Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih


bersifat ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ
sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga
disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
Tonsilofaringitis merupakan penyakit dan masalah kesehatan yang
paling banyak ditemukan pada populasi umum.Keluhan seperti nyeri
tenggorokan, infeksisaluran pernapasan bagian atas yang sering disertai
dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari pasien yang
datang berkunjung kepelayanan kesehatan terutama anak-anak (
Eadimaharti, 2003 ).
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada amandel di rongga faring,
dapat disebabkan oleh salah satu bakteri (streptokokus) atau virus
(adenovirus). Kondisi ini sering dikaitkan dengan faringitis (Lippincott,
2002). Berdasarkan lamanya keluhan, tonsilofaringitis dapat
diklasifikasikan sebagai akut dan kronis.Tonsilofaringitis kronis tanpa
diragukan merupakan penyakit yang paling sering dari semua penyakit
tenggorokan yang berulang. Gambaran klinis bervariasi, dan diagnosis
sebagian besar tergantung pada inspeksi (Adams George, 2001).
Menurut WHO (World Health Organization), pola penyakit THT
diberbagai Negara berbeda-beda. Di Islamabad, Pakistan selama 10 tahun
(Januari 2007- Desember 2012) dari 68.488 kunjungan pasien didapati
penyakit Tonsilofaringitis Kronis merupakan penyakit yang paling banyak
dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita (Arsyhad, 2013).Di
Inggris,100% dari pasien tonsilitis kronis dan adenoid yang datang berobat
ke rumah sakit harus dirawat inap. Dari konsultan rumah sakit didapati 42%
adalah untuk laki-laki dan 58% adalah bagi perempuan.
Kasus yang tergolong dalam kategori serius adalah sebanyak
2%.Rata-rata satu hari diperlukan untuk rawatan pasien.Usia rata-rata pasien
rawat inap adalah 15 tahun. Pasien yang berusia 15-59 tahun yang dirawat
untuk tonsilofaringitis dan adenoid adalah sebanyak 32%.Tidak dijumpai
pasien dengan usia di atas 75 tahun. Dari jumlah rawat inap di rumah sakit,
0.11% adalah untuk kasus tonsilofaringitis. Jumlah kunjungan untuk
tonsilofaringitis adalah 0,18%. Pasien yang mengalami komplikasi abses
sehingga diperlukan penanganan segera adalah sebanyak 94% (England
Hospital Episode Statistics, Department of Health, 2003).
Di Malaysia, lima kelompok utama yang paling umum dari penyakit
THT adalah rhinitis (20,2%), otitis media kronik (12,3%), nasopharyngeal
carcinoma(NPC) (10,5%), tonsilitis (8,1%) dan polip hidung (5,2%).
Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada Poli THT Rumah Sakit Sarawak
selama 1 tahun dijumpai 8.118 pasien, dalam jumlah penderita penyakit,
tonsiofaringitis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (81%)
penderita ( Sing, 2013).
Di Indonesia berdasarkan data rekam medis tahun 2012 di RSUP dr.
M. Djamil, Padang bagian THT-KL sub bagian laring faring ditemukan
tonsilofaringitis sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di poliklinik sub bagian
laring faring (Olivia Rinny, 2013). Dari data RSUD Raden Mattaher Jambi
diketahui jumlah penderita tonsilofaringitis pada tahun 2012 berjumlah 978
dari 1365 jumlah kunjungan dan pada tahun 2013 berjumlah 889 dari 1144
jumlah kunjungan. Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makasar jumlah kunjungan baru dengan tonsilofaringitis
mulai Juni 2011 - Mei 2012 adalah sebanyak 63 orang (Sapitri, 2013).
Menurut Manik dan kawan-kawan (2013), populasi penelitian
merupakan seluruh penderita tonsilofaringitis yang terdaftar di bagian
rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 -
Desember 2012 dengan jumlah 86 penderita. Proporsi tertinggi penderita
tonsilofaringitis berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 66,3%,
kelompok umur 1 – 10 tahun sebanyak 29,1%, pekerjaan sebagai
pelajar/mahasiswa sebanyak 43%, keluhan utama berupa sakit
tenggorok/sakit menelan sebanyak 48,8%, ukuran tonsil T2 / T2 sebanyak
39,5%, penatalaksanaan berupa medikamentosa sebanyak 73,3% (Maniket
al., 2013). Informasi mengenai karakteristik dan epidemiologi penyakit –
penyakit THT di Indonesia khususnya mengenai Tonsilofaringitis masih
sulit untuk diperoleh.Belum didapatkannya data terbaru tentang gambaran
penderita tonsilofaringitis
RSU sidikalang diruang inap flamboyan sejak januari sampai april
2019 ada penderita tonsilofaringitis sebanyak 8 orang, karena itulah penulis
mencoba untukmelakukan penelitian mengenai karakteristik penderita
tonsilofaringitis di RSU Sidikalang
Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada laporan PBLK ini adalah bagaimana
cara menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan sistem
pernafasan Tonsilofaringitis di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang
Tahun 2019.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Melakukan Manajemen Asuhan Keperawatan kepada pasien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan Tonsilofaringitisdi Ruang
Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun
2019.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun
2019.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun
2019.
d. .Mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun
2019.
e. Mampu membuat discharge planning pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
f. Mampu menerapkan tindakan keperawatan Evidence Based Nursing
(EBN) pada gangguan sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD
Sidiakalang Tahun 2019.
.
1.4. Manfaat Praktek Belajar Lapangan Komprenhensif (PBLK)
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mampu mengaplikasikan teori yang didapat selama dalam masa
akademik kedalam situasi nyata dilapangan dengan menerapkan asuhan
keperawatan yang profesional dan komprenhensif serta meningkatkan
kepercayaan diri didalam melakukan asuhan keperawatan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Melatih mahasisawa untuk melakukan aplikasi asuahan
keperawatan berdasarkan hasil penelitian sesuai evidence based nursing.
1.4.3 Bagi Rumah Sakit
Selama kegiatan PBLK maka lahan Praktek dapat menggunakan
tenaga mahasiswa sebagai perawat tambahan dan sebagai masukan dan
informasi terbaru bagi Rumah Sakit umum sidikalang.
1.4.4 Bagi Pasien dan Keluarga
Menambah wawasan, ilmu dan sebagai sumber informasi kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit gangguan sistem pernafasan tonsilofaringitis
.

