Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEDIAAN EMULSI MINYAK IKAN

Untuk memenuhi sebagian tugas


Praktikum Analisis Obat dan Narkoba I
yang dibina oleh Bu Neni

OLEH
YOGI AKA17009

YUDHA AKA17019

NANA AKA17022

MARTHA AKA17026

ALFI AKA17016

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG

JUNI 2019
1. DASAR TEORI
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur (Ansel, 2005).
Menurut FI Edisi III, emulsi adalah sediaan mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase, yang salah
satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lainnya dalam bentuk tetesan kecil.
1. Macam – macam emulsi
Berdasarkan penggunaannya emulsi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Emulsi penggunaan per-oral
a) Emulsi minyak dalam air
Biasanya ada emulsi yang mempunyai tipe minyak dalam air. Terdapat emulgator
yang merupakan film penutup dari minyak berfungsi untuk menutupi rasa tidak enak
atau rasa pahit pada emulsi dan ditambahkan zat perasa pada fase ekstern untuk
memberikan rasa enak pada emulsi. Biasanya digunakan pada kulit atau membrane
mukosa seperti losion, krin dan salep.
b) Emulsi untuk injeksi itravena
Emulsi parenteral biasanya digunakan untuk pemberian makanan dan minyak obat
untuk hewan dan manusia. Penggunaan emulsi parenteral meminta perhatian khusus
selama produksi seperti pemilihan emulgator ukuran dan kesamaan butiran tetes pada
penggunaan intravena.
b. Emulsi untuk pemakaian oral
Baik bentuk minyak dalam air atau air dalam minyak yang dapat dipakai untuk
pemakaian kulit dan memoran mukosa dengan proses emulsi kemungkinan terbentuk
lotion atau cream yang karsistensinya mempunyai sifat-sifat :
a) Dapat meluas daerah yang diobati
b) Dapat mudah dicuci
c) Tidak membekas pada pakaian
d) Memiliki bentuk ,bau, warna dan rasa yang baik
2. Syarat emulsi
a. Terdapat 2 fase zat yang tidak saling terlarutkan
b. Terdapat emulgator
c. Harus stabil dan homogeny
3. Tipe emulsi
a) Emulsi tipe o/w (oil in water) atau m/a (minyak dalam air), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.
b) Emulsi tipe w/o (water in oil) atau m/a (air dalam minyak), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai
fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
Minyak ikan banyak mengandung omega-3 yang terdiri atas Arachidonic Acid atau AA,
EPA atau Eicosapentaenoic Acid, dan Docosahexaenovic Acid atau DHA. Omega-3
sendiri adalah jenis lemak tidak jenuh ganda yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh
tubuh manusia. Karena itu, omega-3 dianggap penting sebagai asam lemak esensial. Dan
minyak ikan, terutama yang dibuat dari hati ikan Kod banyak mengandung vitamin A, B,
D, dan kalsium.Untuk menyempurnakan kandungannya, ada juga produsen minyak ikan
yang menambahkan minyak yang diekstraksikan dari ikan Kapelin.
Manfaat minyak ikan :
a) Menjaga sel-sel tubuh tetap baik.
b) Mengoptimalkan perkembangan sel-sel tubuh, terutama otak.
c) Membangun jaringan saraf di retina, sehingga penglihatan anak menjadi lebih baik.
d) Menambah nafsu makan, karena minyak ikan mengandung vitamin B, yang bisa
merangsang nafsu makan anak.
e) Membantu pertumbuhan tulang dan gigi.

Minyak ikan adalah suplemen tambahan yang tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan,
karena malah akan dibuang percuma. Minyak ikan bisa diberikan kepada anak yang
kekurangan enzim dalam tubuhnya, misalnya setelah sakit, tapi bukan sakit berat, dan
membutuhkan suplemen tambahan, untuk memperbaiki nafsu makannya.
Minyak ikan bisa diberikan mulai anak usia satu tahun, dengan takaran satu sendok
makan per-hari. Sedang anak yang usianya kurang dari enam bulan sebaiknya tidak diberi
minyak ikan, karena kekebalan tubuh masih belum bagus, sehingga dikhawatirkan malah
akan berdampak buruk, misalnya alergi.
2. PRAFORMULASI
A. Formula Standar
Emulsi Minyak Ikan (Fornas halaman 217)
R/
Bahan Jumlah
Oleum Iecoris Aselli 100 g
Glycerolum (Pemanis) 10 g
Gummi Arabicum (Emulgator) 30 g
Oleum Cinnamoni Gtt Vi
Aqua Destila Hingga 215 G

B. Rancangan Formulasi
Emulsi Minyak Ikan
R/
Bahan Jumlah
Oleum Iecoris Aselli 100 g
Glycerolum (Pemanis) 10 g
Gummi Arabicum (Emulgator) 30 g
Oleum Cinnamoni Gtt Vi
Aqua Destila Hingga 215 G

C. Pemerian Bahan
1. Oleum Iecoris Aselli
Nama Latin : Oleum Iecoris Aselli
Nama Lain : Minyak ikan
Fungsi Bahan : Sebagai zat aktif
Pemerian : Cairan minyak, encer, berbau khas, tidak tengik, bau
seperti ikan
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam eter,
kloroform, karbon disulfide, dan etil asetat (FI IV halaman 628).
Khasiat : Sumber vitamin A dan vitamin D (FI III halaman 457).
Bobot Jenis : Antara 0,918 dan 0,927
Indeks bias : 1,478 sampai 1,482
Bilangan asam : Tidak lebih dari 1,2
Bilangan iodium : 120 sampai 180
Bilangan penyabunan : 180 sampai 190
2. Glycerolum
Nama Latin : Glycerolum
Nama Lain : Gliserin
Fungsi Bahan : Sebagai stabilisator emulsi
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, berbau
khas lemah.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam
kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap.
Khasiat : Pemanis sampai 20%
Bobot Jenis : 1,255 sampai 1,260
Indeks bias : Antara 1,471 dan 1,474
Alasan pemilihan : Digunakan gliserin dalam formulasi karena gliserin multifungsi
selain sebagai stabilisator emulsi, gliserin dapat berfungsi sebagai pengawet, pemanis,
dan juga dapat meningkatkan viskositas
3. Gummi Arabicum
Nama Latin : Gummi Acaciae
Nama Lain : Gom Akasia, Gom arab
Fungsi Bahan : Sebagai emulgator
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
Alasan pemilihan : Digunakan gom arab karena memiliki daya sebagai emulgator
yang baik sehingga dapat menghasilkan emulsi yang baik, serta viskositas yang
dihasilkan cukup tinggi.
4. Oleum Cinnamoni
Nama Latin : Oleum Cinnamoni
Nama Lain : Minyak Kayu manis
Fungsi Bahan : Sebagai zat pengaroma
Pemerian : Cairan; suling segar berwarna kuning; bau dan rasa khas. Jika
disimpan dapat menjadi coklat kemerahan.
Kelarutan : Dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%) P;
opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan
menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 natrium klorida 0,02
N dan 50 ml air.
Bobot Jenis : 1,000 sampai 1,035
Rotasi optic : 00 sampai -20
Indeks bias : 1,573 sampai 1,595
Alasan pemilihan : Digunakan minyak kayu manis karena selain digunakan untuk
pengaroma juga dapat digunakan sebagai pemberi rasa enak pada emulsi
5. Aqua destilla
Nama Resmi : Aqua destillata
Nama Lain : aquades, air suling
Fungsi Bahan : Sebagai Pelarut
RM\BM : H2O\18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

3. FORMULASI
A. Perhitungan bahan
B. Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Disetarakan timbangan
3. Dikalibrasi botol
4. Ditimbang gom arab sebanyak , masukkan ke dalam mortir
5. Diukur air panas sebanyak dengan perbandingan 1: 1,5 lalu dimasukkan ke
dalam mortir
6. Campuran diaduk dengan cepat dan kuat sampai terbentuk musilago
7. Ditimbang minyak ikan sebanyak ……… gram menggunakan cawan porselen
8. Dimasukkan ke dalam mortir yang berisi musilago sedikit demi sedikit sambil
digerus kuat dan cepat
9. Ditimbang glycerolum menggunakan cawan porselen lalu dimasukkan ke
dalam mortir dan diaduk kuat dan cepat
10. Ditambahkan oleum cinamoni 1-3 tetes lalu digerus sampai homogen
11. Ditambahkan aquades ad 60 ml ke dalam mortir sedikit demi sedikit lalu
digerus sampai homogen
12. Dimasukkan hasil ke dalam botol yang telah dikalibrasi sampai tanda batas
13. Diberi etiket berwarna putih
4. EVALUASI
A. Analisa Produk Jadi
a) Organoleptis
Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari sediaan emulsi pada penyimpanan pada
suhu rendah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.
b) Volume Terpindahkan (Anonim b. 1995. Halaman 1089)
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 10 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari
10 wadah satu persatu. Prosedur :
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering
terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume
yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan
pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selama
tidak lebih dari 30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran:
volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %,
dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang
dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari
yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang
dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah
volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera
pada etiket, lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata
larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang
tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95
%, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket.
c) Penentuan viskositaas
Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna
viskometer brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
d) Metode pengenceran
Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian
diencerkan dengan air. Jika dapat diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam air
dan sebaliknya.
e) Metode percobaan cincin
Jika satu tetes emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring maka emulsi
minyak dalam air dalam waktu singkat membentuk cincin air disekeliling tetesan.
f) Metode warna
Beberapa tetes larutan bahan pewarna lain ( metilen ) dicampurkan ke
dalam contoh emulsi. Jika selurih emulsi berwarna seragam maka emulsi yang
diuji berjenis minyak dalam air, oleh karena air adalah fase luar. Sampel yang
diuji bahan warna larut sudan III dalam minyak pewarna homogen pada sampel
berarti sampel tipe air dalam minyak karena pewarna pelarut lipoid mampu
mewarnai fase luar.

g) Penentuan Bobot Jenis


Penentuan bobot jenis suatu emulsi dengan cara menggunakan alat yaitu
piknometer
(𝑧𝑎𝑡+𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜)−(𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑧𝑎𝑡 = (𝑎𝑖𝑟+𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜)−(𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑎𝑛𝑔)
h) Penentuan pH
Penentuan pH suatu emulsi dilakukan dengan cara diukur menggunakan
pH meter. Emulsi minyak ikan dituangkan ke dalam wadah khusus pada pH meter
secukupnya. Tunggu hingga pH meter menunjukkan posisi tetap, pH yang
ditampilkkan pada layar digital pH meter dicatat.

HASIL DAN PEMBAHASA


A. Pengujian Raw Material

B. Pembuatan Emulsi Minyak ikan


NO PENGAMATAN DAN PEMBUATAN
1. Preparasi bahan
2 Pembuatan mucilago
3
4
5
6
7
8

Anda mungkin juga menyukai