Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM


Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin

Tanggal 12 Juni – 17 Juni 2017

Oleh:
META ADIWINATA ATMAJA, S.Kep
NIM. 1630913310025

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin

Tanggal 12 Juni – 17 Juni 2017

Oleh:
Meta Adiwinata Atmaja, S.Kep
NIM. 1630913310025

Banjarmasin, Juni 2017

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Fithriyah, S.Kep,. Ns Hj. Fauziah, S.Kep., Ns


NIK. 1990 2014 1 176 NIP. 19730323 199703 2 001
Hiperemesis Gravidarum

1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap
saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Sastrawinata, S.,
2004).
2. Patofisiologi
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam
sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya
kadar hCG, khususnya karena periode mual dan muntah gestasional yang paling umum
adalah pada 12 – 16 minggu pertama, pada saat itu hCG mencapai kadar tertingginya.
hCG disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. hCG melewati kontrol ovarium di
hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron,
suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. hCG dapat
dideteksi dalam darah wanita dari sekitar tiga minggu gestasi, suatu fakta yang menjadi
dasar bagi sebagian besar uji kehamilan (Wiknjosastro, 2006).
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan
ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormone estrogen ini tidak jelas,
mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan
muntah dapat berlangsung berbulan-bulan (Wiknjosastro, 2006).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejela ini hanya
terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di
samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami
emesis gravidarum yang lebih berat. Selain merupakan refleksi gangguan intrinsik dari
lambung, gejala mual-muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada
pusat muntah (chemoreceptor trigger zone) (Llwellyn Jones & Derek, 2011).
Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi. Hiperemesis gravidarum
ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
asam aseto-asetik, asam hidroksida bitirik, dan aseton dalam darah. Muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium
dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan homokonsentrasi, sehingga
aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen
kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksit. Disamping dehidrasi
dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus
dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal
(Wiknjosastro, 2006).
Pathway

Faktor Alergi Faktor Predisposisi Peningkatan Estrogen


Penurunan Pengosongan Lambung
Mual Emesis Gravidarum
Peningkatan Tekanan Gaster
Penyesuaian Komplikasi

Hiperemesis Gravidarum Ansietas

Intake Nutrisi Pengeluaran Nutrisi Kehilangan Cairan


Menurun Berlebih Berlebih

Ketidakseimbangan Nutrisi Dehidrasi


Kurang Dari Kebutuhan
Cairan Ekstra Seluler Hemokonsentrasi
Tubuh
dan Plasma
Aliran Darah Kejaringan
Kekurangan Volume Menurun
Cairan Metabolisme Intra Sel
Menurun

Otot Lemah

Keletihan

3. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor


predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah (Wiknjosastro, 2006):
a. Faktor adaptasi dan hormonal.
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita
hamil dengan anemia, primigravida, overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil
mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
hormone estrogen dan korionik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola
hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan
terjadinya hiperemesis gravidarum.
b. Faktor psikologis.
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum
jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan
pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, diduga dapat menjadi faktor kejadian
hiperemesis gravidarum.
c. Faktor alergi
Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
kehamilan serta resustensi yang menurunkan dari pihak ibuterhadap perubahan-
perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.
d. Usia ibu
Masa reproduksi sehat yaitu pada umur 20 – 35 tahun (Depkes, 2003). Kehamilan
dikatakan beresiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia di
bawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi
belum siap untuk menerima kehamilan dan melahirkan. Wanita muda terhitung masih
dalam proses pertumbuhan. Sedangkan kehamilan di atas usia 35 tahun, organ
reproduksinya mulai mengalami kemunduran sehingga sangat berpengaruh pada
penerimaan kehamilan dan proses melahirkan. Pada usia ini mempunyai resiko untuk
mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama.
Kehamilan di umur kurang dari 20 tahun dapat menyebabkan hiperemesis karena
umur pada kehamilan tersebut secara psikologis belum optimal emosinya, cenderung
labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya yang dapat mengakibatkan iritasi lambung sehingga
menimbulkan reaksi pada impuls motorik untuk member rangsangan pada pusat
muntah. Sedangkan pada umur diatas 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di umur
ini. Dan pada umur ini juga tidak lepas dari faktor psikologis yang disebabkan karena
ibu tidak siap untuk hamil lagi sehingga akan menimbulkan stres pada ibu yang dapat
mempengaruhi hipotalamus dan member rangsangan pada pusat muntah di otak.
4. Tanda dan gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak
ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bila lebih dari 10 kali muntah. Akan tetapi,
apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu (Manuaba, 2007):
a. Tingkat I ( Ringan )
1) Mual dan muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
2) Ibu merasa lemah.
3) Nafsu makan tidak ada.
4) Berat badan menurun.
5) Merasa nyeri pada epigastrium.
6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
7) Tekanan darah menurun.
8) Turgor kulit berkurang.
9) Mata cekung.
b. Tingkat II ( Sedang )
1) Penderita tampak lemah dan apatis.
2) Turgor kulit mulai jelek.
3) Lidah mengering dan tampak kotor.
4) Nadi kecil dan cepat.
5) Suhu badan naik (dehidr asi).
6) Mata mulai ikteris
7) Berat badan turun dan mata cekung.
8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
c. Tingkat III ( Berat )
1) Keadaan umu lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma).
2) Dehidrasi berat.
3) Nadi kecil, cepat dan halus.
4) Suhu meningkat dan tensi turun.
5) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagaiensepalopati
wernicke, dengan gejala nigtasmus, diplopia, dan penurunan mental.
6) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya gangguan hati.
5. Pemeriksaan (diagnosis)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis (Varney, 2007):
a. Riwayat: Biasanya terjadi pada trimester pertama, dapat berlanjut selama kehamilan.
b. Tanda dan gejala
1) Muntah-muntah yang sering sekali
2) Mual
3) Perasaan tenggorokan kering dan rasa haus
4) Kulit dapat menjadi kering (tanda dehidrasi)
5) Berat badan turun dengan cepat
6) Disgeusia (pengecapan buruk dalam mulut)
7) Hipersalivasi (saliva berlebihan)
c. Uji laboratorium:
1) Ketonuria
2) Hiponatremia, hipokalemia, hipokloremia
3) Abnormalitas ringan sampai sedang pada hati dan ginjal
6. Penatalaksaan
Penanganan yang dapat diberikan (Wiknjosastro, 2006):
a. Mengatur Pola Makan (Jumlah, Jenis dan Frekuensi)
1) Makan sesering mungkin, dalam porsi kecil-kecil. Siang hari untuk makan porsi
besar, malam hari cukup porsi kecil.
2) Makan camilan sebelum tidur, karena akan mengurangi rasa mual esok paginya.
3) Menghisap atau mengunyah permen, terutama permen jahe, dapat membantu
menahan rasa ingin muntah.
b. Diet makanan
Diet ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti
persedian glikogen serta secara berangsur memberikan makanan yang cukup kalori
dan zat gizi. Syarat diet hiperemesis gravidarum adalah tinggi karbohidrat, rendah
lemak dan cukup cairan. Makanan mudah dicerna, tidak merangsang dan diberikan
dalam porsi yang kecil tapi sering (MacGibbon, 2010). Keadaan ibu hamil secara
berangsur diberikan makanan yang memenuhi gizi, sebagai berikut:
1) Diet hiperemesis tingkat III (berat), dirawat di rumah sakit dan diberi cairan
parenteral yang mengandung glukosa, cairan dan elektrolit.
2) Diet hiperemesis tingkat II (sedang), jika mual dan muntah berkurang. Pemberian
dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi, mulai
diberikan makan secara per oral dan makanan parenteral dikurangi. Minuman
sebaiknya tidak diberikan bersama makanan.
3) Diet hiperemesis tingkat I (ringan). Penderita diberikan makanan lunak atau padat
yang bisa ditolerir secara per oral. Makanan yang diberikan berupa roti kering dan
buah-buahan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini
cukup dalam semua zat gizi.
c. Makanan pereda mual
1) Usahakan makan makanan yang seimbang, dan konsumsi lebih banyak
karbohidrat sederhana, seperti roti, sereal, kentang dan buah-buahan segar.
2) Kurangi makanan yang banyak mengandung lemak, seperti goreng-gorengan,
makanan berlemak dan daging berlemak.
3) Jagalah asupan makan dengan baik-baik dan hindari makanan pedas.
d. Cukup bergerak
Udara segar dan senam ringan umumnya sangat membantu, meskipun hanya
berupa jalan-jalan pada saat makan siang atau menemani anak jalan-jalan di taman.
e. Cukup istirahat
1) Kurangi sebagian pekerjaan dan coba bersantai dengan posisi kaki terangkat.
2) Biasakan tidur sekitar pukul 7 atau 8 malam.
3) Hibur diri bahwa mual biasanya hanya akan berlangsung tiga atau empat bulan.
4) Bila mual menghebat, segera tanyakan dokter
f. Terapi obat-batan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang diperlukan
pengaobatan. Pada keadaan berat, antiemetik perlu diberikan untuk mengurangi
gejala.
g. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap dirumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan peredaran
darah baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter
saja yang boleh masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau
menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.
2) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal,
dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir.yakinkan penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
3) Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambahkan kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan.
4) Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abotus terapiutik
sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada
organ vital.
7. Pengaruh hiperemesis gravidarum pada ibu dan janin
Emesis merupakan dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negatif
terhadap kehamilan dan janin, asalkan sebelum mengandung kondisi ibu sehat dan cukup
gizi. Hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan berubah menjadi
hipermesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan pada
kehamilan (Walsh, 2007),
Wanita hamil dengan gejala hiperemesis gravidarum berpotensi besar mengalami
dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi
robekan kecil pada selaput lendir esofagus dan lambung atau sindroma Mallory-Weiss
akibat perdarahan gastrointestinal. Komplikasi fatal akibat penyakit ini dapat terjadi pada
susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus
(perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda) dan perubahan mental
(Walsh, 2007).
Menurut Mesics (2008), dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa kondisi ibu
dengan muntah dan mual yang hebat dalam kehamilan berhubungan dengan pembatasan
pertumbuhan janin di dalam uterus atau dikenal dengan intrauterine growth restriction
(IUGR). Dan ditemukan pula dalam beberapa kasus pada ibu hamil penderita hiperemesis
gravidarum bayi yang dilahirkan mengalami berat badan lahir rendah (BBLR)
dibandingkan dengan wanita mual dan muntah ringan atau tidak ada mual dalam
kehamilan. Biasanya kasus ini banyak ditemukan pada ibu dengan penurunan berat badan
lebih besar dari 5% (Llwellyn & Derek, 2011).
8. Komplikasi
Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental,
serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus (Arief, 2000).
9. Asuhan keperawatan
Pengkajian data
a. Identitas klien
Nama : Ny. X
Umur : 20 – 40 tahun
Pendidikan : Umumnya rendah
Pekerjaan : Bekerja dan tidak bekerja
Tgl masuk : xx-xx-xx
Tgl pengkajian : xx-xx-xx
Diagnosa medis : Hiperemesis gravidarum
Alamat : ……………
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: umumnya keluhan yang sering dirasakan adalah mual dan
muntah yang lebih dari 10 kali sehari
2) Riwayat kesehatan sekarang: keluhan mual muntah
3) Riwayat kesehatan dahulu: HG pada kehamilan sebelumnya, pada primigravida:
60-80%, sedangkan multigravida: 40-60%
4) Riwayat kesehatan keluarga : adanya penyakit jantung, DM, hipertensi
5) Riwayat ginekologi:
a) Riwayat menstruasi:……
b) Menarke:……
c) Siklus:……
d) Lamanya:…..
e) Banyaknya:……
f) Warna:……. :
g) Bau/karakteristik:…… :
h) Disminore:….. :
c. Riwayat perkawinan
1) Istri
Pernikahan:…….
Usia pernikahan:…….
2) Suami
Pernikahan:……
Usia pernikahan:…..
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: Lemah, umumnya compos mentis, tetapi dapat juga apatis
2) Tanda-tanda vital : N: > 100 x/menit TD: 100/80 mmHg, RR: > 20 x/menit, dan
S: > 37,2 oC
3) System neurologis
a) Fungsi serebral
 Kesadaran: composmentis hingga apatis
 Orientasi: umumnya baik
 Memori: umumnya baik
 Bicara: umumnya baik, terkadang jarang berbicara karena rangsangan
mual
b) Fungsi saraf cranial
 Penciuman: umumnya baik tetapi rangsangan bau dapat merangsang mual
 Penglihatan: umumnya baik
 Reflek pupil: umumnya baik
 Gerakan bola mata: umumnya baik
 Kesimetrisan wajah: simetris, tidak ada kelainan
 Pengecapan: umumnya baik, tetapi rangsangan pengecapan dapat
meningkatkan mual
 Mengunyah: umumnya baik, tidak ada kelainan
 Menelan: umumnya tidak ada gangguan menelan, hanya saja rangsangan
mual membuat kesulitan menelan
c) Fungsi motorik
 Keseimbangan dan koordinasi: umumnya baik hingga tidak dapat
berdiri/berjalan akibat kelemahan
 Kekuatan otot: umumnya dapat menentang gravitasi jika dalam kondisi
baik, jika terdapat kelemahan, klien kurang bisa menentang gravitasi
 Tonus otot: umumnya mampu memfleksikan otot dan menahan tahanan
dari pemeriksa, kecuali jika pasien dalam keadaan lemah
d) Fungsi sensorik
Uji rangsangan suhu pada ekstrimitas umumnya baik
4) System pernafasan
a) Hidung: Simetris +/+, kebersihan +/+, fungsi penciuman +/+
b) Dada: Simetris +/+
c) Pola pernafasan: RR >20 x/menit, irama regular hingga irregular
d) Paru: Suara nafas vesikuler +/+, kelainan -/-
5) System kardiovaskuler
Bunyi jatung normal, edema (-), TD systole 100 x/menit, keluhan lain (-)
6) System gastrointestinal
a) Mulut: mukosa pucat, bibir kering, lidak kering, aroma nafas aseton, gigi
kurang bersih, pengecapan baik, anoreksia, hipersekresi saliva
b) Abdomen: bentuk datar, simetris (+), asites (-), kebersihan (+), massa (-),
pembesaran hepar (-), nyeri (+) epigastrium
7) Integument
Distribusi rambut rata, warna hitam, kebersihan (+), kuku bersih dan pendek,
warna kulit sawo matang, akral dingin dan pucat, turgor menurun, kelembaban
menurun
8) Endokrin
Pembesaran tiroid (-)
9) System penglihatan
Simetris +/+, sclera putih hingga ikterik, konjungtiva merah muda hingga pucat,
kotoran -/-, fungsi penglihatan +/+, cekung +/+
10) Pendengaran
Simetris +/+, serumen -/-, edema -/-, fungsi pendengaran +/+
11) Data aspek psikologis
Umumnya klien cemas akibat kurang pengetahuan mengenai kondisinya
12) Data aspek social
Interaksi dengan keluarga dan sosial umumnya baik, tetapi interaksi saat kondisi
tersebut sedikit berkurang
13) Data aspek spiritual
Kurangnya keagamaan akibat kecemasan dapat mempengaruhi keadaan mual
e. Data focus
1) Aktifitas istirahat: tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100
kali per menit).
2) Integritas ego: konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3) Eliminasi: perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi
berkemih. Urinalis: peningkatan konsistensi urine.
4) Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut iritasi
dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata
cekung dan lidah kering.
5) Pernafasan: frekuensi pernapasan meningkat.
6) Keamanan: suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma.
7) Seksualitas: penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik.
8) Interaksi sosial: perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran,
respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit,
system pendukung yang kurang.
9) Pembelajaran dan penyuluhan: segala yang dimakan dan diminum di muntahkan,
apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih.
Analisa data
DATA ETILOGI MASALAH
1. Haus Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume cairan
2. Penurunan turgor kulit
3. Membran mukosa/kulit
Kering
4. Peningkatan denyut
nadi, penurunan
tekanan darah,
5. Perubahan status
mental
6. Temperatur tubuh
meningkat
7. Kehilangan berat badan
secara tiba-tiba
1. Nyeri abdomen Faktor biologis Ketidakseimbangan nutrisi
2. Muntah kurang dari kebutuhan
3. Kurang nafsu makan tubuh
4. Bising usus berlebih
5. Konjungtiva pucat
6. Denyut nadi cepat
1. Gangguan konsentrasi kelesuan fisiologis Keletihan
2. Tidak tertarik pada (kehamilan) dan
lingkungan malnutrisi
3. Meningkatnya
complain fisik
4. Kelelahan
5. Secara verbal
menyatakan kurang
energy
6. Penurunan kemampuan
7. Ketidakmampuan
mempertahankan
rutinitas
8. Ketidakmampuan
mendapatkan energy
sesudah tidur
9. Ketidakmampuan
untuk mempertahankan
aktivitas fisik
1. Hipersalivasi biofisik (kehamilan) Mual
2. Penigkatan reflek
menelan
3. Menyatakan mual /
sakit perut
1. Insomnia Ancaman pada status Ansietas
2. Kontak mata kurang terkini
3. Kurang istirahat
4. Berfokus pada diri
sendiri
5. Takut
6. Gangguan tidur
7. Gemetar
8. Peningkatan TD,
denyut nadi, RR
9. Bingung
10. Sulit berkonsentrasi

Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
3. Mual b.d biofisik (kehamilan)
4. Keletihan b.d kelesuan fisiologis (kehamilan) dan malnutrisi
5. Ansietas b.d ancaman pada status terkini
Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Kekurangan Fluid Balance Fluid Management 1. Memberikan
volume 1. Keseimbanga 1. Pertahankan perkiraan
cairan b.d n output dan catatan intake dan kebutuhan akan
kehilangan intake dalam output yang akurat cairan pengganti
cairan aktif 24 jam 2. Monitor status dan keefektifan
2. Tekanan dehidrasi dari terapi yang
darah 3. Terapi IV diberikan
3. Nadi administrasi cairan 2. Mengetahui
4. Turgor kulit perkembangan
5. Kelembaban Vital Sign Monitoring rehidrasi
membran 1. Monitor tekanan 3. Sebagai rehidrasi
mukosa darah, nadi, dan optimal dan
6. Kehausan pernafasan Pemberian cairan
sebelum, selama, IV sangat penting
dan sesudah bagi pasien yang
aktifitas, dengan mengalami
sesuai kekurangan cairan
2. Identifikasi tubuh karena
kemungkinan langsung ke
penyebab dalam pembuluh
perubahan tanda darah.
vital
1. Mengetahui
Skin Surveilance kondisi
1. Monitor kulit untuk perkembangan
kekeringan dan keadaan klien
kelembaban 2. Agar dapat segera
dilakukan
tindakan untuk
menangani hal
yang
menyebabkan
peubahan tanda
vital

1. Mengetahui
kondisi
perkembangan
keadaan klien dan
untuk mengetahui
apakah rehidrasi
sudah optimal

2. Ketidakseim Nutritional Nutrition 1. Menentukan


bangan status management makanan yang
nutrisi 1. Pemasukan 1. Kolaborasi dengan sesuai dengan
kurang dari nutrisi ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi
kebutuhan 2. Pemasukan menentukan jumlah klien.
tubuh b.d makanana kalori dan nutrisi 2. Menurunkan
faktor 3. Pemasukan yang dibutuhkan konstipasi atau
biologis cairan pasien. agar BAB pasien
4. Hidrasi 2. Yakinkan diet yang lancar.
Nutritional dimakan 3. Pasien dapat
Status : food mengandung tinggi membuat catatan
and Fluid serat untuk makanan sendiri
Intake mencegah untuk mengetahui
1. Pemasukan konstipasi. jumlah kalori
makanan 3. Ajarkan pasien yang masuk.
secara oral bagaimana 4. Mengetahui
2. Pemasukan membuat catatan apakah nutrisi
minuman makanan harian. terpenuhi dengan
secara oral 4. Monitor adanya baik atau tidak.
penurunan BB. 5. Lingkungan yang
5. Monitor lingkungan tidak nyaman
selama makan. dapat
6. Monitor turgor mempengaruhi
kulit.. nafsu makan
7. Monitor intake klien.
nutrisi. 6. Mengetahui
8. Informasikan pada apakah cairan
klien dan keluarga terpenuhi dengan
tentang manfaat baik atau tidak.
nutrisi. 7. Mengetahui
9. Kolaborasi dengan apakah nutrisi
dokter tentang terpenuhi dengan
kebutuhan baik atau tidak.
suplemen makanan 8. Agar klien
seperti NGT memperhatikan
sehingga intake asupan nutrsi
cairan yang adekuat yang adekuat.
dapat 9. Jika klien dengan
dipertahankan. gangguan
Nutrition monitoring menelan dapat di
1. BB dalam interval lakukan
yang jelas pemasangan NGT
2. Monitor BB yang untuk pemenuhan
hilang dan yang intake
masuk
1. Mengetahui
berkembangan
berat badan
penting untuk
klien dengan
kekurangan
nutrisi dan ini
untuk meevaluasi
keberhasilan
intake yang
diberikan.

3. Mual b.d Nausea and Nausea Management 1. Menurangi mual


biofisik Vomiting 1. Pastikan bahwa dengan aksi
(kehamilan) Severity obat antiemetik sentralnya pada
4. Frekuensi yang efektif hipotalamus.
mual diberikan untuk 2. Sebagai salah satu
berkurang mencegah mual alternative pilihan
5. Intensitas bila memungkinkan penanganan mual.
mual 2. Ajarkan teknik
berkurang non-farmakologi 1. Mengetahui
6. Frekuensi untuk mengurangi seberapa parah
muntah tidak mual (relaksasi) muntah yang
ada terjadi.
7. Intensitas Vomiting 2. Agar dapat segera
muntah tidak Management dilakukan
ada 1. Tentukan durasi tindakan untuk
Nutritional dan frekuensi menangani hal
Status muntah yang
1. Intake cairan 2. Identifikasi faktor menyebabkan
tercukupi penyebab dari muntah.
2. Intake muntah
makanan 1. Sebagai rehidrasi
tercukupi Fluid Management optimal dan
1. Berikan terapi IV Pemberian cairan
IV sangat penting
bagi pasien yang
mengalami
kekurangan cairan
tubuh karena
langsung ke
dalam pembuluh
darah.
1.
4. Keletihan Energy Energy Management 1. Memperkiraan
b.d kelesuan Conservation 1. Instruksikan pada penangan apa
fisiologis 1. Adaptasi pasien untuk yang dapat
(kehamilan) gaya hidup mencatat tanda- diberikan.
dan untuk level tanda dan gejala 2. Agar klien tidak
malnutrisi energy kelelahan beraktivitas secara
2. Ajarkan tehnik dan berlebihan untuk
Activity manajemen menghindari
tolerance aktivitas untuk kelelahan.
1. Tanda-tanda mencegah 3. Agar klien
vital normal kelelahan mengerti bahwa
2. Sirkulasi 3. Jelaskan pada ada hubungan
status baik pasien hubungan antara kelelahan
3. Status kelelahan dengan yang dialami
kardiopulmo proses penyakit dengan
nari adekuat 4. Kolaborasi dengan keadaannya saat
4. Status ahli gizi tentang ini yang sedang
respirasi : cara meningkatkan hamil dengan
pertukaran intake makanan mual muntah
gas dan tinggi energy yang berlebih.
ventilasi 4. Menentukan
adekuat Activity therapy makanan yang
5. Dapat 1. Bantu klien untuk sesuai dengan
menentukan mengidentifikasi kebutuhan.
dan aktivitas yang
melakukan mampu dilakukan 1. Mencari dan
aktivitas yang 2. Bantu klien untuk mencatat aktivitas
sesuai dengan memilih aktivitas apa saja yang
kemampuan konsisten yang mampu dilakukan
sesuai dengan klien sesuai
kemampuan fisik, dengan
psikologi dan sosial
keadaannya saat
ini.
5. Ansietas b.d Anxiety self Anxiety reduction 1. Untuk
ancaman control 1. Kaji dan mengetahui
pada status 1. Menggunaka dokumentasikan penurunan
terkini n teknik tingkat kecemasan kecemasan
relaksasi dengan sehingga dapat
untuk menggunakan memberikan
menurunkan skala 0-4. intervensi yang
cemas 2. Lakukan tepat.
2. Mengontrol pendekatan 2. Pendekatan
respon cemas kepada pasien membantu pasien
3. Melaporkan untuk untuk
berkurangnya mengungkapkan mengeksternalisas
tanda gejala pikiran dan ikan kecemasan
fisik akibat perasaan. yang dirasakan.
setres 3. Berikan motivasi 3. Focus terapi
kepada pasien, kognitif pada
gunakan kalimat perubahan
yang positif perilaku dan
kepada pasien dan perasaan di
anjurkan keluarga pengaruhi oleh
pasien selalu pikiran.
menemani pasien Pernyataan yang
4. Kaji mekanisme positif dapat
koping yang menurunkan
digunakan pasien kecemasan.
untuk mengtasai 4. Mempertahankan
ansietas dimasa mekanisme
lalu koping adaptif,
5. Monitor vital sign menigkatkan
6. Anjurkan dan kemampuan
ajarkan teknik mengontrol
relaksasi dan cemas.
distraksi. 5. Untuk
7. Berikan informasi mengetahui
factual (nyata dan keadaan dan
benar) kepada kondisi pasien.
klien dan keluarga 6. Menciptakan
tentang kondisi perasaan yang
kehamilan tenang dan
sekarang dan nyaman.
kebutuhan yang 7. Meningkatkan
harus dipenuhi. pengetahuan
pasien dapat
mengurangi
kecemasan,
Komunikasi
antara pasien-
perawat
merupakan
perawatan yang
efektif
menurunkan
cemas.
Daftar Pustaka

Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: FKUI
Bulechek, G.M., et al. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). 5th ed. Mosbie
Elsevier: USA
Llwellyn Jones, Derek. 2011. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC
Manuaba, IBG. 2007. Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Moorhead, S., et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). 4th ed. Mosbie Elsevier:
USA
NANDA International. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2012 – 2014.
Jakarta: EGC
Sastrawinata, S., 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi 2. Jakarta: EGC
Walsh, Linda. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai