Anda di halaman 1dari 69

STRUKTUR BAJA I

MAKALAH
PERENCANAAN KONSTRUKSI
KUDA – KUDA BAJA

DOSEN PEMBIMBING :
ZAINURI, S.T., M.T

DISUSUN OLEH :
BEBY SARIANTI SUMBARI
NIM : 11.222.01.074

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
TAHUN AKADEMIS 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri
dari besi. Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan yang
menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan karbon pada proses pembakaran,
sehingga membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada
besi.
Bila dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya, baja lebih banyak
memiliki keunggulan-keunggulany yang tidak terdapat pada bahan-bahan
konstruksi lain. Disamping kekuatannya yang besar untuk menahan kekuatan tarik
dan kekuatan tekan tanpa membutuhkan banyak volume, baja juga mempunyai
sifat-sifat lain yang menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu
material yang umum dipakai.Sifat-sifat baja antara lain :
1. Kekuatan tinggi
Kekuatan baja bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan leleh fy atau kekuatan
tarik fu. Mengingat baja mempunyai kekuatan volume lebih tinggi dibanding
dengan bahan lain, hal ini memungkinkan perencanaan sebuah konstruksi baja
bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang lebih panjang,
sehingga struktur lebih ringan dan efektif.
2. Kemudahan pemasangan
Komponen-komponen baja biasanya mempunyai bentuk standar serta mudah
diperoleh dimana saja, sehingga satu-satunya kegiatan yang dilakukan dilapangan
adalah pemasangan bagian-bagian yang telah disiapkan.
3. Keseragaman
Baja dibuat dalam kondisi yang sudah diatur (fabrikasi) sehingga mutunya
seragam.

Struktur Baja I 1
4. Daktilitas ( keliatan )
Daktilitas adalah sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besar
dibawah pengaruh tegangan tarik tanpa hancur atau putus. Daktilitas mampu
mencegah robohnya bangunan secara tiba-tiba.
Terlepas dari semua kekurangan dan kelebihannya, baja struktur sangat
cocok digunakan pada elemen – elemen truss, seperti kuda – kuda atap, menara
antena, maupun struktur jembatan truss. Dalam tugas Baja I ini akan dibahas
perhitungan struktur truss baja yang didasarkan pada peraturan baja.

1.2. Rumusan Masalah


Dari rangkaian latar belakang dapat di rumuskan dalam perencanaan
mendesain kuda-kuda rangka baja yaitu :
1. Bagaimana merencanakan dimensi gording dan dimensi kuda-kuda sehingga
mampu menahan beban yang direncanakan.
2. Bagaimana menganalisis gaya-gaya yang terjadi pada sebuah kuda-kuda
sehingga kuda-kuda mampu menahan beban dengan dimensi gording dan
dimensi kuda-kuda yang sudah direncanakan.
3. Bagaimana merencanakan sambungan menggunakan las dan baut.

1.3. Tujuan dan Manfaat


1.3.1. Tujuan Perencanaan
1. Agar dapat merencanakan dimensi gording dan kuda-kuda sesuai dengan
peraturan yang sudah di tentukan.
2. Agar dapat menganalisis gaya-gaya yang bekerja sesuai dengan peraturan
yang ada baik SNI maupun PPPBI.
3. Agar kita mengetahui bagaimana perhitungan jika menggunakan sambungan
las maupun sambungan baut.
1.3.2. Manfaat Perencanaan
Manfaat yang diambil pada perencanaan ini adalah diharapkan dapat
menambah pengetahuan dibidang perencanaan struktur khusunya dalam
perencanaan struktur atap.Serta diharapkan menjadi referensi para praktisi
dalam pemakaian jenis struktur rangka atap baja.

Struktur Baja I 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Material Baja


Material baja unggul jika ditinjau dari segi kekuatan, kekakuan dan
daktilitasnya.Jadi tidak mengherankan jika di setiap proyek-proyek konstruksi
bangunan (jembatan atau gedung) maka baja selalu ditemukan, meskipun tentu
saja volumenya tidak harus mendominasi.

2.1.1. Sifat bahan baja


Material baja unggul jika ditinjau dari segi kekuatan, kekakuan dan
daktilitasnya.Jadi tidak mengherankan jika di setiap proyek-proyek konstruksi
bangunan (jembatan atau gedung) maka baja selalu ditemukan, meskipun tentu
saja volumenya tidak harus mendominasi.
Tinjauan dari segi kekuatan, kekakuan dan daktilitas sangat cocok dipakai
mengevaluasi struktur yang diberi pembebanan. Tetapi perlu diingat bahwa selain
kondisi tadi akan ada pengaruh lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan
hidup struktur bangunannya. Jadi pada suatu kondisi tertentu, suatu bangunan
bahkan dapat mengalami kerusakan meskipun tanpa diberikan beban sekalipun
(belum berfungsi).Jadi ketahanan bahan material konstruksi terhadap lingkungan
sekitarnya adalah penting untuk diketahui agar dapat diantisipasi baik.
Baja merupakan bahan campuran besi (fe), 1.7% zat arang karbon (C),
1.65% mangan (Mn), 0.6% silicon (Si), 0.6% tembaga (Cu). Baja di hasilkan
dengan menghluskan biji besi dan logam besi tua bersam adengan bahan-bahan
tambahan pencampur yang sesuai, dalam tunggku bertemperatur tinggi untuk
menghasilkan massa-massa besi yang besar, selanjutnya dibersihkan untuk
menghilangkan kelebihan zat arang dan kotoran lainnya.Berdasarkan persentase
zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Baja dengan persentase zat arang rendah (low carbon steel) yakni lebih kecil
dari 0.15%

Struktur Baja I 3
2) Baja dengan persentase zat arang ringan (mild carbon steel) yakni 0.15% -
0.29%
3) Baja dengan persentase zat arang sedang (medium carbon steel) yakni 0.3%
- 0.59%
4) Baja dengan persentase zat arang tinggi (high carbon steel) yahni 0.6% -
1.7%.
Baja untuk bahan struktur termasuk kedalam baja dengan persentase zat
arang (mild carbon steel), semakin tinggi kadar zat arang yang terkandung
didalmnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat-sifat bahan struktur
yang paling penting dari baja adalah sebagai berikut:
1) Modulus elastisitas (E) berkisar antara 193000 Mpa sampai 207000 Mpa.
Nilai untuk desain lazimnya diambil 210000 Mpa.
2) Modulus geser (G) dihitung berdasarkan persamaan:
G = E/2 (1+μ) w
Dimanaa: μ = Angka perbandingan poisson
Dengan mengambil μ = 0.30 dan E = 210000 Mpa, akan memberikan G =
81000 Mpa.
3) Koefisien ekspansi (α),diperhitungkan sebesar : α = 11,25 × 106 per oC
4) Berat jenis baja (γ), diambil sebesar 7.85 t/m3.

2.1.2. Jenis baja


Menurut SNI 2002, baja struktur dapat dibedakan berdasrkan kekuatannya
menjadi beberapa jenis, yaitu BJ 34, BJ 37, BJ 41, BJ 50 dan BJ 55. Besarnya
tegangan leleh (fy) dan tegangan ultimate (fu) berbagai jenis baja struktur sesuai
dengan SNI 2002, disajikan dalam table dibawah ini :

Tabel 2.1 Kuat tarik batas dan tegangan leleh


Jenis Baja Kuat Tarik Batas (fu)MPa Tegangan Leleh (fy)MPa
BJ 34 340 210
BJ 37 370 240
BJ 41 410 250
BJ 50 500 290
BJ 55 550 410
Sumber : SNI 2002

Struktur Baja I 4
2.1.3. Profil baja
Terdapat banyak jenis bentuk profil baja struktural yang tersedia di
pasaran.Semua bentuk profil tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Beberapa jenis profil baja menurut ASTM bagian I diantaranya adalah
profil IWF, O,C, profil siku (L), tiang tumpu (HP) dan profil T structural.

Gambar 2.1 Profil Baja

Profil IWF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom.
Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis untuk banyak aplikasi profil M
mempunyai penampang melintang yang pada dasarnya sama dengan profil W, dan
juga memiliki aplikasi yang sama.
Profil S adalah balok standard Amerika.Profil ini memiliki bidang flens
yang miring, dan web yang relatif lebih tebal.Profil ini jarang di gunakan dalam
konstruksi, tetapi masih digunakan terutama untuk beban terpusat yang sangat
besar pada bagian flens.
Profil HP adalah profil jenis penumpu (bearing type shape) yang
mempunyai karakteristik penampang agak bujur sangkar dengan flens dan web
yang hampir sama tebalnya. Biasanya digunakan sebagai fondasi tiang
pancang.Bisa juga digunakan sebagai balok dan kolom, tetapi umumnya kurang
efisien.

Struktur Baja I 5
Profil C atau kanal mempunyai karakteristik flens pendek, yang mempunyai
kemiringan permukaan dalam sekitar 1:6. Biasnya diaplikasikan sebagai
penampang tersusun, bracing tie, ataupun elemen dari bukaan rangka. Profil siku
atau profil L adalah profil ayang sangat cocok untuk digunakan sebagai bracing
dan batang tarik.Profil ini biasanya digunakan secara gabungan, yang lebih di
kenal sebagai profil siku ganda.Profil ini sangat baik untuk digunakan pada
struktur truss.

2.2. Acuan dan Persyaratan-Persyaratan


Terjadinya Tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu
struktur yang stabil, cukup kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan
lainnya seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan.
Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau
tergeser, selama umur bangunan yang direncanakan.Suatu struktur disebut cukup
kuat dan mampu-layan bila kemungkinan kegagalanstruktur dan kehilangan
kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil dan dalam
batas yang dapat diterima.Suatu struktur disebut awet bila struktur tersebut dapat
menerima keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan
yang direncanakan tanpa pemeliharaan yang berlebihan.

2.2.1. Beban-Benan dan Aksi Lainnya.


Perhitungan Muatan Didasarkan Pada Peraturan Perencanaan Bangunan
Baja (PPBBI), SKBI 1987 dan Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI-1983).
Perencanaan suatu struktur untuk keadaan-keadaan stabil batas, kekuatan batas,
dan kemampuan-layan batas harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh dari aksi
sebagai akibat dari beban-beban berikut ini:
1) beban hidup dan mati seperti disyaratkan pada SNI 03-1727-1989 atau
penggantinya
2) untuk perencanaan keran (alat pengangkat), semua beban yangrelevan yang
disyaratkan pada SNI 03-1727-1989, ataupenggantinya.

Struktur Baja I 6
3) untuk perencanaan pelataran tetap, lorong pejalan kaki, tangga, semua
beban yang relevan yang disyaratkan pada SNI 03-1727- 1989, atau
penggantinya.
4) untuk perencanaan lift, semua beban yang relevan yang disyaratkan pada
SNI 03-1727-1989, atau penggantinya.
5) pembebanan gempa sesuai dengan SNI 03-1726-1989, atau penggantinya.
6) beban-beban khusus lainnya, sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan beban-beban tersebut di atas maka struktur baja harus mampu
memikul semua kombinasi pembebanan di bawah ini:
1,4D (6.2-1)
1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) (6.2-2)
1,2D + 1,6 (La atau H) + (γ L L atau 0,8W) (6.2-3)
1,2D + 1,3W + γ L L + 0,5 (La atau H) (6.2-4)
1,2D ± 1,0E + γ L L (6.2-5)
0,9D ± (1,3W atau 1,0E) (6.2-6)
Keterangan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W adalah beban angin.
E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03–1726–1989, atau
penggantinya
Dengan :
γL = 0,5 bila L< 5 kPa, dan γ L = 1 bila L≥ 5 kPa.
Pengecualian: Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebananpada
persamaan 6.2-3, 6.2-4, dan 6.2-5 harus sama dengan 1,0 untukgarasi parkir,

Struktur Baja I 7
daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dansemua daerah di mana beban
hidup lebih besar daripada 5 kPa.

2.2.2. Penempatan beban


1. Berat Sendiri Konstrksi Kuda-Kuda
Muatan ini dianggap bekerja pada tiap-tiap titik buhul (bagian atas dan
bawah).
2. Berat akibat penutup atap dan gording
Dianggap bekerja pada titik buhl bagian atas
3. Berat plafond + penggantung
Dianggap bekerja pada titik buhul bagian bawah
4. Beban Hidup
a) Beban terpusat berasal dari seprng pekerja dengan peralatan sebesar
minimum 100 kg
b) Beban air hjan sebesar (40 –(0,8 x ά)) kg/m
5. Beban Angin
Angin tekan dan hisap yang terjadi dianggap bekerja tegak lurus bidang atap
pada tiap titik buhul bagian atassehingga komponen angin hanya bekerja pada
arah sumbu y saja dan komponen angin dalam arah sumbu x = 0untuk konstruksi
gedung tertutup, dimana < 65°, maka :

2.2.3. Ketentuan Alat Sambung


Alat sambung yang digunakan adalah baut, dimana penentuan dimensi baut
di sesuaikan dengan ukuran danjenis profil baja dengan menggunakan rumus pada
PPBBI 1983.

2.3. Batang tarik


Batang tarik didefinisikan sebagai batang-batang dari struktur yang dapat
menahan pembebanan tarik yang bekerja searah dengan sumbunya.Batang tarik
umumnya terdapat pada struktur baja sebagai batang pada elemen struktur
penggantung, rangka batang (jembatan, atap dan menara).Selain itu, batang tarik

Struktur Baja I 8
sering berupa batang sekunder seperti batang untuk pengaku sistem lantai rangka
batang atau untuk penumpu antara sistem dinding berusuk (bracing).
Batang tarik dapat berbentuk profil tunggal ataupun variasi bentuk dari
susunan profil tunggal. Bentuk penampang yang digunakan antara lain bulat, plat
strip, plat persegi, baja siku dan siku ganda, kanal dan kanal ganda, profil WF, H,
I, ataupun boks dari susunan profil tunggal. Secara umum pemakaian profil
tunggal akan lebih ekonomis, namun penampang tersusun diperlukan bila:
1) Kapasitas tarik profil tunggal tidak memenuhi
2) Kekakuan profil tunggal tidak memadai karena kelangsingannya
3) Pengaruh gabungan dari lenturan dan tarikan membutuhkan kekakuanlateral
yang lebih besar
4) Detail sambungan memerlukan penampang tertentu Faktor estetika.

2.3.1. Kekakuan Batang Tarik


Kekakuan batang tarik diperlukan untuk menjaga agar batang tidak terlalu
fleksibel. Batang tarik yang terlalu panjang akan memiliki lendutan yang sangat
besar akibat oleh berat batang itu sendiri. Batang akan bergetar jika menahan
gaya-gaya angin pada rangka terbuka atau saat batang harus menahan alat-alat
yang bergetar. Kriteria kekakuan didasarkan pada angka kelangsingan
(slenderness ratio),dengan melihat perbandingan L/r dari batang, di mana
L=panjang batang dan r=jari-jari kelembaman.Biasanya bentuk penampang
batang tidak berpengaruh pada kapasitas daya tahannya terhadap gaya tarik. Kalau
digunakan alat-alat penyambung (baut atau paku keling), maka perlu
diperhitungkan konsentrasi tegangan yang terjadi disekitar alat penyambung yang
dikenal dengan istilah Shear lag. Tegangan lain yang akan timbul adalah tegangan
lentur apabila titik berat dari batang-batang yang disambung tidak berimpit
dengan garis sumbu batang.
Pengaruh ini biasanya diabaikan, terutama pada batang-batang yang
dibebani secara statis.Menurut spesifikasi ini tegangan yang diizinkan harus
ditentukan baik untuk luas batang bruto maupun untuk luas efektif netto.Biasanya
tegangan pada luas penampang bruto harus direncanakan lebih rendah dari
besarnya tegangan leleh untuk mencegah terjadinya deformasi yang besar, sedang

Struktur Baja I 9
luas efektif netto direncanakan untuk mencegah terjadinya keruntuhan lokal pada
bagian-bagian struktur.
Pada perhitungan-perhitungan dengan luas efektif netto perlu diberikan
koefisien reduksi untuk batang tarik. Hal ini bertujuan untuk mengatasi bahaya
yang timbul akibat terjadinya Shear lag. Tegangan geser yang terjadi pada baut
penyarnbung akan terkonsentrasi pada titik sambungannya. Efek dari Shear lag ini
akan berkurang apabila alat penyambung yang digunakan banyak jumlahnya.

2.4. Luas penampang bruto, netto dan efektif netto


Luas penampang bruto dari sebuah batang Ag didefinisikan sebagai hasil
perkalian antara tebal dan lebar bruto batang.Luas penampang netto didefinisikan
sebagai perkalian antara tebal batang dan lebar nettonya.Lebar netto didapat
dengan mengurangi lebar bruto dengan lebar dari lubang tempat sambungan yang
terdapat pada suatu penampang.Di dalam AISCS ditentukan bahwa dalam
menghitung luas netto lebar dari paku keling atau baut harus diambil 1/16 in lebih
besar dari dimensi nominal lubangnya dalam arah normal pada tegangan yang
bekerja.AISC memberikan daftar hubungan antara diameter lubang dengan ukuran
alat penyambungnya.Untuk lubang-lubang standar, diameter lubang di ambil 1/16
in lebih besar dari ukuran nominal alat penyambung.Dengan demikian di dalam
menghitung luas netto, diameter alat penyambung harus ditambah 1/8 in atau
(d+1/16+1/16).

2.5. Batang Tekan


Pada struktur baja terdapat 2 macam batang tekan, yaitu:
1) Batang yang merupakan bagian dari suatu rangka batang. Batang ini
dibebani gaya tekan aksial searah panjang batangnya. Umumnya pada
suaturangka batang maka batang-batang tepi atas merupakan batang tekan.
2) Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-
balok loteng, balok lantai dan rangka atap, dan selanjutnya menyalurkan
beban tersebut ke pondasi.
Batang-batang lurus yang mengalami tekanan akibat bekerjanya gaya-gaya
aksial dikenal dengan sebutan kolom.Untuk kolom-kolom yang pendek

Struktur Baja I 10
ukurannya, kekuatannya ditentukan berdasarkan kekuatan leleh dari
bahannya.Untuk kolom-kolom yang panjang kekuatannya ditentukan faktor tekuk
elastis yang terjadi, sedangkan untuk kolom-kolom yang ukurannya sedang,
kekuatannya ditentukan oleh faktor tekuk plastis yang terjadi. Sebuah kolom yang
sempurna yaitu kolom yang dibuat dari bahan yang bersifat isotropis, bebas dari
tegangan-tegangan sampingan, dibebani pada pusatnya serta mempunyai bentuk
yang lurus, akan mengalami perpendekan yang seragarn akibat terjadinya
regangan tekan yang seragam pada penampangnya.
Kalau beban yang bekerja pada kolom ditambah besarnya secara berangsur-
angsur, maka akan mengakibatkan kolom mengalami lenturan lateral dan
kemudian mengalami keruntuhan akibat terjadinya lenturan tersebut. Beban yang
mengakibatkan terjadinya lenturan lateral pada kolom disebut beban kritis dan
merupakan beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh kolom dengan aman.

2.5.1 Keruntuhan
Batang tekan dapat terjadi dalam 2 kategori, yaitu :
1) Keruntuhan yang diakibatkan terlampauinya tegangan leleh. Hal ini
umumnya terjadi pada batang tekan yang pendek.
2) Keruntuhan yang diakibatkan terjadinya tekuk. Hal ini terjadi pada batang
tekan yang langsing.

Gambar 2.2 Tipe Penampang Batang Tekan

2.5.2. Kelangsingan batang tekan


tergantung dari jari-jari kelembaman dan panjang tekuk. Jari-jari
kelembaman umumnya terdapat 2 harga λ, dan yang menentukan adalah yang

Struktur Baja I 11
harga λ terbesar.Panjang tekuk juga tergantung pada keadaan ujungnya, apakah
sendi, jepit, bebas dan sebagainya. Menurut SNI 03–1729–2002, untuk batang-
batang yang direncanakan terhadap tekan, angka perbandingan kelangsingan ë
=Lk/r dibatasi sebesar 200 mm. Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap
tarik, angka perbandingan kelangsingan L/r dibatasi sebesar 300 mm untuk batang
sekunder dan 240 mm untuk batang primer. Ketentuan di atas tidak berlaku untuk
batang bulat dalam tarik. Batang-batang yang ditentukan oleh gaya tarik, namun
dapat berubah menjadi tekan yang tidak dominan pada kombinasi pembebanan
yang lain, tidak perlu memenuhi batas kelangsingan batang tekan.

Gambar 2.3 Faktor Panjang Efektif Pada Kondisi Ideal

2.5.3. Panjang tekuk


Nilai faktor panjang tekuk (kc) bergantung pada kekangan rotasi dan
translasi pada ujung-ujung komponen struktur.Untuk komponen struktur tak-
bergoyang, kekangan translasi ujungnya dianggap tak-hingga, sedangkan untuk
komponen struktur bergoyang, kekangan translasi ujungnya dianggap nol. Nilai
faktor panjang tekuk (kc) yang digunakan untuk komponen struktur dengan
ujung-ujung ideal ditunjukkan pada Gambar 2.3.

2.6. Sambungan Struktur Baja


Jenis-jenis sambungan struktur baja yang digunakan adalah pengelasan serta
sambungan yang menggunakan alat penyambung berupa paku keling (rivet) dan
baut.Baut kekuatan tinggi (high strength bolt) telah banyak menggantikan paku
keling sebagai alat utama dalam sambungan struktural yang tidak dilas.

Struktur Baja I 12
1) Baut kekuatan tinggi
Dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM sebagai
A325 dan A490. Baut ini memiliki kepala segienam yang tebal dan digunakan
dengan mur segienam yang setengah halus (semifinished) dan tebal seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 6.10(b). Bagian berulirnya lebih pendek dari pada baut
non-struktural, dan dapat dipotong atau digiling (rolled).Baut A325 terbuat dari
baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas dengan kekuatan leleh sekitar 81
sampai 92 ksi (558 sampai 634 MPa) yang tergantung pada diameter.Baut A490
juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari baja paduan (alloy) dengan
kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793 sampai 896 MPa) yang tergantung
pada diameter.Baut A449 kadang-kadang digunakan bila diameter yang
diperlukan berkisar dari II sampai 3 inci, dan juga untuk baut angkur serta batang
bulat berulir.Diameter baut kekuatan tinggi berkisar antara 1/2 dan 1 1/2 inci (3
inci untuk A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung
adalah 3/4 inci dan 7/8 inci, sedang ukuran yang paling umum dalam perencanaan
jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci.Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened)
untuk menimbulkan tegangan tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi
gaya jepit (klem/clamping force) pada sambungan. Oleh karena itu, pemindahan
beban kerja yang sesungguhnya pada sambungan terjadi akibat adanya gesekan
(friksi) pada potongan yang disambung.Sambungan dengan baut kekuatan tinggi
dapat direncanakan sebagai tipe geser (friction type), bila daya tahan gelincir
(slip) yang tinggi dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu (bearing type), bila daya
tahan gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan.
2) Paku keeling
Sudah sejak lama paku keling diterima sebagai alat penyambung batang, tetapi
beberapa tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di Amerika.Paku keling dibuat
dari baja batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala di salah satu
ujungnya. Baja paku keling adalah baja karbon sedang dengan identifikasi ASTM
A502 Mutu I (Fv = 28 ksi) (1190 MPa) dan Mutu 2 (Fy = 38 ksi) (260 MPa), serta
kekuatan leleh minimum yang ditetapkan didasarkan pada bahan baja batangan.
Pembuatan dan pemasangan paku keling menimbulkan perubahan sifat mekanis.

Struktur Baja I 13
Proses pemasangannya adalah pertama paku keling dipanasi hingga warnanya
menjadi merah muda kemudian paku keling dimasukkan ke dalam lubang, dan
kepalanya ditekan sambil mendesak ujung lainnya sehingga terbentuk kepala lain
yang bulat. Selama proses ini, tangkai (shank) paku keling mengisi lubang
(tempat paku dimasukkan) secara penuh atau hampir penuh, sehingga
menghasilkan gaya jepit (klem). Namun, besarnya jepitan akibat pendinginan
paku keling bervariasi dari satu paku keling ke lainnya, sehingga tidak dapat
diperhitungkan dalam perencanaan. Paku keling juga dapat dipasang pada
keadaan dingin tetapi akibatnya gaya jepit tidak terjadi karena paku tidak
menyusut setelah dipasang.
3) Baut hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307,
dan merupakan jenis baut yang paling murah.Namun, baut ini belum tentu
menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang
dibutuhkan pada suatu sambungan.Pemakaiannya terutama pada struktur yang
ringan, batang sekunder atau pengaku, anjungan (platform), gording, rusuk
dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil dan bersifat
statis.Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan
yang menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las.Baut hitam (yang
tidak dihaluskan) kadang-kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta
kepala dan murnya dapat berbentuk bujur sangkar.
4) Baut eskrup (Turned Bolt)
Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari bahan
berbentuk segienam dengan toleransi yang lebih kecil (sekitar 5'0 inci) bila
dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan
memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor, seperti pada bagian
konstruksi paku keling yang terletak sedemikian rupa hingga penembakan paku
keling yang baik sulit dilakukan.

Struktur Baja I 14
BAB III
DATA DAN PERHITUNGAN

3.1. Analisis Perhitungan Beban


Struktur atap rangka baja konvensional dalam perencanaan menggunakan
metode LRFD ( Load and Resistance Factor Design ) atau desain beban dan faktor
resistensi, dimana cek tegangan yang terjadi tehadap tegangan leleh ( fy ). Untuk
mempermudah perhitungan, maka berikut adalah data-data kuad-kuda yang akan
di hitung :

Gambar 3.1 Kuda-Kuda yang akan di analisis


3.1.1. Data kuda-kuda
Bentang kuda-kuda = 8 meter
Jarak antar kuda-kuda = 4 meter
Penutup atap genteng beton = 50 kg (PBI 1983)
Jenis sambungan = Baut
Tekanan angin = 35 kg/m2
Tegangan iji baja = 1700 kg/cm2
Kemiringan kuda-kuda = 40º

Struktur Baja I 15
3.1.2. Perencanaan gording
Y

qy Gambar 3.2
qx
q Arah gaya pada gording
α

Rumus yang digunakan :


1. Beban Terpusat
1
Bidang Momen : M = PL
4
1
Bidang Geser :D = P
2
PL³
Lendutan :f =
48EI

2. Beban Terbagi Rata


1
Bidang Momen : M = qL²
8
1
Bidang Geseer : D = qL
2
5qL4
Lendutan :f =
384EI

1) Digunakan profil Light Lip Channels dengan mutu baja BJ 37 (Fy =2400
kg/cm2) dan satu buah trekstang.
2) Data yang diperlukan antara lain adalah kemiringan atap (α), bentang
gording (L) dan jarak antar gording.
Pembebanan :
1) Beban mati (qD), meliputi berat penutup atap (Genteng Beton), berat
gording dan berat brancing.
2) Beban hidup (qL), meliputi beban pekerja (qP) dan air hujan (qR) = (40-
0,8α) x jarak gording.
3) Beban angin (qA = 30 kg/m2), meliputi :
Beban angin tekan = Koef*qA*jarak gording
Beban angin hisap = Koef*qA*jarak gording

Struktur Baja I 16
Dimana :
Koefisien tekan (+) = ((0,2*α) - 0,4)
Koefisien hisap (-) = - 0,4
4) Perhitungan momen
⇒ Arah x
Mx komb.1 = MDx + MPx
Mx komb.2 = MDx + MPx + MWxt
Mx komb.3 = MDx + MPx + MWxh
Mx komb.4 = MDx + MRx + MWxt
Mx komb.5 = MDx + MRx + MWxh
⇒ Arah y
My komb.1 = MDy + MPy
My komb.2 = MDy + MPy + MWyt
My komb.3 = MDy + MPy + Mwyh
My komb.4 = MDy + MRy + MWyt
My komb.5 = MDy + MRy + Mwyh
Dari kombinasi tersebut momen yang maksimum.
5) Kontrol terhadap Tegangan
Syarat f ≤ fy

6) Kontrol lendutan (f)


f ≤ f ijin
f ijin = 1/240x L
qx = qDx + qWx
qy = qDy + qWy

Struktur Baja I 17
3.1.3. Pendimensian Kuda-Kuda
1. Menentukan syarat-syarat batas tumpuan panjang bentang dan dimensi
Profil yang akan digunkan.
2. Melakukan analisa pembebanan.
Pembebanan yang dilakukan pada struktur rangka atap sama dengan beban
yang diterima pada saat perencanaan gording hanya ada penambahan pada berat
sendiri konstruksi rangka atap.
Sedangkan kombinasi beban yang diberikan pada analisis struktur atap ini adalah :
Kombinasi I : Beban Mati + Beban Hidup
Kombinasi II : Beban Mati + Beban Hidup + Beban Angin Kanan
Kombinasi III : Beban Mati + Beban Hidup + Beban Angin Kiri
w = 1,2 D + 1,6 L
w = 1,2 D + 0,5 L ± 1,3 W
Keterangan:
D = Beban mati
L = Beban hidup ( akibat pekerja dan air hujan )
W = Beban angin
3. Melakukan pengecekan kekuatan pada profil majemuk.

Gambar 3.3 Penampang siku profil ganda

Ag = 2xA (A = luas penampang batang tunggal)

Struktur Baja I 18
4. Cek terhadap batang tarik

Gambar 3.4 Batang yang mengalami gaya tarik


Syarat penempatan baut : (SNI 03-1729-2002 hal.104)
s1≥ 1,5 db
s1≤ 12 tp
s1≤ 150 mm
s ≥ 3 db
s ≤ 15 tp
s ≤ 200 mm
d ( lubang baut ) = ϕ + 1
A = A nt
Pot 1 – 2 :
A nt = Ag - n x d x t
Penampang efektif (SNI 03-1729-2002 butir 10.2)
x = eksentrisitas sambungan,jarak tegak lurus arah gaya tarik antara
titik berat penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan.
U = faktor reduksi

L = panjang sambungan dalam arah gaya tarik.


Ae = A x U
øNn = øx Ag.fy
øNn = øx Ae.fu
Nu ≤ øNn (aman)

Struktur Baja I 19
5. Cek terhadap batang tekan
Nu ≤ øNn
fy
øNn = ø x Ag x
ω

Dimana :
ω=1 (λc ≤ 0,25)

1,43
ω= (0,25 < λc < 1,2)
1,6 − 0,67 λc

ω = 1,25 λc² (λc ≤ 1,2)

λ𝑥 𝑓𝑦
λc = √
π 𝐸

Kestabilan batang majemuk :


λiy < λx (tekuk terjadi pada sumbu x)
λiy < λy (tekuk terjadi pada sumbu y)
Syarat kestabilan struktur : (SNI 03-1729-2002 hal.59)
λx ≥ 1,2 λ1
λiy ≥ 1,2 λ1
λ1 ≤ 50
kLi
λiy = (Li = jarak kopel)
i min

Estimasi jarak kopel minimum :


kLi kLx
= 0,75
i min ix
Li Lk
= 0,75
i min ix

Dimana :
Lk
Li =
Jumlah Bentang

jumlah bentang harus ganjil dan minimal 3 buah


k = faktor tekuk (SNI 03-1729-2002 gambar 7.6-1)
m
λiy =√λy² + λ₁²
2

Kly
λy =
iy

Struktur Baja I 20
Iy = 2 (Iy1 + A1 (ex + ½ d)²)
Ag = 2x A1
KLx
λy =
ix

Kontrol tekuk lokal : (SNI 03-1729-2002 tabel 7.5-1)


λf ≤ λr
pada profil siku ganda dengan plat kopel sebagai penyokong
b
λf =
t
200
λr =
√fy

dimana :
b = lebar profil siku
t = tebal profil siku

3.1.4. Pendimensian Plat Kopel pada Batang Profil Ganda


Pelat kopel harus cukup kaku, sehingga memenuhi persamaan :
Ip Ii
≥ 10 (SNI 03-1729-2002 pers. 9.3-5)
a Li

Dimana :
Ip = Momen kelembaman pelat kopel
a = Jarak sumbu elemen batang tersusun
Ii = Momen kelembaman elemen batang tunggal terhadapsumbu b-b
Li = Jarak pelat kopel
a = 2e + pelat pengisi

Gambar 3.4 Dimensi penampang profil siku

Struktur Baja I 21
Vu ≤ ϕ Vn
Gaya lintang yang dipikul = D
D = 0,02 Nu (SNI 03-1729-2002 pers. 9.3-8)
Nu = gaya batang yang terjadi
Vu = gaya geser nominal, sama sepeti persamaan sebelumnya
Kekuatan geser pelat kopel : (SNI 03-1729-2002 pers.8.8-2)

5
kn = 5 +
(a/h)2

Vn = 0,6 x fy x Aw
Aw = luas kotor pelat badan

Vn = 0,6 x fy x Aw [1,10 √KnE⁄fy]


1
h
[ ⁄tw]

Atau
1−Cv
Vn = 0,6 x fy x Aw [Cv + ]
1,15 √1+(a/h)²

√KnE/fy
Dengan Cv = 1,10
(h/tw)

KnE h
1,37 √ ≤
fy tw

Atau
1−Cv
Vn = 0,6 x fy x Aw [Cv + ]
1,15 √1+(a/h)²
KnE
Dengan Cv = 1,15
fy ≤ (h/tw)²

Cek perbandingan tinggi terhadap tebal panel :

Struktur Baja I 22
3.1.5. Perhitungan Sambungan
1. Sambungan baut
Ru ≤ øRn
Syarat kekuatan baut :
Kekuatan baut terhadap geser (SNI 03-1729-2002, pasal 13.2.2.1)

Kekuatan baut yang memikul tarik (SNI 03-1729-2002, pasal 13.2.2.2)

Kuat tumpu dalam lubang baut (SNI 03-1729-2002, pasal 13.2.2.4)

Dari ketiga nilai di atas diambil nilai terendah sebagai bahan perencanaan
pendimensian sambungan dan jika tebala plat pengisi (t) 6 mm < t < 20 mm, maka
kuat geser nominal 1 baut yang ditetapkan harus dikurangi 15 % (SNI 03-1729-
2002, pasal 13.2.2.5).

Struktur Baja I 23
Sehingga :
Ru = 0,85 øRn
Nu
Jumlah Baut = n =
0,85ϕ Rn

2. Sambungan las

Gambar 3.5 Sambungan las pada profil pipa

Tabel 3.1 Ukuran Minimum Las Sudut

Ukuran maksimum las sudut sepanjang tepi komponen yang


disambung :
a. tp < 6,4 mm t maks = tp
b. tp ≥ 6,4 mm t maks = tp – 1,6 mm
Kuat las sudut : (SNI 03-1729-2002)
Ru ≤ øRnw
dengan
øf Rnw = 0,75 tt (0,6 fu) (bahan dasar)
øf Rnw = 0,75 tt (0,6 fuw) (bahan las)
Dimana :
øf Rnw = gaya terfaktor per satuan panjang las
øf = faktor reduksi kekuatan saat fraktur, 0,75
fu = tegangan tarik putus bahan dasar, Mpa
fuw = tegangan tarik putus bahan las, Mpa
tt = tebal rencana las, mm

Struktur Baja I 24
Ru
Panjang Las = Ln =
ϕ f Rnw

Ln ≥ 4 tt
L bruto = Ln + 3 tt

3.1.6. Perhitungan Ikatan Angin


Dikarenakan pada SNI 03-1729-2002 tidak dijelaskan mengenai
perencanaan bracing (ikatan angin) pada struktur atap (hanya ada padabangunan
struktur baja tahan gempa), maka referensi diambil dari PPBBI 1984. Menurut
PPBBI 1984 halaman 64, pada hubungan gording, ikatanangin harus dianggap ada
gaya P yang arahnya sejajar sumbu gordingyang besarnya:
P’ = 0,01 P kuda-kuda + 0,005 n.q.dk.dq
P kuda-kuda = gaya pada bagian tepi kuda-kuda di tempat gording itu
n = jumlah trave antara dua bentang ikatan angin
q = beban atap vertikal terbagi rata
dk = jarak antar kuda-kuda
dq = jarak antar gording
bentang ikatan angin harus dipenuhi syarat :

Atepi = luas penmapang bagian tepi kuda-kuda


h = jarak kuda-kuda pada bentang ikatan angin
L = panjang tepi atas kuda-kuda
Ikatan angin juga menerima beban Q
Q = n.q.dk.L
n = jumlah trave antara dua bentang
q = beban atap vertikal terbagi rata
dk = jarak antar kuda-kuda
L = panjang tepi atas kuda-kuda

3.1.7. Perhitungan Trekstang


Pemasangan trekstang antar gording pada tengah bentang gording,
memberikan kekakuan tambahan pada gording terhadap sumbu y. Trekstang

Struktur Baja I 25
menahan gaya yang bekerja pada sumbu x. Jumlah trekstang yang digunakan
adalah 1.
Lk
ω = qDy . + Py
n

qDy = qD cos α
Py = P cos α
ω
σ =
A
ω
σ =
1/ 4πd²

akan diperoleh diameter trekstang (d).


cek
n.d ≤ 1/500 Lk (aman)

3.1.8. Perhitungan Angkur


Perhitungan didasarkan terhadap reaksi pada tumpuan tersebut
dimana:

Vn = 0,6 fy Aw (SNI 03-1729-2002, pasal 8.8.3)


τbatang = 75 kg/cm²
P
A =
τ batang

A = πr.L

3.1.9. Perhitungan sambungan las pelat landas


Tabel 3.2 Ukuran minimum las sudut

Struktur Baja I 26
Ukuran maksimum las sudut sepanjang tepi komponen yang
disambung :
a. tp < 6,4 mm t maks = tp
b. tp ≥ 6,4 mm t maks = tp – 1,6 mm
Kuat las sudut : (SNI 03-1729-2002)
Ru ≤ øRnw
dengan
øf Rnw = 0,75 tt (0,6 fu) (bahan dasar)
øf Rnw = 0,75 tt (0,6 fuw) (bahan las)
Dimana :
øf Rnw = gaya terfaktor per satuan panjang las
øf = faktor reduksi kekuatan saat fraktur, 0,75
fu = tegangan tarik putus bahan dasar, Mpa
fuw = tegangan tarik putus bahan las, Mpa
tt = tebal rencana las, mm
Ru
Panjang Las = Ln =
ϕ f Rnw

Ln ≥ 4 tt
L bruto = Ln + 3 tt

Struktur Baja I 27
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN

4.1. Data-Data Perencanaan Kuda-Kuda

40° 40°

Gambar 4.1 Kuda-kuda yang akan dianalisis


Direncanakan :
Bentang kuda-kuda = 8 meter
Jarak antar kuda-kuda = 4 meter
Penutup atap genteng beton = 50 kg (PBI 1983)
Jenis sambungan = Baut
Tekanan angin = 35 kg/m2
Tegangan iji baja = 1700 kg/cm2
Kemiringan kuda-kuda = 40º

4.2. Perhitungan Panjang Batang


1) Tinggi Kuda-Kada (H)
H = 4 x Tan 40°
= 3,35 m
2) Panjang Batang b1=b2=b3=b4=b5=b6
L/6 = 8 / 6
= 1,33 m

Struktur Baja I 28
Sehingga didapat :
b1 = 1,33 m b3 = 1,33 m b5 = 1,33 m

b2 = 1,33 m b4 = 1,33 m b6 = 1,33 m

3) Panjang Batang a1=a2=a3=a4=a5=a6

a1 = (b1) / cos 45°


= 1,88 m
Sehingga didapat :
a1 = 1,88 m a3 = 1,88 m a5 = 1,88 m

a2 = 1,88 m a4 = 1,88 m a6 = 1,88 m

4) Panjang Batang t1=t5

t1 = b1 x Tan 40°
= 1,12 m
Sehingga didapat :
t1 = 1,12 m t5 = 1,12 m
5) Panjang Batang t2=t4

t2 = (b1+b2) x Tan 40°


= 2,23 m
Sehingga didapat :
t2 = 2,23 m t4 = 2,23 m
6) Panjang Batang t3

t3 = (b1+b2+b3) x Tan 40°


= 3,35 m
Sehingga didapat :
t3 = 3,35 m

7) Panjang Bentang d1=d4

d1 =√t12 + b22
= 1,74 m
Sehingga didapat :
d1 = 1,74 m d4 = 1,74 m

Struktur Baja I 29
8) Panjang Bentang d2=d3

d2 = √t 22 + b23
= 2,60 m
Sehingga didapat :
d2 = 2,60 m d3 = 2,60 m

Dari perhitungan diatas didapat hasil sebagai berikut :

No. Batang Panjang Batang Satuan


a1 1,88 Meter
a2 1,88 Meter
a3 1,88 Meter
a4 1,88 Meter
a5 1,88 Meter
a6 1,88 Meter
b1 1,33 Meter
b2 1,33 Meter
b3 1,33 Meter
b4 1,33 Meter
b5 1,33 Meter
b6 1,33 Meter
t1 0,93 Meter
t2 1,86 Meter
t3 2,79 Meter
t4 1,86 Meter
t5 1,12 Meter
d1 1,74 Meter
d2 2,60 Meter
d3 2,60 Meter
d4 1,74 Meter

Tabel 4.1. Panjang Batang

Struktur Baja I 30
4.3. Perencanaan Gording

40° 40°

Gambar 4.2 No frame kuda-kuda utama


Direncanakan :
Bentang kuda-kuda = 8 meter
Jarak antar kuda-kuda = 4 meter
Penutup atap genteng beton = 50 kg (*PBI 1983)
Jenis sambungan = Baut
Tekanan angin = 35 kg/m2
Tegangan iji baja = 1600 kg/cm2
Kemiringan kuda-kuda = 40º
Digunakan Profil Canal 160 x 65 x 7.5 x 10.5 Dengan Karakteristik sbb :
Tegangan ijin baja : 1700 kg/cm2
Sec. Area(A) : 24 cm2
Ix : 925 cm4
Iy : 85,30 cm4
Wx : 116,00 cm3
Wy : 18,30 cm3

4.3.1. Perhitungan Momen Akibat Beban


1. Beban Mati
Berat Sendiri Gording (Canal 160 x 65 x 7.5 x 10.5) = 18,80 kg/m
Berat Atap : (Berat Genteng) x (Jarak Gording)
: 50 x 1,10 = 55 kg/m
Total q : 18,80 + 55 = 73,80 kg/m

Struktur Baja I 31
40°

Gambar 4.3 Gording terhadap sumbu x dan y


qx = q Cos 40°
= 73,80 Cos 40°
= 56,53 kg/m
qy = q Sin 40°
= 73,80 Sin 40°
= 47,44 kg/m
1
Mx = qxL²
8
1
= (73,80)(4²)
8
=147,6 kg.m
1
My = qyL²
8
1
= (47,44)(4²)
8
= 94,88 kg.m
1
Dx = qxL
2
1
= (73,80)(4)
2
=147,60 kg
1
Dy = qyL
2
1
= (47,44)(4)
2
=94,88 kg

Struktur Baja I 32
Lendutan yang timbul :
5qxL4 5(73,80)(4004 )(10−2 )
fx = = = 0,127 cm
384EIx 384(2,1 . 106 )(925)

5qyL4 5(47,44)(4004 )(10−2 )


fy = = = 0,883 cm
384EIy 384(2,1 . 106 )(85,30)

2. Beban Hidup
Beban Terpusat (P = 100 kg) (*SNI 03 - 1729 – 2002)
Px = P Cos 40°
= 100 Cos 40°
= 76,60 kg
Py = P Sin 40°
= 100 Sin 40°
= 64,28 kg
1
Mx = PxL²
8
1
= (76,60)(4²)
8
= 153,20 kg.m
1
My = PyL²
8
1
= (64,28)(4²)
8
= 128,56 kg.m
1
Dx = PxL
2
1
= (76,60)
2
=38,30 kg
1
Dy = PyL
2
1
= (64,28)
2
= 32,14 kg

Struktur Baja I 33
Lendutan yang timbul :
PxL³ (76,60)(4003 )
fx = = = 0,224 cm
48EIx 48(2,1 . 106 )(217)

PyL³ (42,26)(4003 )
fy = = = 0,188 cm
48EIy 48(2,1 . 106 )(217)

3. Beban Terbagi Rata


q = (40-(0,8 x ά)) = (40-(0,8 x 40°)) = 8 kg/m
Beban akibat air hujan yang diterima gording :
q = (Beban Air Hujan x Jarak Gording)
= 20 x 1,10 = 22 kg/m
qx = q Cos 40°
= 22 Cos 40°
= 16,85 kg/m
qy = q Sin 25°
= 22 Sin 25°
= 14,14 kg/m
1
Mx = qxL²
8
1
= (16,85)(4²) = 33,70 kg.m
8
1
My = qyL²
8
1
= (14,14)(4²)
8
= 28,28 kg.m
1
Dx = qxL
2
1
= (16,85)(4)
2
=33,70 kg
1
Dy = qyL
2
1
= (14,14)(4)
2
= 28,28 kg

Struktur Baja I 34
Lendutan yang timbul :
5qxL4 5(16,85)(4004 )(10−2 )
fx = = = 0,123 cm
384EIx 384(2,1 . 106 )(217)

5qyL4 5(14,14)(4004 )(10−2 )


fy = = = 0,678 cm
384EIy 384(2,1 . 106 )(33,1)

Momen akibat beban terpusat > dari momen akibat beban terbgi rata, maka
tegangan yang timbul ditentukan oleh beban terpusat.

4. Beban Angin
Tekanan angin rencana diambil 35 kg/m2
Angin Tekan
< 65°, maka koefisien angin tekan :
C = 0,02 ά – 0,4
= 0,02(35) – 0,4
= 0,3
qx = Koef.Angin x Tekanan Angin x Jarak Gording
= 0,2 x 35 x 1,10
= 7,70 kg/m
qy =0
1
Mx = qxL²
8
1
= (7,70)(4²)
8
= 15,40 kg.m
My = 0
1
Dx = qxL
2
1
= (7,70)(4)
2
=15,40 kg
Dy =0

Struktur Baja I 35
Lendutan yang timbul :
5qxL4 5(7,70)(4004 )(10−2 )
fx = = = 0,056 cm
384EIx 384(2,1 . 106 )(217)

fy =0

Angin Hisap
Koefisien Angin Hisap = -0,4 (*SNI 03 - 1729 – 2002)
qx = Koef.Angin x Tekanan Angin x Jarak Gording
=-0,4 x 35 x 1,10 = -15,40 kg/m
qy =0
1
Mx = qxL²
8
1
= (15,40)(4²)
8
= 30,80 kg.m
My = 0
1
Dx = qxL
2
1
= (15,40)(4)
2
=30,80 kg
Dy =0
Lendutan yang timbul :
5qxL4 5(15,40)(4004 )(10−2 )
fx = = = 0,112 cm
384EIx 384(2,1 . 106 )(217)

fy =0
Catatan : Beban Angin hisap tidak diperhitungkan dalam kombinasi beban

Struktur Baja I 36
Momen dan Bidang Geser Akibat Variasi dan Kombinasi Beban

Momen dan Beban Mati Beban Hidup Beban Angin Kombinasi Beban
Bidang Geser (Kg) (Kg) Tekan Primer Sekunder

(1) (2) (3) (4) (2)+(3) (2)+(3)+(4)

Mx 147,6 153,20 15,40 300,80 316,20

My 94,88 128,56 0 223,44 223,44

Dx 147,6 38,30 15,40 185,90 201,30

Dy 94,88 32,14 0 127,02 127,02


Tabel 4.2. Beban akibat momen dan geser

5. Kontrol Kekuatan Gording


Direncanakan gording dari ProfilCanal 160 x 65 x 7.5 x 10.5
Tegangan ijin baja : 1700 kg/cm2
Sec. Area(A) : 24 cm2
Ix : 925 cm4
Iy : 85,30 cm4
Wx : 116,00 cm3
Wy : 18,30 cm3

Kontrol Kekuatan Gording Terhadap Tegangan


Mtot
lt ytb = =τ = 1700 kg/cm2 (Beban Primer)
W
lt ytb= 5/4 x 1700 kg/cm2 = 2125 kg/cm2 (Beban Sekunder)
Beban Primer
Mx My 30080 22344
lt ytb = + = + = 1480,30 kg/m2
Wx Wy 116,00 18,30

1480,30 kg/m2< 1700 kg/m2 (Aman)


Beban Sekunder
Mx My 31620 22344
lt ytb = + = + = 1493,57 kg/m2
Wx Wy 116 18,30

1493,57 kg/m2< 2125 kg/m2 (Aman)

Struktur Baja I 37
Kontrol Kekuatan Gording Terhadap Lendutan
Batas lendutan maksimum arah vertikal untuk gording batang tunggal menerus
1 1
adalah : fmaks = L= 400 = 1,67 cm
240 240
Lendutan yang timbul terhadap sumbu. x-x
fx = fx Beban Mati + fx Beban Hidup + fx Beban Angin
= 0,127 + 0,224 + 0,056
= 0,407 cm
Lendutan yang timbul terhadap sumbu. y-y
fy = fy Beban Mati + fy Beban Hidup + fy Beban Angin
= 0,883 + 0,188 + 0,000
= 1,071 cm
Total lendutan yang dialami gording adalah :
f ytb = √(fx)2 + (fy)²

=√(0,407)2 + (1.071)²
= 1,15 cm (Aman)
Gording dengan Profil Canal 160 x 65 x 7.5 x 10.5 dapat digunakan

4.4. Perhitungan Pembebanan


1. Beban Mati
Berat Rangka Kuda – Kuda
Beban rangka kuda – kuda dihitung didasarkan rumus Ir. Loa Wan Kiong
qmks = (L-2) s/d (L+5)
= (8-2) s/d (8+5)
= 6 kg/m2 s/d 13 kg/m2
Diambil beban q yang mksimum yaitu : 13 kg/m2
Pelimpahan ke titik buhul :
qmaks x Jarak antar kuda − kuda x panjang bentang kuda − kuda
jumlah titik buhul
13 𝑥 4,0 𝑥 8,0
= = 69,33 kg
7−1

Struktur Baja I 38
Berat Branching / Ikatan Angin
Menurut PPPBI berat branching diambil 25 % dari berat sendiri kuda-kuda
yang dilimpahkan ke titik buhul :
P = 25 % x 69,33 = 17,33 kg
Berat Penutup Atap
Pentup Atap = Genteng Beton (50 kg/m2)
P = Berat Genteng x jarak kuda-kuda x jarak gording
= 50 x 4,0 x 1,1 = 220 kg
Berat Gording
Berat Gording = 18,80 kg/m
P = Berat gording x jarak kuda-kuda
= 18,80 x 4,0 = 75,20 kg
Beban Angin Tekan
Teknan Angin (w) = 35 kg/m2
α = 40°
Koef.Angin Tekan = 0,02α – 0,4
= 0,02(40) – 0,4 = 0,4
Beban Angin Tekan Tiap Buhul
Pt = 0,4 x 35 kg/m2 x 4,0 m x 1,10 m = 61,60 kg
Gaya Tekan Perletakan
Pt = 1/2 Pt = 1/2 (13,20) = 30,80 kg
Beban Angin Hisap
Teknan Angin (w) = 30 kg/m2
α = 40°
Koef.Angin Tekan = -0,4
Beban Angin Hisap Tiap Buhul
Ph = -0,4 x 35 kg/m2 x 4,0 x 1,10 m = -61,60 kg
Gaya Hisap Perletakan
Ph = 1/2 Ph = 1/2 (-61,60) = -30,80 kg
Beban Plafond dan Penggantung
q plafond dan penggantung = 18 kg/m2
P = q x jarak antar kuda-kuda x jarak gording

Struktur Baja I 39
= 18 x 4,0 x 1,10 = 79,20 kg
Beban Hidup (Beban Berguna)
Beban Orang/Pekerja = 100 kg
Beban Air Hujan = (40-0,8xα) x Jarak Gording = 8.8 kg/m
Beban Hujan = 8.8 kg/m x 4,0 m = 35,2 kg
Karena asumsi beban orang dan beban hujan tidak bersamaan, maka yang di
ambil beban yang paling besar diantaranya, yaitu beban orang sebesar100kg

4.5. Perhitungan Reaksi Tumpuan Akibat Beban


Total Beban yang bekerja pada tiap titik buhul adalah :
Beban Rangka Kuda – Kuda = 69,33 kg
Beban Branching = 17,33 kg
Beban Penutup Atap = 220 kg
Berat Gording = 75,20 kg
Beban Hidup = 100 kg +
Total Beban = 481,86 kg ~ 482 kg
Beban Pada Titik Buhul (P) = 482 kg
Beban Seluruh Atap = (1/2 P) + (5 x P) = 2651 kg
Beban Perletakan RA=RB= 1325,5 kg

40° 40
°

Gambar 4.4 Beban pada tiap titik buhul

Struktur Baja I 40
Diagran Cremona Akibat Beban

Gambar 4.5 Cremona akibat beban Skala 1 cm : 10 kg

Struktur Baja I 41
4.6. Perhitungan Reaksi Tumpuan Akibat Beban Angin
1. Perhitungan Reaksi Tumpuan Akibat Beban Angin Kiri

