Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM KIMIA

PRODI DII FARMASI

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM


KARBOSILAT DAN SENYAWA AMINA DAN AMIDA

OLEH

KELOMPOK 3

1. Yulan Husain
2. Siti Relistiya Lasori
3. Siska Lahay
4. Frenli Saputra Akase
5. Laras Pujiyanti Astuti Hasan

PRODI DII FARMASI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Asam karboksilat merupakan asam yang mempunyai peranan
sangat penting. Gugus fungsi karboksilat, -COOH yang menjadi cirinya.
Bila suatu gugus hidroksil terikat langsung pada suatu atom karbon dari
gugus karbonil maka akan terbentuk suatu gugus fungsi baru yaitu gugus
karboksil.
Amina adalah suatu senyawa yang mengandung gugusan amino.
Gugusan amino mengandung nitrongen terikat kepada satu sampai tiga
atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil) dan sejumlah atom hidrogen
(tidak ada, satu atau dua).
Amida adalah senyawa yang ditutunkan dari asam karboksilat
dengan mengganti gugus OH menjadi gugus NH2.Amida sangat polar dan
mudah membentuk ikatan hidrogen. Dengan demikian rumus umum untuk
amida adalah: R-CO-NH2. Kelarutan dari amida dan estersecara kasar
sebanding. Biasanya amida kurang larut dibandingkan amina dan asam
karboksilat yang sebanding karena senyawa ini dapat dengan baik
menyumbangkan danmenerima ikatan hidrogen.
2. Tujuan
Dalam praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu untuk :
1. Mengetahui sifat fisik dari asam karbosilat berdasarkan kelarutan,
keasaman dan aromanya.
2. Membuat beberapa senyawa ester dan mengidentifikasi baunya
3. Mengenal reaksi saporifikasi
4. Mengetahui sifat fisik amina dan amida
3. Prinsip Percobaan
Penentuan sampel senyawa asam karbosilat, amida dan amina
berdasarkan sifat fisik dengan mengamati kelarutan, keasaman dan
aromanya serta pengamatan hasil reaksi esterifikasi (ester) dan reaksi
saporifikasi (penyabunan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Asam karboksilat merupakan asam yang mempunyai peranan sangat


penting. Gugus fungsi karboksilat, -COOH yang menjadi cirinya. Bila suatu
gugus hidroksil terikat langsung pada suatu atom karbon dari gugus karbonil
maka akan terbentuk suatu gugus fungsi baru yaitu gugus karboksil. Senyawa-
senyawa yang mengandung gugus karbosil merupakan asam, karena dalam air
senyawa-senyawa tersebut sedikit mengalami ionisasi dengan pelepasan proton
dan dapat dinetralisasikan dengan basa. Asam karboksilat ditinjau secara
struktur menyerupai aldehida dan keton karena mengandung gugus karbonil.

Perbedaannya adalah pada asam karboksilat terdapat gugus hidroksil


yang terikat pada karbon karbonil. Hal ini menyebabkan sifatnya yang spesifik,
yaitu sebagai asam. Asam karboksilat tergolong asam lemah karena hanya
sedikit terionisasi dalam air. Pada saat kesetimbangan, sebagian besar asam
berada dalam bentuk molekul yang tidak terionisasi. Konstanta disosiasi, Ka,
asam karboksilat, dimana R sebagai gugus alkil, adalah 10-5 atau kurang. Asam
karboksilat adalah senyawa yang banyak terdapat dialam (Wilbraham, 1992 ;
Saurawati, 2006).

Reaksi ester dengan air disebut dengan reaksi hidrolisis yaitu reaksi
menghasilkan asam karboksilat dan alkohol. Sedangkan reaksi ester dengan
suatu basa disebut reaksi saponifikasi, menghasilkan alkohol dan garam
karboksilat. Perbedaan utama antara asam karboksilat dan ester adalah
aromanya. Asam karboksilat mempunyai aroma yang tidak enak, namun ester
mempunyai aroma yang menyenangkan. Ester seringkali dapat digunakan
sebagai flavouring agents, misalnya ester etil butirat yang mempunyai aroma
buah nanas (Hoydonckx, 2004).

