Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

1. IDENTITAS
Mata kuliah : Block Community Medicine
Semester : Ganjil
Beban Studi : 2 SKS
Pertemuan : I (1x50’)
Abortus
Pokok Bahasan :
Tujuan Intruksi Umum : Mahasiswa mengetahui tentang abortus yang berkaitan
dalam bidang kedokteran forensik dan hukum kesehatan
Tujuan Intruksi Khusus :  Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan

abortus dalam segi medis dan segi hukum

 Mahasiswa mengetahui tentang macam-macam abortus

 Mahasiswa mengetahui tentang pemeriksaan suatu


tindakan abortus

 Mahasiswa mengetahui tentang abortus dipandang dari


aspek hukum

Standar kompetensi : Melakukan pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik dan


Medikolegal, secara benar, sistematis, dan lengkap
Kompetensi dasar : Mahasiswa mampu untuk melakukan:
Penilaian terhadap kasus abortus yang beredar
dimasyarakat dengan menggunakan aspek hukum
Indikator keberhasilan : Mahasiswa mampu melakukan simulasi langkah-langkah
survey skunder pada kasus-kasus perlukaan korban hidup
secara benar pada manikin dan pasien standar
2. PETA KONSEP
TIU TIK 8

TIK 6 TIK 7

TIK 5 TIK 3 TIK 4

TIK 2

TIK 1

3. URAIAN MATERI
Pada pertemuan ini akan dijelaskan kepada mahasiswa tentang langkah-langkah survey
skunder pada kasus-kasus perlukaan korban hidup secara benar, sistematis, dan
lengkap.
4. STRATEGI PEMBELAJARAN MIKRO
N Tahap Learning Rovolution
o Pembel Interaksi Belajar Metode Media Eval Alo Atribut
ajaran Mengajar pembel pembel uasi kasi Soft Sum
ajaran ajaran Bela Wa Skill/ ber
jar ktu Karakte Bela
r jar
Dosen Mahasis
wa
1 Pendahu Memberi Menjaw Cerama Media Tida 5’ - Mamp 1,2,3
. luan salam, ab h tatap persenta k ada u
memipin salam, muka se berko
do’a Berdo’a (Power munik
pembuka bersama Point), asi
majelis Laptop, efektif
dan LCD - Memil
memperk Proyekt iki
enalkan or, landas
diri pengera an
Memberi Menden s suara ilmiah
kan garkan kedokt
apresiasi eran
kepada yang
mahasisw baik
a yang - Mamp
telah u
hadir melak
tepat ukan
waktu pengel
untuk olaan
mengikuti masal
perkuliah ah
an Ilmu
Menyamp Menden Kedok
aikan garkan teran
penjelasa Forens
n tentang ik dan
TIU dan Medik
TIK mata olegal,
kuliah - Mawa
Menjelas Menden s diri
kan garkan dan
deskripsi penge
singkat mbang
mata an diri
kuliah
Menjelas Menden
kan garkan
relevansi
mata
kuliah
saat ini
dengan
mata
kuliah
pertemua
nI
Melakuka Merespo
n n
flashback pertanya
singkat an
terhadap
apa yang
telah
dibahas
pada
pertemua
nI
2 Penyajia Menjelas Menden Cerama Media Soal 40’ - Mamp
. n kan garkan, h tatap persenta ujian u
tentang menjawa muka, se mod berko
b diskusi (Power ul munik
:
pertanya contoh Point), dan asi
Pembuata an, kasus, Laptop, ujian efektif
n bertanya role LCD blok pada
Visu play Proyekt pada anggot
m et or, akhir a tim
Reper pengera blok dan
tum s suara keluar
ga
pasien
- Mamp
u
melak
ukan
langka
h-
langka
h
survey
primer
pada
kasus
Ilmu
Kedok
teran
Forens
ik dan
Medik
olegal,
denga
n
benar
- Memil
iki
landas
an
ilmiah
kedokt
eran
yang
baik
- Memil
iki
kebias
aan
untuk
berani
bertan
ya dan
berdis
kusi
secara
ilmiah
- Mamp
u
melak
ukan
pengel
olaan
masal
ah
traum
a
- Mawa
s diri
dan
penge
mbang
an diri
3 Penutup - Mem Menden Cerama Media Soal 5’ - Mamp
. buat garkan, h tatap persenta ujian u
kesim memberi muka, se mod berko
pulan tanggapa diskusi (Power ul munik
dari n, Point), dan asi
mater bertanya, Laptop, ujian efektif
i yang berdo’a LCD blok - Memil
disam bersama Proyekt pada iki
paika or, akhir landas
n. pengera blok an
- Mem s suara ilmiah
buka kedokt
sesi eran
disku yang
si baik
tamba - Memil
han iki
- Memi kebias
nta aan
tangg untuk
apan berani
dari 1 bertan
atau 2 ya dan
orang berdis
maha kusi
siswa secara
- Menj ilmiah
elask - Mawa
an s diri
kelanj dan
utan penge
mater mbang
i ini an diri
pada
prakti
k
ketera
mpila
n
klinik
dasar
(KK
D)
- Memi
mpin
do’a
penut
up
majel
is
I. Materi / Bahan Perkuliahan