Ph cos 40°
Pt cos 40°

Pt sin 40° Ph sin 40°

40° 40°

Gambar 4.6 Beban pada tiap titik buhul akibat angin kiri

Diketahui Data-Data Sbb:


Berat Angin Tekan
Pt = 0,1 x 35 kg/m2 x 4,0 m x (1,88+1,88+1,88) m = 78,96 kg
Beban Angin Tiap Titik Simpul
Pt = Pt/ 3 = 26,32 kg
Beban Angin Perletakan
Pt = 17,64 / 2 = 13,16 kg

Berat Angin Hisap


Ph = -0,4 x 35 kg/m2 x 4,0 x (1,88+1,88+1,88) m = -315,84 kg
Beban Angin Tiap Titik Simpul
Ph = Ph Cos 40° / 3 = -80,65 kg
Beban Angin Perletakan
Ph = -80,65 / 2 = -40.325 kg

Sehingga Perhitungan Sbb :


RA= Ʃ MB = 0
RA(8) –78,96 Cos 40°(6) + 78,96 Sin 40°(0,93) + 315,84 Cos 40°(2) + 315,84 Sin
40°(0,93) = 0,00

Struktur Baja I 42
RA(8) – 362,92 + 47,20 + 483,89 + 188,81 = 0,00
RA = -44,62 kg
RB= Ʃ MA = 0
-RB(8) + 315,84 Cos 40° (6) + 315,84 Sin 40°(0,93) + 78,96 Cos 40°(2) + 78,96
Sin 40°(0,93) = 0,00
-RB(8) +1451,68 + 188,81 + 120,97 + 47,20 = 0,00
RB = 241,20 kg
Kontrol Ʃ V = 0
((-44,62) + 241,20)– (88,42 +(-243,85)) = 0,00

2. Perhitungan Reaksi Tumpuan Akibat Beban Angin Kanan

Ph cos 40°
Pt cos 40°

Pt sin 40° Ph sin 40°

40° 40°

Gambar 4.7 Beban pada tiap titik buhul akibat angin kanan

Diketahui Data-Data Sbb:


Berat Angin Tekan
Pt = 0,1 x 35 kg/m2 x 4,0 m x (1,88+1,88+1,88) m = 78,96 kg
Berat Angin Hisap
Ph = -0,4 x 35 kg/m2 x 4,0 x (1,88+1,88+1,88) m = -315,84 kg

Sehingga Perhitungan Sbb :


RA= Ʃ MB = 0
RA(8) – 315,84 Cos 40°(6) – 315,84Sin 40°(0,93) – 78,96 Cos 40°(2) – 78,96
Sin 40°(0,93)

Struktur Baja I 43
RA= 241,20 kg
RB= Ʃ MA = 0
-RB(8) + 78,96 Cos 40°(6) – 78,96 Sin 40°(0,93) – 315,84 Cos 40°(2) – 315,84
Sin 40°(0,93)
RB= -44,62 kg

Kontrol Ʃ V = 0
(241,20 + (-44,62)) – (88,42 +(-243,85)) = 0,00

Diagran Cremona Akibat Beban Angin Kiri

Struktur Baja I 44
Gambar 4.8 Cremona akibat beban angin kiri Skala 1 cm : 1 kg
Diagran Cremona Akibat Beban Angin Kanan

Gambar 4.8 Cremona akibat beban angin kanan Skala 1 cm : 1 kg

4.7. Perhitungan Gaya Batang


Sebelum mendimensi batang dilakukan perhitungan gaya-gaya batang
terlebih dahulu dengan cara Cremona.

Struktur Baja I 45
Tabel 4.3. Gaya batang akibat beban yang bekerja
Tabel Gaya Batang dengan cara Cremona
No Beban Atap Angin Kiri Angin Kanan Total
Kesimpulan Gaya
Batang Tarik ( + ) Tekan ( - ) Tarik ( + ) Tekan ( - ) Tarik ( + ) Tekan ( - ) Tarik ( + ) Tekan ( - )
a1 3214,000 8,600 22,030 30,630 3214,000
a2 3214,000 8,180 15,740 23,920 3214,000
a3 2081,000 12,420 9,870 22,290 2081,000
Batang Tekan 3214,000 kg
a4 2081,000 9,870 12,420 22,290 2081,000
a5 2364,000 15,740 8,180 23,920 2364,000
a6 2301,000 22,030 8,600 30,630 2301,000
b1 2642,000 8,650 29,670 2642,000 38,320
b2 2642,000 8,650 29,670 2642,000 38,320
b3 2163,000 10,430 21,060 2163,000 31,490
Batang Tarik 2642,000 kg
b4 2163,000 21,060 10,430 2163,000 31,490
b5 2642,000 29,670 8,650 2642,000 38,320
b6 2642,000 29,670 8,650 2642,000 38,320
d1 680,000 3,800 10,080 0,000 680,000
d2 586,000 3,800 12,450 0,000 602,250
Batang Tekan 680,000 kg
d3 586,000 12,450 3,800 16,250 586,000
d4 680,000 10,080 3,800 13,880 680,000
t1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
t2 285,000 1,090 4,350 286,090 4,350
t3 1345,000 6,940 6,940 1345,000 13,880 Batang Tarik 1345,000 kg
t4 285,000 4,350 1,090 286,090 4,350
t5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Struktur Baja I 46
4.8. Mendimensi Batang
Setelah didapatkan gaya-gaya batang dilakukan pendimensian batang sesuai
dengan gaya batang yang bekerja yaitu batang tekan atau batang tarik. Dari
besarnya gaya tersebut bisa didapatkan ukuran dari profil kuda-kuda baja. Dalam
hal ini direncanakan rangka kuda-kuda baja menggunakan baja profil siku ganda
atau dobel.

4.9. Mendimensi Batang Tarik


1. Perhitungan Batang b
Dari hasil perhitungan gaya batang diperoleh gaya terbesar yaitu :
P = 2642 kg
σ' = 1700 kg/cm2
Alat sambung yang digunakan adalah “Baut” dengan Δ Fbr = 15 % (diambil nilai
maksimal).
P 2642
Fn = = = 0,96 cm2
σ′ 1700
Fbr = Fn + 15% Fn
= 0,96 + 0,144 = 1,104 cm2

Perencanaan mengunakan profil siku sama kaki dobel, jadi Luas Bruto (Fbr)
dibagi 2.
Fbr 1,104
FProfil = = = 0,552 cm2
2 2
Dari tabel baja maka di pakai baja profil siku dengan ukuran 15 x 15 x 4,0
Dengan Nilai FProfil = 1,05 cm2

Struktur Baja I 47
Kontrol Tegangan
P 2642
σ = =
2 x FProfil 2,1

= 1258,10 kg/cm2 ≤ σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)

2. Perhitungan Batang t
Dari hasil perhitungan gaya batang diperoleh gaya terbesar yaitu :
P = 1345 kg
σ' = 1700 kg/cm2
Alat sambung yang digunakan adalah “Baut” dengan Δ Fbr = 15 % (diambil nilai
maksimal).
P 1345
Fn = = = 0,79 cm2
σ′ 1700
Fbr = Fn + 15% Fn
= 0,70 + 0,12 = 0,82 cm2
Perencanaan mengunakan profil siku sama kaki dobel, jadi Luas Bruto (Fbr)
dibagi 2.
Fbr 0,82
FProfil = = = 0,41 cm2
2 2
Dari tabel baja maka di pakai baja profil siku dengan ukuran 15 x 15 x 3,0
Dengan Nilai FProfil = 0,82 cm2
Kontrol Tegangan
P 1345
σ = =
2 x FProfil 1,64

= 820,12 kg/cm2 ≤ σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)


Sehingga untuk Batang T digunakan Baja profil siku dengan ukuran 15 x 15 x 3,0

4.10. Mendimensi Batang Tekan


1. Perhitungan Batang a
Dari hasil perhitungan gaya batang diperoleh gaya terbesar yaitu :
P = 3214 kg
Dimana Nilai Lk = 1,10 m

Struktur Baja I 48
P
FTaksiran = + 2.5 Lk2
σ′
3214
= + 2.5 (1,10)2= 4,92 cm2
1700
Perencanaa menggnakan profil siku sama kaki dobel jad FTaksiran dibagi 2
Ftaksiran
FProfil = = 2,46 cm2
2
Dari tabel didapatkan ukuran baja profil siku 30 x 30 x 5
Dengan Data-Data Sbb :
Tebal Plat Buhul direncanakan = 10 mm
Ix = Iy = 2,16 cm4
ix = iy = 0,88 cm
iξ = 1,11 cm
iη = 0,57 cm
ex = ey = 0,92 cm
FProfil = 2,78 cm2
IxTotal = 2.Ix = 4,32 cm4
FTotal = 2. FProfil= 5,56 cm2

Ix total 4,32
ixTotal =√ =√ = 0,88 cm
Ftotal 5,56

λx = Lk / ix
= 110 / 0,88 = 125≈125
ω = 3,02 (Dari Tabel Baja)

Kontrol Tegangan
P
σ = .ω
2 x F profil
3214
= . 3,02
5,56
= 1645,73 kg/cm2≤σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)

IyTotal =2 (2,16) + ( 2 (2,78) x (0,92+0,5)2 )


= 15,53 cm4

Struktur Baja I 49
Iy total 15,53
IyTotal =√ =√ =1,67 cm
Ftotal 5,56

λy = Lk / iy
= 110 / 1,67 = 65,86≈66
ω = 1,41 (Dari Tabel Baja)
P
σ = .ω
2 x F profil
3214
= . 1,41
5,56
= 815,06 kg/cm2≤σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)

Menekuk Terhadap Sumbu Bahan


λx = Lk / ix
= 110 / 0,88 = 125
ω = 3,02 (Dari Tabel Baja)
P
σ = .ω
2 x F profil
3214
= . 3,02
5,56
= 1645,73 kg/cm2≤σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)

Menekuk Terhadap Sumbu Bebas Bahan


λy = Lk / iy
= 110 / 1,67 = 65,87
λi = 40,00

λy²+m x λi² 65,87²+2 x 40²


λiy =√ =√ = 77,02≈77
2 2

ω = 1,57 (Dari Tabel Baja)


P
σ = .ω
2 x F profil
3214
= . 1,57
5,56

Struktur Baja I 50
= 907,55 kg/cm2≤σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)
"Setelah dilakukan pengecekan terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas
bahan profil 30 x 30 x 5 aman untuk digunakan"

