Anda di halaman 1dari 19

Tugas UAS

ANALISIS PSIKOLOGI PENDIDIKAN PADA


FILM “TAARE ZAMEN PAR”

Disusun Oleh :
Ima Gratia Ikadei (1813150009)

Mata Kuliah :
Psikologi Pendidikan

Dosen :
Eustalia Wigunawati, S. Psi., M. A.

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Indonesia
Tahun Akademik 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Yang Maha Esa karena atas
keberkenanan-Nya penulis boleh menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal yang bisa
penulis lakukan. Meskipun banyak rintangan dan hambatan dalam proses pembuatannya, tetapi
Puji Tuhan penulis dapat menyelesaikannya dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memenuhi nilai tugas UAS mata kuliah
Psikologi Pendidikan. Penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai
pihak. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
perlu diperbaiki lagi dengan kritik dan saran yang membangun penulis dalam menyempurnakan
makalah ini.
Semoga makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, mahasiswa
lainnya, serta bagi penulis sendiri. Adapun kekurangan dalam penulisan makalah ini harap
dimaklumkan. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan salam bagi kita semua. Tuhan
berkati!

Jakarta, 11 Januari 2018

Ima Gratia Ikadei

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I SINOPSIS FILM “TAARE ZAMEN PAR” ........................................................................... 1
BAB II TEORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN YANG DITERAPKAN DI DALAM FILM
“TAARE ZAMEN PAR” ...................................................................................................................... 6
2.1 Teori Bandura ............................................................................................................................. 6
2.2 Teori Pavlov ................................................................................................................................. 8
BAB III ................................................................................................................................................. 11
ANALISIS TOKOH FILM “HICHKI” DENGAN TEORI YANG DIPAKAI ............................. 11
3.1 Ram Shankar Nikumbh ...................................................................................................... 11
3.2 Guru-guru Ishaan ............................................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 13
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
4.2 Saran..................................................................................................................................... 13
4.3 Kesan .................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15

ii
BAB I
SINOPSIS FILM “TAARE ZAMEN PAR”

Ishaan Nandkishore Awasthi merupakan murid berusia 8 tahun di salah satu sekolah
khusus laki-laki di India. Setiap mata pelajaran yang dipelajarinya, ia susah mengikuti semua
pelajaran di sekolahnya. Ia sering dimarahi, dihukum dan jadi bahan tertawaan anak kelas
lainnya akibat nilainya yang selalu jelek dan gagal dalam ujian. Ishaan sempat tidak naik kelas
di kelas 3 SD dan ini merupakan tahun keduanya di tingkat yang sama. Berbeda dengan
abangnya, Yohaan yang merupakan anak cerdas dan berprestasi di bidang akademik dan
olahraga tennis. Ishaan selalu dibanding-bandingkan dengan abangnya.

Suatu hari, saat Ishaan sedang bermain dengan anjing-anjing yang berada di sekitar
tempat tinggalnya, ada sekelompok anak yang sedang bermain bola di halaman perumahan dan
bola tersebut terlempat ke dekat Ishaan. Anak-anak itu meminta Ishaan untuk melemparkan
kembali bola itu kepada mereka, namun lemparan Ishaan malah meleset sehingga bola tersebut
terlempar keluar perumahan tersebut. Lalu Ishaan disuruh mengambil bola tersebut oleh anak
yang bernama Ranjit tetapi ia tidak mau. Akhirnya Ishaan dan Ranjit bertengkar dan adu jotos
hingga kepala Ishaan terbentur batu di tanah. Sepulang ayahnya bekerja, Ishaan dimarahi oleh
ayahnya karena Ibu Ranjit melapor ke rumahnya bahwa Ishaan telah memukuli anaknya hingga
bajunya sobek. Ranjit berbohong tentang bajunya yang sobek dan Ishaan langsung membantah
namun tidak dihiraukan oleh ayahnya. Ibunya yang mengerti perasaan Ishaan pun segera
menyuruh Ishaan untuk mandi, lalu membersihkan luka-lukanya akibat perkelahian.

Keesokan harinya di sekolah pada saat pelajaran Bahasa Inggris, Ishaan diminta untuk
membacakan teks yang ada di buku namun ia tidak bisa dan bilang kepada gurunya bahwa
huruf-huruf yang ada di buku itu sedang menari. Ia ditertawakan satu kelas dan ia pun dihukum
oleh gurunya. Setelah pelajaran Bahasa Inggris, pelajaran selanjutnya adalah Matematika.
Kelas Ishaan diminta untuk membawa hasil ulangan Matematika yang sudah dibagikan dan
ditandatangani tapi lagi-lagi tidak menaati gurunya. Ia tidak membawa hasil ujiannya,
melainkan di hari sebelumnya kertas itu diberikan kepada anjing-anjing di perumahan Ishaan
dan digigit-gigit hingga robek. Ishaan tidak bertanggung jawab atas tugasnya dan memutuskan
untuk bolos di mata pelajaran Matematika. Ia memakai waktu bolosnya itu untuk berkeliling
perkotaan dan pasar dekat sekolahnya sampai waktu pulang sekolah tiba.

Di rumah, Ishaan selalu didampingi oleh ibunya dalam belajar, seperti belajar menulis
Bahasa Inggris. Ishaan sudah berusaha melakukan dengan kemampuannya, namun pada
akhirnya ia tidak bisa menulis dengan baik. Ibunya menyalahkan Ishaan karena sering salah
1
dalam menulis dan Ishaan memang sulit untuk diajari. Namun, di samping itu, Ishaan
merupakan anak yang pandai melukis. Banyak hasil coretan dan lukisan yang ia buat. Bahkan
ia mampu menyelesaikan puzzle yang menurut Yohaan sulit untuk dituntaskan.

Malam hari di waktu tidur, Ishaan membangunkan Yohaan yang sedang tertidur.
Kemudian ia menceritakan kepada Yohaan kejadian pada siang hari saat ia bolos mata pelajaran
Matematika. Yohaan terkejut dan marah kepada Ishaan karena dianggapnya mampu
mencelakakan diri Ishaan. Ishaan pun meminta Yohaan agar mau menuliskan surat keterangan
sakit kepada guru Matematikanya. Yohaan yang awalnya menolak menuruti kemauan Ishaan
akhirnya luluh dan menurutinya. Keesokan harinya, Ishaan menunjukkan surat tersebut kepada
gurunya.

Di hari Minggu yang cerah ketika ayah Ishaan kembali ke rumah setelah bertugas di
luar kota, ayahnya menemukan secarik kertas di sela-sela tumpukan koran ketika sedang
mengambil koran untuk dibacanya. Ternyata itu adalah surat keterangan sakit yang ditulis
Yohaan atas nama ibunya; Maya Awasthi. Ayahnya pun langsung meminta konfirmasi dari
ibunya. Ibunya terkejut karena tidak pernah menuliskan surat itu dan bilang bahwa itu bukan
tulisannya. Ishaan yang saat itu sedang sarapan, dimarahi oleh ayah dan ibunya.

Hari selanjutnya, orang tua Ishaan dipanggil untuk menghadap Kepala Sekolah dan
beberapa guru mata pelajaran yang mengajar Ishaan. Guru-guru Ishaan menjelaskan kepada
kedua orang tuanya bahwa Ishaan sulit mengikuti pelajaran. Guru-gurunya pun menunjukkan
hasil belajar Ishaan yang tidak ada peningkatan dan memberitahu bahwa setiap pelajaran
berlangsung, Ishaan sering meminta ijin untuk ke toilet ataupun minum. Orang tuanya
memasang wajah pasrah terhadap laporan dari guru-guru Ishaan. Kemudian Kepala Sekolah
mengatakan kepada kedua orang tua Ishaan bahwa Ishaan tidak bisa lagi dibantu oleh pihak
sekolah tersebut. Ishaan dianjurkan untuk pindah sekolah yang mampu mendidiknya agar
Ishaan bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Secara tidak langsung Ishaan dikeluarkan dari
sekolah pada saat pertengahan semester.

Pada malam harinya, ayah Ishaan menghubungi Paman Suresh yang merupakan pendiri
dari asrama yang jauh dari tempat tinggal Ishaan untuk menyekolahkan pendidikan Ishaan.
Mengetahui hal tersebut, Ishaan memberontak dengan keras sambil menangis bahwa ia tidak
mau sekolah di asrama tersebut. Lalu keesokan harinya, Ishaan bersama keluarganya pergi ke
asrama tersebut dan setelah itu ia ditinggal oleh keluarganya yang kembali ke rumah. Walaupun
ibunya berat hati, namun demi kebaikan Ishaan, ia rela melepaskan anak bungsunya untuk jauh

2
darinya. Sementara itu, setiap malam di asrama, Ishaan selalu menangis, sulit untuk tidur
bahkan tidak nafsu makan.

Di hari pertamanya mengikuti kegiatan belajar di sekolah asrama tersebut, Ishaan


diminta untuk duduk paling depan di samping Rajan Damodran yang merupakan siswa pintar
di kelas tersebut dan memiliki kekurangan di salah satu kakinya sehingga harus menggunakan
tongkat untuk membantunya berjalan. Hari-hari berlalu tidak membuat Ishaan menjadi
mencintai pelajaran-pelajaran di sekolah. Ia selalu dimarahi dan dihukum guru-guru yang
mengajar di sekolah asrama tersebut. Hal itu membuat Ishaan frustasi dan ketika keluarganya
mengunjunginya di hari libur, Ishaan melampiaskannya dengan berlari keliling lapangan di
depan keluarganya. Ia pun ditenangkan oleh Yohaan dan diberikan hadiah berupa alat cat yang
dibungkus rapih. Dan keesokan harinya berjalan seperti biasa. Keluarganya kembali ke rumah
dan Ishaan ditinggal di asrama.

Suatu hari di kelas seni, guru seni yang sebelumya sedang mengikuti perlombaan di luar
negeri. Lalu ada guru penggantinya bernama Ram Shankar Nikumbh. Ram menyambut
kelasnya Ishaan dengan musik dan tarian agar anak-anak di kelas tersebut tidak bosan. Setelah
itu, ia meminta kelas tersebut menggambar sesuai dengan imajinasi mereka. Ram dapat
memahami sifat murid-muridnya. Namun ketika ia berjalan keliling untuk melihat proses
menggambar dan melukis anak-anak kelas tersebut, ia melihat bahwa kertas gambar Ishaan
masih kosong dan tidak disentuhnya. Tentu hal ini menarik perhatian Ram sehingga ia
penasaran dengan Ishaan.

Ram makin penasaran dengan Ishaan ketika ia berjalan di koridor kelas, ia melihat
Ishaan sedang berlutut di depan kelas dan mengasumsikan bahwa Ishaan dihukum. Saat Ram
bertanya kepada Ishaan, anak tersebut malah diam dan ketakutan. Ram pun menyelidiki Ishaan
melalui hasil belajarnya di pelajaran lain dan bertanya kepada Rajan Damodran tentang Ishaan.
Rajan menceritakan kepada Ram tentang Ishaan yang tidak bisa membaca dan menulis serta
Ishaan yang merupakan murid pindahan pada pertengahan semester. Lalu Ram melihat-lihat
buku Ishaan dari rak buku di ruang guru. Ia pun mencari tahu mengapa Ishaan memiliki
kelemahan yang seperti itu.

Lalu suatu hari Ram mengunjungi kedua orang tua Ishaan. Ram bertanya-tanya tentang
Ishaan perihal menggambar dan melukis. Ram terkejut bahwa sebenarnya Ishaan adalah anak
yang pandai menggambar dan melukis ketika ditunjukkan hasil karyanya oleh ibunya Ishaan.
Ram memahami bahwa Ishaan memiliki daya imajinasi dan berkarya yang luas. Setelah
beberapa saat melihat-lihat hasil karya Ishaan, Ram membuka percakapan dengan kedua orang

3
tua Ishaan bahwa Ishaan bukan anak yang bodoh dan ia hanya memiliki satu kekurangan. Ayah
Ishaan tidak terima dengan pernyataan tersebut karena seperti merendahkan anaknya. Lalu Ram
menjelaskan bahwa Ishaan mengalami kesulitan membaca dan menulis yang disebut dyslexia.
Kekurangan ini menyebabkan anak sulit untuk membedakan angka maupun huruf. Sayangnya
hal ini tidak menjadi perhatian kedua orang tua Ishaan dan Ram sangat menyesal akan hal itu.

Di hari selanjutnya ketika kelas seni berlangsung, Ram memberikan materi pelajaran
yang berkaitan dengan tokoh-tokoh terkenal seperti Albert Einstein, Leonardo da Vinci, dan
beberapa tokoh lainnya yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis seperti Ishaan.
Hal ini dilakukan Ram agar Ishaan memiliki semangat belajar. Ishaan pun tersenyum setelah
mendengar materi yang disampaikan gurunya tersebut. Setelah selesai menceritakan tokoh-
tokoh itu, Ram lalu mengajak murid-muridnya untuk belajar di luar dan membuat karya dari
bahan apa saja yang ada di alam. Tak disangka, Ishaan mampu membuat sebuah perahu yang
mampu bergerak di perairan danau dan mengejutkan teman-temannya yang melihat perahu itu.

