Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS

SEORANG LAKI-LAKI USIA 53 TAHUN DENGAN BURST FRACTURE


PADA VERTEBRA LUMBAL II KRITERIA DENNIS MAYOR B DAN
FRANKEL D

DISUSUN OLEH :

Dwi Nur Abadi G99182005


Edwin Okaa Mustofa G99172065
M. Fakhri Kusuma W G99172104
Zaki Ramadhan R G991908023

Periode : 8-15 September 2019

Pembimbing :
dr. R. Andhi Prijosedjati, Sp.OT (K)

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT ORTHOPAEDI PROF.DR.R. SOEHARSO SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
/ Rumah Sakit Orthopaedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Presentasi kasus
dengan judul:

SEORANG LAKI-LAKI USIA 53 TAHUN DENGAN BURST FRACTURE


PADA VERTEBRA LUMBAL II KRITERIA DENNIS MAYOR B DAN
FRANKEL D

Hari, tanggal : 10 September 2019

Oleh:
Dwi Nur Abadi G99182005
Edwin Oka Mustofa G99172065
M. Fakhri Kusuma W G99172104
Zaki Ramadhan R G991908023

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

dr. R. Andhi Prijosedjati, Sp.OT (K)


BAB I

STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS
I. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lampung Tengah
No RM : 00364xxx
MRS : 8 September 2019
Tanggal Periksa : 9 September 2019

II. KeluhanUtama
Nyeri pada punggung sejak 2 hari SMRS

III. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSO Prof. R. Soeharso dengan keluhan nyeri
pada punggung sejak 2 hari SMRS. Sebelumnya pasien terjatuh dari
atap rumah dengan ketinggian ± 5 meter dengan posisi terduduk. Nyeri
dirasakan terus menerus dan memberat saat digerakan, tetapi pasien
masih dapat berjalan tanpa alat bantu. Pasien juga mengeluhkan tidak
bisa BAK dan BAB setelah kejadian terjatuh. Pingsan (-), mual (-),
muntah (-). Oleh penolong pasien dibawa ke RS Mardi Waluyo Metro
Lampung. Pasien dirawat inap, dilakukan foto rontgen, dan dipasang
kateter urine. Karena keterbatasan sarana kemudian pasien dirujuk ke
RSO Prof. R. Soeharso.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma atau deformitas sebelumnya : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat hepatitis : disangkal
Riwayat diabetes : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat keganasan : disangkal
Riwayat mondok : 1 hari di RS Mardi
Waluyo Lampung
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat Ambulasi : berjalan tanpa
bantuan alat

V. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat keganasan : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat keluhan yang sama : disangkal
Riwayat sakit jantung bawaan : disangkal
Riwayat diabetes : disangkal

VI. Riwayat Kebiasaan


Riwayat minum minuman keras : disangkal
NAPZA : disangkal
Riwayat merokok : disangkal

VII. Riwayat Gizi


Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk berganti-ganti. Nafsu makan baik.

VIII. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien berobat dengan fasilitas umum.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Compos mentis E4V5M6, tampak sakit sedang.
1. Primary Survey
Airway : Bebas
Breathing : Pernapasan spontan, thoracoabdominal 20x/ menit,
simetris, normal
Circulation : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90x/menit
Disability : GCS E4V5M6, refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm)
Exposure : Suhu 36,5 ° C

2. Secondary Survey
Mata : pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
Telinga : sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
Hidung : bentuk simetris, napas cuping hidung (-)
Kulit : sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petekie (-),
turgor baik
Kepala : mesocephal, lesi (-)
Mulut : maloklusi (-), lidah kotor (-), gigi tanggal (-)
Leher : deviasi trakea (-), jejas (-), nyeri tekan (-)
Thorax : simetris, normochest, retraksi (-)
Cor :I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis tidak kuat angkat
P : batas jantung tidak melebar
A : bunyi jantung I-II, intensitas reguler,
bising (-)
Pulmo :I : pengembangan dinding dada kanan = kiri
P : fremitus raba dinding dada kanan = kiri
P : sonor / sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+), suara nafas
tambahan (-/-)
Abdomen :I : dinding perut sejajar dinding dada,
distended (-)
A : bising usus (-)
P : timpani
P : supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat(+), edema (-)

3. Status Lokalis
Regio Spine
Look : Skin intak, swelling (+)
Feel : Nyeri tekan (+) thoracolumbal junction, neurovascular
disturbance (-), step off (-)
Movement : ROM tidak dilakukan