1. Arif Budiyanto, Wibisana Widiatmaka, Soswandi Sudiono, T. Winarti


Abdul Mun’im, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Penerbit Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta:
Hlm 163-164.
2. Budi Sampurna, Zulhasmar Samsu, Tjetjep Dwidja Siswaja. 2003.
Peranan Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum. Penerbit CV.P ustaka
Dwipar. Jakarta: hlm. 143.
3. Dyca Koswara. Abortus. Penerbit Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti. Jakarta.
4. Hamzah, Andi, Dr. SH. 1984. Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
5. Hanafiah, M. Yusuf., Prof. Dr. SPOG & Amri Amir, Dr.SpF. 1999. Etika
Kedokteran &Hukum Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
7. Tutik, Titik Triwulan. Analisis Hukum Islam Terhadap Prakti Aborsi Bagi
Kehamilan Tidak Diharapkan (KTD) Akibat Perkosaan Menurut Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 209 Tentang Kesehatan.
8. Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Penerbit EGC.
Jakarta: Hlm 604-605.
9. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Penerbit EGC .
Jakarta: Hlm 447-449.
10. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Hlm 246.
ABORTUS

Tujuan Instruksi Umum

Mahasiswa mengetahui tentang abortus yang berkaitan dalam bidang


kedokteran forensik dan hukum kesehatan

Tujuan Instruksi Khusus

 Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan abortus dalam segi medis
dan segi hukum

 Mahasiswa mengetahui tentang macam-macam abortus

 Mahasiswa mengetahui tentang pemeriksaan suatu tindakan abortus

 Mahasiswa mengetahui tentang abortus dipandang dari aspek hukum


BAB I
PENDAHULUAN

Abortus atau pengguguran kandungan selalu menjadi permasalahan dari masa


ke masa. Dari segi kesehatan secara alami terjadi keguguran pada 10-15% kehamilan.
Di lain pihak ada keadaan yang memaksa pengguguran kandungan yang harus
ditempuh (provokasi) untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil, tetapi banyak pula
pengguguran dilakukan bukan untuk tujuan ini. Yang terakhir inilah yang menjadi
permasalahan karena dalam pandangan masyarakat, hukum dan agama tindakan
abortus bertentangan dengan kaidah yang baik.

Dikatakan klasik karena dari dahulu sampai sekarang kehadiran kehidupan baru
ini tetap menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai, yaitu antara insan yang
didambakan dengan yang tidak. Ini sama klasiknya dengan euthanasia yaitu
permasalahan yang dihadapi di akhir kehidupan.

