Anda di halaman 1dari 22

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan
lancar. Pada kesempatan kali ini kami mengangkat judul “Uji Manfaat Pelepah
Pisang (Musa sp.) dan Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Meningkatkan
Kualitas Air di Tanjung Jabung Timur”.

Secara garis besar laporan penelitian ini disusun secara ringkas dan sistematis agar
para pembaca lebih mudah memahami isi laporan ini. Laporan penelitian ini
tersusun atas pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian, dan
penutup yang sudah ditulis secara singkat dan jelas.

Pengetahuan ini masih jauh dari lengkap dan sempurna untuk menjangkau
pengetahuan-pengetahuan yang semakin hari semakin banyak berkembang.

Menyadari kekurangan yang ada pada laporan penelitian yang kami tulis ini,
dengan kerendahan hati penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar laporan penelitian yang kami tulis pada masa yang akan datang
lebih baik dan sempurna. Kami sebagai penyusun berharap semoga laporan
penelitian yang telah ditulis ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan
penulis khususnya.

Penyusun, 27 Agustus 2019

2
ABSTRAK
Peserta LKTI Universitas Jambi. Uji Manfaat Pelepah Pisang (Musa sp.) dan
Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Meningkatkan Kualitas Air di Tanjung
Jabung Timur. Pembimbing : Iik Sri Sulasmi,S.Pd.M.Si

Kata Kunci : Manfaat Pelepah Pisang (Musa sp.) dan Daun Pepaya (Carica
papaya) dalam Meningkatkan Kualitas Air di Tanjung Jabung Timur.

Kadar pH air, suhu, dan cuaca dapat mempengaruhi perkembangbiakan dan


keberlangsungan hidup ikan air tawar. Namun, hal ini banyak dianggap ringan
oleh sebagian peternak ikan. Mereka beranggapan bahwa hanya dengan memberi
makanan pada ikan yang mereka kembang biakan dapat membuat ikan menjadi
tumbuh lebih besar. Padahal ada hal lain yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan ikan tersebut.

Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dan untuk memperkuat pendekatan digunakan metode kualitatif dengan observasi
dan uji la

Kesimpulan dari penelitian ini adalah selain faktor suhu, kadar air juga dapat
mempengaruhi perkembangan ikan air tawar. Rata-rata kadar Hidrogen dalam air
(pH) untuk ikan air tawar yang baik adalah 7. Sebagian besar pembudidaya ikan
mengaku bahwa perubahan kualitas air dipengaruhi oleh bangkai ikan yang terlalu
banyak dan terus menerus sehingga dapat mengakibatkan timbulnya penyakit
yang megganggu perkembangan pada ikan.

3
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................1

Kata Pengantar................................................................................................2

Abstrak............................................................................................................3

Daftar Isi.........................................................................................................4

Daftar Gambar ......................................................................................................... 6

Daftar Tabel ............................................................................................................ 7

I. Pendahuluan

1.1. Latar belakang ...................................................................................... 8

1.2. Rumusan masalah................................................................................. 9

1.3. Tujuan penelitian .................................................................................. 9

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Pelepah Pisang.................................................................................... 10


2.2 Daun Pepaya ....................................................................................... 11
2.3 Power of Hydrogen (pH) ................................................................... 11
2.4 Jenis Tanah di Daerah Tanjung Jabung Timur .................................... 12
2.5 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Media Air ..................... 12

III. Metode Penelitian

3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................. 13

3.2 Sample ................................................................................................. 13

3.3 Desain Penelitian ................................................................................ 13

3.4. Alat dan Bahan ................................................................................... 14

3.5 Tahapan Pelaksanaaan ........................................................................ 14

3.5.1. Tahap pengambilan sampel ................................................. 14

4
3.5.2. Tahap pembuatan larutan uji ............................................... 15

3.5.2. Tahap pengujian pH air ....................................................... 16

3.5.3 Tahap pengujian pertumbuhan bakteri ................................. 17

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Uji Perubahan pH Air ............................................................... 18

4.2 Hasil Uji Pertumbuhan bakteri ............................................................ 19

V. Kesimpulan ...................................................................................................... 20

Daftar pustaka ....................................................................................................... 21

Lampiran ............................................................................................................... 26