Pemeriksaan Motorik :
C5C6C7C8T1 55555/55555
L2L3L4L5S1 55555/55555

Pemeriksaan Sensorik : Paraesthesia setinggi VL2 (D)


Otonom : terpasang DC urine, pasien belum bisa BAB
Refleks fisiologis : Bicep refleks +2/+2, Knee refleks +2/+2
Refleks patologis : Hoffman tromner -/-, Babinski -/-, Chaddok -/-,
Sacral sparing (+)
Foto Klinis

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto spine di RSMW Lampung 6 September 2019
C. ASSESSMENT
- Burst Fracture pada VL2 Kriteria Dennis Mayor B Frankel D

D. PLANNING
- Inline imobilisasi
- Inf. RL 20 tpm
- Inj Ketorolac 1 amp/8j
- Inj Tramadol 1 anp/24j
- Inj Omeprazole 1amp/24j
- pro MRI thoracolumbal
TINJAUAN PUSTAKA
BURST FRACTURE

A. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Burst fracture seringkali terjadi di bagian thorakolumbal junction, sehingga
biasanya pasien mengeluhkan nyeri yg hebat di bagian punggung bawah. Pasien
juga dapat mengeluhkan kesulitan dalam BAB dan BAK, kesemutan/matirasa/rasa
tebal pada ekstremitas bawah sampai kesulitan dalam menggerakan ekstremitas
bagian bawah pasien(paralisis). Dari riwayat pasien pernah mengalami jatuh dari
ketinggian, kecelakaan olahraga, dan kecelakaan lalulintas14. Dari hasil
pemeriksaan fisik tergantung seberapa parah benturan dari pasien. Setiap pasien
yang jatuh dari ketinggian atau dengan mekanisme kecelakaan high-speed
deceleration harus dicurigai ada cedera thoracolumbal. Selain itu patut dicurigai
pula adanya cedera medulla spinalis, jika pasien datang dengan nyeri pada leher,
tulang belakang dan gejala neurologis pada tungkai13.
Pemeriksaan klinik pada punggung hampir selalu menunjukkan tanda-
tanda fraktur yang tak stabil namun fraktur remuk yang disertai paraplegia umunya
bersifat stabil. Sifat dan tingkat lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X,
sedangkan sifat dan tingkat lesi saraf dengan CT atau MRI. Pemeriksaan neurologik
harus dilakukan dengan amat cermat meliputi . Tanpa informasi yang rinci,
diagnosis dan prognosis yang tepat tidak mungkin ditentukan. Pemeriksaan rektum
juga harus dilakukan. Pemeriksaan tentang tanda-tanda shock juga sangat
penting13.
B. Mekanisme of Injury Burst Fracture

Axial Loading

Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau

lumbal akan menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan

lempeng vertebra dan menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra, dengan


kekuatan yang lebih besar, bahan diskus didorong masuk ke dalam badan vertebral,

menyebabkan fraktur remuk (burst fracture). 7

Fraktur tersebut terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara

langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis

spinalis. Terminologi fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus vertebralis

kearah luar yang disebabkan adanya kecelakaan yang lebih berat dibanding fraktur

kompresi. Tepi tulang yang menyebar atau melebar itu akan memudahkan medulla

spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang yang mengarah ke medulla spinalis

dan dapat menekan medulla spinalis dan menyebabkan paralisis atau gangguan

syaraf parsial. Tipe burst fracture sering terjadi pada thoraco lumbar junction dan

terjadi paralysis pada kaki dan gangguan defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst

fracture ditegakkan dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui letak fraktur

dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst

fracture atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI, fraktur ini akan lebih

jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanya

perdarahan.9
Terdapat dua tipe berdasarkan kestabilannya, yaitu:

- Cedera stabil : jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla

spinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal,

ligamen posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur

kompresi dan burst fraktur adalah contoh cedera stabil.

- Cedera tidak stabil : cedera yang dapat bergeser dengan gerakan normal

karena ligamen posteriornya rusak atau robek. Fraktur medulla spinalis disebut

tidak stabil jika kehilangan integritas dari ligamen posterior. Menentukan stabil

atau tidaknya fraktur membutuhkan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan

radiografi minimal ada 4 posisi yaitu anteroposterior, lateral, oblik kanan dan kiri.