Amina adalah suatu senyawa yang mengandung gugusan amino. Gugusan


amino mengandung nitrongen terikat kepada satu sampai tiga atom karbon
(tetapi bukan gugusan karbonil) dan sejumlah atom hidrogen (tidak ada, satu
atau dua). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitorgen adalah
karbon karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina. Amina digolongkan
menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau tersier (R3N),
tergantung kepada jumlah atom karbon yang terikat pada atom nitrogen (bukan
pada atom karbon, seperti pada alkohol). Beberapa (1o) Amin Primer (satu
karbon terikat kepada N), beberapa (2o) Amin Sekunder (dua karbon terikat
kepada N) dan beberapa (3o) Amin Tersier (tiga karbon terikat kepada N)
(Zulfiah, 2012).

Amida adalah senyawa yang ditutunkan dari asam karboksilat dengan


mengganti gugus OH menjadi gugus NH2.Amida sangat polar dan mudah
membentuk ikatan hidrogen. Titik didihnya tinggi dibandingakan senyawa lain
dengan bobot molekul yang sama namun substitusi aktif pada nitrogen
cenderung menurunkan titik didih dan titik lelehnya karena menurunnya
kemampuan membentuk ikatan hidrogen. Artinya amida yang mengandung
gugusan N-H mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih tinggi daripada
amida yang mengandung NR. Amida dengan kelompok NH2 bisa didehidrasi
dengan sebuah nitril. Dengan demikian rumus umum untuk amida adalah: R-
CO-NH2. Kelarutan dari amida dan estersecara kasar sebanding. Biasanya
amida kurang larut dibandingkan amina dan asam karboksilat yang sebanding
karena senyawa ini dapat dengan baik menyumbangkan danmenerima ikatan
hidrogen (Zulfiah, 2012).

Reaksi amida dan amina : (Fessenden, 1982)

1. Reaksi dengan air

Amida bereaksi dengan nukleofil, misalnya ia dapat dihidrolisis


dengan air. Amida lebih polar karena ikatan O-H lebih kuat dari N-H oleh
karena keelektronegatifnya. Ketiga jenis amina bereaksi dengan air, dan
seperti amonia, membentuk ion ammonium (atau ion ammonium
tersubstitusi) dan ion hidroksida.
2. Reaksi dengan asam
Karena amina bersifat basa, maka apabila senyawa ini bereaksi
dengan asam menghasilkan garam. Amina yang biasanya tidak larut air,
umumnya larut dalam asam karena pembentukan garam yang bersifat larut
air.
3. Hidrolisis Asam
Hidrolisis asam pada amida sekunder menghasilkan asam karboksilat
dan garam ammonium tersubstitusi apabila larutanya basa.Asam karboksilat
dan garam ammonium terbentuk apabila amida primer dipanaskan dalam
larutan asam (X adalah anion dari asam kuat).
4. Hidrolisis Basa
Hidrolisis basa pada amida primer menghasilkan garam karboksilat
dan amonia. Amonia dapat dideteksi dari baunya selama hidrolisis basa
berlangsung. Hidrolisis basa pada amida sekunder menghasilkan garam
karboksilat dan amina. Urea, seperti halnya amida lain, dapat dihidrolisis
dalam larutan asam atau basa. Satu-satunya segi tak lazim pada hidrolisis
asam adalah pembentukan asam karbonat, H2CO3 yang segera terombak
menjadi CO2 dan H2O. garam natrium dari asam karbonat, yaitu natrium
karbonat, terbentuk dalam hidrolisis basa.
BAB III

METODE PERCOBAAN

1. Alat dan Bahan


a. Alat :
1) Gelas piala
2) Hotplate
3) Neraca analitik
4) Sendok tanduk
5) Pipet tetes
6) Penjepit tabung
7) Rak tabung
8) Tabung reaksi
9) Lemari asam
b. Bahan
1) Aquadest
2) Asam asetat
3) Asam sulfat
4) Asam benzoat
5) Amina
6) Amida
7) Etil
8) Formiat
9) H2SO4
10) Metil
11) NaOH
12) Metil salisilat
13) Triethanolamin
14) Salisilat
15) Kertas perkamen
16) Universal pH
2. Cara Kerja
1. Karakteristik asam asetat dan asam benzoat
1) Diukur sampel 10 tetes dan 0,1 gram asam benzoat
2) Ditambahkan 2 ml aquadest
3) Diamati bau dan pH (1)
4) Ditambahkan NaOH 1 ml
5) Diamati bau dan pH (2)
2. Esterifikasi
1) Dipipet sampel cairan (liquid) 10 tetes (formiat dan asam asetat)
2) Ditimbang asam benzoat dan asam salisilat sebanyak 0,1 gram
3) Ditambahkan alkohol, amati baunya
4) Ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat
5) Dipanaskan 60oC selama 15 menit
6) Dinginkan, amati baunya
7) Ditambahkan 2 ml aquadest secara perlahan
8) Diamati keberadaan lapisan liquid diatas aquadest dan bau ester
3. Saporofikasi
1) Dipipet 10 metil salisilat
2) Ditambahkan 3 ml NaOH 6 N
3) Dipanaskan pada air mendidih selama 30 menit
4) Diamati perubahan yang terjadi
5) Didinginkan pada air mengalir, amati bau
6) Ditambahkan HCl 6 M hingga menjadi asam, amati perubahan
yang terjadi
4. Amida dan amina
1) Dipipet sampel 2 ml
2) Ditambahkan aquadest 1 ml
3) Diamati kelarutannya
4) Ditambahkan HCl 6 M
5) Amati bau dan kelarutannya
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan
1) Karakteristik asam asetat
No. Sifat Air NaOH HCl
1 Bau Cuka (menyengat) Cuka (menyengat) Cuka (menyengat)
2 Kelarutan Larut Larut Larut
3 pH 2 4 3

2) Karakteristik asam benzoat


No. Sifat Air NaOH HCl
1 Bau Tidak berbau Tidak berbau Agak berbau harum
2 Kelarutan Tidak larut Tidak larut Endapan putih
3 pH 14 14 3

3) Esterifikasi
No. Sampel Alkohol Bau Bau ester
Bau balsem berkurang
1 Salisilat Metil Aroma balsem dan terbentuk endapan
putih
Bau balon berkurang
2 Asetat Etil Aroma balon
dan larutan bening
Bau cuka pekat hilang
3 Asetat Metil Aroma cuka (pekat)
dan larutan bening
Aroma balsem dan
4 Benzoat Etil Aroma balsem
endapan putih
Bau hilang dan larutan
5 Formiat Etil Aroma pekat
bening
4) Saporifikasi
Ester NaOH 6 N Didinginkan HCl 6 M
Endapan putih
Endapan putih
setelah Beraroma
Metil salisilat berbusa diatas
dipanaskan harum
permukaan
larut

5) Amina dan amida


Sampel Perlakuan Hasil
Amonia + aquadest Larut
pH = 8
+ HCl Larut
Berbau menyengat
Amilin + aquadest Larut
pH = 7
+ HCl Larut
Berbau menyengat
Triethalamin + aquadest Larut
pH = 10
+ HCl Bau menyengat
Larut