5
DAFTAR GAMBAR
1.0. Denah lokasi observasi

1.1. Gambar pelepah Pisang

1.2. Gambar daun Pepaya

1.3. Pengambilan sample

1.4. Pengujian sample

1.5. Pengukuran daun Pepaya

1.6. Bangkai ikan Gurami

6
DAFTAR TABEL

Tabel 1.0. Sample air kolam

Tabel 1.1. Sample daun Pepaya

Tabel 1.2. Sample pelepah Pisang

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan suatu senyawa yang sangat berperan penting bagi


kelangsungan hidup berbagai makhluk di permukaan Bumi. Air banyak
digunakan untuk minum, mandi, mencuci, memasak, dll. Ada berbagai jenis
air di permukaan bumi seperti air laut, air tawar dan air payau, Di daerah
Tanjung Jabung Timur khusunya, air payau dan air laut banyak digunakan
oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka,
seperti air minum.

Air dengan tingkat kadar garam tinggi (payau) tidak baik digunakan untuk
keperluan MCK (mandi, cuci dan kakus), apalagi untuk dikonsumsi.
Penggunaan air payau untuk dikonsumsi dapat menyebabkan seseorang
terkena penyakit perut seperti diare. Data dari BPS ( Badan Pusat Statistik )
tahun 2018 mencatat, setidaknya ada sekitar 72 orang yang terkena diare di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Diare dapat disebabkan oleh bakteri
seperti higella, salmonella, dan escherichia coli. escherichia coli dapat
masuk kedalam tubuh melalui air minum.

Sedangkan bila digunakan untuk mandi, dapat memicu munculnya penyakit


kulit, seperti gatal-gatal. Selain itu menggunakan air payau untuk dikonsumsi
maupun kegiatan lain seperti mandi, dapat mengganggu kesehatan. Karena
air payau mengandung NaCl (Natrium Chloride) yang tinggi dan dapat
mengganggu metabolisme yang terjadi di dalam tubuh manusia.

Oleh karena itu, untuk membunuh bakteri dan menetralkan air payau
tersebut, dibutuhkan suatu metode yang dapat meningkatkan kualitas air
tersebut dan tentunya ramah lingkungan. Salah satunya dapat dilakukan
dengan mencampurkan ekstrak pelepah pisang ke dalam air payau tersebut.

8
Tanjung Jabung Timur merupakan salah satu produsen pisang di Provinsi
Jambi. Namun, bagian pisang yang sering dimanfaatkan hanya buah dan
daunnya saja, sementara pelepahnya sering dibuang dan menjadi limbah.
Padahal di dalam pelepah tersebut terdapat zat tannin, flavonnoid, dan
saponnin yang dapat berfungsi sebagai anti bakteri. Selain itu, pelepah
pisang juga dapat membuat pH air payau yang awalnya asam menjadi netral.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pelepah pisang basah terhadap pH air?


2. Bagaimana pengaruh daun pepaya basah terhadap pH air?
3. Bagaimana pengaruh pelepah pisang kering terhadap pertumbuhan
bakteri?
4. Bagaimana pengaruh daun pepaya kering terhadap pertumbuhan bakteri?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh pelepah pisang basah terhadap pH air.


2. Menganalisis pengaruh daun pepaya basah terhadap pH air.
3. Menganalisis pengaruh pelepah pisang kering terhadap pertumbuhan
bakteri.
4. Menganalisis pengaruh daun pepaya kering terhadap pertumbuhan
bakteri.

9
BAB II

Tinjauan Pustaka
2.1 Pelepah Pisang

Menurut kbbi , Pelepah adalah tulang daun yang besar (tentang daun pisang, daun
papaya, dan sebagainya).

Pelepah pisang adalah limbah perkebunan pisang yang selama ini terpinggirkan
(Dayu, Kreatifitas Pelepah Pohon Pisang, 2015)

Pisang (Musa Paradisiaca, Linn) merupakan tumbuhan yang berasal dari Asia dan
tersebar di Spanyol, Italia, Indonesia, dan bagian dunia yang lain. Pada dasarnya
tanaman pisang merupakan tumbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang
pohonnya terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah yang
mengelilingi poros lunak panjang. (5 Situs Sentra Informasi IPTEK
www.iptek.net.id/ind/pd tanobat/ view.php?mnu=2&id=147 diakses pada tanggal
1 September 2019.)

Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa kandungan batang pisang tersebut


adalah katekulamin, serotonin, dan dopamin (Waalkes et al., 1958), karbohidrat
(Anhwange, 2008), saponin, tannin, alkaloid, indol alkaloid, flavanoid,
fitobattanin, antrakuinon, dan kuinon.

