Anda di halaman 1dari 8

UJI DAYA ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL

DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocatum Ruiz & Pav.)


TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus
ATCC 6538, Eschericia coli ATCC 11229 DAN Candida
albicans ATCC 10231 SECARA IN VITRO

Anika Candrasari, M. Amin Romas, Masna Hasbi, Ovi Rizky Astuti


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Correspondence to : dr. Anika Candrasari, M.Kes
Email : Anika.Candrasari@ums.ac.id

ABSTRACT
Red betel leaf contains �avonoids, alkaloids and essential oils that are suspected able to inhibit the
growth of microbes. This study aims to analyze antimicrobial activity of ethanol extract of red betel leaf agains
to Staphylococcus aureus, Eschericia coli and Candida albicans. Subjects were red betel leaf ethanol extract at
concentration of 2.5%, 5%, 10%, 20%, 40%, 80% and 100%. As a positive control used amoxycilin, chloramphenicol
and ketoconazole. The study showed that concentration 10 % - 100 % inhibit the growth of Staphylococcus aureus.
In Escherichia coli all the data obtained, having an average which is not much different from the mean of the
negative control. While on Candida albicans average diameter of inhibition zone of extract concentration 40% p
= 0.197 concluded that statistically has signi�cant antifungal power compared with ketokonazole.
Keywords: Ethanol extract, Piper Ruiz & Pav crocatum, Antimicrobial, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Candida albican

PENDAHULUAN Beberapa penelitian mengenai antimikroba


Penyakit infeksi merupakan penyakit yang alami yang efektif untuk melawan infeksi telah
banyak diderita masyarakat Indonesia sejak dulu. dilakukan. Salah satu tanaman yang telah diteliti
Penyakit infeksi saat ini dapat ditanggulangi adalah sirih hijau (Piper betle Linn). Daun sirih
menggunakan obat modern (Dzulkarnain et hijau telah dibuktikan mempunyai daya antibakteri
al., 2004), yaitu antimikroba. Penggunaan (Fadhilah, 1993; Taringan, 1994; Zakiyah, 1995;
antimikroba (antibiotik, antifungi) yang tidak Sari & Dewi, 2006) dan daya antifungi (Sutardi,
rasional telah menyebabkan banyak mikroba 1994; Wulandari & Maretnianin, 2008). Hasil
patogen beradaptasi dengan lingkungannya penelitian terdahulu menunjukkan bahwa daun
dan menjadi resisten terhadap obat tersebut. sirih hijau mengandung minyak atsiri yang
Meningkatnya masalah resistensi menyebabkan terdiri dari betelfenol, kavikol, seskuiterpen,
kebutuhan akan obat antimikroba baru yang dapat hidroksikavikol, kavibetol, estragol, eugenol, dan
mengatasi masalah resistensi juga meningkat, oleh karvakrol. Minyak atsiri dan ekstraknya dapat
karena itu pencarian antimikroba baru termasuk melawan beberapa bakteri Gram positif dan
dari tanaman terus dilakukan (Martini dan Ellof Gram negatif. Daun sirih hijau tidak mengandung
1998; Yustina 2001). alkaloid sedangkan daun sirih merah mengandung
Salah satu tumbuhan yang dikenal luas oleh alkaloid (Sudewo, 2010).
masyarakat adalah sirih. Sirih merupakan tanaman Daun sirih merah mengandung senyawa
yang telah banyak digunakan sebagai obat di Asia kimia seperti alkaloid, �avonoid, tanin, dan
Tenggara. Sirih di Indonesia ada beberapa jenis, minyak atsiri yang diduga berpotensi sebagai daya
yang dibedakan berdasarkan bentuk daun, rasa antimikroba (Ebadi, 2002). Sehubungan dengan
dan aromanya, yaitu sirih hijau, sirih banda, sirih sirih merah dan sirih hijau berasal dari genus yang
cengkih, sirih hitam dan sirih merah (Moeljanto & sama, diperkirakan sirih merah juga memiliki efek
Mulyono, 2003; Sudewo, 2005). yang sama terhadap pertumbuhan mikroba.

Biomedika, Volume 4 Nomor 1, Februari 2012 9


Namun, evidence based medicine mengenai bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi
pemanfaatan sirih merah masih sedikit. Hal ini ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum)
disebabkan sirih merah belum lama dikenal 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40%, 80% dan 100% dengan
masyarakat luas sehingga informasi ilmiah skala rasio. Sedangkan variabel terikat dalam
mengenai tanaman ini terbatas, demikian juga penelitian ini adalah efek antimikroba terhadap
dengan jurnal ilmiah di dalam negeri maupun luar Staphylococcus aureus ATCC 6538, Eschericia
negeri (Juliantina dkk, 2009). Sedangkan sirih coli ATCC 11229 dan Candida albicans ATCC
merah menurut Syariefa (2006) seluruh bagian 10231 dengan skala rasio.
tanamannya mengandung unsur-unsur zat kimia Jumlah sampel dari tiap kelompok
yang bermanfaat untuk pengobatan, terutama perlakuan dihitung dengan menggunakan rumus
daunnya. Federer. Penelitian ini dilakukan sekaligus pada
Berdasarkan pernyataan di atas, maka lima kelompok perlakuan sesuai dosis (2,5%,
dapat dirumuskan permasalahan “Apakah 5%, 10%, 20%, 40%, 80% dan 100%) dengan
ektrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum tiga kontrol positif (Amoxicillin, kloramphenikol
Ruiz & Pav.) mempunyai daya antimikroba dan ketokonazole), dan satu kontrol negatif (disk
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus kosong).
ATCC 6538, Eschericia coli ATCC 11229 dan
Candida albicans ATCC 10231 secara in vitro”. Rumus Federer:
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk (n-1) (t-1) ≥ 15
mengetahui daya antimikroba etanol daun sirih
merah terhadap pertumbuhan Staphylococcus t = jumlah kelompok
aureus ATCC 6538, Eschericia coli ATCC 11229 n= jumlah sampel
(n-1) (11-1) ≥ 15 → 10 (n-1) ≥ 15 → n ≥ 2,5 → n = 3
dan Candida albicans ATCC 10231 secara in
vitro. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk Berdasarkan perhitungan tersebut maka
memberi informasi daya antimikroba etanol daun jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah
sirih merah terhadap pertumbuhan Staphylococcus tiga sediaan. (Andries, 2009).
aureus ATCC 6538, Eschericia coli ATCC 11229 Alat yang digunakan di dalam penelitian
dan Candida albicans ATCC 10231 secara in vitro. ini adalah tabung reaksi steril, inkubator, cawan
METODE PENELITIAN petri, kapas lidi steril, ohse kolong, erlemeyer,
Penelitian ini bersifat eksperimental penjepit, pipet, lampu spritus. Daun sirih merah
laboratorik dengan metode post test control group dicuci bersih lalu diangin-anginkan, kemudian
design only. Subyek penelitian ini adalah ekstrak dikeringkan dengan oven pada suhu 40°C sampai
etanol daun sirih merah dengan konsentrasi atau kering, kemudian diremas dan dihaluskan sampai
dosis berturut-turut yang diperoleh dengan rumus menjadi serbuk menggunakan blender. Serbuk
Progresi Geometris: kemudian ditambahkan dengan larutan etanol
70%, diaduk, didiamkan (maserasi), dan diambil
�ltratnya dengan penyaringan. Hasil saringan
YN =Y1R N-1 diuapkan dalam rotary vacuum evaporator dengan
YN adalah dosis ke-n suhu 40°C. Pada akhir proses ini di dapatkan
R N-1 merupakan faktor pemacu ekstrak etanol sirih merah dengan cairan kental,
N adalah dosis deret pertama. berwarna coklat, dengan bau khas aromatik.
(Harmita & Radji., 2004). Selanjutnya ekstrak etanol sirih merah diencerkan
Berdasarkan perhitungan dengan rumus di dengan pelarut aquadest steril bila akan digunakan
atas maka didapatkan konsentrasi atau dosis ektrak (Poelongan & Soeripto, 1998).
etanol sirih merah menjadi 2,5%, 5%, 10%, 20%, Siapkan dua buah plate media Muller
40%, 80% dan 100%. Hinton, pada bagian bawah plat dibuat garis-
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium garis pembagian dengan menggunakan spidol
Biomedik II Sublaboratorium Mikrobiologi dan dilabeli masing-masing konsentrasi ekstrak.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Kemudian masing-masing bagian konsetrasi
Surakarta pada bulan Agustus 2011. Variabel dilubangi untuk membuat sumuran dengan

10 Biomedika, Volume 4 Nomor 1, Februari 2012


diameter 6 mm. Selanjutnya plate pertama diolesi 5%, 10%, 20%, 40%, 80%, dan 100%, akuades
secara merata dengan bakteri Staphylococcus steril sebagai kontrol negatif, serta ketokonazol
aureus ATCC 6538 yang telah dibandingkan dengan sebagai kontrol positif. Selanjutnya diinkubasi
standar 0,5 Mc.Farland. Untuk plate yang kedua pada suhu kamar selama 1-2 hari. Diameter zona
diolesi secara merata dengan bakteri Eschericia bening atau zona hambat yang terbentuk diukur
coli ATCC 11229 yang telah dibandingkan dengan dengan penggaris dengan satuan milimeter (mm).
standar 0,5 Mc.Farland. Kemudian pada masing- Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan
masing sumuran diteteskan ekstrak etanol sirih diuji nilai kemaknaannya dengan menggunakan
merah dengan kosentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, Oneway Anova.
40%, 80% dan 100%, kontrol positif dan kontrol
negatif. Selanjutnya inkubasi plate pada suhu 37�C HASIL DAN PEMBAHASAN
selama 18-24 jam. Zona hambat yang terbentuk Setelah dilakukan penelitian mengenai
diukur dengan menggunakan jangka sorong dalam daya antimikroba daun sirih merah terhadap
satuan millimeter (mm). pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 6538,
Pada masing-masing media Sabouraud Eschericia coli ATCC 11229 dan Candida albicans
Dekstrosa Agar dibuat sumuran berdiameter 6 mm ATCC 10231 secara in vitro maka diperoleh hasil
dengan boor proof kemudian diisi 0,05 ml ekstrak sebagai berikut:
etanol daun sirih merah dengan konsentrasi 2,5%,

Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum
Ruiz&Pav) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 dengan metode sumuran
Kontrol – Kontrol + Ekstrak etanol daun sirih merah
No
(mm) (mm) 2,5% 5% 10% 20% 40% 80% 100%
1 6 36 6 6 6 11 12 17 18
2 6 37 6 6 6 10 13 16 18
3 6 35 6 6 7 11 13 17 17
Rata-rata 6 36 6 6 6,3 10,6 12,6 16,6 17,6

Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav) Terhadap Eschericia coli ATCC 11229 dengan Metode Sumuran
Kontrol Kontrol Ekstrak etanol daun sirih merah
No
- (mm) + (mm) 2,5% 5% 10% 20% 40% 80% 100%
1 6 21 6 6 6 6 6 8 8
2 6 18 6 6 6 6 6 8 7
3 6 21 6 6 6 6 7 7 8
Rata-rata 6 20 6 6 6 6 6,3 7,6 7,6

Tabel 3. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav) Terhadap Candida albicans dengan Metode Sumuran
Kontrol Kontrol Ekstrak etanol daun sirih merah
No
- (mm) + (mm) 2,5% 5% 10% 20% 40% 80% 100%
1 6 14 6 6 8 10 12 11 8
2 6 14 6 6 8 10 14 13 10
3 6 15 6 6 10 12 14 13 10
Rata-rata 6 14,3 6 6 8,7 10,7 13,3 12,3 9,3

Tabel 1 menunjukkan bahwa kontrol negatif 10% dan semakin meningkat seiring dengan
dan kelompok perlakuan yang menggunakan meningkatnya kadar konsentrasi ekstrak.
ekstrak etanol daun sirih merah dengan konstentrasi Tabel 2 menunjukkan bahwa kontrol negatif
2,5% dan 5% tidak menunjukkan efek antibakteri dan kelompok perlakuan yang menggunakan
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. ekstrak etanol daun sirih merah dengan konstentrasi
Biakan Staphylococcus aureus mulai terbentuk 2,5%, 5%, 10% dan 20% tidak menunjukkan daya
zona hambat pada konsentrasi ekstrak sebesar antibakteri terhadap pertumbuhan Eschericia

