Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

OBAT-OBATAN DI RUANG ICU

DI SUSUN OLEH:

1. Renanda Bagus Laksono (1714401074)


2. Fitria Rahayu (1714401091)
3. Laudiya Fitriyana (1714401095)
4. Milati (1714401076)
5. Dadi Kurniawan (1714401064)

POLTEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan.
Pembuatan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, serta data-data penulis
peroleh dari beberapa sumber dan pemikiran yang penulis gabungkan sehingga menjadi sebuah
makalah yang semoga dapat bermanfat bagi pembaca.
Penulis menyadari akan kelemahan dsn kekurangan dari makalah ini. Oleh sebab itu,
penulis membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar makalah ini akan
semakin baik sajiannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Bandar Lampung, 13 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Obat Pelumpuh Otot ............................................................................................ 2
2.2 Obat Analgetik ..................................................................................................... 9
2.3 Obat Sedasi .......................................................................................................... 16
2.4 Obat Emergency................................................................................................... 23
2.5 Obat Antiangina ................................................................................................... 28
2.6 Obat Antiaritmia .................................................................................................. 32
2.7 Obat Anti Koagulasi ............................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 42
3.2 Saran .................................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan atau emergency adalah hak asasi setiap orang dan
merupakan kewajiban yang harus dimiliki semua orang. Dimana pasien yang gawat darurat
mendapatkan hak untuk diberikan suatu pengobatan sebagai penunjang hidupnya. Apalagi jika
pasien hanya mampu hidup dengan bantuan alat kesehatan khusus yang berada pada ruang yang
khusus maupun tergantung pada obat-obatan, sudah seharusnya tenaga kesehatan memberikan
apa yang pasien butuhkan termasuk pemberian obat.
Obat yang diberikan pada pasien gawat darurat merupakan obat-obatan emergency . Obat
emergency adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau untuk
resusitasi/life support.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja obat-obatan pelumpuh otot?
2. Apa saja obat-obatan analgetik?
3. Apa saja obat-obatan sedasi?
4. Apa saja obat-obatan emergency?
5. Apa saja obat-obatan antiangina?
6. Apa saja obat-obatan antiaritmia?
7. Apa saja obat-obatan anti Koagulasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa saja obat-obatan pelumpuh otot
2. Untuk mengetahui apa saja obat-obatan analgetik
3. Untuk mengetahui apa saja obat-obatan sedasi
4. Untuk mengetahui apa saja obat-obatan emergency
5. Untuk mengetahui pa saja obat-obatan antiangina
6. Untuk mengetahui apa saja obat-obatan antiaritmia
7. Untuk mengetahui apa saja obat-obatan anti Koagulasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Obat Pelumpuh Otot


Obat pelumpuh otot merupakan obat yang di gunakan untuk melemaskan atau
merileksasikan otot. Obat pelumpuh otot bukan merupakan obat anestesi, tetapi obat ini sangat
membantu dalam membantu pelaksanaan anestesi umum, antara lain memudahkan dan
mengurangi cidera tindakan laringoskopi dab intubasi trakea serta memberikan relaksasi otot
yang dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi kendali.

 Pelumpuh Otot Depolarisasi

Succinil Cholin menempatkan reseptor kolinergik nikotinik sub unit alfa dan bekerja
seperti asetikolin (mendepolarisasi membran post jungtion). Hambatan neuromuskuler terjadi
karena membran post sinaps tidak dapat memberikan respons pada pelepasan asetilkolin
berikutnya yang disebut juga hambatan fase I. Succinil Cholin menyebabkan keluarnya kalium
dari sel yang akan meningkatkan K plasma 0,5 meq/L
Succinil Cholin dosis tunggal besar(>2mg/kgBB), dosis ulangan atau infus kontinyu lama
akan menyebabkan membran post sinap kehilangan respon normal pada asetilkolin menyebabkan
blok fase II
Karakteristik Blok Fase I
 Penurunan respon kontraksi pd stimulus twitch tunggal
 Penurunan amplitudo tapi responnya lama pada rangsang kontinyu
 Rasio TOF > 0,7
 Tidak ada post tetanik fasilitasi
 Hambatan bertambah dengan antikolinesterase
 Blok fase I disertai fasikulasi karena depolarisasi membran post sinaps

Karakteristik Blok Fase Ii


Respon mekanik blok fase II sama dengan yg ditimbulkan pelumpuh otot non depolarisasi.
blok fase II dapat direverse dengan antikolisterase bila blokade bukan karena Succinil Cholin.

2
Dapat dicoba dengan Endrofonium (antikolinesterase) 0,1-0,2mg/kgBB iv, bila terdapat
perbaikan transmisi blokade bukan kare na Succinil Cholin.

Suksametonium (succynil choline)


 Kemasan : flakon berisi bubuk putih 100mg atau 500 mg. Pengenceran dapat memakai
garam fisiologik atau akuades steril 5ml atau 25ml sehingga membentuk larutan 2%. 2
 Indikasi : pelumpuh otot jangka pendek.2
 Kegunaan : untuk mempermudah / fasilitas intubasi trakea, karena mula kerja cepat dan
lama kerja yang singkat. Juga dipakai untuk memelihara relaksasi otot dengan cara
pemberian kontinyu per infuse atau suntikan intermitten.2
 Dosis : 1-2 mg / kg BB / IV
 Mula kerja : 1-2 menit dengan lama 3-5 menit.
 Cara pemberian : IV / IM / Intra lingual / Intra bukal
 Efek samping : Nyeri otot pasca pemberian :
Dapat dikurangi dengan pemberian pelumpuh otot non depolarisasi dosis kecil
sebelumnya. Mialgia terjadi sampai 90%, selain itu dapat terjadi mioglobunnuira.

 Pelumpuh Otot Non Depolarisasi

Manfaat obat ini di bidang anestesiologi antara lain untuk : 2.


- Memudahkan dan mengurangi cidera tindakan laringoskopi dan intubasi trakea.
- Membuat relaksasi tindakan selama pembedahan.
- Menghilangkan spasme laring dan reflex jalan napas atas selama anesthesia.
- Memudahkan pernapasan kendali selama anesthesia.
- Mencegah terjadinya fasikulasi otot karena obat pelumpuh otot depolarisasi.
-
Bekerja berikatan dengan reseptor kolinergik nikotinik tanpa menyebabkan depolarisasi,
hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.