10
2.2 Daun Pepaya

Menurut Wikipedia, Daun Pepaya merupakan salah satu jenis sayuran yang setiap
helaiannya berbentuk menyerupai tangan manusia. Apabila daun papaya dilipat
ketengah, maka akan tampak bahwa daun papaya berbentuk simetris.

Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung alkaloid karpainin, karpain,


pseudokarpain, vitamin C dan E, kolin, dan karposid. Daun pepaya mengandung
suatu glukosinolat yang disebut benzil isotiosianat. Daun pepaya juga
mengandung mineral seperti kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zat besi, zink,
dan mangan. Selain itu, daun pepaya mengandung senyawa alkaloid karpain,
karikaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoid, dan tannin (Milind dan
Gurdita, 2011).

2.3 Power of Hydrogen (pH)

pH adalah tingakat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0
hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14.

derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau


kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien

11
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat
relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional (Wikipedia)

2.4 Jenis Tanah di Daerah Tanjung Jabung Timur

Penyebaran tanah di kawasan Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara makro


pada umumnya adalah tanah yang selalu dipengaruhi oleh air, yaitu tanah-tanah
yang berumur muda dan tanah organik atau tanah gambut. Beberapa jenis tanah
yang terdapat di kawasan perencanaan menurut Pusat Penelitian Tanah (PPT)
Bogor (1983), yaitu : Aluvial Tionik, Aluvial Gleik, Aluvial Humik, Organosol
Fibrik, Organosol Saprik, Organosol Humik, dan Gleisol Humik. Pembusukan
material organik pada daerah Tanjung Jabung Timur, menyebabkan pH tanah
asam (pH 4-6). Dedi Kusnadi, Lano Adhitya Permana, Dikdik Risdianto (2013)

2.5 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Media Air

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017,


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air Pemandian Umum
meliputi parameter fisik, biologi dan kimia yaitu seperti Suhu air berkisar antara
15-35°C dapat digunakan untuk berendam/menyelam. Indeks sinar matahari
(ultra violet index) adalah ukuran pajanan sinar matahari sekitar 4 jam terdekat
dengan tengah hari yang dapat berdampak kesehatan pada kulit dan mata. Derajat
keasaman berkisar antara 5-9 agar kualitas air dari parameter fisik, biologi dan
kimia dapat terjaga karena sifat air alami tanpa pengolahan.

12
BAB III

Metode Peneitian
3.1 Waktu dan tempat

Peneltian tentang pengaruh pelepah pisang dan daun pepaya sebagai water
stabilizer dilakukan pada bulan Agustus 2019 dan dilaksanakan di Laboraorium
Biologi SMA Negeri Kota jambi yang beralamat di Jalan Urip Sumoharjo No.15.

3.2 Sample

Sampel yang digunakan adalah pelepah pisang (Musa sp.) dan daun pepaya
(Carica papaya) yang sudah tua dan tidak digunnakan lagi (sudah menjadi
limbah). Setiap sampel diklasifikasikan bedasarkan kondisi kandungan airnya
yaitu basah dan kering.

Sampel yang digunakan akan dibedakan menjadi 10 yakni pelepah pisang basah
(PPS), daun pepaya basah (DPS), campuran pelepah pisang dan daun pepaya
basah (CS) dengan 3 perbandingan ( 1:2, 2:1, 1:2), pelepah pisang kering (PPK),
daun pepaya kering (DPK), dan campuran pelepah pisang dan daun pepaya kering
(CK) dengan 3 perbandingan ( 1:2, 2:1, 1:2).

3.3 Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen dimanaa tujuan dari penelitian ini
untuk melihat pengaruh perlakuan tertentu terahadap yang lain dalam kondisi
terkendalikan, kondisi yang terkendalikan yang di maksud adalah adanya hasi
penelitian yang dikonversikan kedalam angka-angka, untuk analisis yang
digunakan adalah dengan analisis statstik (Sugiyono, 2011: 72)

Sedangkan data yang diperoleh berupa data primer yaitu data yang didapat
melalui penelitian pengaruh pelepah pisang dan daun pepaya dalam menstabilkan
pH dan bakteri dalam air. Setelah itu data akan dianalisis secara kuantitaif dan

13
statistik dengan memperhitungkan besarnya perubahan pH dan pembentukan
koloni bakteri per satuan waktu.

3.4. Alat dan Bahan

1. 22 gram pelepah pisang, terdiri dari :


 11 gram (PPS)
 11 gram (PPK)
2. 22 gram daun pepaya, terdiri dari :
 11 gram (DPS)
 11 gram (DPK)
3. 1 liter larutan NaOH 0,1 M (Indikator basa)
4. 1 liter larutan H2C2O4 0,1 M (Indikator asam)
5. 1 gram tauge
6. 1 gram blok agar
7. 1 buah pH meter digital
8. 2 buah pengaduk
9. 2 buah pipet tetes
10. 20 buah gelas kimia ukuran 100 ml
11. 3 buah gelas kimia ukuran 600 ml
12. 6 buah cawan patri
13. 1 buah kaca pembesar

3.5 Tahapan Pelaksanaaa

3.5.1. Tahap pengambilan sampel

Terdapat dua jenis sampel utama yang digunakan dalam peneitian iniyaitu
pelepah pisang...() dan daun pepaya...(). Berikut tahap pengembilannya
pelepah pisang

1. Pilih pelepah pisang dan daun pepaya yang sudah tua ditandai dengan
warna hijau tua dan memiliki tekstur yang sangat keras, biasanya terletak
dibagian paling bawah dari pelepah pisang lainnya,

14
2. Buang daun pisang dan iris pelepah pisang dengan tipis ( iris dengan
menyerong). Untuk daun pepaya buang batangnya dan potong daun kecil-
kecil.
3. Pisahkan pelepah pisang dan daun pepaya kering dengan pelepah pisang
dan daun pepaya untuk dijemur masing0-masing 11 gram
4. Jemur pelepah pisang dan daun pepaya selama 2-3 jam hingga pelepah
pisang dan daun pepaya tersebut berkurang kadar airnya hnngga 90%.
5. Tumbuk pelepah pisang dan daun pepaya yang sudaah kering hingga halus
secaa terpisah

3.5.2. Tahap pembuatan larutan uji

Larutan uji yang digunakan dibedakan mejadi dua yaitu asam dan basa, adapun
zat yang digunakan sebagai indikator asam adalah H2C2O4 0,9 gram yang
dicampur dalam 99,1 ml air (pH = 7) dan zat yang digunakan sebagai indikator
basa adalah NaOH 0,4 gram yang dicampur dalam 99,6 ml air (pH=7), berikut
perhitungan konsentras dan pH larutan

Tabel 1.1 perhitungan Konsentrasi dan pH awal laruutan uji

Larutan Asam (H2C2O4) Larutan Basa (NaOH)

Mr H2C2O4 = 90 Mr NaOH = 40
Massa Zat = 0,09 gram Massa Zat = 0,4 gram
Volume larutan = 100 ml Volume larutan = 100 ml
0,09 gram 0,04 gram
n (mol) = = 0,001 mol n (mol) = = 0,001 mol
90 40
0,001 mol 0,001 mol
Molaritas = = 0,01 M Molaritas = = 0,01 M
0,1 liter 0,1 liter

[H+] = √6,5𝑥10−2 𝑥 10−2 [OH-] = 10-2


= 2,54 x 10-2 pOH = 2
pH = 2-log 2,54 pH = 12
pH = 1,4
Note : pH awal bisa saja lebh atau kurang, perhitungan disetarakan
dengan pembulatan angka sebenarnya

15
3.5.2. Tahap pengujian pH air

Berdasarkan larutan ujinya tahap pengjian dibedakan menjadi dua yaitu


pengujian padalarutan asam dan pengujian pada laruan basa, dimana setiap
jenis larutan akan diuji menggunakan substrat basah dan substrat kering.
Perubahan pH air akan dihitung setelah 30 menit dan 60 menit pencapuran
untuk memperoleh hasil yang maksimal.

 Larutan asam (A)


Pengujian substrat basah
Gelas 1A : 1,9 gram PPS dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 2A : 1,9 gram DPS dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 3A : 1,9 gram CS (perbandingan 1 : 1) dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 4A : 1,9 gram CS (Perbandingan 1 : 2) dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 5A : 1,9 gram CS (perbandingan 2 : 1) dan 100 ml air (pH=7)

Pengujian substart kering


Gelas 6A : 1,9 gram PPK dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 7A : 1,9 gram DPK dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 8A : 1,9 gram CK (perbandingan 1 : 1) dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 9A : 1,9 gram CK (Perbandingan 1 : 2) dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 10A : 1,9 gram CK (perbandingan 2 : 1) dan 100 ml air (pH=7)

 Larutan basa
Pengujian substrat basah
Gelas 1B : 2,13 gram PPS dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 2B : 2,13 gram DPS dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 3B : 2,13 gram CS (perbandingan 1 : 1) dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 4B : 2.13 gram CS (Perbandingan 1 : 2) dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 5B : 2,13 gram CS (perbandingan 2 : 1) dan 100 ml air (pH=7)

Pengujian substart kering


Gelas 6B : 2,13 gram PPK dan 100 ml air (pH=7)

16
Gelas 7B : 2,13 gram DPK dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 8B : 2,13 gram CK (perbandingan 1 : 1) dan 100 ml air(pH=7)
Gelas 9B : 2,13 gram CK (Perbandingan 1 : 2) dan 100 ml air (pH=7)
Gelas 10B : 2,13 gram CK (perbandingan 2 : 1) dan 100 ml air (pH=7)

Adapun perbandingan antara masa substrat dan massa air yaknni 1: 100 baik
pada larutan asam maupun basa, didapatkan menggunakan perhitungan sebagai
berikut :

Tebel 1.2 Perbandingan Massa substrat dan Massa larutan

Perbandingan Massa substrat dan Massa larutan

Larutan Asam Larutan Basa


Massa jenis H2C2O4 = 1,9 gram/ ml Massa jenis NaOH = 2,13 gram/ ml
Massa larutan = 100 ml x 1,9 gram/ Massa larutan = 100 ml x 2,13 gram/
ml ml
= 190 gram = 213 gram
Massa substrat = 1,9 gram Massa substrat = 2,13 gram
Perbandingan = 1: 100 Perbandingan = 1: 100

3.5.3 Tahap pengujian pertumbuhan bakteri

Pengujian pertumbuhan bakteri dilakukan dengan menggunakan indikator TEA


yaitu campuran antara ekstrak rebusan tauge dengan agar block. Indikator ini
diletakkan di atas cawan patri dan ditempat terbuka. Tambahkan masing-
masing sample substrat kering (menggunakan subtrat kering karena disesuaikan
dengan data sebelumnya) kemudian amati pertumbuhan bakteri selama tiga
hari.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Perubahan pH Air

Data perubahan pH air diperoleh dengan merendam substrat basah dan kering
pada larutan asam dan basa. Kemudian di dapat data perubahan pH air setelah 30
menit dan 60 menit percobaan.

pH awal larutan asam : 1,2

pH awal arutan basa : 12

Tabel 1.3 Hasil perubahan pH air pada substrat basah

Objek Larutan Asam Larutan Basa


NO pengamatan 30 menit 60 menit 30 menit 60 menit
1. PPS 1,2 1,3 12,4 12,4
2. DPS 1,2 1,3 12,4 12,4
3. CS 1:1 1,2 1,3 12,4 12,4
4. CS 1:2 1,3 1,4 12,4 12,4
5. CS 2:1 1,2 1,3 12,4 12,4
Note : perbandingan ( massa pelepah pisang ; massa daun pepaya)

pH awal larutan asam : 1,2

pH awal arutan basa : 12

Tabel 1.4 Hasil erubahan pH air pada substrat kering

Objek Larutan Asam Larutan Basa


NO pengamatan 30 menit 60 menit 30 menit 60 menit
1. PPk 1,5 1,5 12,5 12,5
2. DPk 1,6 1,6 12,4 12,4
3. Ck 1:1 1,6 1,6 12,4 12,4
4. Ck 1:2 1,6 1,6 12,4 12,4
5. Ck 2:1 1,6 1,6 12,5 12,5
Note : perbandingan ( massa pelepah pisang ; massa daun pepaya)

18
Berdasarkan Tabel 1.3 dan Tabel 1.4 dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan
campuran pelepah pisang dan daun pepaya dengan perbandingan 1:2 memiliki
potensi dalam merubah pH air mendekati normal (pH=7) terutam dalam kondisi
kering.Dilihat dari massa pepaya yang lebih besar dari pelepah pisang,
menunjukkan bahwa kemampuan daun pepaya dalam menetralkan air
memberikan hasil yang lebih signifikan dibandingkan dengan pelepah pisang,

Kemampuan pepaya dalam menetralkan pH air disebabkan oleh kandungan zat


saponin, alkaloid, dan tanin di dalam daun pepaya. Zat saponin adalah yang dapat
membentuk busa stabil dan larutan koloidal dalam air. Dalam saponin terdapat
gugus polar (Glikosil) dan non-polar (Triterpenoid) sehingga bersifat aktif
permukaan dan saat dikocok dengan ai, saponin akan membentuk misel yang
menyebabkan pembentukan busa yang bersifat basa. Zat ini tidak bisa dihilangkan
dengan asam sehingga mampu meningkatkan pH larutan asam. Sedangkan
kandungan alkaloid daun pepaya berperan dalam penurunan pH air larutan basa
mendekati netral. Jenis dalam daun pepaya yakni alkaloid carpain bersamaan
dengan tanin di dalam aair zat ini akan menguraikan atau menghidrolisis ion H+
sehingg pH air akan menurun dan stabil. dimana sifat asam dari senyawa ini
mampu menurunkan pH air

4.2 Hasil Uji Pertumbuhan bakteri

Kandungan saponin dan tanin yang terdapat ada pelepah pisang juga berperan
dalam menetralkan pH air mendekat normal. Namun, persentasinya yang lebih
sedikit sehingga pemanfaatannya lebih diorientasikan pada pengahambatan zona
pertumbuhan bakteri.

Diameter pertumbuhan Bakteri


1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari k3-3

PPK DPK CK 1:1 CK 1:2 CK 2:1

19
Grafik 1.1 Diameter pertumbuhan koloni bakteri

Berdasarkan tampilan garfik 1.1, diketahui bahwa campuran pelepah pisang dan
daun pepaya kering dengan perbandingan 1:2 memiliki kemamuan dalam
menghambat pertubuhan bakteri pantogen. Jika dibandingkan dengan grafik PPK,
pelepah pisang relatif menghambat pertumbuhan bakteri jika dibandingkan
dengan pepaya.

Menurut Nuria,et al.(2009), cara kerja dari senyawa flavonoid sebagai anti bakter
adalah dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan
terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya
senyawa intraseluler, peran tanin yaitu menghambat kerja enzim reverse
transkiptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk.

KESIMPULAN

Hasil pengujian pH air dan pertumbuhan bakteri menggunakan pelepah pisang


(Musa sp.) dan daun pepaya (Carica papaya) menunjukkan hasil yang signifikan
diamana kedua bahan ini mampu diolah untuk meningkatkan kualitas air bersih,
sesuai dengan indikato yang ditetapkan oleh UU NO 32 tahun 2017 tentang
standar baku mutu kualitas kesehatan lingkungan dan persyaratan kualitas air
untuk keperluan higian, SPA, dan pemandian umum.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anhwange, B.A. (2008). Chemical composition of Musa sepiantum (banana) peels,


Journal Food Technology, 6(6), 263-266.

Waalkes, T.P., Sjoerdsma, A., Crevelling, C.R., Weishbach, H. & Underfriends, S. (1985).
Serotonin, norepinephrine, and related compounds in banana, Science, 127 (3299), 646-
650

Christi L. Natanael & Allyn Pramudya Sulaeman (2015). Respon Air Olahan Limbah
Cantinamipa Dengan Perendaman Batang Pisang Dan Ampas Teh Terhadap Tanaman
Mangkokan, Departmen Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

5 Situs Sentra Informasi IPTEK www.iptek.net.id/ind/pd tanobat/


view.php?mnu=2&id=147 diakses pada tanggal 1 September 2019.

Milind, P., & Gurditta. (2011). Basketful Benefits of Papaya. IRJP, 2(7), 6-12.

Qurrota A’yun, Ainun Nikmati Laily. Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica papaya L.) Di
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Kendalpayak, Malang. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

https://www.tanjabtimkab.go.id/profil/detail/50/gambaran-umum-kabupaten-
tanjung-jabung-timur diakses pada 1 September 2019

http://habib-geo.blogspot.com/2012/11/pengukuran-ph-tanah.html diakses pada 1


September 2019

Dedi Kusnadi, Lano Adhitya Permana, Dikdik Risdianto (2013), Geologi dan
Geokimia Daerah Panas Bumi Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

https://kbbi.web.id/pelepah.html diakses pada 1 September 2019

https://id.m.wikipedia.org diakses pada 1 September 2019

21
22

Anda mungkin juga menyukai