.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. Tinjauan Teoritis Medis


A. Pengertian
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring
yang masih bersifat ringan. Radang faring pada anak hampir selalu
melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya
juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. (
Ngastiyah,1997 )
Tonsilofaringitis merupakan faringitis akut dan tonsilitis akut
yang ditemukan bersama – sama. ( Efiaty, 2002 )

B. Etiologi
Penyebab tonsilofaringitis bermacam – macam, diantaranya
adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan
ludah ( droplet infections )

C. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran
nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring
kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri
dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga
menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam
tinggi bau mulut serta otalgia.

D. WOC

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilofaringitis akut Hipertermi

Edema faring & tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum Kurangnya Infeksi sekunder


kelemahan

Intoleransi
aktifitas

E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia ( sakit di telinga )
14. Malaise

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak
tertangani dengan baik adalah :
1. Tonsilofaringitis kronis
2. Otitis media

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
memperkuat diagnosa tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan
laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes
sensitifitas obat

H. Penatalaksanaan
Penanganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah :
1. Penatalaksanaan medis
 Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim,
penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
 Antipiretik untuk menurunkan demam seperti
parasetamol, ibuprofen.
 Analgesik
2. Penatalaksanaan keperawatan
 Kompres dengan air hangat
 Istirahat yang cukup
 Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
 Kumur dengan air hangat
 Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
3. Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam
sebaiknya tirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet
ringan.
 Sistemik
Antibiotik golongan penisilin atau
sulfonamidaantipiretik.
 Pengobatan oral
obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.
 Tonsilektomi
Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita
serangan yang berat dan berulang-ulang yang
mengganggu kehidupannya. Tindakan ini harus
dilakukan bila disertai abses peritonsilar. Tidak boleh
dilakukan 3 minggu setelah serangn tonsilitis akut, pada
palatoskisis, atau pada waktu ada epidemi poliomielitis.6

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan utnuk mengumpulkan data atau informasi tentang klien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenai masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Nasrul Effendi, 1995).
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis dan nomor register.
2. Riwayat Keperawatan
a. Alasan dirawat
b. Keluhan Utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan. Daerah yang terserang baik atas atau
bawah sehingga klien pergi kerumah sakit serta hal atau
tindakan yang dilakukan saat klien dirumah sakit. Serangan,
karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll
d. Riwayat kesehatan lalu
Masalah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum
mrs, penyakit-penyakit yang sebelumnya perna diderita klien
sehingga klien dapat mrs.
 Riwayat kelahiran
 Riwayat imunisasi
 Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang,
ispa, otitis media)
 Riwayat hospitalisasi
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh
keluarga baik penyakit yang sama dengan klien, penyakit
keturunan seperti diabetes meletus, hipertensi maupun
penyakit menular seperti hepatitis, tb paru.
3. Riwayat psikososial dan spiritual.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian umum
 Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda
vital dll
b. Pernafasan
 Kesulitan bernafas, batuk
 Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
• T0 : bila sudah dioperasi
• T1 : ukuran yang normal ada
• T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis
tengah
• T3 : pembesaran mencapai garis tengah
• T4 : pembesaran melewati garis tengah
c. Nutrisi
 Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan
menurun, menolak makan dan minum, turgor
kurang
d. Aktifitas / istirahat
 Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
e. Keamanan / kenyamanan
 Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
5. Pemeriksaan Penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakitnya
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
4. Ansietas berhubungan dengan status kesehatannya
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
terhadap sumber informasi