3
Berdasarkan lama kerja, maka pelumpuh otot non depolarisasi dibagi menjadi kerja panjang,
sedang, dan pendek : 1.
Dosis Awal Dosis Rumatan Durasi EFEK SAMPING
(mg/kg) (mg/kg) (menit)

Non Depol Long


Acting
1. D-tubokurarin 0,40-0,60 0,10 30-60 Histamin +, hipotensi
2. Pankuronium 0,08-0,12 0,15-0,20 30-60 Vagolitik,takikardi
3. Metakurin. 0,20-0,40 0,05 40-60 Histamin -, hipotensi
4. Pipekuronium 0,05-0,12 0,01-0,015 40-60 Kardiovaskuler stabil
5. Doksakurium 0,02-0,08 0,005-0,010 45-60 Kardiovaskuler stabil
6. Alkurium 0,15-0,30 0,05 40-60 Vagolitik, takikardia

Nondepol
Intermediate
Gallamin 4-6 0,5 30-60 Histamin +, hipotensi
Atrakurium 0,5-0,6 0,1 20-45 Aman untuk hepar
Vekuronium 0,1-0,2 0,015-0,02 25-45
Rokuronium 0,6-0,1 0,10-0,15 30-60
Cistacuronium 0,15-0,20 0,02 30-45 Isomer Atrakuronium
Nondepol Short
Acting
Mivakurium 0,20-0,25 0,05 10-15 Histamin +, hipotensi
Ropacuronium 1,5-2,0 0,3-0,5 15-30
Depol Short
Acting
Suksinilkolin 1 3-10

4
 Tubokurarin Klorida (Kurarin)

Merupakan alkaloid kuartener, suatu derivat isoquinolin yang berasal dari tanaman tropis
Chondronderon tomentosum.Pada dosis terapeutik menyebabkan kelumpuhan otot mulai dengan
ptosis , diplopia, otot muka, rahang, leher, dan ekstremitas. Paralisis otot dinding abdomen dan
diafragma terjadi paling akhir. Lama paralisis bervariasi antara 15-50 menit 2.
Sifat : Blokade ganglion simpatis, dilatasi kapiler, inotropik negatif.
Kontra indikasi : Asma bronchial, Renal disfungsi, Myastenia gravis, Diabetes melitus,
Hipotensi
Dosis : paralisis otot intraaabdominal : 10-15mg
intubasi trakea : 10-20mg.
Cara pemberian : IV / IM
Efek samping : hipotensi dan bradikardia
Reaksi samping utama:
 Kardiovaskuler : Hipotensi, vasodilatasi, takikardi sinus, bradikardi sinus.
 Pulmoner : Hipoventilasi, apneu, bronkospasme, laringospasme, dispneu.
 Muskuloskelet : apabila tidak adekuat, akan menyebabkan blok lama.
 Dermatologik : Ruam, urtikaria.
 Ekskresi : ginjal, kadang-kadang hepar.

 Doksakurium

Obat penyekat neuromuskuler nondepolarisasi aksi lama. Bersifat mengantagonis aksi


asetilkolin, sehingga menimbulkan blok dari transmisi neuromuskuler. Doksakurium 2,5 hingga
3 kali lebih poten daripada pankuronium. Obat ini tidak mempunyai efek hemodinamik yang
secara klinis bermakna.
Dosis intubasi : 0,05-0,08 mg/kg/I.V
Reaksi samping utama :
 Kardiovaskuler : Hipotensi, kemerah-merahan, fibrilasi ventrikel, infark miokard.
 Pulmoner : Hipoventilasi, apneu, bronkospasme.
 SSP : Depresi.
 Anuria

5
 Pipekuronium

Obat penyekat neuromuskular nondepolarisasi beraksi panjang ini merupakan turunan


piperzinum. Waktu mula kerja dan lamanya serupa dengan pankuronium bromida dengan dosis
yang sebanding. Secara klinis tidak mempunyai efek hemodinamik yang bermakna. Jarang
terjadi pelepasan histamin.
Dosis intubasi : 0,07-0,085 mg/kg/I.V
Reaksi samping utama :
 Kardiovaskuler : Hipotensi, hipertensi, bradikardi, infark miokard.
 Pulmoner : Hipoventilasi, apneu.
 SSP : Depresi.
 Anuria
 Dermatologik : Ruam, Urtiakaria.
 Muskuluskelet : Blok yang tidak adekuat menyebabkan blok yang diperpanjang.
 Metabolik : Hipoglikemia, Hiperkalemia, Peningkatan kreatinin.

 Pankuronium Bromida (Pavulon)

Merupakan steroid sintesis adalah obat pelumpuh otot non depolarisasi yang paling banyak
dipakai di Indonesia. Kemasan : ampul 2ml larutan yang mengandung pankuronium bromide
4mg. Mula kerja terjadi pada menit 2-3 untuk selama 30-40menit. Berikatan kuat dengan
globulin plasma dan berikatan sedang dengan albumin. Mempunyai efek kumulasi pada
pemberian berulang, karena itu dosis pemeliharaan/rumatan harus dikurangi dan waktu
pemberian harus diperpanjang. Pankuronium menyebabkan sedikit pelepasan histamine dan
hipertensi karena memiliki efek inotropik positif serta takikardia karena efek vagolitik.
Ekskresi : ginjal (60-80%) dan sebagian lagi empedu (20-40%)
Dosis : relaksasi otot : 0,08mg / kg BB/ IV (dewasa)
rumatan : ½ dosis awal.
intubasi trakea : 0,15mg /kg BB/ IV
Kontra indikasi : Hipertensi, Kelainan otot : malignant hyperthermia, Miastenia gravis
Reaksi samping utama :Kardiovaskular : Takikardia, hipertensi, Pulmoner : Hipoventilasi, apneu,
bronkospasme, Alergik : kemerahan, syok anafilaktik