Dalam KUHP tidak terdapat ketentuan yang membolehkan tindakan abortus,


termasuk untuk menyelamatkan jiwa ibu, yang ada hanya ketentuan yang melarang
dilakukan pengguguran kandungan seperti diatur dalam KUHP pasal 299, 346, 347
dan 348. Sejak tahun 1992 dalam Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang
Kesehatan dijelaskan bahwa pengguguran kandungan dapat dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, tetapi sampai sekarang petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis berupa peraturan pemerintah dan peraturan lain masih belum
diterbitkan. Permasalahan abortus tidak hanya berkaitan dengan bidang kedokteran
forensik, tetapi juga berkaitan dengan hukum kesehatan. Perbedaan intinya adalah
dalam hukum kesehatan lebih tertuju pada ketentuan hukum yang mengatur dalam
keadaan apa, dimana, oleh siapa pengguguran dapat dilakukan, sementara dalam
bidang kedokteran forensik tertuju kepada pemeriksaan dan pembuktian bagaimana
pengguguran kandungan dilakukan, kapan, berapa umur bayi dan lain-lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus

2.1.1 Dari Segi Medis


Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Dari segi mediko-legal maka istilah abortus, keguguran dan kelahiran prematur
mempunyai arti yang sama dengan menunjukan pengeluaran janin sebelum usia
kehamilan cukup.
Dikalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus (keguguran
kandungan) yakni abortus spontan dan abortus buatan (provokatus). Abortus spontan
adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses
kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebab pada umumnya berhubung dengan
kelainan pada sistem reproduksi. Lain halnya dengan abortus buatan, abortus dengan
jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses
kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang
dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.

2.1.2 Dari Segi Hukum


Tindakan penghentian kehamilan (unsur kesengajaan) sebelum waktunya
dilahirkan. Hukum tidak membatasi usia kehamilan dan tidak mempersoalkan apakah
dengan pengguguran kehamilan tersebut telah lahir bayi hidup atau mati. Yang
penting adalah bahwa pada saat tindakan itu dilakukan, kandungan tersebut masih
hidup. Hukum juga tidak melihat alasan atau indikasi dilakukannya tindakan
pengguguran kandungaan.
2.2 Epidemiologi Abortus

Aborsi umum dilakukan di Indonesia, pada tahun 2000 di Indonesia


diperkirakan bahwa sekitar dua juta aborsi terjadi. Angka ini dihasilkan dari
penelitian yang dilakukan berdasarkan sampel yang diambil dari fasilitas-fasilitas
kesehatan 6 wilayah dan juga termasuk jumlah aborsi spontan yang tidak diketahui
jumlahnya, walaupun dalam hal ini diperkirakan jumlahnya kecil. Demikian estimasi
aborsi dari penelitian tersebut adalah estimasi yang paling komprehensif yang
terdapat di Indonesia sampai saat ini. Estimasi aborsi berdasarkan penelitian ini
adalah angka tahunan aborsi sebesar 37 aborsi untuk setiap 1.000 perempuan usia
produktif (15-49 tahun). Perkiraan ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-
negara lain di Asia dalam skala regional sekitar 29 aborsi terjadi untuk 1.000
perempuan usia produktif.

Sementara tingkat aborsi yang diinduksi tidak begitu jelas, namun terdapat
bukti dari 4,5 juta kehamilan yang terjadi setiap tahun di Indonesia pada waktu
sekitar penelitian tersebut dilakukan 760.000 (17%) dari kehamilan yang terjadi
adalah kelahiran yang tidak diinginkan.

2.3 Klasifikasi Abortus

Abortus terbagi dalam dua bagian, yaitu:

1. Abortus spontan

Merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses


kehamilan tanpa tindakan. Penyebabnya karena penyakit yang diderita oleh
ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan
kelainan pada sistem reproduksi, diantaranya:
a. Abortus Imminens (Threatened abortion, Abortus mengancam)

Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan


sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa
adanya dilatasi serviks.

b. Abortus Insipiens

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum


20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat dan
mendatar, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus, tinggi fundus uteri
sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.

c. Abortus Kompletus

Proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan


fetus) telah keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500.

d. Abortus Inkompletus

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20


minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

e. Missed Abortion

Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun


keseluruhan hasil konsepsi tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih.

