DI SUSUN OLEH:
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan.
Pembuatan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, serta data-data penulis
peroleh dari beberapa sumber dan pemikiran yang penulis gabungkan sehingga menjadi sebuah
makalah yang semoga dapat bermanfat bagi pembaca.
Penulis menyadari akan kelemahan dsn kekurangan dari makalah ini. Oleh sebab itu,
penulis membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar makalah ini akan
semakin baik sajiannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Obat Pelumpuh Otot ............................................................................................ 2
2.2 Obat Analgetik ..................................................................................................... 9
2.3 Obat Sedasi .......................................................................................................... 16
2.4 Obat Emergency................................................................................................... 23
2.5 Obat Antiangina ................................................................................................... 28
2.6 Obat Antiaritmia .................................................................................................. 32
2.7 Obat Anti Koagulasi ............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan atau emergency adalah hak asasi setiap orang dan
merupakan kewajiban yang harus dimiliki semua orang. Dimana pasien yang gawat darurat
mendapatkan hak untuk diberikan suatu pengobatan sebagai penunjang hidupnya. Apalagi jika
pasien hanya mampu hidup dengan bantuan alat kesehatan khusus yang berada pada ruang yang
khusus maupun tergantung pada obat-obatan, sudah seharusnya tenaga kesehatan memberikan
apa yang pasien butuhkan termasuk pemberian obat.
Obat yang diberikan pada pasien gawat darurat merupakan obat-obatan emergency . Obat
emergency adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau untuk
resusitasi/life support.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Succinil Cholin menempatkan reseptor kolinergik nikotinik sub unit alfa dan bekerja
seperti asetikolin (mendepolarisasi membran post jungtion). Hambatan neuromuskuler terjadi
karena membran post sinaps tidak dapat memberikan respons pada pelepasan asetilkolin
berikutnya yang disebut juga hambatan fase I. Succinil Cholin menyebabkan keluarnya kalium
dari sel yang akan meningkatkan K plasma 0,5 meq/L
Succinil Cholin dosis tunggal besar(>2mg/kgBB), dosis ulangan atau infus kontinyu lama
akan menyebabkan membran post sinap kehilangan respon normal pada asetilkolin menyebabkan
blok fase II
Karakteristik Blok Fase I
Penurunan respon kontraksi pd stimulus twitch tunggal
Penurunan amplitudo tapi responnya lama pada rangsang kontinyu
Rasio TOF > 0,7
Tidak ada post tetanik fasilitasi
Hambatan bertambah dengan antikolinesterase
Blok fase I disertai fasikulasi karena depolarisasi membran post sinaps
2
Dapat dicoba dengan Endrofonium (antikolinesterase) 0,1-0,2mg/kgBB iv, bila terdapat
perbaikan transmisi blokade bukan kare na Succinil Cholin.
3
Berdasarkan lama kerja, maka pelumpuh otot non depolarisasi dibagi menjadi kerja panjang,
sedang, dan pendek : 1.
Dosis Awal Dosis Rumatan Durasi EFEK SAMPING
(mg/kg) (mg/kg) (menit)
Nondepol
Intermediate
Gallamin 4-6 0,5 30-60 Histamin +, hipotensi
Atrakurium 0,5-0,6 0,1 20-45 Aman untuk hepar
Vekuronium 0,1-0,2 0,015-0,02 25-45
Rokuronium 0,6-0,1 0,10-0,15 30-60
Cistacuronium 0,15-0,20 0,02 30-45 Isomer Atrakuronium
Nondepol Short
Acting
Mivakurium 0,20-0,25 0,05 10-15 Histamin +, hipotensi
Ropacuronium 1,5-2,0 0,3-0,5 15-30
Depol Short
Acting
Suksinilkolin 1 3-10
4
Tubokurarin Klorida (Kurarin)
Merupakan alkaloid kuartener, suatu derivat isoquinolin yang berasal dari tanaman tropis
Chondronderon tomentosum.Pada dosis terapeutik menyebabkan kelumpuhan otot mulai dengan
ptosis , diplopia, otot muka, rahang, leher, dan ekstremitas. Paralisis otot dinding abdomen dan
diafragma terjadi paling akhir. Lama paralisis bervariasi antara 15-50 menit 2.
Sifat : Blokade ganglion simpatis, dilatasi kapiler, inotropik negatif.
Kontra indikasi : Asma bronchial, Renal disfungsi, Myastenia gravis, Diabetes melitus,
Hipotensi
Dosis : paralisis otot intraaabdominal : 10-15mg
intubasi trakea : 10-20mg.
Cara pemberian : IV / IM
Efek samping : hipotensi dan bradikardia
Reaksi samping utama:
Kardiovaskuler : Hipotensi, vasodilatasi, takikardi sinus, bradikardi sinus.
Pulmoner : Hipoventilasi, apneu, bronkospasme, laringospasme, dispneu.
Muskuloskelet : apabila tidak adekuat, akan menyebabkan blok lama.
Dermatologik : Ruam, urtikaria.
Ekskresi : ginjal, kadang-kadang hepar.
Doksakurium
5
Pipekuronium
Merupakan steroid sintesis adalah obat pelumpuh otot non depolarisasi yang paling banyak
dipakai di Indonesia. Kemasan : ampul 2ml larutan yang mengandung pankuronium bromide
4mg. Mula kerja terjadi pada menit 2-3 untuk selama 30-40menit. Berikatan kuat dengan
globulin plasma dan berikatan sedang dengan albumin. Mempunyai efek kumulasi pada
pemberian berulang, karena itu dosis pemeliharaan/rumatan harus dikurangi dan waktu
pemberian harus diperpanjang. Pankuronium menyebabkan sedikit pelepasan histamine dan
hipertensi karena memiliki efek inotropik positif serta takikardia karena efek vagolitik.
