Tawangmangu Herbal
Tawangmangu Herbal
Tujuan
Profil dan Sejarah B2P2TOOT
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT), Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI pada awalnya tahun 1948
berupa rintisan koleksi tanaman obat Hortus Medicus Tawangmangu. Pada tahun 1963-1968
berada di bawah koordinasi Badan Pelayanan Umum Farmasi dan kemudian pada tahun 1968-1975
dibawah Direktorat Jenderal Farmasi (Lembaga Farmasi Nasional). Pada tahun 1975-1979 kebijakan
Pemerintah menetapkan Hortus Medicus di bawah pengawasan Direktorat Pengawasan Obat
Tradisionil, Ditjen POM, Depkes RI.
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 149/Menkes/SK/IV/78 pada tanggal 28 April 1978 status
kelembagaan berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Badan Litbang Kesehatan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.
491/Per/Menkes/VII/2006 tertanggal 17 Juli 2006, BPTO meningkat status kelembagaannya
menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT).
Visi-Misi
Visi :
Misi :
KETENAGAAN
SDM di B2P2TOOT Tawangmangu berjumlah 88 orang, meliputi 77 PNS dan 11 CPNS. Bidang ilmu antara lain
biologi, agronomi, agribisnis, teknologi pertanian, biokimia, farmakologi, kedokteran, kefarmasian, analis
kesehatan, kesehatan masyarakat dan komunikasi. Selain PNS dalam melaksanakan tugas tangga kantor
dibantu oleh 16 orang, sedangkan tugas teknis kebun, laboratorium dan Klinik SJ dibantu oleh 57 orang.
1. Tanaman Obat, meliputi : Bioprospeksi, Teknologi Obat Tradisional dan Standarisasi Tanaman Obat.
2. Obat Tradisional, meliputi : Keamanan dan Khasiat Obat Tradisional.
Peralatan laboratorium utama yang mendukung pelaksanaan kegiatan laboratorium seperti Gas
Chromatography, TLC densitometer, High Performance Liquid Chromatography (HPLC), Vacum Rotavapor,
spectrophotometer, blotting apparatus, Termocycler PCR dll.
A. LABORATORIUM
1. Laboratorium Sistematika Tumbuhan
Untuk identifikasi, determinasi, dan pengembangan database. Kegiatan rutin berupa pembuatan
spesimen dalam bentuk preparat mikroskopis, herbarium basah dan kering, serta determinasi
tanaman.
Untuk identifikasi hama dan penyakit tanaman dan penelitian tentang cara pengendalian hama dan
penyakit tanaman.
3. Laboratorium Galenika
Untuk mengolah simplisia menjadi bentuk sediaan yang siap digunakan. Kegiatan yang dilakukan
berupa pembuatan ekstrak, destilasi minyak atsiri serta mengkoleksi atau membuat bank ekstrak dan
bank minyak atsiri.
4. Laboratorium Fitokimia
Untuk mengetahui kandungan kimia tanaman yang meliputi penapisan fitokimia, pembuatan profil
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), isolasi zat aktif dan penetapan kadar senyawa aktif.
5. Laboratorium Formulasi
Untuk mengembangkan produk dan bentuk sediaan, antara lain : sabun sehat, minuman instant,
minyak gosok, aromaterapi, lulur dan masker.
Untuk mendukung kegiatan penelitian praklinik, yaitu mengkaji khasiat dan keamanan formula jamu.
7. Laboratorium Bioteknologi
B. INSTALASI
1. Instalasi Benih dan Pembibitan Tanaman Obat
Kegiatan Instalasi Benih dan Pembibitan meliputi pengumpulan, pengolahan dan menyediakan stok
benih tanaman obat.
1. Instalasi Adaptasi dan Pelestarian
Tujuan adaptasi adalah mengaklimatisasi tanaman hasil eksplorasi maupun tanaman baru agar mampu
tumbuh di lokasi baru. Pelestarian ditujukan untuk menjaga kelestarian tanaman obat yang sudah
langka, sangat sedikit dan pertumbuhannya mudah terganggu oleh perubahan iklim.
1. Instalasi Koleksi Tanaman Obat
a.Kebun Etalase Tanaman Obat
Etalase tanaman obat merupakan kebun rekreasi dan edukasi yang digunakan sebagai sarana
pembelajaran atas keragaman jenis tanaman obat dan manfaatnya. Terletak pada ketinggian 1200
meter dpl. Jumlah koleksi 800 spesies.
b.Kebun Tlogodlingo
Terletak pada ketinggian 1700-1800 meter dpl dengan luas sekitar 12 Ha.
c.Kebun Karangpandan
Kebun Karangpandan terdiri dari Kebun Toh Kuning dan Doplang. Kebun tersebut terletak pada
ketinggian 400 - 500 meter dpl dengan luas sekitar 2,5 Ha.
1. Instalasi Paska Panen
Instalasi paskapanen melakukan penanganan hasil panen tanaman obat, meliputi pencucian: sortasi,
pengubahan bentuk, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan.
Kegiatan
Saintifikasi Jamu adalah salah satu program terobosan Kementerian Kesehatan untuk memberikan
bukti ilmiah Jamu sehingga dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan formal. Klinik
Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” adalah Klinik Tipe A, merupakan implementasi Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.003/Menkes/Per/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis
Pelayanan Kesehatan untuk menjamin jamu aman, bermutu dan berkhasiat.Bahan yang digunakan
berupa simplisia yang telah terbukti khasiat dan keamanannya melalui uji praklinik.
Sejak tanggal 30 April 2012 Klinik Saintifikasi Jamu "Hortus Medicus"menempati gedung baru
sebagai rintisan Rumah Riset Jamu (Griya Paniti Pirsa Jamu) sebagai tempat uji klinik dilengkapi
dengan rawat inap.
Tren jumlah pasien semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada awalnya (2007) jumlah pasien
kurang dari 10 orang per hari, kini (2012) jumlah pasien lebih dari 100 orang per hari.
Jadwal Praktek :
Hari : Senin - Jum'at (Hari libur tutup)
Waktu : 09.00 - 14.00
Biaya Pendaftaran : Rp. 3000,-
Biaya Penggantian Jamu : Rp. 20.000,-
PELATIHAN SAINTIFIKASI JAMU
B2P2TOOT Tawangmangu telah memfasilitasi pelaksanaan Pelatihan Dokter Saintifikasi Jamu sebanyak 6
angkatan yang diikuti oleh 165 orang dokter . Kompetensi SDM dibangun melalui pelatihan terstuktur
selama 50 jam.
Pelatihan Apoteker Saintifikasi Jamu angkatan pertama telah terselenggara dengan peserta 15 orang
apoteker.
Proses inisiasi.
Wisata ilmiah berupa Etalase Tanaman ObatKoleksi Herbarium, Koleksi Benih TO, Laboratorium Terpadu dan
Wisata Jamu di Klinik Saintifikasi Jamu "Hortus Medicus".
Program wisata ilmiah juga didukung oleh fasilitas Sinema Fitomedika, Museum Jamu,
Perpustakaan, Giftshop dan Ruang Pertemuan.
Kesimpulan