Anda di halaman 1dari 28

TINJAUAN UMUM

Kelapa sawit merupakan sumber lemak nabati yang populer karena produksi atau
pengolahan minyak sawit yang tinggi di Negara-negara Asia Tenggara, bahkan minyak
kelapa sawit menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, disamping
minyak Kelapa. Hal itu disebabkan karena beberapa faktor, antara lain 1) menjadi sumber –
pendapatan bagi jutaan keluarga petani, 2)sumber devisa Negara, 3) mulai dari perkebunan,
industri pengolahan, sampai dengan pemasaran produknya menjadi primadona penyedia
lapangan kerja, 4) perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit tersebut mampu
memacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, 5) pendorong tumbuh dan
berkembangnya industri pengolahan hilir berbasis pengolahan CPO di Indonesia misal :
mentega, kue/biscuit, gliserin, sabun, dan detergen.

BUAH SAWIT

Buah sawit (Elais Gueenensis Jacq.) banyak dibudi dayakan di perkebunan-


perkebunan, diantaranya adalah jenis Dura, Psifera, dan Tenera. Tenera merupakan hasil
persilangan dari tipe Dura dan Psifera, memiliki kandungan minyak tinggi (22-23%) dan
pokoknya tidak terlalu tinggi tetapi berbuah lebih awal.
Bagian buahnya terdiri dari eksokarp (kulit paling luar), mesokarp (serabut, mirip serabut
kelapa), endocarp (tempurung) dan kernel (inti sawit). Pengolahan bagian serabutnya
(endocarp) dengan cara ekstraksi dapat menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), sedangkan
pengolahan bagian kernel (inti) dapat menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO). CPO dengan
teknologi pengolahan lebih lanjut yaitu fraksinasi dapat terpisah paling tidak menjadi dua
fraksi utama yaitu stearin (pada suhu kamar berbentuk padat) dan olein (pada suhu kamar
berbentuk cair). Pengolahan stearin lebih lanjut oleh insdustri pengolahan hilir dapat
menghasilkan produk-produk sperti margarin, sabun, lilin, cocoa butter substituen (CBS)
semacam pengganti lemak kakao, vegetables ghee (vanaspati), shoertening dsb.
Sedangkan pengolahan olein umumnya menghasilkan bahan baku untuk keperluan minyak
goreng, meskipun terdapat juga produk-produk lain seperti margarine, shoertening,
vegetables ghee (vanaspati), asam lemak, dan gliserol atau gliserin.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
1
PANENAN BUAH KELAPA SAWIT

Tandan kelapa sawit bila sudah mulai matang akan ditandai dengan perikarp buah
berwarna kuning jingga serta sebagian buah terlepas dari tangkainya. Buah yang baik adalah
buah yang cukup umur untuk dipanen karena akan menghasilkan rendemen yang baik. Hasil
panenan sebaiknya segera dibawa untuk pengolahan lebih lanjut, setelah mengalami sortasi
dan penimbangan untuk kemudian diolah menjadi minyak mentah. Penimbangan bertujuan
untuk menghitung rendemen, efesiensi ekstraksi dan untuk keperluan lainnya.

INTI SAWIT

Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi
cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang,
pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti sawit
(Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu
rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat
padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak,protein, serat
dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit
dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan sebagai bahan makanan ternak.
Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 – 53%. (Mangoensoekardjo.S., 2003)
Dokumentasi Kelompok III
Adi,Efraim,Heru,Ropendi
2
Komponen Jumlah

Minyak 47 – 52

Air 6–8

Protein 7,5 – 9,0

Selulosa 5

Abu 2

Minyak Inti Sawit (PKO) dan Bungkil Inti Kelapa Sawit (PKM)
Selain minyak sawit mentah (CPO), minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti
kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) dan sebagai
hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal/PKM). Minyak inti
sawit memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak mentahnya mudah sekali menjadi tengik
bila dibandingkan dengan minyak yang telah dimurnikan. Titik lebur dari minyak inti sawit
adalah berkisar antara 25oC – 30oC. (Sitinjak K, 1983).

Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus asam lemak
yang terikat dalam trigliserida – trigliserida yang dikandung lemak ini jenisnya lebih dari
satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam kaproat) sampai C18 jenuh (asam stearat) dan
C18 tak jenuh (asam oleat dan asam linoleat).
(Winarno,FG., 1991)

Bungkil inti kelapa sawit (PKM) adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami
proses ekstraksi dan pengeringan. Bungkil inti kelapa sawit dapat digunakan sebagai
makanan ternak.
Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa
sawit adalah pabrik Ekstraksi minyak kelapa sawit di Belawan – Deli. Minyak inti kelapa
sawit dan bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya di ekspor. Pada tahun
1973 jumlah minyak inti kelapa sawit yang di ekspor adalah
8.009.188 kg dengan nilai ekspor US $ 3.434.986,05 sedangkan bungkil yang
diekspor 6.200.068 kg dengan nilai US $ 540.005,05. Pada tahun 1974 bungkil inti kelapa
sawit yang diekspor adalah 17.657.583 kg dengan nilai ekspor US $1.115.884.
Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka diperlukan standar dan pengawasan
mutu minyak inti dan bungkil inti kelapa sawit untuk memberikan jaminan mutu pada
konsumen.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, asam lemak bebas,
bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair, kandungan
gliserida padat, refining lose, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan
logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor-faktor ini perlu di analisis untuk
mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit.

Minyak sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna
kuning terang serta muda dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relative
terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.

Pengamanan Bahan Produksi


Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan
perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Inti dipisahkan oleh aliran air
yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapung biji-biji yang pecah
dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis tertentu. Dalam keadaan tersebut inti
sawit akan mengapung dan tempurungnya akan tenggelam. Proses selanjutnya adalah
pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.

Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera
dikeringkan dengan suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut yaitu
dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit. (Yan Fauzi,2004).

Bahan Baku Seinduk


Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri
yang hasil pengolahan biji menjadi inti langsung diangkut ke Pengolahan Inti Kelapa Sawit
(PPIS), hasil minyak yang didapat pun sangat maksimal karena kita tahu berapa lama waktu
sementara sebelum inti diolah. Hanya saja jumlah inti yang di hasilkan pada pengolahan biji
di PKS sangat minim.

Bahan Baku Luar


Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) lain, Inti yang
dihasilkan pun mengalami proses pengiriman yang cukup lama yang dapat menimbulkan
masalah-masalah pada inti tersebut, dan waktu penimbunan yang dilakukan pun kita tidak
tahu karena PKS di tempat lain menunggu jumlah inti yang dihasilkan dalam jumlah
banyak sebelum dikirim ke pengolahan inti di PPIS. (Tim Penulis PS. 1998)

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
4
Pengolahan Inti Sawit Menjadi minyak Inti Sawit (PKO)
Adapun tahap-tahap proses pengolahan minyak inti sawit yaitu :
1. Jembatan Timbang
A. Fungsi :
Sebagai tempat penimbangan PK yang dibawa kepabrik dan hasil produksi PKO,
PKM. Serta sebagai proses kontrol untuk mendapatkan rendemen dan kapasitas pabrik yang
diinginkan. Penimbangan dilakukan pada truk pengangkut PK, truk pengangkut PKO dan
truk pengangkut PKM atau sisa-sisa dari proses Screw Press yang masuk sebelum diolah
dan sesudah diolah. perlakuannya sama seperti halnya dengan proses penimbangan pada
pengolahan minyak sawit.
B. Mesin dan Peralatan :
- Jembatan timbang
- Satu unit computer
- Timbangan manual/digital

2. Loading Bay
A. Fungsi :
Sebagai tempat pembongkaran inti sawit yang masuk dan juga sebagai tempat
penyimpanan inti sawit sementara yang sebelum dikirim ke silo penyimpanan.
B. Mesin dan Peralatan :
- Loding Bay
- Blower Hisapan
- Timba-timba Inti Sawit (elevator)
- Conveyor Inti Sawit.

3. Silo Inti
A. Fungsi :
Sebagai tempat penyimpanan inti sawit sementara sebelum dikirim ke bunker
inti untuk diolah.
B. Mesin dan Peralatan :
- Silo inti
- Conveyor

4. Bunker Inti
A. Fungsi :
Sebagai tempat pengumpanan inti sawit ke kempa.
B. Mesin dan Peralatan :
- Bunker inti sawit
- Conveyor pembagi inti sawit
- Elevator (PK) menuju bunker

Di Bunker inti sawit diambil contoh inti sawit yang mau diolah dari seluruh kempa
kemudian dikumpulkan menjadi satu lalu diaduk rata dilakukan 4 jam sekali untuk dianalisa

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
5
5. Screw Press I
A. Fungsi :
Memisahkan minyak inti sawit dan cake dengan cara pengempaan.
B. Mesin dan Peralatan :
- Screw press
- Conveyor Cake
- Conveyor minyak kasar

6. Bunker Cake
A. Fungsi :
Sebagai tempat pengumpanan cake ke kempa.
B. Mesin dan Peralatan :
- Elevator cake
- Conveyor pembagi cake
- Bunker cake

Pengambilan contoh cake dari ular-ularan di bawah kempa, inti (tahap I)


dilakukan setiap 4 jam sekali untuk dianalisa (kadar air, kadar minyak)

7. Screw Press II

A . Fungsi :
Memisahkan minyak dan meal dengan cara penekanan (pressing).
B. Mesin dan Peralatan :

- Screw press
- Conveyor meal
- Conveyor minyak kasar

Tempat pengambilan contoh titik sampel PKM diambil dari ular-ularan dibawah kempa
cake (tahap 2) dilakukan setiap 4 jam sekali untuk dianalisa (kadar air, kadar minyak)

8. Bak Screening
A. Fungsi :
- Penampungan sementara minyak kasar
- Mengendapkan ampas minyak kasar
- Untuk mengikis (menyekrap) ampas yang mengendap dalam bak screning.
B. Mesin dan Pelaratan :
- Bak screning
- Scraper
- Pompa minyak kasar

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
6
9. Niaga Filter

A. Fungsi :
Memisahkan minyak kasar dengan ampas sehingga diperoleh minyak bersih siap ke
tangki timbun.
B. Mesin dan Peralatan :
- Saringan niagar
- Buffer tank
- Pompa minyak bersih
- Compressor
Tempat pengambilan contoh buangan ampas eks filter Niagara. Titik sampel, contoh
diambil dari corong pembuangan akhir. Dilakukan setiap 4 jam sekali untuk dianalisa
(kadar air, kadar minyak)

Tempat pengambilan contoh dari kran pipa Oil Filter Niagara ke tangki timbun. Titik
sampel, contoh diambil dari corong pembuangan akhir.Dilakukan setiap
4 jam sekali untuk dianalisa (ALB, kadar air, kadar kotoran).

10. Tangki Timbun


A. Fungsi :
Untuk penimbunan sementara PKO sebelum dikirim ke pabrik pengolahan selanjutnya
atau di eksport ke luar negeri.
B. Mesin dan Peralatan
- Tangki timbun
- Pompa
Pengambilan contoh PKO dilakukan setiap hari apabila pabrik mengolah yang
dianalisa:
- Asam |Lemak Bebas (ALB)
- Kadar air
- Kadar kotoran

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
7
PROSES RANGKAIAN PENGOLAHAN INTI SAWIT

Campuran ampas (fiber) dan biji nut yang keluar dari screw press diproses kembali di
stasiun Kernel (inti sawit) untuk menghasilkan :
1. Cangkang (shell) dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler
2. Kernel (inti sawit) sebagai hail produksi yang siap dipasarkan

Gambar 7.1 Proses Pengolahan Kernel

Gambar. Proses Pengolahan Kernel

Pada proses pengolahan di stasiun kernel, biji dan serabut (fiber) masih menyatu di cake
breaker conveyor, kemudian dengan uap panas pada conveyor serabut dan biji terpisah.

Biji yang berat tidak mampu dihisap di depericarper sehingga jatuh ke nut polishing drum
sedangkan serabutnya akan terhisap dan masuk ke fiber cyclone dan diteruskan ke boiler
sebagai bahan bakar boiler.

Biji yang jatuh di nut polishing drum akan diayak untuk dipisahkan dari batu-batu kecil
yangdapat merusak ripple mill. Setelah terpisah, biji selanjutnya masuk ke dalam nut hopper
dan kemudian masuk ke ripple mill untuk dipecah. Kemudian cangkang dan kernel akan
dipisah di- LTDS, kemudian kernel yang sudah bersih dan siap dikirim akan disimpan di
Bulk Silo.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
8
Cake breaker conveyor (CBC)

Fiber dan cangkang yang berisi inti sawit yang keluar dari press langsung masuk ke cake
breaker conveyor yang terdiri dari satu talang yang mempunyai dinding rangkap, di tengah
talang terdapat As screw yang mempunyai pisau-pisau pemecah (Screw Blade). Di dalam
conveyor, press cake diaduk-aduk sehingga ampas yang lebih ringan akan mudah
dipisahkan dari biji. Untuk lebih jelas cake breaker conveyor dapat di lihat pada gambar
berikut.

Gambar. Cake Breaker Conveyor

Cara Kerja Cake Breaker Conveyor:

Ampas dan biji diaduk-aduk hingga gumpalan ampas/serabut dan biji akan terpisah, sambil
dipanaskan dengan steam pada suhu 90ºC - 95ºC. Steam yang dipakai sistem Steam Jacket.
Tujuan dari pemanasan tersebut adalah untuk mengurangi kadar air dalam biji dan serabut
agar pada pemisahan proses Depricarper lebih mudah. Pemeriksaan dan pembersihan
dilakukan setiap pagi sebelum olah.

Cake breaker conveyor berfungsi untuk :

1. Mengantarkan ampas dan biji dari press ke depericarper


2. Memecahkan gumpalan cake dari stasiun press

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
9
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari cake breaker conveyor (CBC) adalah :

1. kualitas dan kuantitas umpan


2. clearance pedal sebaiknya 6 mm
3. sudut pedal sebaiknya 15-20 0C
4. putaran cake breaker conveyor sebaiknya sekitar 75 rpm
5. diameter cake breaker conveyor
6. jumlah pedal

Depericarper

Depericarper adalah alat yang disertai kipas penghisap (blower) yang digunakan untuk
menghisap fiber sehingga terpisah dari nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan bakar
boiler. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar.Depericarper

Dari cake breaker conveyor, ampas dan nut masuk ke depericarper, kemudian ampas
(fiber) terhisap ke fiber cylone, sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke nut polishing drum.
Dengan demikian, depericarper berfungsi memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber
menjadi bahan bakar boiler. Efektifitas kerja dari depericarper adalah banyaknya fiber yang
terikut pada nut.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
10
Proses pemisahan nut dengan fiber bila tidak bersih dapat disebabkan oleh faktor – factor
yaitu:

1. Tidak sempurnanya proses sebelumnya seperti sterilizer dan digester.


2. Ampas press yang tidak cukup kering (lembab)
3. Pengisian umpan yang melebihi kapasitas.
4. Kecepatan hisapan udara yang berkurang antara lain adanya kebocoran ducting.

Nut polishing drum

Nut polishing drum adalah suatu drum yang berputar yang mempunyai plat-plat
pembawa yang dipasang miring pada dinding bagian dalam. Di ujung nut polishing drum
terdapat lubang-lubang penyaring sebagai tempat keluarnya nut yang kemudian ditransfer
melalui nut elevator masuk ke bulk silo.

Biji yang telah dipisah dari ampasnya masuk ke dalam nut polishing drum dan
putaran drum tersebut biji-biji akan dipolis untuk melepaskan serat-serat yang masih tinggal
pada biji oleh plat-plat yang ada pada dinding dan porosnya. Kecepatan putaran drum adalah
26-28 rpm. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar. Nut Polishing Drum

Fungsi dari nut polishing drum adalah :

1. Membersihkan biji dari serabut-serabut yang masih melekat


2. Membawa nut dari depericarper ke nut silo
3. Memisahkan ke nut dari sampah.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
11
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas nut polishing drum :

1. Kondisi plat pengarah atau pengangkat


2. Kecepatan putaran drum
3. Diameter dan panjang drum
4. Diameter lubang penyaringan
5. Jumlah lubang penyaring
6. Kualitas dan kuantitas feeding

Nut elevator
Nut elevator berfungsi untuk mengantarkan nut dari nut polishing drum ke nut silo.
Nut elevator dilengkapi dengan timbangan untuk mengangkut nut. Untuk lebih jelas dapat
dilhat pada gambar berikut.

Gambar. Nut Elevator

Nut Grading Drum


Berfungsi untuk memisahkan nut yang berukuran kecil dan besar agar diperoleh efisiensi
pemecahan nut pada ripple mill, nut yang kecil akan masuk kedalam nut hopper no 1 nut
yang medium akan masuk kedalam nut hopper no 2 dan nut yang besar akan masuk ke nut
hopper no 3. Besarnya lubang- lubang oval pada nut grading drum biasanya untuk ukuran
besar (>15mm) medium (13-15 mm) dan ukuran kecil (8-10 mm).

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
12
Gambar. Nut Grading Drum

Nut Silo

Nut silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada
ripple mill. Kebersihan dari pada nut silo harus sangat diperhatikan kerana dapat
mempengaruhi terhadap output nut silo agar nut yang diolah sesuai dengan aturan FIFO
(first in first out), nut silo yang digunakan pada PKS rambutan berjumlah 2 buah. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar. Nut Silo

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
13
Ripple mill

Ripple mill berfungsi untuk memecahkan cangkang dan inti. PKS Rambutan
menggunakan 2 buah ripple mill yang terbagi menjadi 2 line. Ripple mill memecahkan nut
dengan cara menjepit nut diantara ripple dan rotor bar. Untuk lebih jelas kita lihat pada
gambar berikut.

Gambar. Ripple mill


Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemecahan adalah :

1. Kualitas dan kuantitas umpan


2. Kondisi ripple plate dan rotor bar
3. Jarak antara plate dan rotor
4. Kecepatan putaran ripple mill
Kualitas umpan dipengaruhi oleh :

1. Kekoplakan nut, kalau nut tidak koplak maka banyak yang lengket pada cangkang
2. Jenis buah, dura atau tenera
3. Ukuran nut
4. Kadar air yang terkandung dalam inti
5. Umpan yang terlalu banyak (berlebihan)
6. Umpan terlalu kering
7. Persentase nut pecah pada umpan besar.
Outlet dari ripple mill selanjutnya dibawa oleh cracked mixture conveyor ke LTDS (Light
Tenera Dust Separation).

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
14
LTDS (Light Tenera Dust Separation)

LTDS berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti serat dan membawa cangkang
untuk bahan bakar boiler. Sistem pemisahan yang dilakukan di sini adalah dengan
menggunakan tenaga blower hisap dust separator dengan adjustment dumper untuk
menentukan kualitas output yang dikehendaki, sehingga cangkang pecah yang mempunyai
luas penampang lebih besar akan terhisap ke atas dan dialirkan ke boiler, sedangkan inti
yang terkutip dipompakan ke kernel silo. Campuran dialirkan ke hydrocylone untuk
melakukan proses pemisahannya. PKS rambutan memiliki 2 LTDS yaitu LTDS I dan LTDS
II yang tersusun secra seri.

Gambar. LTDS

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenerja LTDS adalah :

1. Hisapan (damper, air lock dan blower)


2. Kualitas dan kuantitas umpan
3. Adjustment damper column

Hydrocylone
Hydro cylone adalah alat yang digunakan memisahkan inti dengan cangkang yang masih
terdapat cracked mixture. Jumlah ada 1 unit, kapsitas tiap unit 60 m3/jam. Alat ini terdiri
dari :bak air penampung cracked mixture yang terdiri dari beberapa serat

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
15
 tabung pemisah yang dilengkapi dengan pompa pengutip dank onus dibawahnya
 pompa-pompa
 dewatering drum utuk inti dan cangkang

Gambar. Hydrocylone

Cracked mixture yang keluar dari kolom pemisah masuk ke dalam bak air sekat
pertama dan dihisap dengan pompa dan tekanan ke dalam tabung pemisah 1 dengan gaya
sentrifugal. Benda-benda yang ringan naik ke bagian atas melalui vortex finder dan masuk
ke dalam dewatering drum inti dimana air tabung melaui konus masuk ke dalam sekat II,
dari sekat II cangkang yang masih becampur dengan inti yang dipompa dihisap dan ditekan
ke tabung pemisah ke II. Inti yang naik ke atas melalui vortex vinder dan dikembalikan ke
dalam bak air pekat I, sedangkan cangkang melalui konus masuk dewatering drum
cangkang untuk dibuang airnya.dengan bantuan pompa dari sekat III cangkang yang masih
mengadung sebagian kecil inti hisap.

Dry Kernel (sistem kering)

Fungsi dari dry kernel adalah fungsi sistem kering. Faktor – faktor yang mempengaruhi
kinerja dari dry kernel adalah :

1. Kualitas dan kuantitas umpan


2. Strainer
3. Kondisi blower/fan

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
16
Kernel silo

Kernel silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti
produksi. Pengeringan dilakukan dengan cara menghembus udara panas ke steam heater
oleh blower ke dalam nut silo dengan temperatur kernel silo terbagi 3 tingkatan yaitu 70 0C,
60 0C dan 50 0C. Gambar kernel silo dapat dilhat pada gambar berikut.

Gambar. Kernel Silo


Pemasakan dilakukan di dalam kernel silo selama ± 3 jam. Kadar air inti yang terlalu rendah
dapat menyebabkan kadar inti berubah warna. Sebaliknya, jika inti kurang kering maka :

- inti akan menjamur


- Kadar ALB dalam minyak inti tinggi
- Kadar minyak yang diperoleh lebih rendah

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari kernel silo, antara lain :

1. Temperatur
2. Waktu pemasakan
3. Kulitas dan kuantitas
4. Kondisi dan kebersihan heater
5. Suplai steam
6. Kondisi blower atau fan
7. Kebersihan kisi-kisi dalam kernel silo.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
17
Bulk Silo

Bulk Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim
keluar untuk diproduksi dan agar uap air yang terkandung di dalam inti dapat keluar dan
tidak menyebabkan kondisi dalam storage tidak lembab yang menyebabkan timbulnya
jamur pada inti. Inti dari kernel silo diangkut ke bulk silo dengan menggunakan screw
conveyor dan pneumatic conveyor. Gambar dari bulk silo westel dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.

Gambar. bulk silo

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
18
BAGAN ALIR PENGOLAHAN CPKO

PALM KERNEL Dari


Kebun seinduk

TIMBANGAN
system digital

LOADING INTI

SILO INTI

BUNKER INTI

NIAGA FILTER

SCREW PRESS -I BUNKER CAKE

TANGKI TIMBUN

SCREENING SCREW PRESS -II


bak pengendapan

KE BELAWAN PKM
DIGUDANGKAN

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
19
PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO

Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Proses awalnya sama
seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada pengolahan kelapa sawit menjadi PKO
setelah proses pengepresan maka terjadi pemisahan antara minyak sawit dengan kernel, sabut
dan ampasnya.
Biji yang masih bercampur dengan Ampas dan serabut kemudian diangkut menggunakan
Cake breaker conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat
diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan memudahkan proses pemisahan menuju
depericarper.
Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat
perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan
udara panas antara 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air turun sekitar 21% menjadi4%.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut Grading
Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan dengan fraksi yang
telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah
dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk
memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti.
Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan
antara inti dengan cangkang dengan menggunakan prinsip perbedaan massa. Cara lain untuk
memisahkan inti dengan cangkang adalah dengan menggunakan Hydro clay bath yaitu
pemisahan dengan memanfaatkan lumpur atau tanah liat. Cangkang yang terpisah kemudian
digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Inti kemudian dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan sampai
kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C dalam waktu 14-
16jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel
(Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya.
Palm kernel oil (PKO) adalah dari dua lauric oil lebih kecil diantara 17 minyak dan
lemak mayor dalam produksi dunia, Coconut oil (CNO) menjadi lebih besar sekitar 20%
(Minyak dunia 2001). Dua minyak ini sangat mirip dalam hal komposisi asam lemak dan
keduanya diperoleh dari kelapa sawit, tetapi dalam spesies yang berbeda. Pohon coconut oil
adalahCocus nucifera sementara kelapa sawit, yang menghasilkan palm oil (PO) dan PKO
adalah Elaeis guineensis (Harley, 1988). Pohon ini secara umum dipercaya asli tumbuhan
hutan di Afrika Timur dan ada banyak bukti bahwa kelapa sawit didapatkan dari daging buah
yang mungkin telah dikonsumsi oleh penduduk mesir saat jaman Pharaohs, sekitar 5000 tahun
yang lalu (Raymond, 1961).
Varietas yang dibudidaya di hampir seluruh perkebunan dunia adalah hibrida Tenera, yang
merupakan persilangan antara varietas Dura dan isifera dan memberikan minyak terbanyak
tiap hektar sata panen. Efisiensi ekonomi kelapa sawit sangat mudah terlihat dari perhitungan
sederhana. Budidaya kedelai di US contohnya, menghasilkan sekitar 2,5 T kedelai tiap hektar
(1 hektar 2,47 acres), yang kemudian menghasilkan 0,5 T minyak dan 2 T daging. Kurangi
nilai daging dengan nilai minyak yang setengah, sehingga total pendapatan petani sama
dengan 1,5 T minyak. Di Asia Tenggara, kelapa sawit menghasilkan sekitar 4T PO, ditambah
Dokumentasi Kelompok III
Adi,Efraim,Heru,Ropendi
20
0,5 PKO, ditambah 0,5T daging palmkernel (PKM), dengan pendapatan sama dengan 4,5T
minyak.

Buah palm
Buah palm berbentuk oval, sekitar 3cm panjangnya dan terlihat seperti red plum kecil.
Daging terluar mesocarp menghasilkan PO selain kernel, yang didalamnya kulit yang keras,
menghasilkan PKO. Dua minyak dari buah yang sama memiliki komposisi asam lemak yang
berbeda.
Umunya, minyak ini sering membingungkan dan akhirnya mengakibatkan timbulnya
pendapat yang keliru.
Buah palm tersusun dalam tandan besar yang beratnya 15-25kg tiap tandan, biasanya disebut
tandan buah segar (Fresh Fruit Bunches/FFB), yang tumbuh dan matang secara progresiv di
pohon, sehingga panen selesai dalam setahun, setiap 10-14 hari. Rata-rata hasil dari sebuah
FFB, sekitar 19% PO dan 5,5% kernel (PK) (Rata-rata produksi Malaysia, 2000) dan biasanya
disebut rasio minyak ekstraksi (OER) dan rasio ekstraksi kernel (KER). Hal tersebut adalah
parameter penting dalam ekonomi perkebunan.
Dalam dunia perdagangan, rasio PO/PKO yang didapat dari buah sekiar 8:1 – fakta yang
berguna bagi pedagang untuk diingat ketika mereka mencoba untuk mengestimasi produksi
dari data yang tidak lengkap.

Palmkernel
Setelah panen, FFB secara cepat dibawa ke penggilingan PO dimana FFB disterilisasi
dengan steam dan buah terkupas. Kemudian buah dipres untuk mendapatkan PO dari daging
mesocarp. Kulitnya keras dan tahan terhadap tekanan. Kemudian dipisahkan dari serat, dipecah
untuk menghilangkan kulit, dan dikeringkan hingga kadar airnya dibawah 8% untuk mencegah
kapang tumbuh.
PK yang mengandung sekitar 50% minyak (db) kemudian dipecah meggunakan screw press
(Ekspleler) untuk menghasilkan PKO dan PKM. PKM dari hasil pres dapat diektraksi pelarut
untuk mendapatkan minyak yang lebih tapi press ini tidak lagi dapat berjalan secara ekonomi
dan menjadi kuno. Rata-rata hasil perdagangan dari pemecahan PK adalah 45% PKO dan 53%
PKM, seimbang dengan process loss (Malaysia, 2000)
Pada 2000, produksi PK dunia mencapai 6,5MT, sekitar 84% diproduksi oleh Asia Tenggara,
11% Afrika, dan 5% Ameika latin. Produksi terbesar adalah dari Malaysia dan Indonesia, yang
keduanya menyumbang hampir mendekati 80% dari total dunia.

Palmkernel Oil
Pada 2000/2001, produksi PKO dunia mencapai 2,9MT atau 2,5% dari total minyak dan
lemak. Negara produsen terbesar ddan eksportnya dapat dilihat pada gambar 6.3. Terlihat
bahwa , dalam kasus palm kernel, negara besar yang terlibat adalah Malaysia dan Indonesia
yang bersama-sama memproduksi 78% dan 90& ekspor.
Produksi minyak palm kernel dunia telah tumbuh pesat daripada total minyak dan lemak,
tingkat pertumbuhan tahunan melebihi 10 tahun terkahrir yaitu menjadi 6,2% dan 3,6%,
sementara produksi CNO tidak menunjukkan adanya perkembnagan. Untuk kombinasi dua
lauric oil, rating pertumbuhan tahunan yaitu 3,5%, hampir sama seperti total minyak dan
lemak.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
21
Komposisi Secara Umum
Komposisi dan sifat asam lemak dari PKO sangat mirip dengan CNO. Perbedaan utamanya
adalah jika PKO memiliki sedikit kekurangan yaitu rantai asam lemak yang lebih pendek,
C8 dan lebih rendah, dan asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi, dengan tipe IV 18,5 melawan
8,5 untuk CNO. Dahulu, sebelum dikenalkannya GLC, uju Reichert and Polenske untuk
membedakan PKO dari CNO . Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat rantai pendek asam
emak. Pengenalan GLC sekarang telah membuat mereka kuno tetapi mereka masih digunakan
oleh Codex.
Asam lemak mayor pada PKO adalah C12 (asam laurat) sekitar 48%, C14 (asam miritat)
sekitar 16% dan 18:1 (asam oleat) sekitar 15% (Codex 2001). Tidak ada asam lemak lainnya
yang lebih dari 10%. Asam lemak jenuh tunggal yang ada dalam jumlah besar, bergabung
dengan asam lemak tak jenuh yang tingkatnya rendah, memberikan profil titik leleh minyak
tinggi.
Disamping triacylglycerols dan FFA, PKO mentah mengandung sekitar 0,8%
unsaponifiable seperti sterol, tokol, triterpena, alkohol, hidrokarbon dan lakton.
Bahkan setelah terhidrogenasi sempurna, titik leleh PKO tidak meningkat banyak diatas suhu
mulut dan fraksinasi yang menghasilkan stearin (PKOs) dengan titik leleh lebih tajam. Lemak
meleleh sejara tajam dibawah suhu mulut meninggalkan sensasi bersih, dingin, dan tidak
berminyak di langit-langit mulut, tidak mungkin untuk minyak non-lauric umum lainyya yang
cocok. Lemak kakao adalah satu-satunya lemak alami dengan sifat yang sama tetapi sangat
mahal dan tidak termasuuk diantara 17 minyak dan lemak utama dalam perdagangan dunia.
Metode terbaik dalam menaksir ketajaman kelelehan lemak adalah dengan uji organoleptik
oleh panel terlatih, atau bahkan yang lebih baik, dengan orang yang sudah terkenal/ahli. Tetapi
informasi yang idapat tidak dapat dikomunikasikan atau disimpan secara kuantitif dan sehingga
penggunaanya menggunakan kandungan lemak padat (SFC) pada berbadai suhu. Bahkan
metode ini, kurang sederhana dan menghasilkan nomor tunggal.

Komposisi Asam Lemak


Pada 2001, sekitar 50% produksi dan ekspor PKO dunia adalah asli Malaysia. Perlakuan
yang baik pada minyak dari sumber yang dibawah PORIM (sekarang MPOB) pada 1981,
berdasarkan 118 spesimen produksi perdagangan minyak dari 16 pabrik. Hal ini diikuti oleh
survey semakin kecil dengan 68 spesimen pada tahun 1984. Keduanya dilaporkan oleh Siew
dan Berger (1986). Hasil dari dua survey hampir mirip dan untuk tujuan kesederhanaan, yang
dikombinasikan pada tabel 6.15.
Survey baik lain yang dilakukan PKO, dengan 71 spesimen dari 18 asal, dilaporkan oleh
LFRA (1989), dengan minyak diekstrak dari kernel di laboratorium untuk memastikan
kemurnian Hal ini sama seperti yang dilaporkan sebelumnya di bawah CNO. Kelemahan utama
pada studi ini adalam jumlah spesimen dari tiap asal tidak tertimbang sebanding dengan tingkat
produksi negara. Namun, dalam praktiknya, ini adalah konsekuensi kecil, karena komposisi
semua asal sangat mirip. Namun demikian, dapat dicatat bahwa dalam tes kebanyakan
hasil SD dari survei LFRA lebih besar daripada survey PORIM.
Dengan meningkat pesatnya komoditas perdagangan internasional, standar
Codex Alimentarius dianggap penting. Bahkan walaupun mereka dimaksudkan hanya untuk
menjadi penasihat dan penegas bukan untuk pemaksaan oleh pemerintah, pihak pabean di
beberapa pelabuhan, bagaimanapun, memaksa mereka dan arbiter perdagangan bergantung
pada keputusan mereka. Titik kelebihan mereka bahwa mereka memiliki status resmi,
yang diakui oleh sebagian besar negara, dan mudah tersedia.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
22
Sifat CPKO
Karakteristik Kimia dan Fisika
Di bawah judul ini adalah termasuk ciri-ciri yang biasanya disebutkan dalam standar
nasional dan internasional dan perdagangan spesifikasi. Ini adalah nilai-nilai yang paling sering
digunakan di laboratorium kontrol kualitas minyak prosesor dan pengguna. Untuk diskusi
umum IV, mp dan SFC, lihat juga di bawah CNO (Bagian 6.2.2.2 untuk 6.2.2.4). Standar
Malaysia untuk PKO (CPKO) mentah, MS80:1987 didasarkan pada hasil survei 1981 yang
dilakukan oleh PORIM (sekarang MPOB), yang diuji 118 spesimen dari berbagai lokasi di
seluruh negara. Ini berarti tidak hanya memberikan rata-rata dan rentang nilai tetapi juga
deviasi standar (SD) dan ukuran sampel, yang membuatnya lebih berguna daripada sebagian
besar standar untuk minyak lainnya, yang hanya memberikan rentang (ukuran ikatan variasi).
Rancangan (2001) Codex standar untuk karakteristik. Ini kurang komprehensif daripada standar
Malaysia. Misalnya, tidak termasuk karakteristik SMP dan SFC yang sangat penting dan
memiliki rentang yang lebih lebar. Rentang sempit menghasilkan produk lebih alami.
Karakteristik seperti viskositas, panas spesifik dan titik didih biasanya tidak ditentukan,
tapi tetap penting secara teori dan teknik serta untuk tujuan manufaktur makanan. Kebanyakan
mereka adalah fungsi berat molekul dan tingkat unsaturation minyak memberikan beberapa
nomornya.
Viskositas adalah sebuah sifat yang sangat penting untuk perhitungan teknik kimia dan juga
dalam operasi menggoreng. Beberapa tes yang berharga untuk menilai kondisi minyak goreng
selama menggunakannya tergantung pada pengukuran viskositas. Minyak memiliki viskositas
yang relatif tinggi dibandingkan dengan senyawa organik lain karena rantai panjangnya. Salah
satu yang membedakan antara viskositas mutlak atau dinamis (poises) dan Viskositas kinematis
(Stoke) yang diukur oleh alat-alat yang menggunakan efflux, falling ball, rising bubble, dan
sebagainya. Viskositas kinematis sama dengan viskositas dinamis yang dibagi menjadi
massa jenis cairan pada suhu tes. Beberapa instrumen yang banyak digunakan mengukur
Viskositas kinematis dengan menentukan waktu penghabisan fixed volume cairan melalui
lubang dan sering waktu itu sendiri digunakan untuk menunjukkan viskositas, misalnya, 100
detik Redwood No.1 atau 150 detik Saybolt. Banyak data dalam literatur perusahaan teknik,
spesifikasi produk tabel referensi masih menggunakan tipe ini.
Banyak persamaan telah diajukan untuk menjelaskan perubahan viskositas minyak dengan
suhu, atau untuk memperolehi viskositas dari karakteristik lain, tetapi pada akhirnya semuanya
terlalu rumit untuk digunakan secara praktis. Untuk tujuan praktisnya, penggunaannya
dapat dibuat dari fakta bahwa hubungan linier yang ada antara logaritma dari viskositas
dinamis dan suhu absolut timbal-balik (Swern 1979, ms. 179), melebihi kisaran suhu yang
digunakan dalam pengolahan dan penanganan minyak dalam industri makanan. Dalam
pengalaman kami hubungan ini sangat tidak baik untuk trigliserida, dan dalam kebanyakan
kasus, hubungan linear yang lebih baik ada antara viskositas logaritma dan suhu Logaritma
(0C), yang lebih nyaman/pas.
Dalam keadaan, kecuali untuk kondisi tekanan yang sangat tinggi, minyak dan lemak
berperilaku seperti cairan Newton dan menunjukkan kurangnya perubahan viskositas dengan
suhu daripada minyak mineral. Viskositas minyak dan lemak meningkat dengan beratnya dan
turun dengan unsaturation tetapi efek yang kedua adalah kecil. Minyak laurat, akrena rantainya
lebih pendek, memiliki viskosita syang ebih rendah daripada minyak utama lainnya, sebaliknya
semakin rendah pembentukan unsaturasi. Kelompok hidroksil dalam molekul, seperti minyak
jarak, polimerisasi, seperti ditiup minyak biji rami, atau menggoreng luas sangat meningkatkan
kekentalan.
Kepadatan sangat penting dalam transaksi komersial. Selain eceran, minyak yang dibeli
dan dijual berdasarkan beratnya dan jumlah yang besar diangkut dengan kapal-kapal, atau
disimpan dalam bulking instalasi dan kilang minyak, tergantung pada volume dan kepadatan
Dokumentasi Kelompok III
Adi,Efraim,Heru,Ropendi
23
pengukuran untuk memperkirakan beratnya. Kepadatan minyak dan lemak meningkat dengan
unsaturasi tapi menurun dengan peningkatan berat molekul dan hampir linear dengan
meningkatnya suhu. Suhu rata-rata koefisien untuk CNO dan PKO antara 200 dan 600 adalah
7.1 x 104/0C (Cocks dan Van Rede 1966). Contoh untuk beberapa trigliserida sederhana,
dikutip oleh Swern (1979, ms. 189) dalam g/ml pada 800C, adalah sebagai berikut:
Di aplikasi menggoreng terutama di sektor domestik dan katering, titik asap minyak
sering digunakan untuk menilai titik pembuangannya. Nilai ini terutama tergantung pada
kandungan asam lemak bebas ( FFA ) dan pada titik didih asam lemak. Di 760 mm hg, asam
laurat telah mendidih titik 298.90C dibandingkan dengan 351.50C untuk asam palmitat dan
376.10C untuk asam stearat ( swern tahun 1979, p. 205 ). Unsaturation mengurangi titik didih.

Proses
Hidrogenasi
PKO memiliki IV dari sekitar 18 dan dapat terhidrogenasi untuk menghasilkan berbagai
produk kombinasi SMP/IV yang berbeda. Biasanya, ini tersedia dalam langkah SMP 2-30C dan
tabel 6.25 menunjukkan ciri-ciri khas rentang produk HPKO dari produsen EU utama.
Stabilitas oksidatif PKO, meskipun baik, tidak sebaik yang diharapkan dari tingkat
unsaturasinya. Hal ini mungkin karena kandungan tocols rendah dan, seperti dalam kasus CNO,
ia menanggapi kuat bahkan tambahan yang sangat kecil dari sintetis antioksidan (BHA, BHT)
dan agen chelating seperti asam sitrat. Stabilitas juga sangat meningkat dengan hidrogenasi
tingkat kecil. Dilihat dari tabel, waktu penyimpanan maksimum yang direkomendasikan oleh
produsen enam kali lebih lama untuk kelas hidrogenasi daripada untuk minyak unhidrogenasi.
Berbagai nilai HPKO biasanya ditawarkan di bawah nama merek pasar dan dalam banyak
kasus, deskripsinya tidak mengecualikan kehadiran PKOo yang harganya lebih rendah. Efek
dari praktek ini adalah untuk meningkatkan IV dan untuk menurunkan kandungan C12 dan
nilai-nilai SFC di mp yang diberikan; Tapi kecuali ada jumlah besar, efeknya perbandingan
kecil dan hati-hati yang diperlukan untuk mendeteksi itu.
Minyak Goreng
Ada beberapa statemen keliru bahwa minyak laurat tidak cocok untuk menggoreng,
karena kecenderungannya untuk membusa ketika minyak dari makanan di goreng berubah
menjadi minyak laurat, dan juga karena titik uapnya yag lebih rendah, dibandingkan dengan
minyak non-laurat.
Namun, defisiensi ini hanya terjadi ketika deep frying dan minyak laurat sangat cocok untuk
shallow frying. Pada operasi ini, lemak dalam pan hanya sedikit milimeter dalamnya dan
busanya tidak jadi masalah. Begitu juga dengan asap tidak menjadi perhatian karena minyak
hanya digunakan sekali dan FFA nya sekitar 0,1%.
Dalam EU, beberapa brand lemak yang sangat sukses untuk shallow frying berdasarkan CNO
lurus. Rupanya lemak padat putih alami dan kecerahannya memiliki cita rasa (viskositas
rendah) yang paling banyak konsumen minta. CNO alami juga digunakan dalam beberapa
brand seperi pop corn yang mengandung lemak tablet dalam paket yang sama, didesain untuk
popping di rumah. PKO dapat digunakan secara imbang untuk tujuan yang sama tetapi CNO
telah menjadi pilihan lemak tradisional.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
24
KESIMPULAN
Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada intinya Melalui 4 Proses utama yaitu pemisahan
brondol dengan janjang, Pencacahan dan pelumatan daging, pengepresan, dan pemurnian
minyak. Sedangkan pengolahan kelapa sawit menjadi kernel (inti sawit) melalui proses
pemisahan brondol dengan janjang, Pencacahan dan pelumatan daging, pengepresan,
pemisahan serabut dengan inti dan pemisahan cangkang dengan inti.

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
25
DAFTAR PUSTAKA

McCabe, Warren L, dkk.1993.Unit Operatin Of Chemical Engineering. McGraw Hill: New York

Mustafa Hadi, Muh.Ir. teknik berkebun kelapa sawit . Penerbit: Adicita Karya Nusa,
Yogyakarta, 2004.

Nag, PK. Power plant engineering, second edition, Penerbit : Mc Graw Hill. 2002.

Syalkhin, P. Diterjemahkan oleh Ir. Zulkifli Harahap, Turbin Uap, penerbit Erlangga, Jakarta
1999.

Suyatno, Risza, IR. Kelapa sawit upaya peningkatan produktivitas, Ikanisius, Yogyakarta,
1994.

Wakil, M. M steam power plant, Jhon Welly dan Son, New York, 1994

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
26
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................... i
Tinjauan Umum.................................................................... 1
Buah Sawit ........................................................................... 1
Panenan Buah Kelapa Sawit................................................. 2
Inti Sawit .............................................................................. 2
Pengamanan Bahan Produksi .............................................. 4
Bahan Baku Seinduk............................................................. 4
Bahan Baku Luar .................................................................. 4
Pengolaan Inti Sawit Menjadi Minyak Inti Sawit (PKO) ....... 5

1. Jembatan Timbang ......................................... 5


2. Loading Bay .................................................... 5
3. Silo Inti ............................................................ 5
4. Bunker Inti ...................................................... 5
5. Screw Press 1 .................................................. 6
6. Bunker Cake .................................................... 6
7. Screw Press II .................................................. 6
8. Bak Screening ................................................. 6
9. Niaga Filter ..................................................... 7
10. Tangki Timbun ................................................ 7

Proses Perangkaian Pengolahan Inti Sawit ................ 8


Cake Breaker Conveyor (CBC)..................................... 9
Nut Polishing drum ..................................................... 11
Nut Grading drum....................................................... 12
Nut Silo ....................................................................... 13
Ripple mill ................................................................... 14
LTDS(Light Tenera Dust Separation) ........................... 15
Karnel Silo ................................................................... 17
Bulk Silo ...................................................................... 18
Bagan Alir Pengolahan CPKO .................................... 19
Proses pengolahan Kelapa Sawit menjadi PKO .......... 20
Buah Palm ................................................................... 21
Palmkernel .................................................................. 21
Palmkernel Oil ............................................................ 21
Komposisi Secara Umum ............................................ 22
Komposisi Asam lemak ............................................... 22
Sifat CPKO ................................................................... 23
Proses Hydrogenasi .................................................... 24

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
27
KESIMPULAN .......................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................. 26

Dokumentasi Kelompok III


Adi,Efraim,Heru,Ropendi
28

Anda mungkin juga menyukai