2. Abortus provocatus

Abortus provocatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau disengaja,


baik dilakukan oleh ibunya sendiri atau dibantu oleh orang lain, untuk
menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin
(hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.
Abortus provocatus terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Abortus provocatus medisinalis/therapeutikus

Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis adalah demi


menyelamatkan nyawa ibu. Adapun syarat-syaratnya:

1) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan


kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter kebidanan
dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2) Mengkonsultasikan dengan sedikitnya dua orang ahli, yaitu ahli
obstetric/gynekologi dan ahli penyakit dalam atau ahli jantung yang
berpengalaman.
3) Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama,
hukum, psikologi).
4) Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat.
5) Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
6) Prosedur tidak dirahasiakan.
7) Dokumen medik harus lengkap.

b. Abortus provocatus kriminalis

Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi medis


(ilegal) dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obatan tertentu atau dengan kekerasan
mekanik lokal.
Kekerasan dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan
dari luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti
melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut
bagian bawah, kekerasan langsung pada perut atau uterus, pengaliran listrik
pada serviks dan sebagainya.

Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi vagina atau


uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan
penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio, aplikasi asam arsenik,
kalium permanganat pekat, atau jodium tinktur; pemasangan laminaria stift
atau kateter ke dalam serviks; atau manipulasi serviks dengan jari tangan.
Manipulasi uterus, dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau
dengan penyuntikan ke dalam uterus.

Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat


apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau
penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson
tipe syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air
biasa/air panas. Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara.

Obat/zat tertentu pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan yang


mengandung minyak eter tertentu yang dapat merangsang saluran cerna
hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi uterus dan
hormon wanita yang merangsang kontraksi uterus melalui hiperemi
mukosa uterus. Hasil yang dicapai sangat bergantung pada jumlah
(takaran), sensitivitas individu dan keadaan kandungannya (usia gestasi).
2.5 Komplikasi Abortus

Komplikasi yang dapat terjadi karena aborsi adalah:

1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
3. Infeksi dan tetanus
4. Gagal ginjal akut
5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh:

a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik


b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik

6. DIC (Disseminated Intravaskular Coagulation)

Komplikasi dari post abortus berkembang menjadi 3 bagian besar:

a. Evakuasi yang inkomplit dan atonia uterus yang menyebabkan


komplikasi perdarahan. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan
uterus dari sisa – sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Infeksi
c. Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Umumnya pada abortus infeksiosa,
infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik, virulensi bakteri
tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium tuba, parametrium dan
peritonium.
d. Kerusakan organ-organ
2.6 Metode-Metode Abortus

Metode abortus terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Metode abortus klasik

a. Dengan menggunakan kekerasan umum (general violence)

1) Menunggang kuda
2) Lari-lari
3) Loncat-loncat

b. Dengan menggunakan kekerasan lokal (local violence)

1) Tanpa menggunakan alat


2) Dengan menggunakan alat medis
3) Dengan menggunakan alat non-medis
4) Dengan menggunakan zat kimia

c. Menggunakan obat abortifisien

1) Obat emetika
2) Obat burgativa/lantiva
3) Obat emergoga/obat pelancar haid

2. Metode abortus modern

a. Aspirasi suction
b. Dilatasi dan kuretase (D&C)
c. Dilatasi dan ekstraksi (D&E)
d. Histerotomi
e. Aborsi dengan prostaglandin
f. RU-486 (mifepristone)
2.7 Pemeriksaan Korban Abortus

Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan


pada payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula
dibuktikan adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada
genitalia interna/eksterna dan daerah perut bagian bawah.

Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang


dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha
penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD- kematian janin didalam Rahim
dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.

Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan
abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian. Abortus yang
dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah
berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang
menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal. Lagi pula selalu
terdapat kemungkinan bahwa abortus dilakukan sendiri oleh wanita yang
bersangkutan.

Pada pemeriksaan jenazah (Teare, 1964) menunjukkan pembukaan abdomen


sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan abortus kriminal
sebagai penyebab kematian korban.

Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa. Sedangkan, pada pembedahan


jenazah bila didapatkan cairan dalam rongga perut atau kecurigaan lain, lakukan
pemeriksaan toksikologi. Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka
atau perforasi. Lakukan pula tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung.