Biomedika, Volume 4 Nomor 1, Februari 2012 11


coli. Biakan Eschericia coli mulai terbentuk Tabel 5. Uji Non Parametri Mann-Whitney antara
zona hambat pada konsentrasi ekstrak sebesar kelompok konsentrasi ekstrak sirih merah
40%b/v dan sedikit meningkat seiring dengan dengan kontrol negatif (disk kosong)
meningkatnya kadar konsentrasi ekstrak namun dan perbandingan antara ekstrak dengan
konsentrasi terbesar 100% dengan kontrol
menetap setelah konsentrasi ekstrak tertinggi
positif (Amoxicillin).
yakni 100%.
Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak No Kelompok Perlakuan N P (Asymp.Sig)
terdapat daya antifungi pada kontrol negatif 1 Kontrol (-) 2,5 % 3 1,000
maupun konsentrasi ekstrak 2,5% dan 5%
2 Kontrol (-) 5% 3 1,000
terhadap Candida albicans. Zona hambat pada
3 Kontrol (-) 10% 3 0,317
biakan Candida albicans mulai terbentuk pada
konsentrasi ekstrak 10% dengan diameter 8 mm. 4 Kontrol (-) 20% 3 0,034
Dari beberapa macam konsentrasi ekstrak yang 5 Kontrol (-) 40% 3 0,034
telah dibuat terlihat bahwa konsentrasi ekstrak 6 Kontrol (-) 80% 3 0,034
40% mempunyai diameter zona hambat paling 7 Kontrol (-) 100% 3 0,034
besar yaitu mencapai 14 mm. Diameter konsentrasi
8 Kontrol (+) 100% 3 0,043
ekstrak ini hampir mendekati diameter maksimum
dari kontrol positif yang digunakan (ketokonazol)
Pada kelompok Eschericia coli semua
yaitu sebesar 15 mm.
data yang diperoleh, memiliki rerata yang tidak
Pada bakteri Staphylococcus aureus
jauh berbeda dari rerata kontrol negatif maka
hasil analisis varian data didapatkan hasil tidak
data tersebut tidak dilanjutkan dengan penilaian
homogen dan distribusi data tidak normal, maka
data secara statistik. Sementara untuk Candida
data tidak bisa diuji dengan Anova, sehingga
albicans pada uji Kruskal Wallis didapatkan nilai p
digunakan Uji Non Parametrik Kruskal Wallis.
(asymp. sig.) = 0,002. Nilai p tersebut < 0,05 maka
Pada uji ini didapatkan p (Asymp. Sig) = 0.001.
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
Oleh karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan
daya antifungi yang bermakna antara kesembilan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna daya
kelompok perlakuan.
antibakteri antara kesepuluh kelompok perlakuan.
Tabel 6. Uji Non Parametri Mann-Whitney antara
Tabel 4. Hasil Uji Non Parametrik Kruskal kelompok konsentrasi ekstrak sirih merah
Wallis dengan kontrol negatif (disk kosong)
Hasil dan perbandingan antara ekstrak dengan
Chi-Square 28.298 konsentrasi terbesar 100% dengan kontrol
Df 9
Asymp. Sig. .001
positif (Ketokonazol).

No Kelompok Perlakuan N P (Asymp.Sig)


Pada uji Non Parametrik Mann Whitney,
dilakukan perbandingan antara kelompok 1 Kontrol (-) 10% 3 0,034
konsentrasi ekstrak sirih merah (2,5%, 5%, 10%, 2 Kontrol (-) 20% 3 0,034
20%, 40%, 80%, dan 100%) dengan kontrol 3 Kontrol (-) 40% 3 0,034
negatif (disk kosong) dan perbandingan antara 4 Kontrol (-) 80% 3 0,034
ekstrak dengan konsentrasi terbesar 100%
5 Kontrol (-) 100% 3 0,034
dengan kontrol positif (Amoxicillin) dapat ditarik
kesimpulan bahwa kelompok yang memiliki 6 Kontrol (+) 10% 3 0,043

perbedaan zona hambat yang bermakna secara 7 Kontrol (+) 20% 3 0,043
statistik bila dibandingkan dengan kontrol negatif 8 Kontrol (+) 40% 3 0,197
(disk kosong) adalah kelompok (20%, 40%, 80%, 9 Kontrol (+) 80% 3 0,043
dan 100%) yakni p < 0,05. Selain itu konsentrasi
10 Kontrol (+) 100% 3 0,043
100% juga memiliki perbedaan zona hambat
Pada uji yang dilakukan dengan
yang bermakna bila dibandingkan dengan kontrol
pembanding kontrol negatif (-) digunakan untuk
positif (Amoxicillin) dengan p < 0,05.
menilai daya antifungi secara statistik. Pada uji
yang dilakukan dengan pembanding kontrol

12 Biomedika, Volume 4 Nomor 1, Februari 2012


positif (+) digunakan untuk menilai besarnya mengandung molekul protein yang disebut porin
potensi daya antifungi (konsentrasi ekstrak 10%, dan lipopolisakarida. Porin pada membran terluar
20%, 80%, dan 100%) dapat disimpulkan bahwa dinding sel bakteri gram negatif tersebut bersifat
potensi daya antifungi pada konsentrasi ekstrak hidro�lik. Porin yang terkandung pada membran
ini masih kurang efektif. Namun, pada konsentrasi terluar tersebut menyebabkan molekul-molekul
ekstrak dengan daya antifungi tertinggi yaitu 40% komponen ekstrak lebih sukar masuk ke dalam sel
didapatkan nilai p (asymp. sig.) = 0,197 sehingga bakteri.
dapat disimpulkan bahwa potensi daya antifungi Selaput luar Eschericia coli bersifat
pada konsentrasi ekstrak 40% tidak jauh berbeda menolak molekul hidrofobik sekaligus hidro�lik
apabila dibandingkan dengan kontrol positif. dengan baik namun selaput ini memilik saluran
Perbedaan zona hambat yang dihasilkan khusus yang disebut porin, yang menyebabkan
antara bakteri Staphylococcus aureus dan difusi pasif senyawa hidro�lik dengan berat
Eschericia coli disebabkan karena diameter zona molekul rendah seperti glukosa, dan asam amino,
hambat yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh sedangkan molekul dengan berat molekul besar
beberapa faktor antara lain toksisitas bahan uji, seperti molekul antibiotik termasuk molekul aktif
kemampuan difusi bahan uji pada media, interaksi ekstrak etanol daun sirih merah akan mengalami
antar kompomen medium, dan kondisi lingkungan kesulitan menembus selaput ini. Adanya
mikro in vitro. Menurut Siswandono & Soekardjo perbedaaan struktur dan komponen dinding
(2000) konsentrasi suatu bahan yang berfungsi sel tersebut yang menyebabkan Eschericia coli
sebagai antibakteri merupakan salah satu faktor sebagai gram negatif lebih resisten ( Jawetz, et al,
penentu besar kecil kemampuanya dalam 2001).
menghambat pertumbuhan mikroba yang diuji. Pada konsentrasi ekstrak 2,5% dan
Selain itu, ukuran zona hambat dipengaruhi oleh 5% terhadap pertumbuhan Candida albicans
beberapa faktor yaitu mikroorganisme uji (strain menunjukkan diameter 6 mm pada setiap
dan �siologi uji bakteri), medium kultur , metode replikasi yaitu sama dengan diameter sumuran,
uji serta kecepatan difusi zat. hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut
Perbedaan zona hambat tersebut juga tidak mempunyai daya antifungi, yang mungkin
dikarenakan adanya perbedaan struktur dinding disebabkan oleh konsentrasi yang terlalu kecil
sel antara kedua bakteri yang mempengaruhi kerja sehingga belum dapat mengakibatkan terjadinya
ekstrak etanol daun sirih merah sebagai senyawa perubahan sistem �siologis sel jamur uji dan
antibakteri. Struktur dinding sel bakteri gram jamur tersebut masih dapat tumbuh pada media
positif lebih sederhana, yaitu berlapis dengan (Gholib, 2009; Noveriza & Khurohmah, 2010).
kandungan lipid yang rendah (1-4 %) sehingga Diameter zona hambat semakin meningkat pada
memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam sel konsentrasi ekstrak 10%, 20%, dan 40% dengan
(Hawley, 2003). Staphylococcus aureus sebagai rata-rata diameter zona hambat tertinggi pada
bakteri gram positif memiliki 3 lapisan yaitu konsentrasi ekstrak 40%. Zona hambat yang
selaput sitoplasma, lapisan peptidoglikan yang terbentuk meningkat seiring dengan peningkatan
tebal dan simpai. (Jawetz et al, 2001). Struktur konsentrasi ekstrak. Semakin tinggi konsentrasi
dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks, ekstrak maka semakin luas zona hambat berarti
berlapis tiga, yaitu lapisan luar lipoprotein, lapisan menunjukkan semakin tinggi efektivitas untuk
tengah lipopolisakarida yang berperan sebagai membunuh atau menghambat pertumbuhan jamur
penghalang masuknya bahan bioaktif antibakteri (Sulistyawati & Mulyati, 2009).
dan lapisan dalam berupa peptidoglikan dengan Namun, diameter zona hambat mengalami
kandungan lipid tinggi (11-12%) (Hawley, 2003). penurunan pada konsentrasi ekstrak 80% dan
Eschericia coli sebagai gram negatif memiliki 100%. Hal ini mungkin disebabkan oleh daya
lapisan yang lebih kompleks dan berlapis difusi ekstrak ke dalam media yang berkurang.
lapis yaitu selaput sitoplasma, lapisan tunggal Penurunan daya difusi mungkin disebabkan
peptidoglikan dan selaput luar yang terdiri dari semakin tingginya konsentrasi ekstrak maka
lipoprotein dan lipopolisakarida. semakin rendah kelarutan (mengental seperti gel).
Dinding sel bakteri gram negatif berisi tiga Konsentrasi bahan suatu antifungi merupakan
komponen yaitu lipoprotein membran terluar yang salah satu faktor penentu besar kecilnya

Biomedika, Volume 4 Nomor 1, Februari 2012 13


kemampuan antifungi tersebut dalam menghambat hanya sedikit atau terbatas tanin yang dapat larut
pertumbuhan jamur yang diuji (Handajani & (Gamse, 2002).
Purwoko, 2008). Pengaruh senyawa fenol yang terdapat
Daun sirih merah mengandung senyawa dalam daun sirih merah terhadap Candida
kimia seperti alkaloid, senyawa polifenolat, albicans adalah mendenaturasi ikatan protein
�avonoid, tanin, saponin, dan minyak atsiri. Daya pada membran sel sehingga membran sel lisis
antifungi daun ini mungkin disebabkan oleh dan mungkin fenol dapat menembus ke dalam
adanya senyawa alkaloid, �avonoid, tanin, dan inti sel. Masuknya fenol ke dalam inti sel inilah
minyak atsiri (Sudewo, 2010). Alkaloid adalah yang menyebabkan jamur tidak berkembang
zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai (Sulistyawati & Mulyati, 2009).
obat dan aktivator kuat bagi sel imun yang dapat Dari hasil penelitian lain, ekstrak etanol
menghancurkan bakteri, virus, jamur, dan sel daun sirih hijau (Piper betle Linn) yang termasuk
kanker (Olivia dkk, 2004). Alkaloid mempunyai dalam satu familia (Piperacea) telah terbukti
aktivitas antimikroba dengan menghambat estera mempunyai daya antifungi terhadap Candida
se, DNA, RNA polimerase, dan respirasi sel serta albicans. Daun ini mengandung minyak atsiri
berperan dalam interkalasi DNA (Aniszewki, yang terdiri dari betelfenol, kavikol, seskuiterpen,
2007). Sedangkan sebagai antifungi, secara biologi hidroksikavikol, kavibetol, estragol, eugenol, dan
alkaloid menyebabkan kerusakan membran sel. karvakrol. Daun ini tidak mengandung senyawa
Alkaloid akan berikatan kuat dengan ergosterol alkaloid tetapi mempunyai kandungan fenol
membentuk lubang atau saluran sehingga
total yang lebih tinggi daripada daun sirih merah
menyebabkan membran sel bocor dan kehilangan
(Juliantina dkk, 2009; Sudewo, 2010).
beberapa bahan intra sel seperti elektrolit
KESIMPULAN
(terutama kalium) dan molekul-molekul kecil. Hal
Ekstrak etanol daun sirih merah (Piper
ini mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel
crocatum Ruiz & Pav.) memiliki daya hambat
dan kematian sel pada jamur (Mycek et al , 2001;
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
Setiabudy & Bahry, 2007).
aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 10%,
Senyawa �avonoid dan minyak
atsiri dilaporkan berperan sebagai antifungi 20%, 40%, 80% dan 100%, sedangkan terhadap
(Wiryowidagdo, 2008). Selain itu, �avonoid juga pertumbuhan bakteri Eschericia coli ATCC
dilaporkan berperan sebagai antivirus, antibakteri, 11229 ekstrak etanol daun sirih merah (Piper
antiradang, dan antialergi. Sebagai antifungi, crocatum Ruiz & Pav.) memiliki daya hambat
�avonoid mempunyai senyawa genestein yang pada konsentrasi 40%, 80%, dan 100% walaupun
berfungsi menghambat pembelahan atau proliferasi secara statistik tidak bermakna. Dan terhadap
sel. Senyawa ini mengikat protein mikrotubulus pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231
dalam sel dan mengganggu fungsi mitosis memiliki daya hambat pada konsentrasi 10%,
gelendong sehingga menimbulkan penghambatan 20%, 40%, 80%, dan 100%.
pertumbuhan jamur. Flavonoid menunjukkan SARAN
toksisitas rendah pada mamalia sehingga beberapa 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
�avonoid digunakan sebagai obat bagi manusia mengenai kandungan zat aktif daun sirih merah
(Roller, 2003; Siswandono & Soekardjo, 2000). (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang berakti�tas
Tanin juga diduga mempunyai efektivitas sebagai antimikroba serta mekanisme
dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh penghambatannya.
Candida albicans. Tanin bersifat menciutkan 2. Perlu dilakukan uji daya antimikroba daun sirih
dan mengendapkan protein dari larutan dengan merah (Piper corcatum Ruiz & Pav) dengan
membentuk senyawa yang tidak larut. Selain menggunakan pelarut dan metode ekstrak
itu, tanin berperan dalam sistem pertahanan lainnya.
tubuh dan mempunyai aktivitas antioksidan serta DAFTAR PUSTAKA
antiseptik (Sirait, 2007; Sulistyawati & Mulyati, Andries Gabriela., 2009. Efek Neuroterapi Kumis
2009). Namun, kandungan tanin dalam ekstrak Kucing (Acalypha indica Linn.) Pada Otot
ini mungkin sangat kecil karena penelitian ini Gastroknemius Katak Bufo melanosticus.
menggunakan menstruum berupa etanol sehingga FK UI. Vol:1:26-28

14 Biomedika, Volume 4 Nomor 1, Februari 2012


Aniszewki, T. 2007. Alk aloid Secrets of Life. Moeljanto, R.D., Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat
Amsterdam: Elsevier. pp. 18. Daun Sirih, Obat Mujarab dari Masa ke
Dzulkarnain, B., Dian Sundari, Ali Chosin, (2004) masa. Agromedia Pustaka; 7-11, Yogyakarta.
Tanaman Obat Bersifat Antibakteri di Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., Fisher,
Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran. B.D. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar:
110:35-43 Obat-obat Antijamur. Edisi 2. Jakarta: Widya
Ebadi, M. 2002. Pharmacodynamic Basic of Herbal Medika. pp. 341-7.
Medicine: Alkaloids: Manuka and Fungal Noveriza, R. & Khurohmah, M. 2010. Efektivitas
Diseases: Flavonoids. New York: CRC Ek strak Metanol Daun Salam (Eugenia
press. pp. 179-84, 189-92, 393-403. polyantha) dan Daun Jeruk Purut (Cytrus
Fadhilah, R. 1993. Daya Hambat Perasan daun Sirih histrix) sebagai Antijamur pada Pertumbuhan
(Piper betle L) terhadap Pertumbuhan Fusarium oxysporum. Jurnal Littri. 16(1):
Bakteri Stapylococcus aureus dan Eschericia 6-11.
coli dalam Penelitian Obat di Berbagai Olivia, F. , Alam, S., & Hadibroto, I. 2004. Seluk Beluk
Perguruan Tinggi di Indonesia. Departemen Food Suplemen. Jakarta: Gramedia. pp. 49
Kesehatan Republik Indonesia; 228 (Abs). Poeloengan & Soeripto. 1998. Pengaruh putih
Gamse, T. 2002. Liquid-Liquid Extraction and Solid- telur terhadap pertumbuhan gram positif
Liquid Extraction. Institute of Thermal dan gram negatif secara in vitro.Media
Process and Environmental Engineering Kedokteran hewan Institut pertanian Bogor.
Graz University of Technology. 2-24. Bogor Robinson, T., 1991, Kandungan
Gholib, D. 2009. Uji Daya Hambat Daun Senggani Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB,
(Melastoma malabathricum L.) terhadap Bandung: 132-6.
Trichophyton mentagrophytees dan Candida Ridhawati, Wahyuningsih, R. , Harahap, A., Sjarifuddin,
albicans. Berita Biologi. Balai Besar P.K. 2006. Penggunaan Antigen Germ
Penelitian Veteriner Bogor. 9: 5. Tube Candida albicans untuk Uji Serologi
Kandidosis Sistemik: Kaitan Imunodifusi
Handajani, N.S. & Purwoko, T. 2008. Aktivitas Ekstrak
dan Pola Reaksi Analisis Western Blott.
Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga)
Majalah Kedokteran Indonesia. 56(5): 364-
terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus
9.
sp. Penghasil A�atoksin dan Fusarium
moniliforme. Biodiversitas. 9(3): 161-4. Roller, S. 2003. Natural Antimicrobials for the Minimal
Processing of Foods. Washington DC: CRC
Harmita & Radji, M. Analisis Hayati. 2004.,
Press. pp. 211.
Departemen Farmasi FMIPA UI, Jakarta,
pp. 62-63 Sari R., Dewi, I. 2006. Studi Efektivitas Sediaan Gel
Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper
Hawley, R., 2003, Enterotoxigenic Escheri-chia coli,
betle Linn). Majalah Farmasi Indonesia;
di akses tanggal 26 Maret 2011 dari http://
1794; 163-69.
vm.cfsan.fda.gov/mov/chap14.html.
Setiabudy, R. & Bahry, B. 2007. Farmakologi dan
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. 2007. Medical
Terapi: Obat Jamur. Edisi 5. Jakarta:
Microbiology: Medical Mycology.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
24th Edition. New York: Mc Graw Hill
pp. 571-84.
Companies. pp. 642-5.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitok imia dalam Farmasi.
Juliantina, F. , Citra, D.A., Nirwani, B., Nurmasitoh, Bandung: Institut Teknologi Bandung.
T. , Bowo, E.T. 2009. Manfaat Sirih Merah
(Piper crocatum) sebagai Agen Antibakterial Siswandono & Soekardjo, B., 2000. Kimia Medicinal.
terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram UNAIR Press, Surabaya, pp. 115-142.
Negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Sudewo, B., 2007, Basmi Penyakit dengan Sirih Merah,
Indonesia 1(1): 12-20. PT Agromedia Pusat, Jakarta. pp. 37-47.
Martini, N dan Ellof, J.N., (1998) The Preliminary Sulistyawati, D. & Mulyati, S. 2009. Uji Ak tivitas
Isolation of Several Antibacterial Antijamur Infusa Daun Jambu Mete
Compouns from Combietum (Anacardium occidentale, L.) terhadap
erythrophyllum (Combretaceae), Journal of Candida albicans. Biomedika. 2(1): 47-51.
lithnopharmacology. 62: 255-263. Syariefa, E. 2006. Resep sirih Wulung untuk Putih
Masduki I, 1996, Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang Merona Hingga Kanker Ganas, dalam
(Areca catechu) terhadap S. Aureus dan E. Majalah Trubus No.434, tahun XXXVII
Coli, Cermin Dunia Kedokteran 109 : 21-4. Januari 2006, hlm 88.

Biomedika, Volume 4 Nomor 1, Februari 2012 15


Tarigan, N. 1994. Isolasi Minyak Atsiri Daun camara L., Tesis Program Studi Farmasi
Sirih (Piper betle. Linn) dan Penentuan Jurusan Ilmu-Ilmu Matematika dan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Pengtahuan Alam, program Pasca Sarjana
terhadap Bakteri dalam Penelitian Obat di Univesitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hal:
Berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. 1-2; 13.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Zakiyah. 1995. Pembuatan Sediaan Krim Minyak
140 (Abs). Atsiri Daun Sirih (Piper Betle L) dan Uji
Wiryowidagdo, S. 2008. Kimia dan Farmakologi Bahan Daya Bakterinya terhadap Staphylococcus
Alam. Jakarta: EGC. pp. 310. aureus dalam Penelitian Obat di Berbagai
Yustina S.H., 2001. Isolasi dan Identi�kasi Senyawa Perguruan Tinggi di Indonesia. Departemen
Antimikroba dari Tumbuhan Lantana Kesehatan Republik Indonesia; 330 (Abs).

16 Biomedika, Volume 4 Nomor 1, Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai