Anda di halaman 1dari 5

PENTAGON KURIKULUM PENDIDIKAN

MATEMATIKA SINGAPURA

A. Kurikulum Pendidikan Matematika Singapura


Pada tahun 1992 Singapura mulai menekankan pemecahan masalah di
dalam kurikulumnya. Pemecahan masalah mataematika dipusatkan dalam
pembelajaran matematika yang di dalamnya menyangkut kemahiran,
kemampuan/keterampilan dalam menerapkan konsep-konsep matematika dalam
berbagai situasi masalah, seperti yang dijabarkan oleh Kementrian Pendidikan
Singapura, Mathematical problem solving is central to mathematics learning. It
involves the acqulsition and application of mathematics concepts and skill in a
wide range of situation. Including non-routine, open-ended and real-word
problems (Clark, 2009).
Pemecahan masalah (problem solving) sebagai tujuan utama
pengembangan kurikulum pendidikan Singapura bergantung pada 5 (lima)
komponen yang saling terkait. Kelima komponen tersebut, yaitu konsep (concept),
keterampilan (skills), proses (processes), sikap (attitudes), serta metakognisi
(metacognition) dan pemecahan masalah (problem solving) sebagai pusatnya
tergambar dalam sebuah segilima yang disebut sebagai Kerangka Kurikulum
Matematika Singapura (Singapore’s Mathematics Framework) sebagai berikut:

Kerangka tersebut memperlihatkan bahwa pemecahan masalah


matematika merupakan tujuan utama dari pembelajaran matematika. Sedangkan
kelima kompenen yang melingkarinya memberikan kontibusi terhadap

1
kemampuan pemecahan masalah matematika. Tujuan dari kurikulum tersebut
dipaparkan dalam dokumen silabus yang memuat garis besar filosofis yang
mendasarinya dan tujuan-tujuan kurikulum beserta muatan silabus berdasarkan
tingkatan kelas.
Di dalam sibaus tersebut, komponen proses (processes) telah mengalami
penambahan yang menitik beratkan pada proses penalaran (reasoning),
komunikasi dan koneksi (communication and connection), serta aplikasi dan
pemodelan atau peragaan (application and modeling) sebagai tambahan dari
heuristik atau strategi (heuristics) dan kemampuan berpikir (thinking skill). Semua
kemampuan proses tersebut harus diimplementasikan dalam pembelajaran
matematika.
Aplikasi dan pemodelan (appilcation and modeling) menurut Kaur dan
Dindyal (2010) memainkan peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
pemahaman dan kemampuan matematika. Pemodelan matematika (mathematical
modeling) merupakan proses memformulasi dan mengembangkan suatu model
matematika untuk merepresentasikan dan memecahkan masalah. Melalui
pemodelan matemtaika, siswa belajar untuk menggunakan representasi data yang
beragam dan memiliah serta menerapkan metode dan alat yang tepat dalam
memecahkan masalah.
Kemampuan matematika siswa di Singapura telah lebih maju.
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah (problem solving) menjadi
tujuan utama dalam pembelajaran matematika di Singapura. Foong (2002)
menyatakan bahwa dalam kurikulum matematika di Singapura kini, kemampuan
penyelesaian masalah merupakan tujuan dari proses belajar mengajar matematika.
Selanjutnya Foong (2002) berpendapat bahwa mengajar melalui pemberian
masalah-masalah memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun konsep
matematika dan mengembangkan keterampilan matematikanya.
Masalah akan mengarahkan siswa untuk menggunakan heuristik seperti
untuk menyelidiki dan menggali pola sebaik mereka berpikir secara kritis. Untuk
menyelesaikan masalah, murid harus mengamati, menghubungkan, bertanya,
mencari alasan, dan mengambil kesimpulan. Keberhasilan dalam memecahkan

2
masalah sangat erat hubungannya dengan tingkat kemampuan dan pengamatan
seseorang terhadap proses berpikir siswa sendiri.

B. Perbandingan Kurikulum Pendidikan Indonesia dan Singapura


Kurikulum pendidikan Singapura ternyata tidak beda-beda dari
kurikulum pendidikan di Indonesia. Mereka juga punya ujian nasional atau UN
bagi semua siswa setiap akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Bedanya, jenjang pendidikan di Singapura itu tidak rumit. Adapun kesamaan
lainnya yaitu dalam penyusunan materi pembelajaran kurikulum singapura
mengkolaborasikan dan mensinergikan antara pedagogik dengan teori, hal ini
seperti halnya pada penyusunan materi pembelajaran di Indonesia. Adapun
penyusun kurikulum di Singapura adalah departemen Pendidikan (MOE).
Departemen Pendidikan (MOE) memastikan keseimbangan, ketelitian,
relevansi dan respon dari kurikulum untuk memenuhi kebutuhan abad ke-21. Guru
harus berfokus pada pengajaran untuk bertahan pemahaman dan keterampilan.
Penilaian harus dikontekstualisasikan dan dibuat lebih otentik untuk membekali
siswa dengan keterampilan dan sikap untuk menghadapi masalah baru dan isu-isu
yang akan datang mereka jalan.
Anak-anak di Singapura masuk ke dunia pendidikan formal mulai dari
tingkat TK lanjut ke SD (primary school) selama 6 tahun. Setelah itu mereka
masuk SMP-SMA (secondary school) selama 5 tahun, lalu ke tingkat persiapan
menuju kuliah (centralised institute atau junior colleges) 3 tahun, baru masuk
universitas (university). Akan tetapi, lama seseorang menyelesaikan pendidikan di
setiap jenjang setelah SD itu berbeda-beda. Karena setiap anak dimasukkan ke
kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing, ada 3 kelas di jenjang secondary
school, lain Express, Normal Academic dan Normal
Technical. Express merupakan tempat buat siswa pintar. Bagi anak-anak
kelas Express, mereka bisa menyelesaikan secondary school selama 4 tahun. Ini
juga kalo mereka lulus O Level Test Singapura.
Kalau Normal Academic itu, sebelum mereka masuk ke kelas 5, pada
tahun ke-4 harus mengerjakan ujian nasional N level tes buat naik kelas. Setelah
mereka melewati kelas 5, ada ujian nasional lagi yang namanya O Level Test.

3
Untuk kelas Normal Technical, bisa disamain sama SMK. Jadi, setelah mereka
lulus secondary school, mereka bisa lanjutin ke Institute of Technical
Education selama dua tahun, atau sekolah lanjutan buat mereka yang mau
meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Polytechnic(kalau mau
dapatkan diploma), bisa juga langsung kerja.
Pelajaran yang mereka dapat juga tidak beda-beda dengan di Indonesia,
misalnya Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni, juga pelajaran yang
namanya Mother Tongue Language atau pelajaran bahasa sesuai bahasa ibu
mereka. Misalnya, mereka yang orang Melayu akan mempelajari bahasa Malayu,
bagi mereka yang Chinese bisa belajar bahasa Mandarin, mereka yang berasal dari
India akan mempelajari bahasa Tamil. Nah, hampir semua mata pelajaran itu
diujikan dalam O Level Test alias UN versi Singapura.

UN Versi Singapura
O Level Test, ini nama UN untuk secondary school. O Level Test adalah
kependekan dari Ordinary Level Test. Bedanya dengan UN kita, UN mereka gak
menentukan kelulusan seseorang karena, menurut Pemerintah Singapura, setiap
orang punya kesempatan sama untuk melanjutkanpendidikan.
Jadi, buat pelajar yang udah duduk di kelas 4 Express ataupun yang di
kelas 5 Normal Academic udah harus ngikutin O Level Test untuk lulus dari
secondary school. Dalam O Level Test ada tujuh pelajaran yang harus diikutin:
lima mata pelajaran pokok dan dua mata pelajaran pilihan. Kelima pelajaran
pokok itu adalah English, Mother Tongue, Matematika, IPA (Biologi, Kimia,
Fisika), IPS (Sejarah, Sosiologi, Geografi), serta dua mata pelajaran, pilihan
dari Food and Nutrition, IT, dan Design and Technology. Semua pelajaran
tersebut punya nilai minimum.
Buat mereka yang tidak bisa mendapatkan nilai minimum, tetap lulus.
Tapi, di ijazah mereka akan ada nilai merah. Kalau mereka tidak mau di ijazahnya
ada nilai merah, mereka boleh mengulang satu tahun di kelas yang sama.
Setelah Secondary School, masih ada satu lagi jenjang sebelum mereka
masuk ke universitas, yaitu Centralised Institute atau Junior Colleges(tertiary
education, persiapan menuju tingkat universitas). Tapi, buat mereka yang punya

4
nilai bagus (poin 1 sampe 14) bisa langsung ke Junior Collegeyang lamanya dua
tahun.
Kalau mereka tidak punya nilai dari poin yang disebutkan itu, mereka
melanjutkan ke Centralised Institute yang waktunya lebih lama, yakni tiga tahun.
Setelah itu mereka harus melewati ujian nasional yang namanya A Level
Test atau Advanced Level Test. Tes yang diberikan tentu saja lebih susah, secara
sudah mau masuk Universitas.
Sebagai Ilustrasi perbedaan Kurikulum Indonesia dengan Singapura adalah
sebagai berikut :
Ilustrasi 1 : Kurikulum Indonesia
Seorang petani diberikan modal : ladang, alat pertanian dan benih. Lalu diberikan
target-target tumbuhnya tanaman. Tentang cara menanam? Diserahkan semuanya
kepada petani!
Ilustrasi 2 : Kurikulum Singapura
Seorang petani diberikan modal : ladang, alat pertanian dan benih. Lalu diberikan
target-target tumbuhnya tanaman. Tentang cara menanam? Diberikan panduan
lengkap, diberikan pendekatan terbaik untuk menanam.

C. Kelebihan Kurikulum Matematika Singapura


1. Matematika Singapura menjadikan Problem Solving sebagai dasar
pembelajaran matematika di kelas.
2. Pengajaran Matematika Singapura merupakan pengajaran matematika
terbaik di dunia karena memiliki instrumen yang lengkap dan terstruktur.
Salah satu metode yang dipakai adalah Model Drawing. Model ini
merupakan salah satu pendekatan CPA yang menjadi pendekatan
Matematika Singapura.
3. Sistem pendidikan di Singapura terletak pada kebijakan dua-bahasa
(Bahasa Inggris/Melayu/Mandarin/Tamil) dan kurikulumnya yang
lengkap dimana inovasi dan semangat kewiraswastaan menjadi hal yang
sangat diutamakan.

Anda mungkin juga menyukai