Klasfikasi Dennis untuk Fraktur Spinal

Menurut sistem Denis, fraktur spinal dibagi menjadi 2, yaitu mayor dan
minor. Fraktur minor meliputi fraktur prosesus tranversus, prosesus artikularis,
pars interarticularis, dan prosesus spinous hanya pada bagian posterior column dan
tidak terjadi instabilitas akut. Sedangkan fraktur mayor meliputi
compression, burst fracture, seat-belt-type , dan fracture-dislocation.
Dalam menilai stabilitas vertebra, ada tiga unsur yamg harus

dipertimbangkan yaitu kompleks posterior (kolumna posterior), kompleks media

dan kompleks anterior (kolumna anterior).6

Pembagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut :

1. kolumna anterior yang terbentuk dari ligament longitudinal dan 2/3

bagian anterior dari corpus vertebra, diskus dan annulus vertebralis.

2. kolumna media yang terbentuk dari 1/3 bagian posterior dari corpus

vertebralis, diskus dan annulus vertebralis.

3. kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi

permukaan, arkus tulang posterior, ligamen interspinosa dan

supraspinosa.6

Gambar Pembagian Kolumna Vertebralis

Klasifikasi Fraktur Dennis untuk fraktur spinal

Type A: Fraktur kedua end-plate. Tulang retropulse kedalam canal.

Type B: Fraktur superior end-plate. Sering terjadi karena kombinasi axial

load dengan fleksi.


Type C: Fracktur inferior end-plate.

Type D: Burst rotation. Fraktur ini dapat terjadi misdiagnosis sebagai

fracture-dislocation. Mekanisme fraktur adalah combination dari axial load

dan rotasi.

Type E: Burst lateral flexion. Tipe ini berbeda dengan lateral compression

fracture pada peningkatan jarak interpediculate pada anteroposterior

roentgenogram.

Klasfikasi Frankel

Untuk menilai deficit neurologis, burst fraktur digunakan klasifikasi,

Frankel. Klasifikasi Frankel menurut American Spinal Injury Association dibagi

menjadi:

Frenkle A : Hilangnya seluruh fungsi motorik dan sensorik hingga level

terbawah.
Frenkle B : Hilangnya seluruh fungsi motorik dan sebagian fungsi sensorik di

bawah tingkat lesi.

Frenkle C : jika lebih dari separuh kekuatan otot yang di tes dengan MMT

memilki nilai kurang dari 3.

Frenkle D : jika lebih dari separuh kekuatan otot yang di tes dengan MMT

memiliki nilai lebih atau sama dengan 3.

Frenkle E : Fungsi motorik dan sensorik normal (tidak ada defisit neurologis).
C. Pemeriksaan Imaging

Pemeriksaan klinik pada punggung hampir selalu menunjukkan tanda-tanda

fraktur yang tak stabil namun fraktur remuk yang disertai paraplegia umunya

bersifat stabil. Sifat dan tingkat lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X,

sedangkan sifat dan tingkat lesi saraf dengan CT atau MRI. Pemeriksaan

neurologik harus dilakukan dengan amat cermat. Tanpa informasi yang rinci,

diagnosis dan prognosis yang tepat tidak mungkin ditentukan. Pemeriksaan

rektum juga harus dilakukan. Pemeriksaan tentang tanda-tanda shock juga

sangat penting. 13

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan:

1. Roentgenography: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tulang vertebra,

untuk melihat adanya fraktur ataupun pergeeseran pada vertebra.

2. Computerized Tomography : pemeriksaan ini sifatnya membuat gambar

vertebra 2 dimensi . Pemeriksaan vertebra dilakukan dengan melihat irisan-

irisan yang dihasilkan CT scan.

3. Magnetic Resonance Imaging: pemeriksaan ini menggunakan gelombang

frekuensi radio untuk memberikan informasi detail mengenai jaringan lunak di

daerah vertebra. Gambaran yang akan dihasilkan adalah gambaran 3 dimensi .

MRI sering digunakan untuk mengetahui kerusakan jaringan lunak pada

ligament dan discus intervertebralis dan menilai cedera medulla spinalis.13

D. Penanganan dan Terapi


Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri

atas: penilaian kesadaran, jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, kemungkinan

adanya perdarahan dan segera mengirim penderita ke unit trauma spinal ( jika

ada). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinik secara teliti meliputi

pemeriksaan neurologis fungsi motorik, sensorik dan reflek untuk mengetahui

kemungkinan adanya fraktur pada vertebra.2

Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi

untuk mencegah kerusakan yang lebih parah lagi, semuanya tergantung dari

tipe fraktur.

1. Braces & Orthotics

Ada tiga hal yang dilakukan yakni,

a. mempertahankan kesejajaran vertebra (alignment)

b. imobilisasi vertebra dalam masa penyembuhan

c. mengatasi rasa nyeri yang dirasakan dengan membatasi pergerakan.

Fraktur yang sifatnya stabil membutuhkan stabilisasi, sebagai contoh;

brace rigid collar (Miami J) untuk fraktur cervical, cervical-thoracic brace

(Minerva) untuk fraktur pada punggung bagian atas, thoracolumbar-sacral

orthosis (TLSO) untuk fraktur punggung bagian bawah, dalam waktu 8

sampai 12 minggu brace akan terputus, umumnya fraktur pada leher yang

sifatnya tidak stabil ataupun mengalami dislokasi memerlukan traksi, halo

ring dan vest brace untuk mengembalikan kesejajaran.3


Gambar 11. Braces dan Orthotik

2. Pemasangan alat dan proses penyatuan (fusion).

Teknik ini adalah teknik pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak

stabil. Fusion adalah proses penggabungan dua vertebra dengan adanya

bone graft dibantu dengan alat-alat seperti plat, rods, hooks dan pedicle

screws. Hasil dari bone graft adalah penyatuan vertebra dibagian atas dan

bawah dari bagian yang disambung. Penyatuan ini memerlukan waktu

beberapa bulan atau lebih lama lagi untuk menghasilkan penyatuan yang

solid. 3
Gambar 12. Bone graft

3. Vertebroplasty & Kyphoplasty


Tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal. Pada prinsipnya teknik

ini digunakan pada fraktur kompresi yang disebabkan osteoporosis dan

tumor vertebra. Pada vertebroplasti bone cement diinjeksikan melalui

lubang jarum menuju corpus vertebra sedangkan pada kypoplasti, sebuah

balon dimasukkan, dikembungkan untuk melebarkan vertebra yang

terkompresi sebelum celah tersebut diisi dengan bone cement.3

Gambar 13. Bone cement

Pengelolaan penderita dengan paralisis meliputi :

a. Pengelolaan kandung kemih dengan pemberian cairan yang cukup,

kateterisasi dan evakuasi kandung kemih dalam 2 minggu

b. Pengelolaan saluran pencernaan dengan pemberian laksansia setiap dua

hari

c. Monitoring cairan masuk dan cairan yang keluar dari tubuh

d. Nutrsi dengan diet tinggi protein secara intravena

e. Cegah dekubitus

f. Fisioterapi untuk mencegah kontraktur 2


Daftar Pustaka

1. Moore K. Essential Clinical Anatomy. Second Edition. Baltimore: Williams


and Wilkins. 2002
2. Rasjad C. Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Lamumpatue. 2003

3. Roper S. Spine Fracture. In: Dept. Neurosurgery Unversity of Florida. (Last

updated: 2003; accesed: 14 April 2012). Available from :

http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml
4. Harna. Trauma Medulla Spinalis. (Last updated: 2008; accesed: 14 April

2012). Available from :

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/17/trauma-medula-spinalis/.

5. Schreiber, D. Spinal Cord Injury. (Last updated: 2004; accesed: 14 April

2012). Available from : http://emedicine.medscape.com/article/793582-

overview.

6. Jong, W.D, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005; 870-

874.

7. Apley,A.Graham. Apley’s System O Orthopaedic And Fracture.Seventh

Edition. London: Butterworth Scientific. 2000; 658-665.

8. Young W. Spinal Cord Injury Level And Classification. (Last updated: 2000;

accesed: 14 April 2012). Available from :

http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml

9. Deblick T. Burst Fracture. (Last updated: 2001; accesed: 14 April 2012).

Available from : http://www.emedicine.medscape.com/specialties

10. Claire M. The Three Column Concept. (Last updated: 2005; accesed: 14

April 2012). Available from: http://www.spineuniverse/columnconcept.html

11. Rimel R.W. An Educational Training Program for the Care at the Site of

Injury of Trauma to Central Nervous System. 2001; 9:23-28.

12. Thomas, V.M. Thoracolumbal Vertebral Fracture. Journal of Orthopaedics.

(Last updated: 2004; accesed: 14 April 2012). Available from :

http://www.jortho.org/index.html
13. Kuntz C. Spine Fracture. Emedicine Journals. (Last updated: 2004; accesed:

14 April 2012). Available from :

http://www.emedicine.com/orthoped/topic567.htm

14. Brett D dkk. 2018. Thoracolumbal Burst Fractures dalam Clinical Spine

Surgery 31(4) pp 143-151, Chicago: Wolters Kluwer

Anda mungkin juga menyukai