Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum
Oleh:
META ADIWINATA ATMAJA, S.Kep
NIM. 1630913310025
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
Oleh:
Meta Adiwinata Atmaja, S.Kep
NIM. 1630913310025
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap
saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Sastrawinata, S.,
2004).
2. Patofisiologi
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam
sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya
kadar hCG, khususnya karena periode mual dan muntah gestasional yang paling umum
adalah pada 12 – 16 minggu pertama, pada saat itu hCG mencapai kadar tertingginya.
hCG disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. hCG melewati kontrol ovarium di
hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron,
suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. hCG dapat
dideteksi dalam darah wanita dari sekitar tiga minggu gestasi, suatu fakta yang menjadi
dasar bagi sebagian besar uji kehamilan (Wiknjosastro, 2006).
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan
ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormone estrogen ini tidak jelas,
mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan
muntah dapat berlangsung berbulan-bulan (Wiknjosastro, 2006).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejela ini hanya
terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di
samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami
emesis gravidarum yang lebih berat. Selain merupakan refleksi gangguan intrinsik dari
lambung, gejala mual-muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada
pusat muntah (chemoreceptor trigger zone) (Llwellyn Jones & Derek, 2011).
Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi. Hiperemesis gravidarum
ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
asam aseto-asetik, asam hidroksida bitirik, dan aseton dalam darah. Muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium
dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan homokonsentrasi, sehingga
aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen
kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksit. Disamping dehidrasi
dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus
dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal
(Wiknjosastro, 2006).
Pathway
Otot Lemah
Keletihan
3. Etiologi
Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
3. Mual b.d biofisik (kehamilan)
4. Keletihan b.d kelesuan fisiologis (kehamilan) dan malnutrisi
5. Ansietas b.d ancaman pada status terkini
Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Kekurangan Fluid Balance Fluid Management 1. Memberikan
volume 1. Keseimbanga 1. Pertahankan perkiraan
cairan b.d n output dan catatan intake dan kebutuhan akan
kehilangan intake dalam output yang akurat cairan pengganti
cairan aktif 24 jam 2. Monitor status dan keefektifan
2. Tekanan dehidrasi dari terapi yang
darah 3. Terapi IV diberikan
3. Nadi administrasi cairan 2. Mengetahui
4. Turgor kulit perkembangan
5. Kelembaban Vital Sign Monitoring rehidrasi
membran 1. Monitor tekanan 3. Sebagai rehidrasi
mukosa darah, nadi, dan optimal dan
6. Kehausan pernafasan Pemberian cairan
sebelum, selama, IV sangat penting
dan sesudah bagi pasien yang
aktifitas, dengan mengalami
sesuai kekurangan cairan
2. Identifikasi tubuh karena
kemungkinan langsung ke
penyebab dalam pembuluh
perubahan tanda darah.
vital
1. Mengetahui
Skin Surveilance kondisi
1. Monitor kulit untuk perkembangan
kekeringan dan keadaan klien
kelembaban 2. Agar dapat segera
dilakukan
tindakan untuk
menangani hal
yang
menyebabkan
peubahan tanda
vital
1. Mengetahui
kondisi
perkembangan
keadaan klien dan
untuk mengetahui
apakah rehidrasi
sudah optimal
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: FKUI
Bulechek, G.M., et al. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). 5th ed. Mosbie
Elsevier: USA
Llwellyn Jones, Derek. 2011. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC
Manuaba, IBG. 2007. Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Moorhead, S., et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). 4th ed. Mosbie Elsevier:
USA
NANDA International. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2012 – 2014.
Jakarta: EGC
Sastrawinata, S., 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi 2. Jakarta: EGC
Walsh, Linda. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC