)
8.) Pola persepsi dan konsep diri a) persepsi pada umumnya klien dengan masalah utama
gangguan konsep diri harga diri rendah tidak mengalami perubahan sensori perceptual
baik halusinasi maupun ilusi.
b) Konsep diri Konsep diri merupakan satu kesatuan dan kepercayaan pemahaman dan
keyakinan seseorang terhadap dirinya yang mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
dan pada umumnya klien dengan masalah utama gangguan konsep diri harga diri rendah
mengalami gangguan seperti : tidak menerima bagian tubuhnya , merasa tidak berharga ,
hidup tidak berguna ,tidak mampu mempertahankan kontak mata , sering memalingkan
wajah, tidak mampu membentuk identitas diri , tidak mampu berperan , sesuai dengan
umur atau profesinya.
c) Citra diri Klien tidak menerima perubahan tubuhnya,klien menolak penjelasan
perubahan tubuh,klien memiliki persepsi nuegatif terhadap tubuhnya , klien
mengungkapkan keputusan..
d) Ideal diri Klien mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, klien mengungkapkan ke
inginan yang terlalu tinggi .
e) Harga diri Klien merasa malu terhadap diri sendiri akibat penyakit yang di
alaminya.klien merasa bersalah terhadap diri sendiri, klien merendahkan martabatnua
sendiri,klien mengalami gangguan hubungan sosial dan percaya diri kurang.
f) Peran diri Klien mengalami ketidak puasan peran , klien mengalami kegagalan
menjalankan peran yang baru, klien mengalami ketengagan dalam menjalankan peran
yang baru,klien apatis, bosan/jenuh dan putus asa.
g) Identitas diri Klien merasa tidak ada percaya diri,sulit mengambil keputusan,
ketergantungan terhadap orang lain, ada masalah dengan hubungan interpersonal dank
lien tidak yakin terhadap keinginannya.
9.) pola mekanismn /penanggulangan stress dan koping kliemmengunakan mekanisme
koping yang tidak efektif dalam menangani strees yang di alaminya .
10.) pola tata nilai dan kepercayaan klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan Diagnose keperawatan adalah keputusan klinik tentang
respon individu , keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat ( Nursalam,20001). Adapun diagnosa
yang sering muncul pada klien dengan masalah gangguan psikososial : harga diri rendah
antara lain (NANDA NIC & NOC ).
1.) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis,keterbatasan dan
ketidakmampuandi tandai dengan klien mengungkapkan mengenai perubahan dalam
penampilan , struktur dan fungsi, perasaan , negatif tentang tubuh ( perasaan tidak
berdaya, keputusasaaan atau tidk ada kekuatan ). Mengatakan perubahan dalam
kehidupan .
2.) Harga diri rendahsituasionalberhubungan dengan gangguan gambaran diri, proses
kehilangan , perubahan peran sosial kurangnya pengakuan / penghargaan di tandai
dengan klien menunjukkan perilakutidak asertif ,bklien menganggap diri tidak berdaya,
tidak berguna.
3.) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diridi tandai dengan
klien menunjukkan ketidakmampuan untukmenerima atau mengkomunikasikan rasa
kepuasan, rasa memiliki,menyayangi,klien menunjukkan ketidaknyamanan dalam situasi
sosial,keluarga melaporkan perubahan gaya hidup atau pola interaksi.
4.) Resiko kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan penyakit
kronis.
5.) Isolasi sosial berhubungan dengan minat yang tidak sesuai ,penampilan fisik tidak
sesuai di tandai dengan klien menunjukkan tidak ada dukungan dari orang yang penting
(keluarga, teman, kelompok), perilaku menarik diri ,tidak komunikatif,tidak ada aktifitas
baru,asik dengan pikirannya tidak ada kontak mata ,sedih, klien mengekspresikan
perasaan menyendiri ,penolakan, minat tidak sesuai dengan tingkat usia , harapan hidup
tidak adekuat , menunjukkan perasaan berbeda dari orang lain .
6.) Ketidakberdayaan berhubungan dengan lingkungan perawatan kesehatan di tandai
dengan klien tampak pasif , tidak adanya partisipasi dalam perawatan atau membuat
keputusan ketika ada kesempatan , klien enggan untuk mengekspresikan perasaan yang
benar ,ketergantungan pada orang lain, ekspresi ketidakpuasan dan frustasi selama
ketidakmampuan untuk memperlihatkan aktivitas , ekspresi ragu – ragu terhadap
penampilan peran .
Rencana keperawatan adalah sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan
masalah , tujuan dan intervensi ( nursalam,2001).
2.4.3 perencanaan keperawatan Rencana keperawatan adalah metode komunikasi tentang
asuhan keperawatan pada klien ( nursalam , 2001). Hal –hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan kriteria hasil adalah:
1. S (spesipic) bersifat spesifik dalam hal isi dan waktu misalnya pasien dapat
menghabiskan 1 porsi makan selama 3 hari setelah operasi.
2. M ( measurable) dapat di ukur misalnya pasien dapat menyebutkan tujuan bedrest
total.
3. A (achierable) artinya mempertimbangkan keadaan dan keinginan pasien.
4. R ( resuanable) artinya dalam menentukan pilihan harus dipertimbangkan factor
fisiologis / patologis penyakit yang di alami dan sumber yangtersedia dan waktu
pencapaian.
5. T ( time ) artinya menunjukkan jangka waktu tertentu.
Adapun rencana tindakan pada gangguan psikososial : harga diri rendah adalah sebagai
berikut : Table : rencana asuhan keperawatan No Dx.kep Nursing outcome classification
(NOC)/tujuan Nursing ntervention classification (NIC) / Rencana keperawatan Rasional (1)
(2) (3) (4) (5) 1. (1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan
penyakit,trauma atau cedera , pembedahan di tandai dengan klien mengungkapkan
mengenai perubahan dalam penampilan, Struktur dan fungsi,perasaan negatif tentang
tubuh (perasaan tidak berdaya,keputusasaan atau tidak ada kekuatan),mengatakan
perubahan dalam (2) Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan klien
menunjukkan citra tubuh yang positif dengan kriteria : 1. Klien mendemostr asikan
penerimaan terhadap perubahan bentuk tubuh . 2. Klien mengungkapkan kepuasan
terhadap penampilan dan fungsi tubuh. 3. Keinginan untuk (3) Body Image Enhacncment
(Peningkatan Citra Tubuh) : 1. Kaji respon verbal dan non verbal klien tentang tubuh
klien. 2. Tentukan harapan pasien tentang gambaran tubuh berdasarkan tahap
perkembangan. (4) 1. Mengetahui perkembangan konsep diri klien. 2. Klien dapat memilih
beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi. 3. Klien dapat menerima perubahan (5)
kehidupan. 1. menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan . 2.
Mengidentifikasikekuatan personal. 3. Mengungkapkan pengakuan terhadap perubahan
actual pada penampilan tubuh. 4. Memelihara hubungan sosial yang dekat dan hubungan
personal. 3. Tentukan apakah perubahan fisik saat ini telah dikaitkan ke dalam citra
tubuh klien. 4. Pantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri. 5. Observasi mekanisme
kopng yang di gunakan klien saat stress. tubuh yang terjadi. 4. Untuk memberikan
tindakan selanjutnya. 5. Pemilihan koping yang benar dapat mengurangi tingkat stress
yang di alami klien. (1) (2) (3) (4) (5) 2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan
gangguan gambaran diri, perubahan peran sosial, kurangnya pengakuan /penghargaan di
tandai dengan klien menunjukkan prilaku tidak asertif,klien menganggap diri tidak
berdaya , tidak berguna. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam
diharapkan klien: 1. Menunjukkan harga diri yang adekuat dengan criteria: a. Klien
mengungkapkan penerimaan secara verbal. b. Klien menunjukkan komunikasi terbuka. 2.
Klien menunjukkankemampuan membuat keputusan dengan kriteria: a. Klien mampu
mengidentifikasi alternative dan kemungkinan konsekuensi yang mungkin timbul. b. Klien
mengidentifikasi sumber – sumber yang di perlukan untuk mendukung setiap alternative.
Peningkatan harga diri (self esteem enhancement) : 1. Dorong klien untuk
mengidentifikasi kekuatannya. 2. Dorong klien untuk mempertahankan kontak mata. 3.
Jangan memberikan keritikan negative. 4. Jangan menyindir klien. 1.klien menunjukkan
prilaku yang meningkatkan percaya diri. 2. klien mau terbuka dan kontak dengan orang
lain. 3. kritikan negatif dapat semakin merendah kan harga diri klie 4.klien mau begaul
dan berkomunikasi. (1) (2) (3) (4) (5) 3. (1) Kerusakan interaksi sosial berhubungan
dengan gangguan konsep diri ,kurang pengetahuan atau keterampilan mengenai cara
meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain, ditandai dengan klien menunjukan
ketidak mampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan rasa kepuasan. (2) Setelah di
lakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam klien menunjukkan keterlibatan sosial
dengan kriteria : 1. Klien memahami efek prilaku diri terhadap interaksi social. 2. Klien
menunjukkan prilaku yang dapat memperbaiki dan meningkatkan interaksi social. (3) 1.)
Dorong klien untuk mengidentifikasi kekuatannya. 2.) Buatlah pernyataan yang positif
tentang klien. 3.) Identifikasi tingkat dukungan keluarga. 4.) Libattkan keluarga terdekat
5.) Buatlah pernyataan (4) 1. Menumbuhkan rasa percaya diri klien . 2. Respon positif
meningkatkan harga diri klien. 3. Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien. 4.
Keterlibatan keluarga sangat (5) Positif tentang klien. Membantu klien dalam
mengembangkan interaksi dengan lingkungan. 4. Resiko kekerasan terhadap diri sendiri /
orang lain berhubungan dengan penyakit kronis. Setelah di lakukan tindakan keperawatan
selama … x 24 jam,klien dapat: 1. Klien mengeluarkan perasaan negative secara tepat. 2.
Klien dapat mengidentifikasi perasaan atau perilaku yang mengarah pada tindakan
infulsif. 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien. 2. Gunakan ketenangan dalam
pendekatan dengan klien. 3. Pertahankan kontak mata dengan klien. 4. Duduk dan
berbicara dengan klien. 1. Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang
terapeutik: perawat - klien. 2. Menciptakan rasa aman dan nyaman. 3. (1) (2) (3) (4) (5)
kesempatan , klien mengungkapkan benci, marah , merasa bersalah , Klien. 4. Rasa
empaty akan meningkatkan hubungan saling percaya. 5. Ketidak berdayaan berhubungan
dengan lingkungan perawatan kesehatan, interaksi interpersonal ketidak berdayaan gaya
hidup ditandai dengan klien tampak pasif, tidak adanya partisifasi dalam perawatan atau
membuat Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam klien menunjukkan
kepercayaan kesehatan mampu untuk melakukan ,mengendalikan dan merasakan adanya
sumber – sumber dukungan dengan kriteria : 1. Klien menggunakan tehnik penjelasan
Dukungan emosi (emotional support) : 1) Diskusikan dengan klien tentang pengalaman
emosinya. 2) Gunakan kalimat yang mendukung 1.) Klien menceritakan penyebab
emosinya. 2.) Rasa empati akan meningkatkan hubungan (1) (2) (3) (4) (5) keputusan
ketika ada kesempatan , klien mengungkapkan benci, marah , merasa bersalah ,Enggan
untuk mengekpresikan perasaan yang benar , ketergantungan pada orang lain,ekspresi
ketidak puasan dan frustasi selama ketidak mampuan untuk memperlihatkan aktivitas
ekspresi ragu – ragu terhadap penampilan peran , ketidak mampuan mencari masalah
untuk mencapai hasil yang di inginkan. 2).Klien melaporkan ada Nya dukungan yang
adekuat dari orang terdekat. dan empati. 3. Jangan menyindir klien. 4. Buatlah
pernyataan yang positif tentang klien. Saling percaya. 3 .klien bergaul dan mau
berkomunikasi. 4 .respon positif dapat meningkatkan harga diri klien. 2.4.4 pelaksanaan
selama tahap pelaksanaan,perawat melaksanakan perencanaan rencana asuhan
keperawatan ,intruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi
kriteria hasil. Komponen tahap pelaksanaan, meliputi: 1. tindakan keperawatan mandiri
(dilakukan tanpa pesan dokter,di tetapkan dengan standar keperawatan). 2. Tindakan
keperawatan kolaboratifyaitu tindakan keperawatan yang diimplementasikan bila perawat
bekerja dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah klien . Di dokumentasikan tindakan
keperawatan dan respon terhadap asuhan keperawatan ( direktorat kesehatan jiwa,
1999).
2.4.5 Evaluasi untuk mempertahankan hasil asuhan keperawatan yang berkualitas maka
penulis mengharapkan agar semua masalah keperawatan klien dapat teratasi,sehingga
klien dengan gangguan jiwa maupun beradaptasi di masyarakat . penulis juga
mengharapkan kepada siswa atau perawat agar meningkatkan pengetahuan dalam
menentukan indikator. Kriteria,tujuan,sehingga evaluasi keperawatan lebih realistis.serta
dapat dilaksanakan sesuai sesuai dengan yang di harapkan. Adapun evaluasi dilakukan
pada setiap tahap proses keperawatan, khususnya untuk menilai keberhasilan tindakan
keperawatan ,evaluasi di tujukan pada pencapaian tujuan. Hasil sukses dapat di lihat dari
berkembangnya pesepsi klien akan pertumbuhan dan perbandingan perilakunya dengan
keperibadian yang sehat.
Evaluasi pencapaian kriteria hasil ditulis pada catatan perkembangan dalam bentuk
SOAP : S ( Subyektif) : Keluhan – keluhan klien ( apa-apa yang di keluhkan oleh klien ).
O ( Obyektif) : Apa yang di lihat ,dicium di dengar,diraba dan di ukur oleh perawat.
A (Analisa) : Kesimpulan perawat tentang keberhasilan tujuan .
P ( Plan Of Care ) : Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnose masalah
kesehatan. Adapun evaluasi pada klien dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
secara umum adalah sebagai berikut :
1. apakah klien mampu mendiskusikan gambaran realistis tentang dirinya?.
2. didapatkan klien mampu berpartisipasi dalam suatu aktivitas kelompok dengan prilaku
yang dapat di terima ?
3. dapatkan klien mengidentifikasi perasaannya sebagai pencetus perilaku agresif ?
4. apakah klien dapat memilih satu cara penangan atau koping yang positif untuk
menyalurkan rasa marahnya?
5. Apakah klien dapat memilih satu aktifitas fisik secara regular untuk menyalurkan
agresifitasnya.? ( direktorat kesehatan jiwa,1999).
2.4.6 Dokumentasi keperawatan Dokumentasi keperawatan adalah data catatan medis
yang dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi,
dalam kehidupan sehari-hari ,dan dalam ketersediaan atau penggunaan sumber eksternal
( carnevali & Thomas, 1993).meliputi :
1. Catan grafik : mencatat status klien pada area tertentu .
2. Flow record : untuk mencatat data berulang, misalnya melakukan tindakan dan
pemberian obat,mencatat setatus / respon klien setelah intervensi keperawatan.
3. Catatan perkembangan / catatan perkembangan keperawatan : memberikan format
untuk pencatatan data atau kejadian bermakn

Anda mungkin juga menyukai