Periksa genitalia interna apakah pucat, mengalami kongeti atau adanya


memar. Uterus diiris mendatar dengan jarak antara irisan 1 cm untuk mendeteksi
perdarahan yang berasal dari bawah. Ambil darah dari jantung (segera setelah tes
emboli) untuk pemeriksaan toksikologik. Ambil urin untuk tes
kehamilan/toksikologik dan pemeriksaan organ-organ lain dilakukan seperti biasa.

Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan


tanda kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian
kehamilan. Ditemukan sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.

Tentukan pula umur janin/usia kandungan, karena sekalipun undang-undang


tidak mempermasalahkan usia kehamilan, namun penentuan kehamilan kadang kala
diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan perkasa secara keseluruhan.

2.8 Abortus Menurut Undang-Undang

UU Kesehatan No 36 tahun 2009:

Pasal 75

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.


(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:

a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.

Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu,
tidak aman dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 77 dinyatakan sebagai berikut:

(1) Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman dan tidak
bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa
persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang tidak profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan
yang berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan materi dari pada
indikasi medis.
(2) Namun sayangnya didalam UU Kesehatan ini belum disinggung soal masalah
kehamilan akibat hubungan seks komersial yang menimpa pekerja seks
komersial.
(3) Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara
lain mengenai keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya, tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian & kewenangan bentuk
persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.

Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus yaitu pasal
283, 299, 346, 347, 348, 349, 535 KUHP.

Pasal 283 KUHP

Barang siapa mempertunjukkan alat atau cara menggugurkan kandungan


kepada anak dibawah usia 17 tahun atau dibawah umur hukuman maksimum 9
bulan.

Pasal 299 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu
rupiah.
(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian,
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 346 KUHP

Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.

Pasal 348 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lima tujuh tahun.

Pasal 349 KUHP

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterapkan dalam Pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 535 KUHP

Barang siapa mempertunjukkan secara terbuka alat atau cara menggugurkan


kandungan, hukuman maksimum 3 bulan.

Dari Pasal 346, 347 dan 348 KHUP, jelas bahwa undang-undang tidak
mempersoalkan masalah umur kehamilan atau berat badan dari fetus yang keluar.
Sedangkan pasal 349 dan 299 KUHP memuat ancaman hukuman untuk orang-orang
tertentu yang mempunyai profesi atau pekerjaan tertentu bila mereka turut membantu
atau melakukan kejahatan seperti yang dimaksud ke tiga pasal tersebut.
Yang dapat dikenakan hukuman adalah tindakan menggugurkan atau
mematikan kandungan yang termasuk tindakan pidana sesuai dengan pasal-pasal pada
KUHP (abortus kriminalis). Sedangkan tindakan yang serupa demi keselamatn ibu
yang dapat dipertanggung jawabkan secara medis (abortus medicinalis atau abortus
therapeuticus), tidaklah dapat dihukum walaupun pada kenyataan dokter dapat
melakukan abortus medisinalis, itu diperiksa oleh penyidik dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan di pengadilan.

Pasal 347 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pemeriksaan oleh penyidik atau hakim di pengadilan bertujuan untuk mencari


buktibukti akan kebenaran bahwa pada kasus tersebut memang murni tidak ada unsur
kriminalnya, semata-mata untuk keselamatan jiwa ibu. Perlu diingat bahwa hanya
hakimlah yang berhak memutuskan apakah seseorang itu (dokter) bersalah atau tidak
bersalah.
BAB III

KESIMPULAN

Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.


Dari segi mediko-legal maka istilah abortus, keguguran dan kelahiran prematur
mempunyai arti yang sama dengan menunjukan pengeluaran janin sebelum usia
kehamilan cukup. Abortus terdiri atas dua macam yakni abortus spontan dan abortus
buatan (provocatus).