2. Perhitungan Batang d
Dari hasil perhitungan gaya batang diperoleh gaya terbesar yaitu :
P = 680 kg
Dimana Nilai Lk = 1,82 m
P
FTaksiran = + 2.5 Lk2
σ′
680
= + 2.5 (1,82)2= 8,68 cm2
1700
Perencanaa menggnakan profil siku sama kaki dobel jad FTaksiran dibagi 2
Ftaksiran
FProfil = = 4,34 cm2
2
Dari tabel didapatkan ukuran baja profil siku 40 x 40 x 6
Dengan Data-Data Sbb :
Tebal Plat Buhul direncanakan = 10 mm
Ix = Iy = 6,33 cm4
ix = iy = 1,19 cm
iξ = 1,49 cm
iη = 0,77 cm
ex = ey = 1,20 cm
FProfil = 4,48 cm2
IxTotal = 2.Ix = 12,66 cm4
FTotal = 2. FProfil = 8,96 cm2

Ix total 12,66
ixTotal =√ =√ = 1,41 cm
Ftotal 8,96

λx = Lk / ix
= 182 / 1,41 = 129,07≈129
ω = 3,21 (Dari Tabel Baja)

Struktur Baja I 51
Kontrol Tegangan
P
σ = .ω
2 x F profil
680
= . 3,21
8,96
= 243,61 kg/cm2≤σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)

IyTotal =2 (6,33) + ( 2 (4,48) x (1,20+0,5)2 )


= 38,55 cm4

Iy total 38,55
IyTotal =√ =√ = 2,07 cm
Ftotal 8,96

λy = Lk / iy
= 110 / 2,07 = 53,14≈53
ω = 1,27 (Dari Tabel Baja)
P
σ = .ω
2 x F profil
680
= . 1,27
8,96
= 96,38 kg/cm2≤σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)

Menekuk Terhadap Sumbu Bahan


λx = Lk / ix
= 110 / 1,19 = 92,44≈92
ω = 1,84 (Dari Tabel Baja)
P
σ = .Ω
2 x F profil
680
= . 1,84
8,96
=139,64 kg/cm2≤σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)

Menekuk Terhadap Sumbu Bebas Bahan


λy = Lk / iy
= 110 / 2,07 = 53,14

Struktur Baja I 52
λi = 40,00

λy²+m x λi² 53,14²+2 x 40²


λiy =√ =√ = 54,88≈55
2 2

ω = 1,29 (Dari Tabel Baja)


P
σ = .ω
2 x F profil
680
= . 1,29
8,96
= 87,90 kg/cm2≤σ' = 1700 kg/cm2 (Syarat Terpenuhi)
"Setelah dilakukan pengecekan terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas
bahan profil 40 x 40 x 6 aman untuk digunakan"

4.11. Merencanakan Pelat Kopel


1. Batang a = 3214 kg/cm
Panjang Batang = 1,10 m
Profil Batang = 30 x 30 x 5
Dengan Data-Data :
Ix = Iy = 2,16 cm4
ix = iy = 0,88 cm
iξ = 1,11 cm
iη = 0,57 cm
Iη = 0,91 cm4
ex = ey = 0,92 cm
FProfil = 2,78 cm2
Jarak Pelat Kopel = 36,67 cm
Jumlah Medan = 3 Buah
Jumlah Pelat Kopel = 4 Buah

Gaya Lintang yang dipikul pelat kopel = 0,02 x 3214 = 64,28 kg


Tegangan geser persatuan panjang = D x Sy/Iy
= 64,28 x 3,22 / 15,53 = 13,33 kg/m

Struktur Baja I 53
Dimana Sy = Fprofil . ½ . a
= 2,27 x ½ x 2,84
= 3,22 cm3
Jadi gaya geser yang dipikul pelat kopel adalah :
L = t x L1
=13,33 x 36,67 = 488,81 kg
Ukuran pelat kopel :
Tebal Pelat = 10 mm
Ip / a ≥10 ( Iη / L1 )
a ≥ 2 . ex + (Tebal Pelat)
( 1/12(1,0)h3) / 2,84 ≥10 (0,91 / 36,67)
h3 ≥8,62
h ≥2,05 cm
h ≈ 2 cm
Dari Perhitungan maka digunakan plat kopel ukuran 58 x 20 x 10
Direncanakan las sudut

0,8
P1 = x 488,81 = 260,70 kg
0,5+1,0

1/2 (260,70)(√2)
σ =τ=
0,5 Ln

δi = √σ² + 3 τ²≤ 1.700 kg/cm2

1/2 (260,70)(√2) 1/2 (260,70)(√2)


δi = √( )² + 3. ( )²
0,5 Ln 0,5 Ln

Struktur Baja I 54
368 1106,05
δi = √( )² + ( )²
Ln Ln

1474,05
δi = ≤ 1.700 kg/cm2
Ln
Ln = 0,65 cm
a ≤1/2.(t).(√2 ) = 0,57 cm
a = 0,50 ...........(Untuk Las)
Lmaks = 40a = 22,80 cm
LBruto = Ln + 3a
= 0,65 + 3(0,50) =2,15 cm ≈ 3 cm
Jadi ukuran las 30 x 5 mm
Kontrol Tegangan Akibat Geser
3 D
τ = x
2 A
3 62,28
= x = 24,105 kg/cm2 ≤τ ijin (0,6 x 1700 = 1020 kg/cm2)
2 4
(Konstrksi Aman)

2. Batang d = 680 kg/cm


Panjang Batang = 1,82 m
Profil Batang = 40 x 40 x 6
Dengan Data-Data :
Ix = Iy = 6,33 cm4
ix = iy = 1,19 cm
iξ = 1,49 cm
iη = 0,77 cm
iη = 2,67 cm4
ex = ey = 1,20 cm
FProfil = 4,48 cm2
Jarak Pelat Kopel = 37,40
Jumlah Medan = 5 Buah
Jumlah Pelat Kopel = 6 Buah
Gaya lintang persatuan pelat kopel = 0,02 x 680 = 13,60 kg

Struktur Baja I 55
Tegangan geser persatuan panjang = D x Sy/Iy
= 13,60 x 7,62 / 38,55 = 2,69 kg
Dimana Sy = Fprofil . ½ . a
= 4,48 x ½ x 3,40
= 7,62 cm3
Jadi gaya geser yang dipikul pelat kopel adalah :
L = t x L1
= 2,25 x 37,40 = 84,15 kg
Ukuran pelat kopel :
Tebal Pelat = 10 mm
Ip / a ≥10 ( Iη / L1 )
a ≥ 2 . ex + (Tebal Pelat)
( 1/12(1,0)h3) / 3,40 ≥ 10 (2,67 / 37,40)
h3 ≥28,97
h ≥3,07 cm
h ≈ 3 cm
Dari Perhitungan maka digunakan plat kopel ukuran 58 x 30 x 10

Direncanakan las sudut

0,8
P1 = x 84,15 = 44,88 kg
0,5+1,0

1/2 (44,88)(√2)
σ =τ=
0,5 Ln

δi = √σ² + 3 τ²≤ 1.700 kg/cm2

Struktur Baja I 56
1/2 (44,88)(√2) 1/2 (44,88)(√2)
δi = √( )² + 3. ( )²
0,5 Ln 0,5 Ln

63,5 190,4
δi = √( )² + ( )²
Ln Ln

200,709
δi = ≤ 1.700 kg/cm2
Ln
Ln = 0,13 cm
a ≤ 1/2.(t).(√2 ) = 0,57 cm
a = 0,50 ...........(Untuk Las)
Lmaks = 40a = 22,80 cm
LBruto = Ln + 3a
= 0,13 + 3(0,50) = 1,63 cm ≈2 cm
Jadi ukuran las 20 x 5 mm
Kontrol Tegangan Akibat Geser
3 D
τ = x
2 A
3 13,60
= x = 5,10 kg/cm2 ≤τ ijin (0,6 x 1700 = 1020 kg/cm2)
2 4
(Konstrksi Aman)

4.12. Menghitung Sambungan


1. Menghitung Jumlah Baut
Batang A (Batang Tekan) dipakai profil siku sama kaki 30 x 30 x 5
Kekuatan Baut :
direncanakan menggunakan baut) = 8 mm
Tebal Pelat buhul S1 = 10 mm
Tebal siku profil S2=S3 = 5 mm Jadi S2 + S3 = 10 mm
Gaya (N) = 3214 kg
σ' = 100 kg/cm2
dn = 0,8 cm
d = 0,8 + 0,1 = 0,9 cm
s = 10 mm (tebal terkecil antara pelat dengan t profil)
N Ggeser 2 Irisan = 2 x 1/4 x π x dn2 x σ

Struktur Baja I 57
= 2 x 1/4 x π x 0.82 x ( 0.60 x 1700 )
= 1024,896 kg
N Tumpuan = d x s x σ Tumpuan
= 0,9 x 1.0 x 1.5 x 1700
= 2295 kg
Diambil N Terkecil = 1024,897 kg
P 3214
n = = = 3,01 ≈ 3
N 1024,896
Jadi dipakai baut ukuran 3 Ø 8 mm
Dikarenakan gaya batang untuk batang a1 s/d a6 relatif sama besarnya atau dalam
hal ini diambil gaya terbesar, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa seluruh batang
A menggunakan jumlah dan diameter baut yang sama yaitu 3 Ø 8
Menghitung Jarak Baut

3Ø 8
30 x 30 x 5

Pelat Buhul
t = 10 mm

Jarak dari baut ke tepi


1,2 d ≤ s1 ≤ 3d atau 6t
1.2 ( 0,8 ) ≤ s1 ≤ 3 (0,8) atau 6 (1,0)
0,96 ≤ s1 ≤ 2,4 atau 4,8
Diambil nilai S1 = 1,5 cm
Jarak Antar Baut
2,5 d ≤ S ≤ 7d atau 14t
2,5 ( 0,8 ) ≤ S ≤ 7 (0,8) atau 14 (1,0)
2 ≤ S ≤ 5,6 atau 14
Diambil nilai S = 3 cm
Jadi Panjang S1+S+S+S1 = 9 cm
Lebar (Ukuran Profil) = 3,0 cm

Struktur Baja I 58
Luas bruto area pelemahan = 9 x 3,0
Kontrol Kekuatan Baut
Py = P. Sin 40°

Px = P. Cos 40°

Gaya pada 1 Baut


Gaya yang bekerja
P/Jumlah Baut
P 3214 P 1071,33
Px 2065,92 Px 688,64
Py 2462,07 Py 820,68

Terhadap sumbu x
Px
τ = ≤ 0,6 x 1600
3.A Baut
688,64
= = 456,05 kg/cm2≤ 1071,33 kg/cm2
1,51
(Konstruksi Aman)

Terhadap sumbu y
Py
τ = ≤ 0,6 x 1700
3.A Baut
820,68
= = 543,50 kg/cm2≤ 1071,33 kg/cm2
1,51
(Konstruksi Aman)

Terhadap sumbu x
Px 688,64
σ tpx = =
d.s 0,9 .1
= 765.156 kg/cm2 ≤ (1,5 x 1700 = 2550 kg/cm2)
(Konstrksi Aman)

Struktur Baja I 59
Terhadap sumbu y
Py 820,68
σ tp = =
d.s 0,9 .1
= 911,867 kg/cm2 ≤ (1,5 x 1700 = 2250 kg/cm2)
(Konstrksi Aman)
Setelah dilakukan kontrol kekuatan baut 3 Ø 8 aman digunakan

Batang B (Batang Tarik) dipakai profil siku sama kaki 15 x 15 x 4


Kekuatan Baut :
direncanakan menggunakan baut) = 8 mm
Tebal Pelat buhul S1 = 10 mm
Tebal siku profil S2=S3 = 4 mm Jadi S2 + S3 = 8 mm
Gaya (N) = 2642 kg
σ' = 1700 kg/cm2
dn = 0,8 cm
d = 0,8 + 0,1 = 0,9 cm
s = 8 mm (tebal terkecil antara pelat dengan t profil)
N Ggeser 2 Irisan = 2 x 1/4 x π x dn2 x σ
= 2 x 1/4 x π x 0.82 x ( 0.60 x 1700 )
= 1024,896 kg
N Tumpuan = d x s x σ Tumpuan
= 0,9 x 0,8 x 1.5 x 1700
= 1836 kg
Diambil N Terkecil = 1024,896 kg
P 2642
n = = = 2,58≈ 3
N 1024,896
Jadi dipakai baut ukuran 3 Ø 8 mm
Dikarenakan gaya batang untuk batang b1 s/d b6 relatif sama besarnya atau dalam
hal ini diambil gaya terbesar, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa seluruh batang
A menggunakan jumlah dan diameter baut yang sama yaitu 3 Ø 8

Struktur Baja I 60
Menghitung Jarak Baut

3Ø 8




15 x 15 x 4
Pelat Buhul
t = 10 mm

Jarak dari baut ke tepi


1,2 d ≤ s1 ≤ 3d atau 6t
1.2 ( 0,8 ) ≤ s1 ≤ 3 (0,8) atau 6 (1,0)
0,96 ≤ s1 ≤ 2,4 atau 4,8
Diambil nilai S1 = 1,5 cm
Jarak Antar Baut
2,5 d ≤ S ≤ 7d atau 14t
2,5 ( 0,8 ) ≤ S ≤ 7 (0,8) atau 14 (1,0)
2 ≤ S ≤ 5,6 atau 14
Diambil nilai S = 3 cm
Jadi Panjang S1+S+S+S1 = 9 cm
Lebar (Ukuran Profil) = 1,5 cm
Luas bruto area pelemahan = 9 x 1,5
Kontrol Kekuatan Baut
Gaya pada 1 Baut
Gaya yang bekerja
P/Jumlah Baut
P 2642 P 880,67

P
τ = ≤ 0,6 x 1700
3.A Baut
880,67
= = 514,16 kg/cm2≤ 880,67 kg/cm2
1,51
(Konstruksi Aman)

Struktur Baja I 61
P 880,67
σ tp = =
d.s 0,9 .1
= 978,856 kg/cm2 ≤ (1,5 x 1700 = 2550 kg/cm2)
(Konstruksi Aman)
Setelah dilakukan kontrol kekuatan baut 3 Ø 8 aman digunakan

Batang D (Batang Tekan) dipakai profil siku sama kaki 40 x 40 x 6


Kekuatan Baut :
direncanakan menggunakan baut = 8 mm
Tebal Pelat buhul S1 = 10 mm
Tebal siku profil S2=S3 = 6 mm Jadi S2 + S3 = 12 mm
Gaya (N) = 680 kg
σ' = 1700 kg/cm2
dn = 0,8 cm
d = 0,8 + 0,1 = 0,9 cm
s = 10 mm (tebal terkecil antara pelat dengan t profil)
N Ggeser 2 Irisan = 2 x 1/4 x π x dn2 x σ
= 2 x 1/4 x π x 0.82 x ( 0.60 x 1700 )
= 1024,896 kg
N Tumpuan = d x s x σ Tumpuan
= 0,9 x 1.0 x 1.5 x 1700
= 2295 kg
Diambil N Terkecil = 1024,896 kg
P 680
n = = = 0,66≈ 2
N 1024,896
Jadi dipakai baut ukuran 2Ø 8 mm
Dikarenakan gaya batang untuk batang b1 s/d b6 relatif sama besarnya atau dalam
hal ini diambil gaya terbesar, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa seluruh batang
A menggunakan jumlah dan diameter baut yang sama yaitu 2 Ø 8

Struktur Baja I 62
Menghitung Jarak Baut

2Ø 8 15 x 15 x 3
α 43⁰
Pelat Buhul 1,047
t =10 mm

Gaya pada 1 Baut


Gaya yang bekerja
P/Jumlah Baut
P 680 P 340
Px 437,10 Px 218,55
Py 520,91 Py 260,455
Jarak dari baut ke tepi
1,2 d ≤ s1 ≤ 3d atau 6t
1.2 ( 0,8 ) ≤ s1 ≤ 3 (0,8) atau 6 (1,0)
0,96 ≤ s1 ≤ 2,4 atau 4,8
Diambil nilai S1 = 1,5 cm
Jarak Antar Baut
2,5 d ≤ S ≤ 7d atau 14t
2,5 ( 0,8 ) ≤ S ≤ 7 (0,8) atau 14 (1,0)
2 ≤ S ≤ 5,6 atau 14
Diambil nilai S = 3 cm
Jadi Panjang S1+S+S1 = 6 cm
Lebar (Ukuran Profil) = 4,0 cm
Luas bruto area pelemahan = 6 x 4,0
Terhadap Sumbu x
Px
τ = ≤ 0,6 x 1700
2.A Baut
218,55
= = 216,38 kg/cm2≤ 340 kg/cm2
1,01
(Konstruksi Aman)

Struktur Baja I 63
Terhadap sumbu y
Py
τ = ≤ 0,6 x 1700
2.A Baut
260,455
= = 257,88 kg/cm2≤ 340 kg/cm2
1,01
(Konstruksi Aman)

Terhadap sumbu x
Px 218,55
σ tp = =
d.s 0,9 .1
= 242.83 kg/cm2 ≤ (1,5 x 1700 = 2550 kg/cm2)
(Konstrksi Aman)

Terhadap sumbu y
Py 260,455
σ tp = =
d.s 0,9 .1
= 289,40 kg/cm2 ≤ (1,5 x 1700 = 2550 kg/cm2)
(Konstrksi Aman)
Setelah dilakukan kontrol kekuatan baut 2Ø 8 aman digunakan

Batang T (Batang Taik) dipakai profil siku sama kaki 15 x 15 x 3


Kekuatan Baut :
direncanakan menggunakan baut) = 8 mm
Tebal Pelat buhul S1 = 10 mm
Tebal siku profil S2=S3 = 3 mm Jadi S2 + S3 = 6 mm
Gaya (N) = 1345 kg
σ' = 1700 kg/cm2
dn = 0,8 cm
d = 0,8 + 0,1 = 0,9 cm
s = 6 mm (tebal terkecil antara pelat dengan t profil)
N Ggeser 2 Irisan = 2 x 1/4 x π x dn2 x σ
= 2 x 1/4 x π x 0.82 x ( 0.60 x 1700 )
= 1024,896 kg

Struktur Baja I 64
N Tumpuan = d x s x σ Tumpuan
= 0,9 x 0,6 x 1.5 x 1700
= 1377 kg
Diambil N Terkecil = 1024,896 kg
P 1345
n = = = 1,31≈ 2
N 1024,896
Menghitung Jarak Baut
15

15 x 15 x 3


Pelat Buhul t=10
2Ø 8

Jarak dari baut ke tepi


1,2 d ≤ s1 ≤ 3d atau 6t
1.2 ( 0,8 ) ≤ s1 ≤ 3 (0,8) atau 6 (1,0)
0,96 ≤ s1 ≤ 2,4 atau 4,8
Diambil nilai S1 = 1,5 cm
Jarak Antar Baut
2,5 d ≤ S ≤ 7d atau 14t
2,5 ( 0,8 ) ≤ S ≤ 7 (0,8) atau 14 (1,0)
2 ≤ S ≤ 5,6 atau 14
Diambil nilai S = 3 cm
Jadi Panjang S1+S+S = 6 cm
Lebar (Ukuran Profil) = 1,5 cm
Luas bruto area pelemahan = 6 x 1,5
Kontrol Kekuatan Baut

Gaya pada 1 Baut


Gaya yang bekerja
P/Jumlah Baut
P 1345 P 672,50

P
τ = ≤ 0,6 x 1700
2.A Baut
Struktur Baja I 65
672,50
= = 665,84 kg/cm2≤ 672,50 kg/cm2
1,01
(Konstruksi Aman)

P 672,50
σ tp = =
d.s 0,9 .0,6
= 1245,37 kg/cm2 ≤ (1,5 x 1700 = 2550 kg/cm2)
(Konstruksi Aman)

Struktur Baja I 66
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan konstruksi kuda – kuda baja di atas dapat penulis
simpulkan :
1. Konstruksi kuda-kuda menggunakan baja konvensional profil siku ganda
a) 15x15x4 untuk batang (b)
b) 15x15x3 untuk batang (t)
c) 30x30x5 untuk batang (a)
d) 40x40x6 untuk batang (d)
2. Gording menggunakan profil kanal 160 x 65 x 7.5 x 10.5 dan sambungan
menggunakan baut.
3. Kesimpulan akhir dari perhitungan kuda-kuda baja ini adalah ukuran atau
dimensi dari profil kuda-kuda sangat tergantung daripada beban yang
bekerja di atasnya misalnya , beban angin, beban atap, beban kuda-kuda itu
sendiri.

5.2 Saran
Dalam perhitungan kuda-kuda baja ini dapat penulis sarankan hal-hal sebagai
berikut :
1. Dalam perencanaan kuda-kuda baja, mahasiswa sebaiknya mengacu pada
SNI Baja atau referensi-referensi lain yang bisa dipertanggungjawabkan
keabsahannya.
2. Dikarenakan banyaknya referensi tentang konstruksi baja, diharapkan
mahasiswa sering melakukan assistensi kepada dosen pembimbing agar
perencanaan kuda-kuda baja ini benar.
3. Untuk proses perhitungan gaya batang sebaiknya dilakukan dengan cara
analitis maupun grafis sehingga kesalahan perhitungan bisa diminimalkan.

Struktur Baja I 67
DAFTAR PUSTAKA

Ir. Rudy Gunawan , Tabel Profil Konstruksi Baja, 2011, Cetakan ke 20,
Yogyakarta
SNI 03 - 1729 – 2002 , Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung, 2002, Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung 1983, Cetakan Kedua, Bandung
Dian Ariestadi, Teknik Struktur Bangunan Jilid III, 2008
www.ilmu-sipil.com

Struktur Baja I 68

Anda mungkin juga menyukai