2. Pembahasan
Asam karbosilat ialah segolongan senyawa organik yang dicirikan
oleh gugus karbonil yaitu nama berasal dari gusus fungsi karbonil dan
hidroksil. Rumus umum asam karbosilat ialah RCOOH). Asam karbosilat
tergolong asam karena senyawa mengion dalam larutan, menghasilkan
ionkarboksilat dan proton (Wilbraham, 1992).
Pada percobaan ini digunakan sampel asam asetat dan asam
benzoat. Dilakukan uji berdasarkan sifat fisik dari senyawa asam
karbosilat yaitu mengamati kelarutan, pH dan aroma. Didapat hasil
pengamatannya yaitu sampel asam asetat berbau cuka menyengat yang
larut saat ditambhakan air, serta memiliki pH=2 (asam kuat), setelah
ditambahkan NaOH aroma cuka yang menyengat tetap, larut tetapi pHnya
berubah menjadi pH=4, tetapi pada literatur bahwa asam asetat ketika
ditambahkan NaOH bau dari cuka hilang dan pH larutan basa hal ini
dikarenakan bahwa NaOH merupakan basa kuat sedangakan asam asetat
merupakan asam lemah. Adapun kemungkinan kesalahan yaitu pada
penambhan NaOH hanya sedikit atau konsentrasi NaOH yang kecil dan
pada saat penambahan asam sulfat aroma dan kelarutanya kembali lagi,
dan pH berubah menjadi pH=3(asam). Sedangkan pada sampel asam
benzoat hasilnya pada saat penambahan air dan NaOH asam benzoat tidak
larut, hal ini berbeda dengan literatur karena seharusnya asam benzoat
larut ketika ditambahkan NaOH karena asam benzoat larut dalam suasana
basa, hal ini dikarenakan pengocokkan yang tidak terlalu cepat dan cepat
sehingga masih terdapat butiran dari asam benzoat dan juga asam benzoat
tidak berbau serta memililiki pH yang sama yaitu pH=14 (basa kuat),
tetapi pada penambahan HCl bau asam benzoat agak sedikit harum,
terddapat endapan putih dan pHnya 3 (asam). Hal ini sama dengan
literatiur bahwa reaksi ester dengan air disebut reaksi hidrolisis yaitu
reaksi yang menghasilkan asam karbonat dan alkoho. Perbedaan utama
antara asam karbosilat dan ester adalah aromanya. Asam karboksilat
mempunyai aroma yang tidak enak, namun ester mempunyai aroma yang
menyenangkan (Hoydonckx, 2004). Dan menurut litertur kelarutan dalam
air tergantung dari panjang dan besarnya ukuran gugus R. Hanya asam
dengan berat molekul rendah (hingga empat karbon) yang sangat larut
dalam air. Meskipun termasuk dalam asam lemah, asam karbosilat dapat
bereaksi dengan basa lebih kuat dibandingkan air. Sehingga meskipun
asam benzoat dapat berekasi dengan Natrium Hidroksida membentuk
garam natrium benzoat dan mudah larut (Usman, 2013). Sehingga dari
literatur dapat dipahami bahwa asam asetat adalah senyawa karbosilat dan
asam benzoat adalah ester (senyawa yang terbebtuk pada reaksi antara
alkohol dan asam organik dengan pengeluaran suhu molekul air).
Dalam pengamatan asam asetat didapat hasil pada
Pada percobaan kedua yaitu reaksi esterifikasi. Esterifikasi adalah
suatu reaksi ionik yang mana gabungan dari reaksi asidi dan reaksi
penataan ulang eliminasi. Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu
asam karbosilat dan alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan
katalis asam. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –
COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat
dibentuk dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam. Reaksi esterifikasi
merupakan reaksi yang bersifat dapat balik (reversible) (Hoydockx, 2004).
Dalam percobaan ini digunakan sampel formiat, asetat, benzoat
dan salisilat dengan alkohol (etil dan metil). Adapun hasil penggamatan
berdasarkan sifat fisik formiat yang ditambahkan etil beraroma pekat
tetapi setelah ditambahkan HCl, bau pekat hilang. Asetat yang
ditambahkan metil beraroma cuka menyengat tetapi setelah ditambahkan
HCl bau cuka hilang. Hal yang sama terjadi pada asetat yang ditambhakan
etil yaitu beraroma balon setelah ditambahkan HCl aroma balon hilang
serta pada asam salisilat ditambahkan metil, asam benzoat ditambahkan
etil timbul aroma khas balsem, ditambahkan HCl, aroma balsem hilang
dan terbentuk endapan putih. Hal ini sesuai dengan teori bahwa reaksi
esterifiaksi merupakan reaksi reversible yang sangat lambat, tetapi jika
menggunakan katalis asam mineral contohnya asam sulfat, kesetimbangan
akan tercapai dalam waktu yang tepat. Karena pada saat penambahan asam
sulfat, sampel cepat terjadi reaksi yang ditandai dengan perubahan aroma
dan endapan yang ada pada larutan.
Pada uji ketiga yaitu saporifikasi. Saporifikasi adalah reaksi ester
dengan basa menghasilkan alkohol dan garam karbosilat. Pada percobaan
ini digunakan sampel metil salisilat kemudian ditambahakan NaOH
terbentuk endapan putih dan setelah dipanaskan endapat larut, karena
terbentuk natrium asetat dalam air, dan setelah ditambhakan dengan
aquadest beraroma harum. Hal ini terjadi karena senyawa ini adalah salah
satu senyawa yang terdapat dalam sabun sehingga saporifikasi disebut
juag penyabunan. Sedangakan pada saat penambahan HCl 6 M, terbentuk
endapan putih dan berbusa diatas permukaan cairan.
Amida adalah senyawa yang diturunkan daria asam karbosilat
dengan mengganti gugus OH menjadi gugus NH2. Amida sanagt polar dan
mudah membentuk ikata hidrogen sedangkan, amina adalah senyawa yang
mengandung nitrogen terikat pada satu sampai tiga atom karbon (tetapi
bukan gugus karbonil) dan sejumlah atom hidrogen (tidak ada, satu atau
dua). Kelaruatn dari amida dan ester secara kasar sebanding. Biasanya
amida kurang larut dibanding amina dan asam karbosilat yang sebanding
karena senyawa ini dapat dengan baik menyumbangkan dan menerima
ikatan hidrogen.
Pada percobaan ini yaitu identifikasi senyawa amida dan amina.
Dilakukan dengan cara memipet 2 ml sampel, ditambahkan aquadest 1 ml,
ditambahkan HCl 6 M, sampai terjadi reaksi atau perubahan pada larutan,
yyang diamati dalam percobaan ini ialah kelarutan, pH dan aroma sampel.
Dalam percobaan digunakan 3 sampel yaitu amonia, triethalamin
dan amilin. Hasil yang didapat amonia ditambahkan aquadest, larut dan
pH= 8 (basa) saat ditambahkan HCl pun larut dan berbau menyengat.
Triethalamin ditambahkan aquadest larut , pH=10 (basa) dan
ditambahakan HCl menyengat. Dan amilin ditambahkan aquadest larut,
Ph=7 (netral) dan berbau menyengat saat ditambhkan HCl.
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1) Suatu asam karbosilat adalah suatu senyawa organik yang
mengandung gugus – COOH.
2) Senyawa ester memiliki bau yang menyenangkan.
3) Reaksi saporifikasi yaitu reaksi ester dan basa menghasilkan alkohol
dan garam karbosilat.
4) Amida kurang larut dibanding amida.
2. Saran
Sebaiknya dalam praktikum lebih divasilitasi alat dan bahan agar
lebih melancarkan kegiatan praktikum agar berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik, Jilid 1 Edisi Ketiga.
Erlangga: Jakarta.
.
Houghton. 2004. Esterifikasion and Transesterifikasion Of Renewere Chemical.
Jurnal Of Chemistry. Vol 2

Usman. 2013. Kimia Organik. UNHAS. Makassar

Wahyuningrum. D. 2014. Penuntun praktikum kimia organik. Bandung.

Wilbraham. 1992. Definisi Senyawa Hidrokarbon. Lepdikbud. Jakarta

Zulfiah. 2012. Amina dan Amida.


http://ometurlap-zoelfiach.blogspot.com/2012/03/amina-dan-
amida.html
[diakses pada Senin, 06 Mei 2019)

Anda mungkin juga menyukai