Abortus atau pengguguran kandungan selalu menjadi permasalahan dari masa


ke masa. Dari segi kesehatan secara alami terjadi keguguran pada 10-15% kehamilan.
Aborsi umum dilakukan di Indonesia, pada tahun 2000 di Indonesia diperkirakan
bahwa sekitar dua juta aborsi terjadi. Estimasi aborsi berdasarkan penelitian adalah
angka tahunan aborsi sebesar 37 aborsi untuk setiap 1.000 perempuan usia produktif
(15-49 tahun). Perkiraan ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara
lain di Asia dalam skala regional sekitar 29 aborsi terjadi untuk 1.000 perempuan usia
produktif.

Dalam KUHP tidak terdapat ketentuan yang membolehkan tindakan abortus,


termasuk untuk menyelamatkan jiwa ibu, yang ada hanya ketentuan yang melarang
dilakukan pengguguran kandungan seperti diatur dalam KUHP pasal 299, 346, 347
dan 348. Sejak tahun 1992 dalam Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang
Kesehatan dijelaskan bahwa pengguguran kandungan dapat dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, tetapi sampai sekarang petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis berupa peraturan pemerintah dan peraturan lain masih belum
diterbitkan.
VI. MEDIA PEMBELAJARAN
11. LCD

VII. DAFTAR TUGAS


12. Reparat

VIII. KISI-KISI TES DAN TES


Nama Dosen : dr. Abdul Gafar Parinduri. M.Ked (For). Sp.F

Bagian : Forensik

Skenario

Seorang perempuan berusia 16 tahun dibawa oleh orang tuanya ke praktek dokter
keluarga karena diketahui hamil 12 minggu, sementara pasien belum menikah. Orang
tua meminta dokter untuk melakukan aborsi terhadap anak mereka, dikarenakan laki-
laki yang menghamili anaknya tidak bertanggung jawab.

Silahkan interpretasi skenario diatas:

Soal

1. Abortus dalam perspektif hukum dalam ilmu kedokteran …


a. Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi dimana usianya < 2
minggu dengan berat < 500 gram
b. Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20
minggu
c. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28
minggu
d. Tindakan penghentian kehamilan (unsur kesengajaan) sebelum
waktunya dilahirkan.
2. Sebutkan pasal dalam UU Kesehatan No 36 tahun 2009 yang berisi indikasi
tindakan melakukan abortus …
a. Pasal 75
b. Pasal 76
c. Pasal 77
d. Pasal 283
3. Berdasarkan KUHP dibawah ini pasal-pasal yang berkitan dengan abortus,
kecuali …
a. Pasal 283, 296, 346, 344, 348, 349, 535 KUHP
b. Pasal 283, 299, 346, 347, 348, 349, 533 KUHP
c. Pasal 283, 299, 346, 347, 348, 349, 535 KUHP
d. Pasal 282, 299, 345, 346, 347, 348, 535 KUHP

4. Pada Pasal 346 KUHP berbunyi …

a. Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama satu tahun
b. Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun
c. Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama tiga tahun
d. Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun
5. Dibawah ini merupakan kasus abortus provocatus kriminalis, kecuali …

a. Abortus atas kejaian kehamilan yang tidak diinginkan


b. Abortus akibat kecelakaan lalu lintas
c. Abortus akibat keadaan janin tidak normal/cacat bawaan
d. Abortus akibat meminum ramuan

6. KUHP yang berbunyi “tidak mempersoalkan masalah umur kehamilan atau


berat badan dari fetus yang keluar” termasuk pasal …

a. Pasal 346, 347 dan 348 KHUP


b. Pasal 299, 347 dan 348 KHUP
c. Pasal 299, 346 dan 347 KHUP
d. Pasal 347, 348 dan 349 KHUP

7. Yang termasuk syarat-syarat untuk dilakukan abortus provocatus medisinalis,


kecuali …

a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan


kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter kebidanan dan
penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi
b. Mengkonsultasikan dengan sedikitnya dua orang ahli, yaitu ahli
obstetric/gynekologi dan ahli penyakit dalam atau ahli jantung yang
berpengalaman
c. Prosedur dirahasiakan
d. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat
IX. KUNCI JAWABAN

1. A
2. B
3. C
4. D
5. C
6. A
7. C

Anda mungkin juga menyukai