C. Rencana Intervensi
N Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil
Intervensi (NIC
o (NANDA) (NOC)
1 Hipertermi NOC : NIC :
Thermoregulation Fever treatment
Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering
 Suhu tubuh mungkin
dalam rentang  Monitor IWL
normal  Monitor warna dan suhu
 Nadi dan RR kulit
dalam rentang  Monitor tekanan darah,
normal nadi dan RR
 Tidak ada  Monitor penurunan
perubahan tingkat kesadaran
warna kulit dan  Monitor WBC, Hb, dan
tidak ada Hct
pusing, merasa  Monitor intake dan output
nyaman  Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
 Berikan cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya
 Menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
Panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Nyeri akut b/d proses NOC : Pain Management
infeksi  Pain Level  Lakukan pengkajian nyeri
 Pain control secara komprehensif
 Comfort level termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
 Mampu frekuensi, kualitas dan
mengontrol faktor presipitasi
nyeri (tahu  Observasi reaksi
penyebab nyeri, nonverbal dari
mampu ketidaknyamanan
menggunakan  Gunakan teknik
tehnik komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk mengetahui
untuk pengalaman nyeri pasien
mengurangi  Kaji kultur yang
nyeri, mencari mempengaruhi respon
bantuan) nyeri
 Melaporkan  Evaluasi pengalaman
bahwa nyeri nyeri masa lampau
berkurang  Evaluasi bersama pasien
dengan dan tim kesehatan lain
menggunakan tentang ketidakefektifan
manajemen kontrol nyeri masa
nyeri lampau
 Mampu  Bantu pasien dan
mengenali nyeri keluarga untuk mencari
(skala, dan menemukan
intensitas, dukungan
frekuensi dan  Kontrol lingkungan yang
tanda nyeri) dapat mempengaruhi
 Menyatakan nyeri
rasa nyaman seperti suhu ruangan,
setelah nyeri pencahayaan dan
berkurang kebisingan
 Tanda vital  Kurangi faktor presipitasi
dalam rentang nyeri
normal  Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri
 Hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Nutritional Nutrition Management
kebutuhan tubuh Status : food  Kaji adanya alergi
and Fluid makanan
 Intake  Kolaborasi dengan ahli
Kriteria Hasil : gizi untuk menentukan
 Adanya jumlah kalori dan nutrisi
peningkatan yang dibutuhkan pasien.
berat badan  Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan meningkatkan intake Fe
tujuan  Anjurkan pasien untuk
 Berat badan meningkatkan protein
ideal sesuai dan vitamin C
dengan tinggi  Berikan substansi gula
badan  Yakinkan diet yang
 Mampu dimakan mengandung
mengidentifik tinggi serat untuk
asi kebutuhan mencegah konstipasi
nutrisi  Berikan makanan yang
 Tidak ada terpilih ( sudah
tanda tanda dikonsultasikan dengan
malnutrisi ahli gizi)
 Tidak terjadi  Ajarkan pasien bagaimana
penurunan membuat catatan makanan
berat badan harian.
yang berarti  Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitor adanya
penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor makanan
kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
 
4 Ansietas (00146) NOC : NIC :
  Anxiety control Anxiety Reduction
 Coping (Penurunan Kecemasan)
Kriteria Hasil :  Gunakan pendekatan yang
 Klien mampu menenangkan
mengidentifikas  Nyatakan dengan jelas
i dan harapan terhadap pelaku
mengungkapkan pasien.
gejala cemas  Jelaskan semua prosedur
 Mengidentifikas dan apa yang dirasakan
i, selama prosedur
mengungkapkan  Temani pasien untuk
dan memberikan keamanan
menunjukkan dan mengurangi takut
tehnik untuk  Berikan informasi faktual
mengontol mengenai diagnosis,
cemas tindakan, Prognosis
 Vital sign dalam  Dorong keluarga untuk
batas normal menemani anak
 Postur tubuh,  Lakukan back / neck rub
ekspresi wajah,  Dengarkan dengan penuh
bahasa tubuh perhatian
dan tingkat  Identifikasi tingkat
aktivitas kecemasan
menunjukkan  Bantu pasien mengenal
berkurangnya situasi yang
kecemasan menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
5 Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
 Knowlwdge : Teaching : disease Process
disease process  Berikan penilaian tentang
 Knowledge : tingkat pengetahuan
health Behavior pasien tentang proses
Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
 Pasien dan  Jelaskan patofisiologi dari
keluarga penyakit dan bagaimana
menyatakan hal ini berhubungan
pemahaman dengan anatomi dan
tentang fisiologi, dengan cara
penyakit, yang tepat. Gambarkan
kondisi, tanda dan gejala yang
prognosis dan biasa muncul pada
program penyakit, dengan cara
pengobatan yang tepat
 Pasien dan  Gambarkan proses
keluarga penyakit, dengan cara
mampu yang tepat
melaksanakan  Identifikasi kemungkinan
prosedur yang penyebab, dengna cara
dijelaskan yang tepat
secara benar  Sediakan informasi pada
 Pasien dan pasien tentang kondisi,
keluarga dengan cara yang tepat
mampu  Hindari jaminan yang
menjelaskan kosong
kembali apa  Sediakan bagi keluarga
yang dijelaskan atau SO informasi
perawat/tim tentang kemajuan pasien
kesehatan dengan cara yang tepat
lainnya.  Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

2.2.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana


tindakan

disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai
tujuan

yang diharapkan. Oleh karena rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan


untuk

memodifikasi factor – factor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien

(Dermawan, 2014).

2.2.5. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara dasar


tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yang
terampil.

Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi


pasien dan

fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan


SOAP

(subjective, objektive, analisys, planning).

A. Pengertian
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan
membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik,
pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse: 94-95).

B. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress.

Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan
secara periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan,
Periksa apakah pasien/orang terdekat telah mendapat instruksi tertulis atau
instruksi verbal tentang penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh
dilakukan di rumah. Tanda dan gejala yang menunjukkan perlunya kontak
yang terus-menerus dengan pelayanan kesehatan perlu ditinjau.

C. Manfaat
1. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah
sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu
kecuali untuk beberapa diagnosa.
2. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan
biaya pengobatan.
3. Bahan pendokumentasian keperawatan.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga
mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat
meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu,
ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat praktisi/perawat
home care dan mungkin dikirim ke dokter primer/dokter yang terlibat untuk
dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan
perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan
kebutuhan yang berubah (Doenges & Moorhouse: 126).
Discharge Planning harus disesuaikan dengan:

1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan


2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit.
3. Disusun oleh tim.

E. Tahap-tahap Discharge Planning


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang
klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan
bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam
proses discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a. Data Kesehatan
b. Data Pribadi
c. Pemberi Perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga
sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang
membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah
masalah tersebut aktual atau potensial.

3. Perencanaaan: Hasil yang diharapkan


Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan
pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.
Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk
kontinuitas perawatannya.
c. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien
pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak
memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat
berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
pearwatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas
lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya
mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat
dan ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan
kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan
alat yang akan digunakan di rumah.
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien
dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang
jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di
rumah), status fisik dan mental klien, factor social yang penting (misalnya
kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan
kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat
ini

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.
Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga
perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu
setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner
atau kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:
a.Derajat penyakit
b.Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber
BAB III
TINJAUAN KASUS

I.Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 tahun
Status Kawin : Belum Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Polisi
Alamat : Jl.Aster No. 21 Sidikalang
Tanggal Masuk RS : 05 Mei 2019
No. Reg : 14.24.25
Ruangan : Ruang Flamboyan
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 06 Mei 2019
Dx Medis : Tonsilofaringitis

B. Penanggung Jawab
Nama : NY. A
Hub. Dengan Klien : Anak
Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Aster No. 21 Sidikalang

II. Keluhan Utama


Nyeri menelan dan rasa ada yang mengganjal ditenggorokan
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu,nafsu makan
berkurang semenjak sakit

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit nyeri menelan tapi
tidak pernah separah ini, biasanya setelah minum obat yang dibeli di toko
obat, sakit pasien sembuh.

V. Riwayat Keluarga

Keterangan : :

: Laki-laki

: perempuan
: pasien

1. Provocative/Paliativ
a Apa penyebab
Kurang isitrahat dan suka makanan dingin
b. Hal-hal yang akan memperbaiki keadaan
Berobat kepuskesmas, rumah sakit maupun klinik terdekat.
2. Quantity/Quality
a. Bagaimana Nyeri dibagian tenggorokan
b. Bagaimana dilihat pasien tampak meringis kesakitan sambil
memegang lehernya
3. Region
a. Dimana lokasinya
Bagian leher
b. Apakah menyebar
Tidak
4. Severity (mengganggu aktivitas)
Ya, pasien tidak dapat melakukan aktivitas.
5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Sejak 2 hari yang lalu pasien mengalami sakit tenggorokan yang
terus- menerus disertai mual dan pusing,akhirnya pasien yang semakin
melemah, keluarga pasien langsung membawa klien ke RSUD Sidikalang.

VI.Riwayat Keadaan Psikososial


a. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam sehari-hari yaitu bahasa Indonesia.

b. Persepsi pasien tentang penyakit


pasien yakin penyakitnya dapat disembuhkan.

c. Konsep diri
1. Body image : pasien dapat menerima keadaannya.
2. Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh.
3. Harga diri : Pasien tidak menarik diri.
4. Peran diri : Pasien seorang anak dari keluarganya.
5. Personal identity : Pasien anak ke 1 dari 2 bersaudara.
d. Keadaan emosi
Keadaaan emosi stabil.

e. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara


Pasien merespon lawan bicaranya.
f. Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik.

g. Hubungan dengan saudara


Hubungan Pasien dengan saudara baik

h. Hubungan dengan orang lain


Hubungan pasien dengan orang lain disekitarnya baik.

i. Kegemaran
Pasien memiliki kegemaran membaca.

j. Daya adaptasi
Pasien dapat berorientasi dengan lingkungannya.
k. Mekanisme pertahanan diri
Pasien selalu berdoa dan mempunyai pengharapan untuk dapat sembuh.

VII.Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pasien tampak lemah.
Tingakat kesadaran : Composmentis, GCS : 15
b. Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg

HR : 86 x/i
RR : 22 x/i
T : 36 C
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala
Bentuk simetris tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan tidak kaku
dapat digerakkan ke kiri dan ke kanan, tidak terdapat luka pada kulit kepala
dan kulit kepala cukup bersih.

2. Rambut
Rambut Pasiien pendek lurus, warna hitam dan rambut Pasien terlihat
bersih.
3. Mata
Bentuk mata simetris, fungsi penglihatan kurang baik, konjungtiva tidak
anemis, pupil dan reflex cahaya baik, Pasien tidak memakai alat bantu
penglihatan.
4. Hidung (Penciuman)
Bentuk dan posisi hidung simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat
secret atau benda asing yang menempel, tidak terdapat epitaksis dan
rhinorrhoe dan tidak ada peradangan.

5. Telinga (Pendengaran)
Bentuk dan posisi simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak terdapat
serumen dan cairan pada lubang telinga, tidak terdapat perdarahan dan klien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

6. Mulut dan gigi


Bentuk bibir simetris, warna bibir tampak kehitaman, mukosa bibir tampak
kering, fungsi pengecapan baik, tidak terdapat perdarahan dan peradangan,
mulut cukup bersih dank klien tidak menggunakan gigi palsu.

7. Leher
1) Inspeksi ukuran leher : pada leher terdapat pembengkakan dan terasa
hangat
2)Trakea : terdapat gangguan menelan karena pembengkakan dan nyeri
yang dirasakan pasien
8. Thorax (fungsi pernapasan)
Bentuk simetris, tidak terdengar bunyi wheezing dan tidak ada penurunan
ekspansi paru kiri dan kanan.

9. Abdomen
lambung,hepar dan limpa berada pada kondisi normal
10. Reproduksi
Jenis kelamin Pasien adalah laki-laki.
11. Ekstremitas
Ekstremitas atas : dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra
terpasang infus.
Ekstremitas bawah : keduanya dapat digerakkan dengan baik.

12. Integumen
Warna kulit Pasien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
VIII.Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola tidur
1. Waktu tidur : 22.00 WIB
2. Waktu bangun : 04.30 WIB
3. Masalah tidur : Tidak ada masalah
4. Hal-hal yang mempermudah bangun :-
b. Pola eliminasi
1. BAB
Pola BAB : 4-5x /hari

Karakter feces : Lembek

Riwayat pendarahan : Tidak ada

Penggunaan obat : Tidak ada

Keluhan BAB : Tidak ada

Masalah eliminasi BAB : Tidak ada masalah eliminasi BAB.

2. BAK
Pola BAK : 3-4 x/hari

Karakter urin : Kuning pekat

Nyeri : Tidak ada

Inkontunensia : Tidak ada

Pengunaan obat : Tidak ada


Keluhan : Tidak ada keluhan

Masalah eliminasi BAK : Tidak ada masalah eliminasi BAK

c. Pola makan
Diet : M-II

Pola diet : 3 x/hari

Jumlah dan jenis diet : 1 porsi M-II

Kesulitan menelan : ada

Masalah pola makan : Nafsu makan menurun

Upaya mengatasinya : Makan lembek sedikit tapi sering

d. Pola minum
Jenis minuman : Air putih

Pola minum : 3-4 gelas/hari

Kesulitan minum : ada kesulitan minum

Upaya mengatasinya : minuman hangat sedikit tp sering

e. Kebersihan diri
Pasien tampak bersih. Kebersihan diri klien dibantu oleh perawat dan
keluarga.

f. Pola kegiatan/aktivitas
Kegiatan/aktivitas Pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.

IX.Hasil Pemerikasaan Penunjang/Diagnostik


1. Diagnosa Medis
Tonsilofaringitis.

2. Pemeriksaan penunjang/diagnostic
Hemoglobin 15 gram%, L : 12-16 gram%, P : 12-14 gram%
Lekosit 4630/mm3, L/P : 6.000-10.000 /mm3

Laju endap darah 26 mm/jam, L : 0-10 mm/jam, P : 0-15 mm/jam

Hematokrit 43 %, L : 40-48 %, P : 37-43 %

Trombosit 256.000/mm3, L/P : 200.000-400.000 /mm3

X.Penatalaksanaan Terapi Medis


 IVFD RL 20 gtt/i
 Ranitidin 1 A / 12 jam
 Norages 1 A / 8 jam
 Cefotaxim /8 jam

XI. Masalah Keperawatan


1. Nyeri akut
2. Gangguan Menelan
XII.Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil
2. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanisme
tonsilitis ditandai dengan mengeluh ketika menelan.

XIII.Analisa Data
Data Etiologi Problem

DS : Pasien mengatakan nyeri di leher. Agen cedera Nyeri akut


biologis
DO : Pasien tampak meringis kesakitan,
klien tampak memegang leher nya, skala
nyeri 6.