Ram akhirnya menghadap kepada Kepala Sekolah untuk meminta ijin memberikan
waktu lebih agar bisa mengajari Ishaan secara pribadi. Ram pun diijinkan dan mengajari Ishaan
membaca serta menulis dengan cara yang menyenangkan sehingga Ishaan tidak kesulitan dalam
belajar. Ram juga mengajari Ishaan menghitung dengan menggunakan tangga yang ditulisi
angka-angka. Ishaan terlihat menikmati proses belajar dengan Ram dan seiring berjalannya
waktu, Ishaan mampu membaca, menulis serta berhitung dengan baik.

Suatu ketika, ayah Ishaan datang mengunjungi Ram yang sedang mengajar di satu kelas.
Lalu ayah Ishaan memberi penjelasan kepada Ram bahwa ia dan istrinya sudah mencari tahu
tentang dyslexia supaya Ram tahu kalau orang tua Ishaan adalah orang tua yang peduli dan
perhatian kepada anaknya. Namun Ram tidak setuju dengan pendapat ayah Ishaan mengenai
perhatian itu. Menurutnya, perhatian adalah bentuk kasih sayang yang terwujud bagi anak
dengan memberikan ciuman, pelukan dan memberikan kesan aman kepada anaknya.
Mendengar hal tersebut, ayah Ishaan merenung dan pergi keluar ruangan Ram. Saat hendak
pulang, ayah Ishaan tidak sengaja melihat anaknya sedang membaca sebuah poster di mading
yang berada di dekat lapangan. Ayah Ishaan terkejut sekaligus menangis melihat anaknya yang
sekarang dapat membaca.

Ram mengadakan lomba menggambar yang mengikutsertakan guru dan murid di


sekolah asrama tersebut. Semua warga sekolah asrama tersebut mengikutinya dengan antusias.
Namun sampai pada pertengahan perlombaan, Ishaan belum juga menampakkan batang
hidungnya dan membuat Ram panik menunggu kehadirannya. Lalu Ram bertanya kepada Rajan

4
kemana Ishaan pergi dan Rajan menjelaskan bahwa Ishaan pergi pagi hari saat orang-orang
belum bangun.

Lalu tak lama kemudian, Ishaan datang dan disambut oleh Ram sambil memberikan
kertas gambar. Waktu pun berlalu dan semua peserta sudah mengumpulkan gambar mereka
kepada penilai. Ishaan pun memberikan gambarnya yang sudah selesai kepada Ram untuk
dikumpulkan dan Ram terkagum akan hasil gambar Ishaan yang luar biasa indah. Saat itu pula
Ishaan melihat hasil lukisan Ram yang juga ikut serta dalam perlombaan tersebut dan Ishaan
terharu melihatnya karena wajahnya yang dilukis oleh Ram.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, yaitu pengumuman hasil lomba tersebut yang
diumumkan oleh Kepala Sekolah. Setelah pertimbangan yang panjang, akhirnya pihak penilai
memutuskan dua gambar yang menjadi pemenang dan salah satunya ialah milik Ram.
Pemenang yang satu lagi adalah Ishaan. Semua orang bersorak bertepuk tangan, namun Ishaan
malah menyembunyikan dirinya diantara orang-orang. Lalu Ishaan pun disuruh maju ke
panggung oleh teman-temannya yang ada di dekatnya. Ishaan menerima sertifikat penghargaan
yang diberikan oleh guru penilai. Tiba-tiba ia berlari ke arah Ram dan memeluknya sambil
menangis bahagia.

Pembagian raport akhir semester pun tiba. Orang tua Ishaan menemui Kepala Sekolah
yang memberikan buku tahunan dimana bagian sampul depan merupakan hasil gambar milik
Ishaan dan bagian sampul belakang hasil gambar Ram. Setelah itu, mereka menemui guru kelas
Ishaan dan mereka sangat terkejut dengan hasil belajar Ishaan yang meningkat dan memuaskan.
Orang tua Ishaan terharu sekaligus senang terhadap perkembangan anak bungsunya. Mereka
mengucapkan terima kasih kepada guru-guru Ishaan dan juga kepada Ram. Sebelum kembali
ke rumah yang sangat jauh dari asrama, Ishaan memeluk Ram sebagai bentuk terima kasih.

5
BAB II
TEORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN YANG DITERAPKAN DI DALAM FILM
“TAARE ZAMEN PAR”

2.1 Teori Bandura


Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning
Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif
dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar
social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen
Bobo Doll yang menunjukkan anak - anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.
Bandura percaya bahwa proses kognitif juga mempengaruhi Observastional Learning
atau jika kita hanya belajar dengan cara trial-and-error, maka belajar menjadi sesuatu yang
sangat sulit dan memakan waktu lama. Salah satu kontribusi yang sangat penting dari Albert
bandura adalah menekankan bahwa manusia belajar tidak hanya dengan classical dan operant
conditioning, tetapi juga dengan mengamati perilaku orang lain. Yang mana teori tersebut
disebutnya dengan peniruan atau modeling.
Untuk mengetahui seberapa jauh kebenaran teorinya tersebut, Albert Bandura
melakukan penelitian pada dua orang anak untuk mengetahui keagresifan atau rasa ketakutan
mereka. Dia menempatkan kedua anak tersebut di laboratoriumnya dengan kondisi yang sama
dengan perlakuan yang berbeda, kemudian memperbandingkan proses belajarnya dengan
menggunakan tontonan film. Dalam percobaan tersebut, ia melakukan eksperimennya dengan
boneka Bobo Doll. Bandura memposisikan anak pertama pada satu ruangan yang telah tersedia
satu buah boneka besar yang telah diikat oleh Bandura. Begitu juga dengan anak yang kedua
ditempatkan pada ruangan dengan kondisi yang sama. Kemudian anak pertama diberikan
tontonan film action (film laga), sedangkan anak yang kedua tidak diberi tontonan film action
tersebut. Setelah perlakuan tersebut, kedua anak itu dibiarkan berada pada ruangannya masing
– masing dengan boneka yang telah disiapkan sebelumnya. Sesaat kemudian, anak yang
pertama menirukan segala perilaku atau tindakan yang ada pada film yang telah ia tonton
sebelumnya. Sedangkan anak yang kedua, hanya diam dan memperhatikan boneka yang ada
dihadapannya tanpa melakukan hal – hal yang bersifat action seperti pada anak yang pertama.
Boleh dikatakan bahwa anak yang pertama lebih agresif dibandingkan anak yang kedua. Pola
belajar yang dilakukan oleh anak tersebut disebut dengan modeling (peniruan). Dimana terlihat
jelas bahwa anak yang pertama meniru segala gerakan atau aksi yang dilakukan oleh pemain –

6
pemain film action yang ia tonton dan kemudian ia terapkan kepada boneka Bobo Doll yang
ada dihadapannya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai cara belajar dengan modeling.
Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau
mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model
deterministik resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person (kognitif) dan
lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person mempengaruhi
perilaku. Faktor person (kognitif) Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama
pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan,
strategi pemikiran dan kecerdasan.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor perilaku memainkan peran penting
dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi atau penerimaan siswa untuk meraih
keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert
Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif sosial.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan
penting. Faktor person yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri. Reivich dan
Shatté (2002) meodefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk
menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri
sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen
dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi
yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki
efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa
ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya.
Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu
bangkit dari kegagalan yang ia alami. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku
dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan
perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif,
perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh
pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam
lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap
bahwa judi itu adalah tidak baik.

7
2.2 Teori Pavlov
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori
pengkondisian asosiatif stimulus - respon dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Classic
conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan
stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau
sinar untuk membentuk perilaku (response). Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov
dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala
kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang
paling berpusat dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan
tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar
jika ia berbuat sesuatu. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-
rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan.
Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia
menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan anjing itu, Pavlov mendapat kesimpulan
bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan.
Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar
(unconditioned reflex) yaitu anjing mengeluarkan air liur ketika melihat makanan yang lezat
dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned reflex) yaitu anjing
mengeluarkan air liur karena menerima atau bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau
terhadap suara bunyi tertentu.
Dengan demikian, menurut teori conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi
(response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan
yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi
secara otomatis.
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah
hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan
mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam
kehidupannya. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas
8
pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon refleksif. Dasar penemuan Pavlov tersebut,
menurut J.B. Watson diberi istilah Behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia
harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan
dan naluri. Watson menggunakan teori Classical Conditioning untuk semuanya yang bertalian
dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik.
Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses
pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari situasi menuju segmen
(satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang
disajikan mirip dengan metode dengar ucap.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-
hukum belajar, diantaranya :
a. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer),
maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent Conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing.
Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim yang berkeliling dari rumah ke rumah.Awalnya
mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut
bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu
tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari,
terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan
(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai
sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Bila dalam kegiatan pembelajaran, misalnya murid dimarahi orangtuanya karena ujian
matematikanya buruk. Lalu disaat yang lain, murid ujian kimia, ia akan menjadi gugup karena
kedua pelajaran tersebut saling berkaitan.“dimarahi” sebagai reinforcer, “gugup” sebagai
conditioning, “ujian” sebagai stimulus. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan
menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya.

9
Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik,
menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa,
suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai pusat, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar,
dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif.
Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini mengangaap bahwa belajar itu
hanyalah terjadi secarab otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya.
Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam
bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari
luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan
perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau
kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima
dalam hal-hal belajar tertentu, misalnya dalam belajar yang mengenai skills (kecekatan-
kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.

10
BAB III

ANALISIS TOKOH FILM “HICHKI” DENGAN TEORI YANG DIPAKAI

3.1 Ram Shankar Nikumbh


Teori pembelajaran yang dipakai oleh Ram Shankar Nikumbh dalam proses belajar
mengajar adalah teori sosial-kognitif Bandura, dimana Ram memperhatikan aspek sosial
dan kognitif dari Ishaan Awasthi. Ishaan yang memiliki kekurangan dalam mambaca,
menulis dan berhitung. Setelah ditelusuri oleh Ram, ternyata Ishaan memiliki penyakit
dyslexia, yaitu penyakit yang mengakibatkan Ishaan terlambat bisa membaca, menulis dan
berhitung. Namun Ishaan adalah seorang anak yang kreatif, ia bisa melukis, menggambar,
bahkan bisa membuat sesuatu dari barang bekas menjadi suatu kreatifitas.

Melihat kondisi Ishaan yang lebih menonjol di otak kanan, Ram mengajari Ishaan
dengan cara-cara yang kreatif sesuai dengan kesukaan Ishaan. Ram mengajari Ishaan
mengenal huruf dengan membentuk huruf menggunakan plastisin, menulis di pasir dengan
jari serta menulis di papan kapur, lalu setelah itu diajari menulis dan mengeja kata
menggunakan buku. Ram mengajari Ishaan berhitung dengan menggunakan tangga yang
ada di lapangan, lalu setelah itu mengajarinya secara penalaran. Hal ini tentunya membuat
Ishaan merasa lebih menyenangkan dan bisa memahami pelajaran dengan lebih cepat.

Pengalaman yang digunakan Ram adalah memanfaatkan potensi yang ada dalam diri
Ishaan sehingga ia lebih mampu mengembangkan dirinya. Ram memahami kekurangan
yang ada pada diri Ishaan, serta memberi pengertian bahwa Ishaan bukanlah satu-satunya
anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Ram menjadi role model kepada Ishaan
bahwa seorang yang mengalami kesulitan dalam belajar bukanlah anak yang tidak
mempunyai harapan. Ishaan mampu mengikuti pelajaran dengan baik berkat bantuan Ram
dan meniru semangat yang Ram tunjukkan kepadanya.

11
3.2 Guru-guru Ishaan
Guru-guru Ishaan (kecuali Ram Nikumbh) menggunakan teori Conditioning Pavlov
dalam proses belajar dan mengajar di dalam kelas mereka. Pengkondisian stimulus-respon
yang dilakukan guru-guru Ishaan ini adalah menekankan nilai pelajaran. Apabila stimulus-
respon tercapai, maka pengkondisian berhasil dan berdampak positif sehingga akan
diberikan reinforcer (penguat). Tetapi apabila stimulus-respon tidak tercapai, maka objek
akan diberikan reinforcer yang bersifat punishment (hukuman).

Secara garis besar, dalam proses mengajar, guru-guru ini selalu memberikan
penghargaan bagi murid yang bisa menjawab pertanyaan, aktif di kelas, serta mendapatkan
nilai yang tinggi. Sedangkan bila ada murid seperti Ishaan yang kesulitan dalam belajar,
mereka akan terus menekankannya untuk bisa memperoleh nilai yang tinggi. Namun Ishaan
tidak mampu dan mendapat hukuman serta cercaan.

Dalam hal ini, bentuk stimulus yang diberikan kepada murid-muridnya adalah bisa
mendapatkan nilai yang bagus, bahkan nilai sempurna, serta menjadi murid yang taat pada
peraturan. Pengkondisian yang dilakukan murid-muridnya yaitu belajar dengan rajin dan
menaati peraturan sekolah. Bila mendapat nilai yang sempurna, maka akan mendapatkan
pujian dari gurunya. Namun bila stimulus yang diberikan tidak mendapatkan respon, seperti
nilai yang diperoleh jelek atau melanggar peraturan akan diberikan hukuman dan cercaan
dari para guru.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Guru-guru sekarang cenderung menggunakan metode belajar Pavlov yang hanya
menekankan pemberian stimulus-respon, pengkondisian anak didik dan penguat sebagai bentuk
penghargaan atau hukuman. Seperti yang dilakukan oleh guru-guru Ishaan terhadap Ishaan,
mereka tidak mempedulikan mengapa Ishaan kesulitan dalam belajar. Namun hanya
memberikan hukuman saja tanpa mau mengerti keadaan Ishaan yang sebenarnya.
Sebaliknya dengan Ram yang menerapkan teori belajar sosial-kognitif Bandura, yaitu
memahami Ishaan yang memiliki kesulitan dalam belajar dan juga mengerti bahwa Ishaan
memiliki kelebihan dalam bidang kreatifitas. Hal ini dimanfaatkan Ram dalam mengajari
Ishaan, yaitu memadukan kelebihan Ishaan dalam proses belajar sehingga Ishaan mampu
belajar secara kognitif dengan baik. Aspek sosial dan kognitif yang diutamakan Ram menjadi
pokok penting dalam memecahkan permasalahan kesulitan belajar anak. Hal ini sangat penting
bagi para guru dan calon guru apabila menemukan anak yang kesulitan dalam belajar, harus
dicari tahu penyebabnya, bukan menyalahkan kondisi maupun keadaan anak tersebut.

4.2 Saran
Pendidikan di Indonesia membutuhkan tenaga pendidik seperti Ram Nikumbh yang
memiliki pengertian dan kepekaan akan kekurangan anak didiknya. Ada baiknya apabila
lembaga pendidikan di Indonesia lebih selektif lagi dalam menerima seseorang menjadi guru
karena tidak semua guru benar-benar menjadi guru bagi murid-murid di sekolah atau
melakukan sosialisasi kepada tenaga pendidik di Indonesia agar bisa memiliki kepekaan
terhadap anak didik yang memiliki kekurangan.
Setiap guru dan calon guru harus memiliki tanggung jawab, pengertian dan kepekaan atas
kekurangan yang dimiliki anak seperti Ram Nikumbh dalam mengajar dan mendidik peserta
didik. Pekerjaan sebagai guru bukan hanya sebuah profesi, namun sebagai sebuah pengabdian
kepada masyarakat, negara dan bangsa. Adapun guru dan calon guru bisa mempraktikkan teori
Bandura dalam proses pembelajaran.

4.3 Kesan
Kesan yang penulis peroleh dalam pembuatan makalah ini dari menganalisis film “Taare
Zamen Par” adalah ketika penulis menjadi seorang guru harus mampu peka, memberi perhatian
dan mengerti setiap permasalahan setiap muridnya. Seperti yang dilakukan Ram dalam

13
mengajar Ishaan, ia mengerti persoalan Ishaan sampai menyempatkan waktu bertemu dengan
kedua orang tua Ishaan. Penulis kagum dengan semangat keingintahuan dari Ram, ia melakukan
semua dengan totalitas demi sebuah perubahan.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Eusta yang sudah memberikan kesempatan menonton
film “Taare Zamen Par” dan membimbing penulis dalam pembelajaran dari mata kuliah
Psikologi Pendidikan. Terima kasih juga untuk setiap teori-teori belajar yang diberikan dan
dijelaskan oleh teman-teman kelas sehingga penulis mampu menganalisis film “Hichki” dengan
baik. Penulis harap pembelajaran mata kuliah ini dapat penulis kembangkan dalam dunia kerja
nanti sebagai guru.

14
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, N. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugihartono, d. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Syah, M. (2005). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remmaja Rosda karya.

Wuryani, D. d. (1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

15
16

Anda mungkin juga menyukai