6
 Galamin (flaxedil)

Obat pelumpuh otot non depolarisasi sintetik. Kemasan : ampul 2ml atau 3ml larutan 4%.
Larutan dapat dicampur dengan thiopental. Lama kerja obat Berkisar 15-20 menit. Mula kerja
sangat berhubungan dengan aliran darah otot. Mempunyai efek yang lemah pada ganglion saraf
dan tidak menyebabkan pelepasan histamine. Memiliki sifat seperti atropine yaitu menyebabkan
takikardia walaupun pada dosis kecil (20mg). Karena itu galamin cukup baik dipakai bersama
anestetik halotan. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi, tetapi ringan. Galamin dapat menembus
sawar darah plasenta, tetapi tidak sampai mempengaruhi kontraksi uterus.
Ekskresi : ginjal dan sebagian kecil empedu.
Penggunaan klinik : Memudahkan intubasi trakea. Dosis : 80-100mg IV ditunggu selama 2-
3menit.
Relaksasi pembedahan. Dosis : 2mg / kg BB / IV. Pada dosis sebesar 40mg jarang sampai
menimbulkan paralisis diafragma dan pasien dapat tetap bernapas spontan walaupun sebagian
otot rangka mengalami kelumpuhan. Teknik seperti ini sering dipakai untuk prosedur
ginekologik. Sebagai profilaksis bradikardia selama anesthesia umum, misalnya pada
pembedahan bola mata.
Kontra indikasi : Pasien dengan takikardia
Reaksi samping utama : Kardiovaskuler : Takikardi, Aritmia, Hipotensi. Pulmoner :
Hipoventilasi, Apneu. Muskuloskelet : Blok tidak adekuat, blok yang diperpanjang.7

 Alkuronium Klorida (alloferine)

Merupakan sintetik toksiferin, suatu alkaloid dari tanaman Strychnos toksifera. Kemasan :
ampul 2ml yang mengandung 10mg Alkuronium klorida. Larutan tidak dapat dicampur
thiopental. Mula kerja terjadi pada menit ke 3 untuk selama 15-20menit. Tidak bersifat pelepas
histamine jaringan, tetapi dapat menghambat ganglion simpatik sehingga dapat menyebabkan
hipotensi terutama pada pasien dengan penyakit jantung. Dapat berpotesiensi ringan dengan
N2O-tiopental-narkotik. 2.
Dosis relaksasi pembedahan : 0,15mg / kg BB / IV dewasa. 0,125-0,2 mg / kg BB / IV anak-
anak. Dosis intubasi trakea : 0,3 mg/ kg BB / IV
Ekskresi : ginjal (70%) dalam bentuk utuh dan sebagian kecil melalui empedu.

7
 Atrakurium Besilat (tracrium)

Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relatif baru yang mempunyai
struktur bensilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice leontopeltalum Keunggulan
atrakurium dibanding obat terdahulu : Metabolisme terjadi di dalam darah (plasma) terutama
melalui suatu reaksi kimia unik yang disebut eliminasi Hoffman. Reaksi ini tidak tergantung dari
fungsi hati dan ginjal.
Kemasan : ampul 5ml mengandung 50mg atrakurium besilat. Stabilitas larutan sangat
bergantung penyimpanan pada suhu dingin dan perlindungan terhadap penyinaran. Mula dan
lama kerja atrakurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada umumnya mula kerja
atrakurium pada dosis intubasi adalah 2-3menit. Sedangkan lama kerja dengan dosis relaksasi
adalah 15-35menit. 2.
Dosis : intubasi : 0,5-0,6mg / kg BB/ IV
relaksasi otot : 0,5-0,6 mg / kg BB / IV
pemeliharaan : 0,1-0,2 mg / kg BB / IV
Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah lama kerja obat berakhir)
atau dibantu dengan pemberian anti kolinesterase. Atrakurium merupakan obat pelumpuh otot
non depolarisasi terpilih untuk pasien geriatric atau dengan kelainan jantung, hati, dan ginjal
yang berat.
Reaksi samping utama:
Kardiovaskuler : Hipotensi, vasodilatasi, takikardi sinus, bradikardi sinus.
Pulmoner : Hipoventilasi, apneu, bronkospasme, laringospasme, dispneu.
Muskuloskelet : apabila tidak adekuat, akan menyebabkan blok lama.
Dermatologik : Ruam, urtikaria. 7.

 Vekuronium (nocuron)

Obat pelumpuh otot non depolarisasi yang baru dan homolog pankuronium bromide yang
berkekuatan lebih besar dengan lama kerja yang singkat. Tidak memiliki efek kumulasi pada
pemberian berulang atau kontinyu per infuse. Tidak menyebabkan perubahan fungsi
kardiovaskuler yang bermakna.

8
Kemasan : ampul berisi bubuk vekuronium 4mg. Pelarut yang dipakai antara lain akuades,
garam fisiologis, RL, atau D5% sebanyak 2ml.
Dosis : 0,1mg / kg BB / IV
Mula kerja terjadi pada menit 2-3 dengan lama kira-kira 30menit.
Reaksi samping utama :
Kardiovaskular : bradikardia.
Pulmoner : Hipoventilasi, apneu. 7.

 Mivacurium

Merupakan pelumpuh otot kerja pendek/singkat yang dihidrolisa oleh kolin esterase
plasma dengan kecepatan yang ekuivalen pada 88% dari Succinil Cholin.
Dosis : 80 ug/kgBB onset 2-3 menit durasi 12-20 menit
Durasi dari mivakurium 2 x Succinil Cholin atau 30-40% dari non depol intermediate.
Blokade pada penderita chirosis hepatis mempunyai onset yang sama tetapi mengalami
pemanjangan pada durasi.
.

2.2 OBAT ANALGETIK


Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terapetik meringankan atau menekan rasa
nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri atas dua tahap
yaitu tahap penerimaan perangsang sakit dibagian otak besar dan tahap reaksi emosional dari
individu terhadap perangsang ini. Obat penghilang nyeri (analgetika) mempengaruhi proses
pertama dengan mempertinggi ambang kesadaraan akan rasa sakit, sedangkan narkotika
menekan reaksi-reaksi psikis yang diakibatkan oleh perangsang sakit itu Berdasarkan kerja
farmakologisnya, analgetika dibagi 2 kelompok besar, yaitu analgetika narkotik dan analgetika
non narkotik.