Tanda-tanda vital :
Nyeri
TD : 120/70 mmHg
HR : 86 x/i

RR : 22 x/i

T : 36 C

DS : Pasien mengatakan sakit menelan mual Ketidak Gangguan


mampuan menelan
DO : pasien tampak lemah, pasien
menelan
menghabiskan 2-3 sendok dari porsi yang
diberikan, BB sebelum masuk RS : 56 kg,
BB selama diRS : 54 kg
Sulit menelan

I.Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan
Keperawatan

Nyeri akut Terjadinya penurunan  Kaji tingkat nyeri,


berhubungan dengan atau hilangnya rasa beratnya (skala 0 – 10).
pembengkakan tonsil nyeri, dengan kriteria  Berikan istirahat
klien melaporkan dengan posisi semifowler.
terjadinya penurunan  Anjurkan pasien
atau hilangnya ras untuk menghindari
nyeri. makanan yang dapat
meningkatkan kerja .
 Anjurkan pasien
untuk menggunakan obat
kumur untuk
membersuhkan mulut
 Observasi TTV tiap
24 jam.
 Diskusikan dan
ajarkan teknik relaksasi.
 Kolaborasi dengan
pemberian obat analgesik.
. Setelah dilakukan  Pantau dan
tindakan keperawatan dokumentasikan dan
2.Gangguan menelan
pasien haluaran tiap jam secara
berhubungan dengan
mampumenelan adekuat.
obstruksi mekanisme
dengan baik.  Timbang BB klien.
tonsilitis ditandai
 Berikan makanan
dengan mengeluh
sedikit tapi sering.
ketika menelan.
 Catat status nutrisi
pasien: turgor kulit,
timbang berat badan,
integritas mukosa mulut,
kemampuan menelan,
adanya bising usus, riwayat
mual/rnuntah atau diare.
 Kaji pola diet klien
yang disukai/tidak disukai.
 Monitor intake dan
output secara periodik.
Catatan Perkembangan Klien

Hari Dx Implementasi Evaluasi


Kep

Kamis Dx  Mengkaji tingkat nyeri, S : pasien mengatakan


I beratnya (skala 0 – 10). nyeri di leher
04/05/2019
 Memberikan istirahat
O : pasien tampak
dengan posisi semifowler.
meringis kesakitan,
 Menganjurkan pasien
klien tampak
untuk tetap mengumur obat
memegang lehernya,
kumur.
skala nyeri 6.
 Mengobservasi TTV
tiap 24 jam. Tanda-tanda vital :
 Mendiskusikan dan
TD : 120/70 mmHg
ajarkan teknik relaksasi.
 Berkolaborasi dengan HR : 86 x/i
pemberian obat analgesik.
RR : 22 x/i

 Memantau dan T : 36 C
dokumentasikan dan haluaran
A : Tujuan belum
tiap jam secara adekuat.
tercapai
 Menimbang BB klien.
 Memberikan makanan P : Intervensi
sedikit tapi sering. dilanjutkan
 Mencatat status nutrisi
pasien: turgor kulit, timbang
berat badan, integritas mukosa
mulut, kemampuan menelan,
Dx adanya bising usus, riwayat S : pasien mengatakan
II mual/rnuntah sakit menelan.
 Mengkaji pola diet
klien yang disukai/tidak O : pasien tampak
disukai. lemah, klien
 Memonitor intake dan menghabiskan 2-3
output secara periodik. sendok dari porsi
yang diberikan, BB
sebelum masuk RS :
50 kg, BB selama
diRS : 48 kg

A : Tujuan belum
tercapai

P : Intervensi
dilanjutkan

Jum at Dx  Mengkaji tingkat nyeri, S : pasien mengatakan


I beratnya (skala 0 – 10). nyeri di leher
05/05/2019
 Memberikan istirahat
O : pasien tampak
dengan posisi semifowler.
meringis kesakitan,
 Menganjurkan pasien
pasien tampak
memakan makanan lunak
memegang lehernya,
 Menganjurkan pasien
skala nyeri 4-6.
untuk tetap mengatur waktu
makannya. Tanda-tanda vital :
 Mengobservasi TTV
TD : 120/70 mmHg
tiap 24 jam.
 Mendiskusikan dan HR : 88 x/i
ajarkan teknik relaksasi.
RR : 20 x/i
 Berkolaborasi dengan
pemberian obat analgesik. T : 36 C
 Memantau dan A : Tujuan belum
dokumentasikan dan haluaran tercapai
tiap jam secara adekuat.
P : Intervensi
 Menimbang BB klien.
dilanjutkan
 Memberikan makanan
Dx
sedikit tapi sering.
II
 Mencatat status nutrisi
pasien: sesuai dengan
kemampuan menelan,
 Mengkaji pola diet
S : pasien mengatakan
klien yang disukai/tidak
masih sakit untuk
disukai.
menelan,
 Memonitor intake dan
output secara periodik. O : pasien tampak
lemah, klien
menghabiskan 3-4
sendok dari porsi
yang diberikan,

A : Tujuan belum
tercapai

P : Intervensi
dilanjutkan

Sabtu Dx  Mengkaji tingkat nyeri, S : Pasien


I beratnya (skala 0 – 10). mengatakan nyeri di
06/05/2019
 Memberikan istirahat leher berkurang.
dengan posisi semifowler.
 Menganjurkan pasien O : Klien tampak
supaya tetap meamkai obat kesakitan, klien
kumur tampak sesekali
 Menganjurkan klien memegang lehernya,
untuk tetap mengatur waktu skala nyeri 2-4.
makannya.
Tanda-tanda vital :
 Mengobservasi TTV
tiap 24 jam. TD : 120/70 mmHg
 Mendiskusikan dan
HR : 86 x/i
ajarkan teknik relaksasi.
 Berkolaborasi dengan RR : 20 x/i
pemberian obat analgesik.
T : 36,4 C
 Memantau dan
dokumentasikan dan haluaran A : Tujuan sebagian
tiap jam secara adekuat. tercapai
 Menimbang BB klien.
Dx P : Intervensi
 Memberikan makanan
II dilanjutkan
sedikit tapi sering.
 Mencatat status nutrisi
pasien: sesuai dengan,
kemampuan menelan
 Mengkaji pola diet
S : pasien mengatakan
klien yang disukai/tidak
mual (-), pusing (-),
disukai.
nafsu makan mulai
 Memonitor intake dan
bertambah.
output secara periodik.
O : pasien tampak
segar, pasien
menghabiskan ½ dari
porsi yang diberikan,
A : Tujuan sebagian
tercapai

P : Intervensi
dilanjutkan

Dx  Mengkaji tingkat nyeri, S : pasien mengatakan


07/05/2019 I beratnya (skala 0 – 10). nyeri berkurang
 Memberikan istirahat (hilang).
dengan posisi semifowler.
O : pasien tampak
 Menganjurkan pasien
tenang, Tanda-tanda
untuk menggunakan obat
vital :
kumur.
 Menganjurkan klien TD : 120/70 mmHg
untuk tetap mengatur waktu
HR : 84 x/i
makannya.
 Mengobservasi TTV RR : 20 x/i
tiap 24 jam.
T : 36,8 C
 Mendiskusikan dan
ajarkan teknik relaksasi. A : Tujuan tercapai
 Berkolaborasi dengan
P : Intervensi
pemberian obat analgesik.
dihentikan
 Memantau dan
dokumentasikan dan haluaran
tiap jam secara adekuat.
Dx  Menimbang BB klien.
II  Memberikan makanan
sedikit tapi sering.
 Mencatat status nutrisi
pasien: sesuai dengan,
kemampuan menelan, .
S : pasien mengatakan
 Mengkaji pola diet
nafsu makan normal.
pasien yang disukai/tidak
disukai. O : pasien tampak
 Memonitor intake dan segar, pasien tampak
output secara periodik. menghabiskan
makanan dari porsi
yang diberikan,

A : Tujuan tercapai

P : Intervensi
dihentikan

I.Ringkasan Keperawatan Pulang


Pasien telah menjalani beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
laboratorium. pasien juga mendapatkan terapi sebagai berikut :

 IVFD RL 28 gtt/i
 Ranitidin 1 A / 12 jam
 Norages 1 A / 8 jam
 Cefotaxime /8jam
Pasien telah dirawat dan telah diintervensi dengan 2 diagnosa keperawatan
yang muncul dari kasus penyakit pasien. Hasil pemeriksaan pasien
menunjukkan terminasi keadaan pasien stabil.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis mempelajari teori tentang Asuhan Keperawatan
pasiendengan Gangguan Sistem Pernafasan; tonsilofaringitis dan
melaksanakan secaralangsung Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. “M”,
ternyata antara teori yang di dapat
dengan kenyataan yang ditemukan didalam praktek lapangan terdapat
kesenjangan.Hal ini disebabkan karena tingkat kegawatan, persepsi
individu, dan juga pemahamankeluarga terhadap penyakit atau keadaaan
yang dialami saat ini.
Uraian mengenai kesenjangan ini penulis amati dan temukan mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi sebagai berikut ;A.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, oleh
karenaitu pengkaji perlu melakukan secara teliti, cermat dan sistematis
melaluiwawancara, observasi dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta
di dukungoleh sumber-sumber seperti catatan medika dan hasil pemeriksaan
penunjang
.Setelah penulis secara cermat mempelajari teori pengkajian pasien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan; tonsilofaringitis maka penulis
mendapatkan tanda dan gejala yang khas Nyeri tenggorokan,Nyeri telan,
Sulit menelan ,Demam.
Pada pengkajian pasien Tn M dengan Tonsilofaringitis, yang dikaji penulis
selama 3 hari tanggal 04 Mei 2019 penulis menemukan tanda dan gejala
Pembesaran tonsil ,Tonsil hiperemi,Mulut berbau
Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat adanya kesenjangan
dari tanda dan gejala antara teori dengan kajian keperawatan secara
langsung pada pasien Tn M”. Sebelumnya pasien sudah berobat
kepuskesmas batang beruh namun karena tidak ada perubahan maka pasien
dibawa ke Rumah Sakit Umum sidikalang. Selama pasien dirawat di
Flamboyan RumahSakit umum sidikalang, penulis tidak begitu mengalami
hambatan dalam pengkajian keperawatan
Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis melakukan pendekatan dan
kerjasama dengan orang tua atau keluarga pasien.

B.Diagnosa Keperawatan

Dignosa keperawatan ditegakkan berdasarkan analisa data yang di


dapat pada waktu pengkajian. Masalah yang di dapat bersifat aktual dan
potensial yangdapat diatasi atau dikurangi ataupun dicegah dengan tindakan
keperawatan.Dalam diagnosa keperawatan teori dengan Gangguan Sistem
SaluranPernafasan tonsilofaringitis, penulis menemukan beberapa diagnosa
keperawatanyaitu :

1. . Hipertermi berhubungan dengan penyakitnya


2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan
4. Ansietas berhubungan dengan status kesehatannya
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
terhadap sumber informasi
Setelah penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah
Pasien Tn “M” kemudian penulis memprioritaskan berdasarkan kebutuhan
klien,maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil
2. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanisme
tonsilitisditandai dengan mengeluh ketika menelan.
.Diagnosa keperawatan secara teori, tidak seluruhnya ditemukan
oleh penulis pada kasus Tn M” hal tersebut terjadi karena diagnosa
keperawatan dari pasien Tn M” sesuai dengan masalah kesehatan dan tanda
serta gejala-gejala yangditemukan pada Pasien Tn M” dengan
Tonsilofaringitis
.C.Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya
adalahmenerapkan dan menyusun rencana tindakan. Langkah ini
memberikan pedoman pada tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan klien dankeluarga dalam pembuatan perencanaan penulis
menetapkan berdasarkan padatinjauan teori sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada Pasien Tn M.
Sebelum menyusun rencana tindakan keperawatan, pertama-tama
penulismenerapkan tujuan yang diharapkan agar dalam membuat rencana
tindakankeperawatan mengarah kepada tujuan atau hasil yang diharapkan
D.Pelaksanaan Keperawatan.
Tindakan keperawatan merupakan realisasi dari rencana
tindakankeperawatan, jadi tidak semua rencana tindakan keperawatan yang
ada pada teoridilaksanakan pada Pasien. Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan penulis
berpedoman pada rencana tindakan yang telah disusun sesuai dengan tujuan
yangakan dicapai.
Hambatan yang penulis hadapi dalam pelaksanaan adalah
terbatasnyawaktu disediakan untuk itu penulis melibatkan perawat ruangan,
orang tua dankeluarga klien untuk melanjutkan pelaksanaan Asuhan
Keperawatan agar tetap berkesinambungan dan tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.
E.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui tingkat keberhasilan
AsuhanKeperawatan, merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentangkesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Penulis belum memperolehsemua hasil yang ditetapkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai karenaketerbatasan waktu dan untuk mencapai
tujuan yang belum tercapai itudilimpahkan kepada perawat ruangan untuk
tetap mengevaluasi atau mengkajiulang sehingga perawatan tetap dapat
diteruskan sampai tujuan yang ingin dicapaiterwujud.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Setelah mengkaj dan melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Tn “M”dengan Gangguan Sistem Pernafasan tonsilofaringitis yang dirawat
di VIP kamar 10 Flamboyan Rumah Sakit Umum Sidikalang selama tiga
hari mulai dari tanggal 04 Mei 2019 sampai dengan 7 Mei 2019, maka
penulis dapat mengambilkesimpulan sebagai berikut ;
1.Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara pasien dengan
penulis sehingga mampu mengumpulkan data dan menemukan masalah
keperawatan data juga diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara langsung
kepada pasien, tetapitidak semua masalah keperawatan yang ada dalam teori
ditemukan pada pasien dengan penyakit yang sama.
2.Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tidak semuanya timbul
pada pasien, hal ini dikarenakan dalam membuat diagnosa keperawatan
disesuaikan dengan data dan keadaan pasien saat pengkajian.
3.Perencanaan difokuskan pada tindakan yang bertujuan mengatasi
masalah pasien, juga perlu membuat kriteria hasil sesuai dasar landasan,
mengevaluasitindakan yang diberikan kepada pasien.
4.Pelaksanaan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai dengan
masalahkeperawatan yang timbul, tetapi tidak semua diagnosa keperawatan
secarateoritis dilakukan implementasi.
5.Pada tahap evaluasi yang dilakukan pada Pasien Tn. “M” sudah
mengalami perubahan yang mana pada hari ketiga diganosa keperawatan
sudahteratasi penyebab penyakit Pasien.

B.SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi


beberapa saran, antara lain :
1.Perawat hendaknya meningkatkan kerja sama dengan pasien untuk
menggali permasalahan pasien sehingga setiap masalah keperawatan dapat
teratasi.
2.Karena tidak semua diagnosa keperawatan secara teori timbul pada
kenyataan,maka perawat perlu mengetahui landasan teori dengan Gangguan
Sistem Pernafasan tonsilofaringitis
3.Perencanaan keperawatan yang tepat dapat menjadi penentu
keberhasilandalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Tonsilofaringitis .Untuk itu perawat perlu memperluas pengetahuan dan
keterampilan tentangasuhan keperawatan sehingga dapat membuat
perencanaan yang tepat dancepat.
4.Pelaksanaan keperawatan hendaknya lebih memfokuskan pada
masalah ataudiagnosa keperawatan yang ada untuk mengatasi masalah
pasien.
5.Untuk mengatasi perkembangan pasien perlu dilakukan evaluasi
terhadap pasien yang sesuai dengan permasalahan yang dapat dilakukan
secara berkesinambungan agar setiap masalah yang belum teratasi bisa
dilanjutkan perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai