LP TBC Paru
LP TBC Paru
OLEH:
LUH MADE PURNAMA DEWI
1002105020
4. Patofisiologi Penyakit
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap
dalam udara bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam
saluran pernapasan. Setelah Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan,
masuk ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil juga
secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang,
korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan
bronkopneumonia. lnfeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan. Massa
jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan
yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah
menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan
(bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat
mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan
penyakit aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga
terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon
memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di
udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh,
membentuk jaringan parut.
Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya
bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali proses tersebut
dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan
kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh
remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang
diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif
(Brunner dan Suddarth, 2002)
5. Klasifikasi
a. Klasifikasi I (berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi) (Depkes, 2003)
1) Tuberculosis paru
Merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua
penderita. Tuberculosis yang menyerang parenkim paru ini merupakan satu-satunya
bentuk tuberculosis yang paling mudah menular.
2) Tuberculosis ekstra paru
Merupakan bentuk Tubeculosis yang menyerang organ lain selain paru, seperti
pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang, saluran kencing, susunan saraf
pusat, dan perut. Pada dasarnya penyakit Tuberculosis ini tidak pandang bulu karena
kuman ini menyerang semua organ tubuh.
6. Gejala Klinis
Penyakit tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum
seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Menurut Jhon Crofton (2002), gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis
berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi paru.
Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan
kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering
pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah
menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila
sudah terjadi pengejuan.
Batuk darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa sejumlah
besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat peradangan pada
pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.
Sesak napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan proses lanjut
akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding
pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk.
Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret,
peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
Demam dan menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari proses
infeksi.
Penurunan berat badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan
lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
Malaise
Ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala,
nyeri otot, keringat malam.
Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
Berkeringat banyak terutama malam hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis paru.
Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat badan menurun. Bila
mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan. RR
meningkat (>24 x/menit). Adanya dyspnea, sianosis, distensi abdomen, batuk dan barrel
chest.
b. Palpasi
Badan teraba hangat (demam), denyut nadi meningkat (>100x/menit), turgor kulit
menurun, fremitus raba meningkat disisi yang sakit.
(Amin, 2007)
c. Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas yang cukup besar,
perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani. Bila mengenai pleura, perkusi
memberikan suara pekak.
d. Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas tambahan berupa rhonci
basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi ini diliputi oleh penebalan pleura, suara
napas menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, auskultasi
memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura, auskultasi memberikan suara napas
yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
12. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru
stadium lanjut yaitu :
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
b. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi
bronchial.
c. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
13. Prognosis
TB adalah IO yang pada urutan kedua dalam daftar frekuensi IO di Indonesia, dan
adalah penyebab kematian kebanyakan Odha. Namun TB dapat disembuhkan dan dicegah.
Perkembangan dari infeksi TBC dengan penyakit TBC terjadi ketika bakteri TB mengatasi
pertahanan sistem kekebalan tubuh dan mulai berkembang biak. Pada TB primer 1-5% dari
kasus-penyakit ini terjadi segera setelah infeksi. Pada pasien koinfeksi M. TB dan HIV,
risiko reaktivasi meningkat sampai 10% per tahun. Pasien dengan TB ini disebarluaskan
memiliki tingkat kematian mendekati 100% jika tidak diobati. Namun, Jika diobati, tingkat
kematian berkurang hingga hampir 10%.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan pasien.
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau
GCS dan respon verbal pasien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi,
dan kondisi patologis.
Pulse rate
Respiratory rate
Suhu
Pola Pengkajian Gordon
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengkajian meliputi kebiasaan pasien terhadap pemeliharaan kesehatan baik sebelum
atau sesudah sakit. Misalnya : kebiasaan merokok, minum obat, alkohol, riwayat minum
obat-obatan.
2. Nutrisi / Metabolik
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia
dan ketidakmampuan untuk makan karena penurunan nafsu makan. Gejala : adanya
anoreksia (kehilangan nafsu makan), adanya penurunan berat badan, makanan yang
disediakan hanya dimakan ¼ porsi
Tanda : turgor kulit buruk, kering / bersisik, massa otot berkurang / lemak subkutan
berkurang, IMT = (kekurangan BB tingkat berat), Pasien tampak kurus.
3. Eliminasi
Pada pasien dengan TBC kemungkinan mengalami gangguan pada system eliminasi jika
bakteri tersebut sudah menyebar sampai ke system gastrointestinal.
4. Aktivitas dan Latihan
Pada pasien dengan TBC kemungkinan ditemukan gangguan aktivitas dan latihan karena
pasien mengalami keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan
aktvitas sehari-hari karena sulit bernapas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi. Gejala: adanya kelelahan dan kelemahan, kesulitan tidur pada malam
atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat
Tanda : takikardia, takipnea / dispnea saat beraktivitas, kelelahan otot
5. Persepsi, Sensori, Kognitif
Pasien mengalami gangguan berupa rasa nyeri di daerah dada. Perasaan takut.
Gejala : adanya faktor stres dalam waktu yang lama, adanya perasaan berduka
Tanda : ansietas, takut, perasaan bersalah (menyalahkan diri sendiri), keputusasaan,
kesedihan, ekpresi kurang dalam penerimaan terhadap penyakit, ekspresi kurang
kedamaian, rasa bersalah
6. Tidur dan Istirahat
Pasien mengalami gangguan pada pola tidurnya karena sulit untuk tidur karena nyeri dan
sesak napas.
7. Konsep Diri
Pasien mengalami gangguan pada harga diri , karena kondisi yang terkena TBC. Gejala :
adanya perasaan rendah diri karena mengidap penyakit menular, adanya perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran, tidak berpartisipasi dalam kegiatan agama,
perubahan pola ibadah, merasa diabaikan dan diasingkan, menolak interaksi dengan
orang lain, merasa dipisahkan dari lingkungan sosial.
perubahan interaksi dalam keluarga, seperti: perubahan tugas dalam keluarga, perubahan
dukungan emosional, perubahan pola komunikasi dalam keluarga, perubahan keakraban,
perubahan partisipasi dalam menyelesaikan masalah.
8. Peran dan Hubungan
Pasien mengalami gangguan pada peran dan hubungan, hubungan yang ketergantungan
dengan keluarga, kurang sistem pendukung, penyakit lama atau ketidakmampuan
membaik.
9. Seksual dan Reproduksi
Pada pasien dengan tbc kemungkinan ditemukan penurunan libido.
10. Koping Stres dan Adaptasi
Pasien kemungkinan mengalami gangguan pada pola koping stress dan adaptasi,
ansietas, ketakutan, peka rangsang.
11. Nilai dan Kepercayaan
Pada pasien dengan pada tbc kemungkinan pasien mengalami gangguan dalam
melakukan aktivitas beribadah diluar rumah (tempat-tempat ibadah).