Ekskresi : ginjal (60-80%) dan sebagian lagi empedu (20-40%)
Dosis : relaksasi otot : 0,08mg / kg BB/ IV (dewasa)
rumatan : ½ dosis awal.
intubasi trakea : 0,15mg /kg BB/ IV
Kontra indikasi : Hipertensi, Kelainan otot : malignant hyperthermia, Miastenia gravis
Reaksi samping utama :Kardiovaskular : Takikardia, hipertensi, Pulmoner : Hipoventilasi, apneu,
bronkospasme, Alergik : kemerahan, syok anafilaktik
6
Galamin (flaxedil)
Obat pelumpuh otot non depolarisasi sintetik. Kemasan : ampul 2ml atau 3ml larutan 4%.
Larutan dapat dicampur dengan thiopental. Lama kerja obat Berkisar 15-20 menit. Mula kerja
sangat berhubungan dengan aliran darah otot. Mempunyai efek yang lemah pada ganglion saraf
dan tidak menyebabkan pelepasan histamine. Memiliki sifat seperti atropine yaitu menyebabkan
takikardia walaupun pada dosis kecil (20mg). Karena itu galamin cukup baik dipakai bersama
anestetik halotan. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi, tetapi ringan. Galamin dapat menembus
sawar darah plasenta, tetapi tidak sampai mempengaruhi kontraksi uterus.
Ekskresi : ginjal dan sebagian kecil empedu.
Penggunaan klinik : Memudahkan intubasi trakea. Dosis : 80-100mg IV ditunggu selama 2-
3menit.
Relaksasi pembedahan. Dosis : 2mg / kg BB / IV. Pada dosis sebesar 40mg jarang sampai
menimbulkan paralisis diafragma dan pasien dapat tetap bernapas spontan walaupun sebagian
otot rangka mengalami kelumpuhan. Teknik seperti ini sering dipakai untuk prosedur
ginekologik. Sebagai profilaksis bradikardia selama anesthesia umum, misalnya pada
pembedahan bola mata.
Kontra indikasi : Pasien dengan takikardia
Reaksi samping utama : Kardiovaskuler : Takikardi, Aritmia, Hipotensi. Pulmoner :
Hipoventilasi, Apneu. Muskuloskelet : Blok tidak adekuat, blok yang diperpanjang.7
Merupakan sintetik toksiferin, suatu alkaloid dari tanaman Strychnos toksifera. Kemasan :
ampul 2ml yang mengandung 10mg Alkuronium klorida. Larutan tidak dapat dicampur
thiopental. Mula kerja terjadi pada menit ke 3 untuk selama 15-20menit. Tidak bersifat pelepas
histamine jaringan, tetapi dapat menghambat ganglion simpatik sehingga dapat menyebabkan
hipotensi terutama pada pasien dengan penyakit jantung. Dapat berpotesiensi ringan dengan
N2O-tiopental-narkotik. 2.
Dosis relaksasi pembedahan : 0,15mg / kg BB / IV dewasa. 0,125-0,2 mg / kg BB / IV anak-
anak. Dosis intubasi trakea : 0,3 mg/ kg BB / IV
Ekskresi : ginjal (70%) dalam bentuk utuh dan sebagian kecil melalui empedu.
7
Atrakurium Besilat (tracrium)
Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relatif baru yang mempunyai
struktur bensilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice leontopeltalum Keunggulan
atrakurium dibanding obat terdahulu : Metabolisme terjadi di dalam darah (plasma) terutama
melalui suatu reaksi kimia unik yang disebut eliminasi Hoffman. Reaksi ini tidak tergantung dari
fungsi hati dan ginjal.
Kemasan : ampul 5ml mengandung 50mg atrakurium besilat. Stabilitas larutan sangat
bergantung penyimpanan pada suhu dingin dan perlindungan terhadap penyinaran. Mula dan
lama kerja atrakurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada umumnya mula kerja
atrakurium pada dosis intubasi adalah 2-3menit. Sedangkan lama kerja dengan dosis relaksasi
adalah 15-35menit. 2.
Dosis : intubasi : 0,5-0,6mg / kg BB/ IV
relaksasi otot : 0,5-0,6 mg / kg BB / IV
pemeliharaan : 0,1-0,2 mg / kg BB / IV
Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah lama kerja obat berakhir)
atau dibantu dengan pemberian anti kolinesterase. Atrakurium merupakan obat pelumpuh otot
non depolarisasi terpilih untuk pasien geriatric atau dengan kelainan jantung, hati, dan ginjal
yang berat.
Reaksi samping utama:
Kardiovaskuler : Hipotensi, vasodilatasi, takikardi sinus, bradikardi sinus.
Pulmoner : Hipoventilasi, apneu, bronkospasme, laringospasme, dispneu.
Muskuloskelet : apabila tidak adekuat, akan menyebabkan blok lama.
Dermatologik : Ruam, urtikaria. 7.
Vekuronium (nocuron)
Obat pelumpuh otot non depolarisasi yang baru dan homolog pankuronium bromide yang
berkekuatan lebih besar dengan lama kerja yang singkat. Tidak memiliki efek kumulasi pada
pemberian berulang atau kontinyu per infuse. Tidak menyebabkan perubahan fungsi
kardiovaskuler yang bermakna.
8
Kemasan : ampul berisi bubuk vekuronium 4mg. Pelarut yang dipakai antara lain akuades,
garam fisiologis, RL, atau D5% sebanyak 2ml.
Dosis : 0,1mg / kg BB / IV
Mula kerja terjadi pada menit 2-3 dengan lama kira-kira 30menit.
Reaksi samping utama :
Kardiovaskular : bradikardia.
Pulmoner : Hipoventilasi, apneu. 7.
Mivacurium
Merupakan pelumpuh otot kerja pendek/singkat yang dihidrolisa oleh kolin esterase
plasma dengan kecepatan yang ekuivalen pada 88% dari Succinil Cholin.
Dosis : 80 ug/kgBB onset 2-3 menit durasi 12-20 menit
Durasi dari mivakurium 2 x Succinil Cholin atau 30-40% dari non depol intermediate.
Blokade pada penderita chirosis hepatis mempunyai onset yang sama tetapi mengalami
pemanjangan pada durasi.
.
9
o Kondisi: Pemasangan ring
Dewasa: 325 mg, 2 jam sebelum tindakan dilakukan, dilanjutkan dengan 160-325 mg per
hari pasca pemasangan.
o Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang
Dewasa: 325-650 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 4000 mg per hari.
o Kondisi: Pemulihan pasca serangan jantung
Dewasa: 75-325 mg sekali sehari.
o Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis
Anak-anak: 80-100 mg/kgBB/hari, 5-6 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 130
mg/kgBB/hari pada kondisi akut.
o Kondisi: Nyeri atau peradangan pada sendi dan otot
Dewasa: Dosis awal adalah 2400-3600 mg per hari, dengan dosis yang dapat dibagi.
Dosis jangka panjang adalah 3600-5400 mg per hari.
10
o Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang (Obat rektal)
Anak-anak (Diberikan setiap 4-6 jam sekali, atau 4 kali sehari sesuai kondisi)
3 bulan - <1 tahun: 60-125 mg.
1-<5 tahun: 125-250 mg.
5-12 tahun: 250-500 mg
o Kondisi: Demam pasca imunisasi (obat oral atau rektal)
Anak-anak (2-3 bulan): 60 mg sekali sehari. Jika diperlukan, dosis kedua dapat diberikan
setelah 4-6 jam berikutnya
Analgetik-antipiretik jenis Obat Antiinflamasi Non Steroid (OAINS)
Ibuprofen
Merek dagang Ibuprofen: Arfen, Brufen, Farsifen, Iprox, Proris, Prosinal, Spedifen,
Arthrifen, Bufect, Farsifen, Ostarin, Prosic, Rhelafen, Yariven
o Kondisi: Demam
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau
2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak (6 bulan-12 tahun): 10 mg/kgBB per kali pemberian, 2-3 kali sehari. Dosis
maksimal adalah 40 mg/kgBB per hari.
o Kondisi: Nyeri ringan hingga sedang
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau
2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak: 4-10 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 2-3 kali sehari.
o Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis
Anak-anak: 30-40 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3-4 kali sehari. Dosis maksimal
adalah 2400 mg per hari.
o Kondisi: Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
Dewasa: 400-800 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 3200 mg per hari.
o Kondisi: Nyeri haid
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau
2400 mg dalam pengawasan dokter
11
Naproxen
Merek dagang Naproxen: Xenifar
o Kondisi: Nyeri haid, nyeri sendi dan otot
Dewasa: diawali 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6-8 jam. Dosis maksimal adalah 1100
mg per hari.
o Kondisi: Nyeri sendi akibat penyakit asam urat
Dewasa: Dosis awal adalah 750 mg, dan dilanjutkan dengan 250 mg per 8 jam.
o Kondisi: Juvenile idiopathic arthritis
Anak-anak >5 tahun: 10 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 kali jadwal konsumsi
Ketoprofen
Merek dagang Ketoprofen: Altofen, Lantiflam, Nazovel, Pronalges, Rhetoflam,
Kaltrofen, Nasaflam, Profika, Remapro, Profenid
o Kondisi: Nyeri dan peradangan
Dewasa: 25-50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 300 mg per hari.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat rektal)
Dewasa: 100 mg setiap malam, atau 2 kali sehari. Dosis maksimal bersamaan dengan
obat oral adalah 200 mg per hari.
o Kondisi: Pereda nyeri (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 2,5% ke bagian yang nyeri, 2-4 kali sehari selama 10
hari.
Etodolac
Merek dagang Etodolac: Lonene
o Kondisi: Pereda nyeri
Dewasa: 200-400mg, 2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1000 mg per hari.
o Kondisi: Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
Dewasa: 600-1000 mg per hari dengan pembagian dosis sesuai respon tubuh
12
o Diclofenac
Merek dagang Diclofenac: Diclofenac potassium, X-flam, Neo rheumacyl anti
inflamation, Erphafalm, Exaflam, Diklovit, Cataflam, Mezac 50, Aclonac, Gratheos,
Klotaren, Potaflam 50, Flamar, Voltadex, Kadiflam, Raost, Dicloflam, Flazen, Neuralgin
rhema, Neurofenac, Nichoflam, Zelona, Laflanac, Voltados 50, Volten, Galtaren,
Fenavel, Fenaren, Kaflam, Voren, Renadinac, Voltaren, Genflam 50, Divoltar,
Miracloven, Imoren, Megatic, Scanaflam, Scantaren 50, Flamigra, Samcofenac 50,
Natrium diklofenak, Aclonac, Xepathritis, Eflagen, Potazen, Matsunaflam 50, Kemoren
50, Nilaren, Difelin, Scantaren gel Prostanac 50, Nadifen, Merflam, Inflam 50,
Voltaflam, Anuva, Atranac, Bufaflam, Proklaf, Deflamat, Flamenac, Kaditic 50, Valto
forte, Elithris 50, Catanac, Yariflam, Voltasic, Zegren 50, Voren
o Kondisi: Migrain
Dewasa: 50 mg saat terjadi serangan, dan 50 mg setelah 2 jam. Jika diperlukan, dosis
dapat diulang setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 200 mg per hari.
o Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid
Dewasa: 75-150 mg per hari, dengan dosis yang dibagi sesuai kondisi pasien. Dosis
maksimal adalah 150 mg per hari.
o Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid (Obat Rektal)
Dewasa: 100 mg sekali sehari.
o Kondisi: Actinic keratosis (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 3% pada kulit, 2-3 kali sehari selama 60-90 hari.
o Kondisi: Osteoarthritis (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% pada daerah yang nyeri, 4 kali sehari. Dosis
maksimal adalah 32 g per hari.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% di daerah yang nyeri, 3-4 kali sehari.
o Kondisi: Peradangan pasca operasi mata (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 4 kali sehari, setelah 24 jam pasca
operasi, selama 28 hari.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan pasca operasi mata juling (Obat tetes mata)
13
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 1-4 kali sehari pada minggu pertama, 3
kali sehari pada minggu kedua, 2 kali sehari pada minggu ketiga, dan bila masih
diperlukan pada minggu keempat.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan pasca operasi kornea radial keratotomy (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes sebelum operasi dan 1 tetes langsung
setelah operasi. Lanjutkan dengan penggunaan 1 tetes, 4 kali sehari, selama 2 hari.
o Kondisi: Nyeri pasca trauma (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes 4 kali sehari, selama 2 hari.
o Kondisi: Pengobatan peradangan pasca argon laser trabeculoplasty (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum prosedur,
dan 1 tetes empat kali sehari selama 7 hari setelahnya.
o Kondisi: Persiapan intra-operative miosis (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum operasi.
o Kondisi: Nyeri pasca tindakan photorefractive keratectomy (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 2 kali 1 tetes selama 1 jam sebelum tindakan
dan 2 kali 1 tetes setiap 5 menit setelah tindakan. Lanjutkan dengan meneteskan setiap 2-
5 jam selama 24 jam pasca tindakan
Piroxicam
Merek dagang Piroxicam: Ovtelis, Novaxicam, Piroxicam, Feldene, Selmatic, Fleroxi,
Xicalom, Faxiden, Artimatic 20, Rheficam, Denicam, Scandene, Tropidene, Roxidene
20, Licofel, Lexicam, Counterpain PXM, Lanareuma, Wiros, Kifadene, Pirofel,
Omeretik, Triadene 20, Maxicam, Miradene, Infeld, Rosic, Benoxicam 20, Feldco,
Grazeo 10, Grazeo 20, Samrox 20, Rexil, Yasiden, Campain, Rodene 20
o Kondisi: Ankylosing spondylitis, Osteoarthritis, Rheumatoid arthritis
Dewasa: 20 mg sekali sehari, atau dibagi jika diperlukan.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel 0,5% pada area yang terasa nyeri, 3-4 kali sehari.
14
o Nabumetone
Merek dagang Nabumetone: Goflex
o Kondisi: Nyeri dan peradangan
Dewasa: 1000 mg setiap malam, dengan dosis tambahan 500-1000 mg yang dapat
diberikan pada pagi hari jika diperlukan. Dosis maksimal adalah 2000 mg per hari, dibagi
dalam 1-2 kali konsumsi. Pasien dengan berat badan dibawah 50 kg dan lansia disarankan
mengonsumsi maksimal 1000 mg per hari
Meloxicam
Merek dagang Meloxicam: Meloxicam, Cameloc, Flamoxi, Genxicam, Melogra, Artrilox,
Hufaxicam, Nulox forte, Oxcam, Melet, Relox, Flasicox 15, Melocid, Ostelox, Loxil,
Melicam, Hexcam, Nucoxi 7.5, Loximei, Denilox, Arimed, Futamel, Mecox, Mexpharm,
Movi-cox, Moxam, X-cam, Rhemacox, Mixlocon, Mobiflex, Mevilox, Meloxin, Moxam,
Artocox, Movix
o Kondisi: Osteoarthritis
Dewasa: 7,5 mg sekali sehari, dengan dosis maksimal 15 mg per hari.
o Kondisi: Rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis
Dewasa: 15 mg sekali sehari.
Lansia: 7,5 mg sehari, untuk jangka panjang.
o Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis
Anak (2 tahun ke atas): 0,125 mg/kgBB sekali sehari, dengan dosis maksimal 7,5 mg per
hari
Ketorolac
Merek dagang Ketorolac: Ketorolac, Torasic, Redupain, Metopain, Toramine, Trolac,
Ketoflam, Rindopain, Erphapain, Scelto, Ketosic, Etofion, Lactopain, Lactor, Quapain,
Ketopain, Ketrobat 30, K-pain, Matolac, Xevolac, Dolac, Rativol, Teranol, Latorec,
Lactorec 30, Ropain, Farpain, Rolac, Erphain, Acular, Remopain, Lantipain, Latrol,
Ketrobat, Torgesic, Quapain, Rindopain, Topidol
o Kondisi: Nyeri pasca operasi
15
Dewasa: 20 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10mg setiap 4-6 jam. Dosis
maksimal adalah 40 mg per hari, selama 5 hari.
Lansia: 10 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10 mg setiap 4-6 jam. Dosis
maksimal adalah 40 mg per hari.
o Kondisi: Gatal akibat konjungtivitis alergi (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5% pada mata yang mengalami peradangan, 4 kali
sehari.
o Kondisi: Pasca operasi katarak (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5%, 4 kali sehari selama 24 jam pasca operasi, dapat
diteruskan hingga 1-2 minggu setelahnya.
Asam mefenamat
Merek dagang Asam menefamat: Allogon, Datan, Femisic, Maxstan, Pehastan, Ponstan,
Tropistan, Asimat, Dogesic, Lapistan, Mefinal, Poncofen, Solasic
o Kondisi: Nyeri sedang hingga berat, sakit gigi, nyeri pasca operasi, rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, dan nyeri haid.
Dewasa: 500 mg, 3 kali sehari.
Anak-anak usia > 6: 25 mg/kgBB per hari
Bagi yang membutuhkan penanganan dengan menggunakan obat-obatan analgetik-
antipiretik dalam bentuk suntik, dosis akan disesuaikan oleh dokter di klinik atau rumah
sakit sesuai kondisi pasien.
Benzodiazepine adalah golongan obat penenang atau sedatif yang digunakan untuk
membantu dalam menenangkan pikiran dan melemaskan otot-otot. Benzodiazepine digunakan
sebagai pengobatan pada kondisi-kondisi, seperti:
Gangguan kecemasan
Serangan panik
Obat penenang sebelum operasi
16
Insomnia
Otot tegang (muscle spasm)
Kejang
Sindrom ketergantungan alkohol
Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi sistem saraf pusat, yang akan membuat saraf otak
menjadi kurang sensitif terhadap rangsangan, sehingga menimbulkan efek yang menenangkan.
Peringatan:
Ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita yang memiliki rencana untuk hamil disarankan
untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat-obatan
golongan benzodiazepine.
Harap berhati-hati dalam menggunakan benzodiazepine jika mengalami gangguan ginjal,
gangguan hati, depresi atau memiliki keinginan untuk bunuh diri, gangguan saluran
pernapasan menahun (kronis), myasthenia gravis, sleep apnea, glaukoma, atau memiliki
riwayat kecanduan alkohol serta penyalahgunaan NAPZA.
Hindari pemakaian benzodiazepine bersama dengan obat penghambat CYP3A4, seperti
ketoconazole atau itraconazole.
Diskusikan kembali dengan dokter mengenai manfaat dan risikonya jika obat digunakan
untuk waktu yang lama, karena dapat menimbulkan ketergantungan obat.
Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obat lainnya, termasuk suplemen dan
produk herba.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Efek Samping Benzodiazepine
Reaksi obat pada tiap orang berbeda-beda. Efek samping yang mungkin dapat timbul
setelah menggunakan obat-obatan golongan benzodiazepine:
Mengantuk, Pusing, Linglung, Lemas, Gangguan ingatan, Gangguan keseimbangan
tubuh, Akathisia (gangguan gerak tubuh), Kejang, Mual, Muntah, Konstipasi, Mulut
kering, Berat badan naik, Nafsu makan sulit dikendalikan, Nafsu seksual menurun,
Tertekannya sistem pernapasan, Tekanan darah menurun drastis, Keinginan untuk bunuh
diri.
17
Jenis-jenis, Merek Dagang, serta Dosis Benzodiazepine
a) Alprazolam
Merek dagang Alprazolam: Alprazolam 0,5, Alviz, Apazol, Atarax, Calmet, Frixitas,
Opizolam, Xanax
Serangan panik
Dewasa (tablet biasa): Dosis awal adalah 0,5 mg, 3 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan
secara bertahap hingga 1 mg tiap 3-4 hari. Pada kondisi parah, dosis maksimal adalah 10
mg perhari.
Dewasa (tablet pelepasan lambat/ extended release): 0,5-1 mg, 1 kali sehari. Dosis bisa
ditingkatkan tiap 3-4 hari, maksimal 3-6 mg per hari.
Lansia: Dosis awal adalah 250 mcg, 2-3 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan secara
bertahap jika diperlukan.
b) Chlordiazepoxide
Merek dagang Chlordiazepoxide: Analsik, Braxidin, Cliad, Clixid, Librax, Melidox,
Sanmag
Muscle spasm
Dewasa: 10-30 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis.
18
Insomnia
Dewasa: 10-30 mg per hari, dikonsumsi sebelum tidur malam.
c) Clobazam
Merek dagang Clobazam: Anxibloc, Asabium, Clobazam, Clofritis, Frisium, Proclozam
d) Clonazepam
Merek dagang Clonazepam: Clonazepam, Riklona 2, Rivotril
19
Epilepsi
Dewasa: Dosis awal adalah 1 mg, yang diberikan tiap malam. Dosis dapat ditingkatkan
setelah 2-4 minggu, maksimal 20 mg per hari.
Anak usia 10 tahun ke bawah atau berat badan kurang dari 31 kg: 0,01-0,05 mg/kgBB per
hari, yang dibagi menjadi 2-3 dosis. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 0,25-0,5 setelah 3
hari, sampai kejang bisa dikontrol.
Lansia: 0,5 mg, yang dikonsumsi pada malam hari, selama 4 hari.
e) Diazepam
Merek dagang Diazepam: Diazepam, Neurindo, Neurodial, Neuroval, Opineuron,
Potensik, Proneuron, Stesolid, Valdimex, Valisanbe
Insomnia
Dewasa: 5-15 mg, yang dikonsumsi sebelum tidur malam.
Anak-anak: 1-2,5 mg, 3-4 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan jika diperlukan.
Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa.
Muscle spasm
Dewasa: 2-15 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis. Dosis bisa ditingkatkan hingga
60 mg per hari jika disertai kondisi lainnya, misalnya cerebral palsy.
Anak-anak: 2-40 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis.
Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa.
Kejang
Dewasa: 2-60 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis.
Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa.
20
Obat penenang sebelum tindakan operasi
Dewasa: 5-20 mg.
Anak-anak: 2-10 mg.
Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa
f) Estazolam
Merek dagang Estazolam: Alena, Esilgan
g) Lorazepam
Merek dagang Lorazepam: Ativan, Lorazepam, Loxipaz, Merlopam, Renaquil
21
Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa
Insomnia
Dewasa: 1-2 mg, dikonsumsi sebelum tidur.
Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis di atas.
h) Midazolam
Merek dagang Midazolam: Anesfar, Dormicum, Fortanest, Hipnoz, Midazolam-Hameln,
Miloz, Sedacum
22
2.4 Obat Emergency
1) Epinephrin
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau syok
anfilaktik, hipotensi.
Sediaan: Obat injeksi dalam ampul 1:1000 dan 1:10.000
Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 3–5 menit, dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok
anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi
bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg =
1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 μg/mnt dititrasi sampai
menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 μg/mnt
Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor α adrenergic dan meningkatkan aliran
darah ke otak dan jantung
3) Sulfas Atropin
Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim
konduksi AtrioVentrikuler
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok
derajat II tipe 2 atau derajat III, keracunan organopospat (atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg
BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg. dapat diberikan
23
intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi
10 cc
4) Dopamin
Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah
jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
Sediaan: 250 mg/5 ml dalam flacon
Indikasi: gagal jantung
Dosis 2-10 μg/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2 ampul
dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa
5) Magnesium Sulfat
Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel takikardi,
keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia
Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan selama
5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
6) Morfin
Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest.
Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 – 30 menit
7) Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk
mengurangi edema cerebri
24
9) Kalsium gluconat/Kalsium klorida
Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot jantung
terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi
akibat darah donor yang disimpan lama
Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip
Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida.
Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat
10) Furosemide
Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah hipotensi, dehidrasi
dan hipokalemia
Dosis 20 – 40 mg intra vena
11) Diazepam
Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus
Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.
12) Dobutamin
Efek: merupakan ionotropik kuat, menaikkan laju HR dan menguatkan kontraksi melalui
efek simpatis reseptor beta jantung, meningkatkan CO
Dosis; larutkan 250 mg dalam 250-1000 ml D5% dan mulai dengan dosis 2,5 mg/kg BB
per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan. Walaupun dapat diberikan levat
vena tepi yang besar tapi yang terbaik lewat vena sentral, dapat juga melalui syring
pump.
Lama kerja: beberapa menit
Efek samping: takikardi, hipertensi, aritmia, iskhemi jantung
Peringatan: pemberian lewat infuse harus dimonitor dengan ketat dan diberikan nlewat
vena sentral
Indikasi: syok yang berhubungan dengan CHF, AMI, CKD
25
Dosis:
Ringan: 2-5 mcg/kg BB/mnt. Mengaktifkan reseptor dopaminergik, menjadikan
vasodilatasi ginjal, koroner dan serebral
Sedang: 5-10mcg/kgBB/mnt. Mengaktifkan beta reseptor sehingga dapat meningkatkan
kontraktilitas tekanan darah dan CO.
Berat: >10mcg/kgBB/mnt. Mengaktifkan reseptor alfa, membuat vasokonstriksi
pembuluh darah. Rumus; dosis x BB x 60
jumlah mcg/cc
13) Heparin
Efek: merupakan antikoagulan potan yang bekerja terhadap potensiasi terhadap beberapa
faktor koagulan termasuk thrombin dan faktor x. efektifitasnya dapat diukur secara
laboratories yaitu APTT
Sediaan: 2500UI/ml dalam 5 ml (vial), 100 unit=1 mg.
Indikasi; prevensi dan pengobatan thrombosis vena dalam, prevensi thrombus pada katub
protetic dan untuk pengobatan emboli pulmonum. Untuk efek terapi dapat dicek APTT
1,5-2 kali harga normal.
Dosis; Iv: 5000Unit diikuti dengan infuse 40.000 unit/24 jam, atau 10.000 unit tiap 6
bulan; SC: 5000 unit sebelum pembedahan kemudian 5000 unit setiap 8-12 jam.
Lama kerja: 4-6 jam
14) Aminophilylline
Efek: Bronkodilatasi, chronotropic (mempengaruhi denyut miokard) dan inotropic ringan,
diuretic ringan
Sediaan: 250 mg dalam 10ml, ampul
Indikasi: Bronkodilatasi karena berbagai sebab, termasuk gagal jantung kongestif
Dosis:
IV: 4 mg/kgBB dalam 15 menit
Infus: Berikan dosis bolus diikuti infus 0,5 mg/kgBB/jam, kurang dosis pada usia lanjut,
chirrosis hepatis atau gagal hepar atau penderita dengan pengobatan crythromcin atau
cimetidine
Oral: 100-300 mg 3-4 kali sehari
26
Rectal: 360 mg suppositoria 1-2 kali sehari
Lama kerja: 6-15 jam
Efek samping: Aritmia, muntah, diuresis, merangsang SP
15) Digoxin
Efek: menurunkan kecepatan konduksi impuls yang melalui nodus arttrioventrikularis.
Meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropic positif)
Sediaan: Injeksi: 250 mg/ml dalam ampul. Tablet: 62,5 mg, 125 mg
Indikasi: aritmia supraventrikuler, atrial fibrilasi, gagal jantung
Dosis:
IV: 0,5 mg dalam 15 menit dan diulang setelah 6 jam kemudian dilanjutkan pemberian
peroral.
Oral: Untuk digitalis cepat mulai dengan 0,75-1,5 mg diikuti dengan 0,25 mgsetiap 6 jam
sampai fibrilasi terkontrol. Dosis pemeliharaan: 0,25-0,5 mg/hari. Untuk digitalisasi
lambat mulai dengan 0,25-0,75 mg/hari sampai terjadi perbaikan kemudiandosis
dituunkan. Level digoxin dalam darah 1-2 mg/liter(therapeutik)
Lama kerja: Half life: 34-51 jam dan lebih lama pada gagal ginjal
Efek samping: Pada pasien dengan insufisiensi renal atau hipokalemia biasanya lebih
mudah terjadi keracunan digoxin dengan gejala: mual, muntah, aritmia (supraventikuler,
bradikardia, dan block) Ginecomastia (sangat jarang)
Perhatian: pemebrian digoxin intravena harus pelan atau perinfus dan hanya pada situasi
darurat. Dosis harus diturunkan bila pasien telah mendapat obat glikoside jantung yang
lain dalam waktu 72 jam sebelumnya
16) Ephedrine
Efek: merupakan obat vasopressor dan menyebakan vasokonstriksi pembuluh darah,
meningkatkan laju denyut nadi dan kontraktilitas melalui reseptor alpha dan beta
sehingga menaikkan TD dan CO, juga merupakan bronkodilator ringan
Sediaan: 50 mg/ml dalam ampul
Dosis: 5-10 mg iv, dapat diulang sesuai kebutuhan
27
Indikasi: hipotensi karena vasodilatasi. Pemberian cairan harus selalu dilakukan sebelum
menggunakan vasopressor. Aman digunakan pada penderita yang sedang hamil karena
tidak menurunkan aliran darah plasenta.
Lama kerja: 10-30 menit
Efek samping: hipertensi, aritmia, iskemik miokard, stimulasi SSP
Perhatian: hati-hati pada penderita iskemik
17) Labetalol
Efek: Merupakan antagonis reseptor beta sistem saraf simpatis. Menyababkan lambatnya
laju denyut nadi, dan menurunkan kekuatan kontraksi. Juga pada reseptor alpha sehingga
terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Akibatnya akan terjadi penurunan tekanan darah.
Indikasi: Hipertensi, aritmia supraventrikular
Sediaan: 0,5% dalam 20ml ampul
Dosis: IV: 10 -20 mg maksimum
Infus: 20 mg/jam, dapat dinaikkan maksimum 150 mg/jam
Oral: 100-200 mg, 2xsehari
Efek samping: kelebihan cairan, gagal ginjal menetap.
Isosorbide dinitrate (ISDN) adalah obat golongan nitrat yang digunakan untuk mencegah
dan mengobati angina pada penderita penyakit jantung koroner. Obat ini bekerja dengan
melebarkan pembuluh darah agar aliran darah ke otot jantung lancar. ISDN tersedia dalam
beberapa bentuk. Bentuk obat tablet sublingual dan suntikan merupakan bentuk obat yang
digunakan untuk mengobati angina.
Merek dagang: Cedocard, Farsorbid, Gasorbid, Isoket Retard, Isorbid, Isosorbide Dinitrate.
28
Dosis Isosorbide Dinitrate
Dokter akan menyesuaikan dosis ISDN dengan kondisi, usia, serta respons pasien terhadap obat
ini. Berikut adalah dosis ISDN bagi orang dewasa yang umumnya disarankan:
Tujuan Pemberian Bentuk Obat dan Dosis
Mencegah angina Tablet minum: 20-120 mg/hari dan dapat ditingkatkan sesuai respons
pasien terhadap obat. Dosis maksimum per hari adalah 240 mg.
Mengobati angina Tablet sublingual: 2.5-10 mg yang diletakan di bawah lidah.
Gagal jantung Tablet minum: 30-160 mg/hari. Dosis maksimum per hari adalah 240 mg.
Tablet sublingual: 5-10 mg tiap 2 jam sekali.
Gliseril Trinitrat
Isosorbid Dinitrat
29
Dosis:
Sublingual, 5-10 mg.
Oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg; gagal jantung kiri 40-160 mg, sampai
240 mg bila diperlukan.
Infus intravena, 2-10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam mungkin diperlukan.
Isosorbid Mononitrat
Pentaeritriol Tetranitrat
Merupakan obat pilihan untuk angina pectoris karena memiliki efek vasodilator
dan menurunkan tahanan perifer. Selain itu juga digunakan untuk terapi aritmia dan hipertensi.
Jenis Calcium Antagonis:
Amlodipin
30
Diltiazem Hidroklorida
Felodipin
31
Dosis:
hipertensi, dosis awal 5 mg (usia lanjut 2,5 mg) sehari pada pagi hari; dosis penunjang
lazim 5-10 mg sekali sehari; jarang diperlukan dosis di atas 20 mg sehari.
Angina, dosis awal 5 mg sehari pada pagi hari, jika perlu tingkatkan sampai 10 mg sekali
sehari.
Isradipin
Indikasi : hipertensi.
Peringatan : sindrom sinus (jika penggunaan pacemaker tidak sesuai); hindari minuman
grapefruit (dapat mempengaruhi metabolisme); kurangi dosis pada gangguan fungsi ginjal atau
hati; kehamilan
Kontraindikasi : syok kardiogenik; stenosis aorta sempit atau simptomatik; penggunaan dalam 1
bulan setelah serangan infark miokard; angina tidak stabil, menyusui (lampiran 5).
Efek Samping : sakit kepala, wajah memerah, pusing, takikardi dan palpitasi, edema perifer
terlokalisir; hipotensi, tidak lazim; jarang terjadi, berat badan bertambah, letih, rasa tidak nyaman
pada abdomen, ruam kulit.
Dosis:
2,5 mg dua kali sehari (1,25 mg dua kali sehari pada lansia, gangguan fungsi ginjal atau hati);
jika perlu dapat ditingkatkan setelah 3-4 minggu menjadi 5 mg dua kali sehari (hingga 10 mg dua
kali sehari); dosis penunjang 2,5 atau 5 mg satu kali sehari.
32
Peringatan:
Wanita hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan disarankan untuk
berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu mengenai manfaat dan risiko menggunakan obat
antiaritmia.
Waspadai munculnya keluhan pusing setelah menggunakan obat ini. Pasien bisa bergerak
secara perlahan-lahan beberapa saat usai menggunakan obat antiaritmia untuk
mengurangi rasa pusing.
Hindari mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan alat berat selama mengonsumsi
obat ini.
Batasi konsumsi makanan yang mengandung garam dan cukupi asupan cairan, agar tidak
menimbulkan penumpukkan cairan di salah satu bagian tubuh.
Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lainnya, termasuk herba atau
suplemen yang dapat menyebabkan interaksi obat tidak diinginkan.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
33
Propafenone
Propranolol
Amiodarone
Tablet
Dewasa: dosis awal 200 mg, 3 kali sehari, untuk satu minggu. Dosis selanjutnya bisa
dikurangi menjadi 200 mg, 2 kali sehari, diturunkan perlahan hingga kurang dari 200 mg
per hari.
Lansia: Dosis akan dikurangi dari dosis dewasa.
34
Diltiazem
Verapamil
35
Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan antikoagulan
Warfarin
Fondaparinux
Kondisi: DVT
Dosis: 5-10 mg satu kali sehari disesuaikan dengan berat badan.
Rivaroxaban
36
Kondisi: Pengobatan DVT dan emboli paru.
Dosis: 15 mg dua kali sehari selama 3 minggu. Setelah itu diikuti dengan 20 mg satu kali
sehari untuk pengobatan lanjutan dan pencegahan kambuhnya penyakit.
Kondisi: Pencegahan komplikasi stroke dan penyakit emboli lain pada penyakit fibrilasi atrium.
Dosis: 20 mg satu kali sehari dan dikonsumsi pada sore hari.
Apixaban
Kondisi: Pencegahan komplikasi stroke dan penyakit emboli lain pada penyakit fibrilasi atrium
Dosis: 5 mg dua kali sehari. Usia ≥ 80 tahun dan berat badan ≤ 60 kg: 2,5 mg dua kali
sehari.
Enoxaparin
37
Pasien yang direncanakan pasang ring akan ditambahkan dosis 300 mcg/kgBB (30u/kgBB)
melalui IV yang diberikan saat tindakan, bila suntikan terakhir lebih dari 8 jam.
Usia ≥ 75 tahun: 750 mcg/kgBB (75 u/kgBB) dua kali sehari, dengan dosis maksimum 75 mg
(7.500 u) pada 2 suntikan pertama.
Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT akibat operasi (Subkutan)
Dewasa: 20-40 mg (2.000-4.000 u) sekali sehari selama 7-14 hari sampai pasien dapat
bergerak aktif, dosis pertama diberikan 10 jam-2 jam sebelum operasi. Untuk operasi
penggantian panggul, pengobatan dilanjutkan sampai 3 minggu setelah operasi dengan
dosis 40 mg (4.000 u) sekali sehari.
Anak: 500-750 mcg/kgBB (50-75 u/kgBB) dua kal sehari.
Nadroparin
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan manusia merupakan masalah yang dihadapi masing- masing individu untuk
mempertahankan dirinya agar selalu dalam keadaan sehat fisik, mental dan social. Seseorang
individu menginginkan dirinya baik keluarga maupun orang-orang disekitarnya sehat dari
berbagai penyakit atau kecacatan. Jika sampai merekapun sakit baik akibat dari factor biologis
maupun fisik maka langkah mereka adalah membawanya ke tenaga kesehatan. Sekalipun mereka
dalam kondisi yang gawat darurat maupun kritis, mereka tetap mencari dan butuh pengobatan
karena menginginkan untuk kesembuhan dan setidaknya menyelamatkan dari kematian .
3.2 Saran
Perawat harus mengetahui 6 hal yang benar dalam pemberian obat kepada pasien. Karena
hal itu berperan penting dalam kesuksesan perawat dalam pemberian obat
39
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 2. EGC: Jakarta
Rambe, A. 2004. Obat-obat Penyakit Serebrovaskuler. Available on: www.library.usu.ac.id
tanggal akses: 22 Mei 2008
Rokhaeni, H., Purnamasari, E., Rahayoe, A. 2001. Buku Ajar keperawatan Kardiovaskuler.
Bidang DIKLAT Harapan Kita: Jakarta
Suryono, dkk. 2007. Materi Pelatihan keperawatan Intensif. IRI RSUP DR. Sardjito: Yogyakarta
40