1. Analgetik-antipiretik jenis salisilat


 Aspirin,
Merek dagang Aspirin: Aspilets, Astika, Farmasal, Miniaspi, Thrombo aspilets

9
o Kondisi: Pemasangan ring
Dewasa: 325 mg, 2 jam sebelum tindakan dilakukan, dilanjutkan dengan 160-325 mg per
hari pasca pemasangan.
o Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang
Dewasa: 325-650 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 4000 mg per hari.
o Kondisi: Pemulihan pasca serangan jantung
Dewasa: 75-325 mg sekali sehari.
o Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis
Anak-anak: 80-100 mg/kgBB/hari, 5-6 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 130
mg/kgBB/hari pada kondisi akut.
o Kondisi: Nyeri atau peradangan pada sendi dan otot
Dewasa: Dosis awal adalah 2400-3600 mg per hari, dengan dosis yang dapat dibagi.
Dosis jangka panjang adalah 3600-5400 mg per hari.

2. Analgetik-antipiretik jenis paracetamol


 Paracetamol
Merek dagang Paracetamol: Biogesic, Eterfix, Fevrin, Kamolas, Naprex, Ottopan,
Panadol, Pehamol, Pyrexin, Sanmol, Tamoliv, Cetapain, Farmadol, Ikacetamol, Moretic,
Nofebril, Pamol, Praxion, Pyridol, Sumagesic, Tempra.
o Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang
Dewasa: 500-1000 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 4000 mg per hari.
Anak-anak (dosis maksimal adalah 4 kali sehari)
3-<6 bulan: 60 mg.
6 bulan-<2 tahun: 120 mg.
2-<4 tahun: 180 mg.
4-<6 tahun: 240 mg.
6-<8 tahun: 240-250 mg.
8-<10 tahun: 360-375 mg.
10-<12 tahun: 480-500 mg.
12-16 tahun: 480-750 mg.

10
o Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang (Obat rektal)
Anak-anak (Diberikan setiap 4-6 jam sekali, atau 4 kali sehari sesuai kondisi)
3 bulan - <1 tahun: 60-125 mg.
1-<5 tahun: 125-250 mg.
5-12 tahun: 250-500 mg
o Kondisi: Demam pasca imunisasi (obat oral atau rektal)
Anak-anak (2-3 bulan): 60 mg sekali sehari. Jika diperlukan, dosis kedua dapat diberikan
setelah 4-6 jam berikutnya
Analgetik-antipiretik jenis Obat Antiinflamasi Non Steroid (OAINS)

 Ibuprofen
Merek dagang Ibuprofen: Arfen, Brufen, Farsifen, Iprox, Proris, Prosinal, Spedifen,
Arthrifen, Bufect, Farsifen, Ostarin, Prosic, Rhelafen, Yariven
o Kondisi: Demam
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau
2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak (6 bulan-12 tahun): 10 mg/kgBB per kali pemberian, 2-3 kali sehari. Dosis
maksimal adalah 40 mg/kgBB per hari.
o Kondisi: Nyeri ringan hingga sedang
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau
2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak: 4-10 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 2-3 kali sehari.
o Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis
Anak-anak: 30-40 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3-4 kali sehari. Dosis maksimal
adalah 2400 mg per hari.
o Kondisi: Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
Dewasa: 400-800 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 3200 mg per hari.
o Kondisi: Nyeri haid
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau
2400 mg dalam pengawasan dokter

11
 Naproxen
Merek dagang Naproxen: Xenifar
o Kondisi: Nyeri haid, nyeri sendi dan otot
Dewasa: diawali 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6-8 jam. Dosis maksimal adalah 1100
mg per hari.
o Kondisi: Nyeri sendi akibat penyakit asam urat
Dewasa: Dosis awal adalah 750 mg, dan dilanjutkan dengan 250 mg per 8 jam.
o Kondisi: Juvenile idiopathic arthritis
Anak-anak >5 tahun: 10 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 kali jadwal konsumsi

 Ketoprofen
Merek dagang Ketoprofen: Altofen, Lantiflam, Nazovel, Pronalges, Rhetoflam,
Kaltrofen, Nasaflam, Profika, Remapro, Profenid
o Kondisi: Nyeri dan peradangan
Dewasa: 25-50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 300 mg per hari.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat rektal)
Dewasa: 100 mg setiap malam, atau 2 kali sehari. Dosis maksimal bersamaan dengan
obat oral adalah 200 mg per hari.
o Kondisi: Pereda nyeri (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 2,5% ke bagian yang nyeri, 2-4 kali sehari selama 10
hari.

 Etodolac
Merek dagang Etodolac: Lonene
o Kondisi: Pereda nyeri
Dewasa: 200-400mg, 2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1000 mg per hari.
o Kondisi: Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
Dewasa: 600-1000 mg per hari dengan pembagian dosis sesuai respon tubuh

12
o Diclofenac
Merek dagang Diclofenac: Diclofenac potassium, X-flam, Neo rheumacyl anti
inflamation, Erphafalm, Exaflam, Diklovit, Cataflam, Mezac 50, Aclonac, Gratheos,
Klotaren, Potaflam 50, Flamar, Voltadex, Kadiflam, Raost, Dicloflam, Flazen, Neuralgin
rhema, Neurofenac, Nichoflam, Zelona, Laflanac, Voltados 50, Volten, Galtaren,
Fenavel, Fenaren, Kaflam, Voren, Renadinac, Voltaren, Genflam 50, Divoltar,
Miracloven, Imoren, Megatic, Scanaflam, Scantaren 50, Flamigra, Samcofenac 50,
Natrium diklofenak, Aclonac, Xepathritis, Eflagen, Potazen, Matsunaflam 50, Kemoren
50, Nilaren, Difelin, Scantaren gel Prostanac 50, Nadifen, Merflam, Inflam 50,
Voltaflam, Anuva, Atranac, Bufaflam, Proklaf, Deflamat, Flamenac, Kaditic 50, Valto
forte, Elithris 50, Catanac, Yariflam, Voltasic, Zegren 50, Voren
o Kondisi: Migrain
Dewasa: 50 mg saat terjadi serangan, dan 50 mg setelah 2 jam. Jika diperlukan, dosis
dapat diulang setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 200 mg per hari.
o Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid
Dewasa: 75-150 mg per hari, dengan dosis yang dibagi sesuai kondisi pasien. Dosis
maksimal adalah 150 mg per hari.
o Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid (Obat Rektal)
Dewasa: 100 mg sekali sehari.
o Kondisi: Actinic keratosis (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 3% pada kulit, 2-3 kali sehari selama 60-90 hari.
o Kondisi: Osteoarthritis (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% pada daerah yang nyeri, 4 kali sehari. Dosis
maksimal adalah 32 g per hari.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% di daerah yang nyeri, 3-4 kali sehari.
o Kondisi: Peradangan pasca operasi mata (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 4 kali sehari, setelah 24 jam pasca
operasi, selama 28 hari.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan pasca operasi mata juling (Obat tetes mata)

13
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 1-4 kali sehari pada minggu pertama, 3
kali sehari pada minggu kedua, 2 kali sehari pada minggu ketiga, dan bila masih
diperlukan pada minggu keempat.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan pasca operasi kornea radial keratotomy (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes sebelum operasi dan 1 tetes langsung
setelah operasi. Lanjutkan dengan penggunaan 1 tetes, 4 kali sehari, selama 2 hari.
o Kondisi: Nyeri pasca trauma (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes 4 kali sehari, selama 2 hari.
o Kondisi: Pengobatan peradangan pasca argon laser trabeculoplasty (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum prosedur,
dan 1 tetes empat kali sehari selama 7 hari setelahnya.
o Kondisi: Persiapan intra-operative miosis (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum operasi.
o Kondisi: Nyeri pasca tindakan photorefractive keratectomy (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 2 kali 1 tetes selama 1 jam sebelum tindakan
dan 2 kali 1 tetes setiap 5 menit setelah tindakan. Lanjutkan dengan meneteskan setiap 2-
5 jam selama 24 jam pasca tindakan

 Piroxicam
Merek dagang Piroxicam: Ovtelis, Novaxicam, Piroxicam, Feldene, Selmatic, Fleroxi,
Xicalom, Faxiden, Artimatic 20, Rheficam, Denicam, Scandene, Tropidene, Roxidene
20, Licofel, Lexicam, Counterpain PXM, Lanareuma, Wiros, Kifadene, Pirofel,
Omeretik, Triadene 20, Maxicam, Miradene, Infeld, Rosic, Benoxicam 20, Feldco,
Grazeo 10, Grazeo 20, Samrox 20, Rexil, Yasiden, Campain, Rodene 20
o Kondisi: Ankylosing spondylitis, Osteoarthritis, Rheumatoid arthritis
Dewasa: 20 mg sekali sehari, atau dibagi jika diperlukan.
o Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel 0,5% pada area yang terasa nyeri, 3-4 kali sehari.

14
o Nabumetone
Merek dagang Nabumetone: Goflex
o Kondisi: Nyeri dan peradangan
Dewasa: 1000 mg setiap malam, dengan dosis tambahan 500-1000 mg yang dapat
diberikan pada pagi hari jika diperlukan. Dosis maksimal adalah 2000 mg per hari, dibagi
dalam 1-2 kali konsumsi. Pasien dengan berat badan dibawah 50 kg dan lansia disarankan
mengonsumsi maksimal 1000 mg per hari

 Meloxicam
Merek dagang Meloxicam: Meloxicam, Cameloc, Flamoxi, Genxicam, Melogra, Artrilox,
Hufaxicam, Nulox forte, Oxcam, Melet, Relox, Flasicox 15, Melocid, Ostelox, Loxil,
Melicam, Hexcam, Nucoxi 7.5, Loximei, Denilox, Arimed, Futamel, Mecox, Mexpharm,
Movi-cox, Moxam, X-cam, Rhemacox, Mixlocon, Mobiflex, Mevilox, Meloxin, Moxam,
Artocox, Movix
o Kondisi: Osteoarthritis
Dewasa: 7,5 mg sekali sehari, dengan dosis maksimal 15 mg per hari.
o Kondisi: Rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis
Dewasa: 15 mg sekali sehari.
Lansia: 7,5 mg sehari, untuk jangka panjang.
o Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis
Anak (2 tahun ke atas): 0,125 mg/kgBB sekali sehari, dengan dosis maksimal 7,5 mg per
hari

 Ketorolac
Merek dagang Ketorolac: Ketorolac, Torasic, Redupain, Metopain, Toramine, Trolac,
Ketoflam, Rindopain, Erphapain, Scelto, Ketosic, Etofion, Lactopain, Lactor, Quapain,
Ketopain, Ketrobat 30, K-pain, Matolac, Xevolac, Dolac, Rativol, Teranol, Latorec,
Lactorec 30, Ropain, Farpain, Rolac, Erphain, Acular, Remopain, Lantipain, Latrol,
Ketrobat, Torgesic, Quapain, Rindopain, Topidol
o Kondisi: Nyeri pasca operasi

15
Dewasa: 20 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10mg setiap 4-6 jam. Dosis
maksimal adalah 40 mg per hari, selama 5 hari.
Lansia: 10 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10 mg setiap 4-6 jam. Dosis
maksimal adalah 40 mg per hari.
o Kondisi: Gatal akibat konjungtivitis alergi (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5% pada mata yang mengalami peradangan, 4 kali
sehari.
o Kondisi: Pasca operasi katarak (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5%, 4 kali sehari selama 24 jam pasca operasi, dapat
diteruskan hingga 1-2 minggu setelahnya.

 Asam mefenamat
Merek dagang Asam menefamat: Allogon, Datan, Femisic, Maxstan, Pehastan, Ponstan,
Tropistan, Asimat, Dogesic, Lapistan, Mefinal, Poncofen, Solasic
o Kondisi: Nyeri sedang hingga berat, sakit gigi, nyeri pasca operasi, rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, dan nyeri haid.
Dewasa: 500 mg, 3 kali sehari.
Anak-anak usia > 6: 25 mg/kgBB per hari
Bagi yang membutuhkan penanganan dengan menggunakan obat-obatan analgetik-
antipiretik dalam bentuk suntik, dosis akan disesuaikan oleh dokter di klinik atau rumah
sakit sesuai kondisi pasien.

2.3 Obat Sedasi

Benzodiazepine adalah golongan obat penenang atau sedatif yang digunakan untuk
membantu dalam menenangkan pikiran dan melemaskan otot-otot. Benzodiazepine digunakan
sebagai pengobatan pada kondisi-kondisi, seperti:

 Gangguan kecemasan
 Serangan panik
 Obat penenang sebelum operasi

16
 Insomnia
 Otot tegang (muscle spasm)
 Kejang
 Sindrom ketergantungan alkohol

Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi sistem saraf pusat, yang akan membuat saraf otak
menjadi kurang sensitif terhadap rangsangan, sehingga menimbulkan efek yang menenangkan.

Peringatan:
 Ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita yang memiliki rencana untuk hamil disarankan
untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat-obatan
golongan benzodiazepine.
 Harap berhati-hati dalam menggunakan benzodiazepine jika mengalami gangguan ginjal,
gangguan hati, depresi atau memiliki keinginan untuk bunuh diri, gangguan saluran
pernapasan menahun (kronis), myasthenia gravis, sleep apnea, glaukoma, atau memiliki
riwayat kecanduan alkohol serta penyalahgunaan NAPZA.
 Hindari pemakaian benzodiazepine bersama dengan obat penghambat CYP3A4, seperti
ketoconazole atau itraconazole.
 Diskusikan kembali dengan dokter mengenai manfaat dan risikonya jika obat digunakan
untuk waktu yang lama, karena dapat menimbulkan ketergantungan obat.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obat lainnya, termasuk suplemen dan
produk herba.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
 Efek Samping Benzodiazepine
 Reaksi obat pada tiap orang berbeda-beda. Efek samping yang mungkin dapat timbul
setelah menggunakan obat-obatan golongan benzodiazepine:
Mengantuk, Pusing, Linglung, Lemas, Gangguan ingatan, Gangguan keseimbangan
tubuh, Akathisia (gangguan gerak tubuh), Kejang, Mual, Muntah, Konstipasi, Mulut
kering, Berat badan naik, Nafsu makan sulit dikendalikan, Nafsu seksual menurun,
Tertekannya sistem pernapasan, Tekanan darah menurun drastis, Keinginan untuk bunuh
diri.

17
Jenis-jenis, Merek Dagang, serta Dosis Benzodiazepine
a) Alprazolam
Merek dagang Alprazolam: Alprazolam 0,5, Alviz, Apazol, Atarax, Calmet, Frixitas,
Opizolam, Xanax

Bentuk obat: Tablet


Sebagai penanganan jangka pendek untuk gangguan kecemasan
 Dewasa: 250-500 mcg, 3 kali sehari. Jika diperlukan, dosis bisa ditingkatkan tiap 3-4 hari
hingga mencapai 3-4 mg per hari. Durasi pengobatan tidak boleh melebihi 8-12 minggu.
 Lansia: 250 mcg, 2-3 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan jika diperlukan.

Serangan panik
 Dewasa (tablet biasa): Dosis awal adalah 0,5 mg, 3 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan
secara bertahap hingga 1 mg tiap 3-4 hari. Pada kondisi parah, dosis maksimal adalah 10
mg perhari.
 Dewasa (tablet pelepasan lambat/ extended release): 0,5-1 mg, 1 kali sehari. Dosis bisa
ditingkatkan tiap 3-4 hari, maksimal 3-6 mg per hari.
 Lansia: Dosis awal adalah 250 mcg, 2-3 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan secara
bertahap jika diperlukan.

b) Chlordiazepoxide
Merek dagang Chlordiazepoxide: Analsik, Braxidin, Cliad, Clixid, Librax, Melidox,
Sanmag

Bentuk obat: Tablet


Gangguan kecemasan
 Dewasa: 30 mg perhari, yang dibagi menjadi beberapa dosis. Untuk gangguan kecemasan
serius, dosis maksimal adalah 100 mg per hari.

Muscle spasm
 Dewasa: 10-30 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis.

18
Insomnia
 Dewasa: 10-30 mg per hari, dikonsumsi sebelum tidur malam.

Sindrom putus zat karena alkohol


 Dewasa: 25-100 mg per hari, yang diberikan selama diperlukan. Dosis maksimal adalah
300 mg per hari

c) Clobazam
Merek dagang Clobazam: Anxibloc, Asabium, Clobazam, Clofritis, Frisium, Proclozam

Bentuk obat: Tablet


Gangguan kecemasan berat
 Dewasa: Dosis awal adalah 20-30 mg per hari, sekali sehari yang dikonsumsi pada
malam hari atau dibagi menjadi beberapa dosis, selama 2-4 minggu. Dosis maksimal
adalah 60 mg per hari.
 Lansia: 10-20 mg per hari.

Terapi pendukung untuk epilepsi


 Dewasa: 20-30 mg per hari. Dosis bisa ditingkatkan jika diperlukan, maksimal 60 mg per
hari.
 Anak usia di atas 6 tahun: Dosis awal adalah 5 mg per hari, maksimal 60 mg.
 Lansia: Dosis awal adalah 5 mg per hari. Dosis bisa ditingkatkan secara bertahap sesuai
perkembangan kondisi.

d) Clonazepam
Merek dagang Clonazepam: Clonazepam, Riklona 2, Rivotril

Bentuk obat: Tablet


Serangan panik
 Dewasa: Dosis awal adalah 0,25 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan setelah 3 hari
menjadi 1-4 mg per hari.

19
Epilepsi
 Dewasa: Dosis awal adalah 1 mg, yang diberikan tiap malam. Dosis dapat ditingkatkan
setelah 2-4 minggu, maksimal 20 mg per hari.
 Anak usia 10 tahun ke bawah atau berat badan kurang dari 31 kg: 0,01-0,05 mg/kgBB per
hari, yang dibagi menjadi 2-3 dosis. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 0,25-0,5 setelah 3
hari, sampai kejang bisa dikontrol.
 Lansia: 0,5 mg, yang dikonsumsi pada malam hari, selama 4 hari.

e) Diazepam
Merek dagang Diazepam: Diazepam, Neurindo, Neurodial, Neuroval, Opineuron,
Potensik, Proneuron, Stesolid, Valdimex, Valisanbe

Bentuk obat: Tablet


Gangguan kecemasan berat
 Anak-anak dan dewasa: 2 mg, 3 kali sehari, maksimal 30 mg per hari.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa.

Insomnia
 Dewasa: 5-15 mg, yang dikonsumsi sebelum tidur malam.
 Anak-anak: 1-2,5 mg, 3-4 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan jika diperlukan.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa.

Muscle spasm
 Dewasa: 2-15 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis. Dosis bisa ditingkatkan hingga
60 mg per hari jika disertai kondisi lainnya, misalnya cerebral palsy.
 Anak-anak: 2-40 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa.

Kejang
 Dewasa: 2-60 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa.

20
Obat penenang sebelum tindakan operasi
 Dewasa: 5-20 mg.
 Anak-anak: 2-10 mg.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa

Sindrom putus zat karena alkohol


 Dewasa: 5-20 mg, yang dapat diberikan lagi setelah 2-4 jam jika diperlukan.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa.
 Bentuk obat: Suntikan lewat pembuluh darah (intravena/IV)

Obat penenang sebelum tindakan operasi


 Anak-anak dan dewasa: 100-200 mcg/kgBB.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis di atas.
 Bentuk obat: Suntikan, bisa IV atau suntikan ke otot (intramuskular/IM)

Gangguan kecemasan berat


 Dewasa: Maksimal 10 mg sekali suntik, yang dapat kembali disuntikkan setelah 4 jam.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis di atas.

f) Estazolam
Merek dagang Estazolam: Alena, Esilgan

Bentuk obat: Tablet


Insomnia
 Dewasa: 1-2 mg, yang dikonsumsi sebelum tidur.
 Lansia: 0,5-1 mg, yang dikonsumsi sebelum tidur.

g) Lorazepam
Merek dagang Lorazepam: Ativan, Lorazepam, Loxipaz, Merlopam, Renaquil

Bentuk obat: Tablet


Gangguan kecemasan
 Dewasa: 1-4 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis, selama 2-4 minggu.

21
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa

Insomnia
 Dewasa: 1-2 mg, dikonsumsi sebelum tidur.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis di atas.

Obat penenang sebelum tindakan operasi


 Dewasa: 2-3 mg, diberikan pada malam sebelum operasi. Lalu, dikuti dengan 2-4 mg
pada 1-2 jam sebelum operasi.
 Anak usia 5-13 tahun: 0,05 mg/kgBB, diberikan kira-kira 1 jam sebelum operasi.
 Lansia: Tidak lebih dari setengah dosis orang dewasa

h) Midazolam
Merek dagang Midazolam: Anesfar, Dormicum, Fortanest, Hipnoz, Midazolam-Hameln,
Miloz, Sedacum

Bentuk obat: Cairan suntik


Obat penenang sebelum tindakan operasi
 Dewasa: 70-100 mcg/kgBB, diberikan pada 20-60 menit sebelum operasi.
 Anak usia 1-15 tahun: 80-200 mcg/kgBB, diberikan pada 15-30 menit sebelum operasi.
 Lansia: 20-50 mcg/kgBB, diberikan kira-kira 20-60 menit sebelum operasi

Obat penenang saat kondisi kritis


 Dewasa: 0,03-0,3 mg/kgBB.
 Bayi berusia kurang dari 6 bulan: 60 mcg/kgBB per jam sebagai infus berkelanjutan.
Dosis dapat dikurangi setelah 24 jam menjadi 30 mcg/kgBB perjam. Durasi pengobatan
maksimal adalah 4 hari.
 Usia 6 bulan-12 tahun: 50-200 mcg/kgBB dengan suntikan lambat, kira-kira selama 3
menit.

22
2.4 Obat Emergency
1) Epinephrin
 Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau syok
anfilaktik, hipotensi.
 Sediaan: Obat injeksi dalam ampul 1:1000 dan 1:10.000
 Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 3–5 menit, dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok
anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi
bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg =
1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 μg/mnt dititrasi sampai
menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 μg/mnt
 Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor α adrenergic dan meningkatkan aliran
darah ke otak dan jantung

2) Lidokain (lignocaine, xylocaine)


 Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT, Ventrikel
Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on T
 Dosis 1 – 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 – 5 menit sampai dosis total 3
mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam dapat
diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena
 Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama idioventrikuler

3) Sulfas Atropin
 Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim
konduksi AtrioVentrikuler
 Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok
derajat II tipe 2 atau derajat III, keracunan organopospat (atropinisasi)
 Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.
 Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg
BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg. dapat diberikan

23
intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi
10 cc

4) Dopamin
 Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah
jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
 Sediaan: 250 mg/5 ml dalam flacon
 Indikasi: gagal jantung
 Dosis 2-10 μg/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2 ampul
dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa

5) Magnesium Sulfat
 Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel takikardi,
keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia
 Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan selama
5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam

6) Morfin
 Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest.
 Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 – 30 menit

7) Kortikosteroid
 Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk
mengurangi edema cerebri

8) Natrium bikarbonat (Nabic)


 Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang timbul
pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia (kelas III) dan
overdosis antidepresi trisiklik.
 Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
 Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.

24
9) Kalsium gluconat/Kalsium klorida
 Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot jantung
terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi
akibat darah donor yang disimpan lama
 Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip
 Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida.
Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat

10) Furosemide
 Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
 Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah hipotensi, dehidrasi
dan hipokalemia
 Dosis 20 – 40 mg intra vena

11) Diazepam
 Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus
 Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
 Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.

12) Dobutamin
 Efek: merupakan ionotropik kuat, menaikkan laju HR dan menguatkan kontraksi melalui
efek simpatis reseptor beta jantung, meningkatkan CO
 Dosis; larutkan 250 mg dalam 250-1000 ml D5% dan mulai dengan dosis 2,5 mg/kg BB
per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan. Walaupun dapat diberikan levat
vena tepi yang besar tapi yang terbaik lewat vena sentral, dapat juga melalui syring
pump.
 Lama kerja: beberapa menit
 Efek samping: takikardi, hipertensi, aritmia, iskhemi jantung
 Peringatan: pemberian lewat infuse harus dimonitor dengan ketat dan diberikan nlewat
vena sentral
 Indikasi: syok yang berhubungan dengan CHF, AMI, CKD
25
 Dosis:
Ringan: 2-5 mcg/kg BB/mnt. Mengaktifkan reseptor dopaminergik, menjadikan
vasodilatasi ginjal, koroner dan serebral
Sedang: 5-10mcg/kgBB/mnt. Mengaktifkan beta reseptor sehingga dapat meningkatkan
kontraktilitas tekanan darah dan CO.
Berat: >10mcg/kgBB/mnt. Mengaktifkan reseptor alfa, membuat vasokonstriksi
pembuluh darah. Rumus; dosis x BB x 60
jumlah mcg/cc
13) Heparin
 Efek: merupakan antikoagulan potan yang bekerja terhadap potensiasi terhadap beberapa
faktor koagulan termasuk thrombin dan faktor x. efektifitasnya dapat diukur secara
laboratories yaitu APTT
 Sediaan: 2500UI/ml dalam 5 ml (vial), 100 unit=1 mg.
 Indikasi; prevensi dan pengobatan thrombosis vena dalam, prevensi thrombus pada katub
protetic dan untuk pengobatan emboli pulmonum. Untuk efek terapi dapat dicek APTT
1,5-2 kali harga normal.
 Dosis; Iv: 5000Unit diikuti dengan infuse 40.000 unit/24 jam, atau 10.000 unit tiap 6
bulan; SC: 5000 unit sebelum pembedahan kemudian 5000 unit setiap 8-12 jam.
 Lama kerja: 4-6 jam

14) Aminophilylline
 Efek: Bronkodilatasi, chronotropic (mempengaruhi denyut miokard) dan inotropic ringan,
diuretic ringan
 Sediaan: 250 mg dalam 10ml, ampul
 Indikasi: Bronkodilatasi karena berbagai sebab, termasuk gagal jantung kongestif
 Dosis:
IV: 4 mg/kgBB dalam 15 menit
Infus: Berikan dosis bolus diikuti infus 0,5 mg/kgBB/jam, kurang dosis pada usia lanjut,
chirrosis hepatis atau gagal hepar atau penderita dengan pengobatan crythromcin atau
cimetidine
Oral: 100-300 mg 3-4 kali sehari

26
Rectal: 360 mg suppositoria 1-2 kali sehari
Lama kerja: 6-15 jam
Efek samping: Aritmia, muntah, diuresis, merangsang SP

15) Digoxin
 Efek: menurunkan kecepatan konduksi impuls yang melalui nodus arttrioventrikularis.
Meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropic positif)
 Sediaan: Injeksi: 250 mg/ml dalam ampul. Tablet: 62,5 mg, 125 mg
 Indikasi: aritmia supraventrikuler, atrial fibrilasi, gagal jantung
 Dosis:
IV: 0,5 mg dalam 15 menit dan diulang setelah 6 jam kemudian dilanjutkan pemberian
peroral.
Oral: Untuk digitalis cepat mulai dengan 0,75-1,5 mg diikuti dengan 0,25 mgsetiap 6 jam
sampai fibrilasi terkontrol. Dosis pemeliharaan: 0,25-0,5 mg/hari. Untuk digitalisasi
lambat mulai dengan 0,25-0,75 mg/hari sampai terjadi perbaikan kemudiandosis
dituunkan. Level digoxin dalam darah 1-2 mg/liter(therapeutik)
Lama kerja: Half life: 34-51 jam dan lebih lama pada gagal ginjal
Efek samping: Pada pasien dengan insufisiensi renal atau hipokalemia biasanya lebih
mudah terjadi keracunan digoxin dengan gejala: mual, muntah, aritmia (supraventikuler,
bradikardia, dan block) Ginecomastia (sangat jarang)
Perhatian: pemebrian digoxin intravena harus pelan atau perinfus dan hanya pada situasi
darurat. Dosis harus diturunkan bila pasien telah mendapat obat glikoside jantung yang
lain dalam waktu 72 jam sebelumnya

16) Ephedrine
 Efek: merupakan obat vasopressor dan menyebakan vasokonstriksi pembuluh darah,
meningkatkan laju denyut nadi dan kontraktilitas melalui reseptor alpha dan beta
sehingga menaikkan TD dan CO, juga merupakan bronkodilator ringan
 Sediaan: 50 mg/ml dalam ampul
 Dosis: 5-10 mg iv, dapat diulang sesuai kebutuhan

27
 Indikasi: hipotensi karena vasodilatasi. Pemberian cairan harus selalu dilakukan sebelum
menggunakan vasopressor. Aman digunakan pada penderita yang sedang hamil karena
tidak menurunkan aliran darah plasenta.
 Lama kerja: 10-30 menit
 Efek samping: hipertensi, aritmia, iskemik miokard, stimulasi SSP
 Perhatian: hati-hati pada penderita iskemik

17) Labetalol
 Efek: Merupakan antagonis reseptor beta sistem saraf simpatis. Menyababkan lambatnya
laju denyut nadi, dan menurunkan kekuatan kontraksi. Juga pada reseptor alpha sehingga
terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Akibatnya akan terjadi penurunan tekanan darah.
 Indikasi: Hipertensi, aritmia supraventrikular
 Sediaan: 0,5% dalam 20ml ampul
 Dosis: IV: 10 -20 mg maksimum
 Infus: 20 mg/jam, dapat dinaikkan maksimum 150 mg/jam
 Oral: 100-200 mg, 2xsehari
 Efek samping: kelebihan cairan, gagal ginjal menetap.

2.5 Obat Antiangina


A. Nitrat
 Isosorbide Dinitrate

Isosorbide dinitrate (ISDN) adalah obat golongan nitrat yang digunakan untuk mencegah
dan mengobati angina pada penderita penyakit jantung koroner. Obat ini bekerja dengan
melebarkan pembuluh darah agar aliran darah ke otot jantung lancar. ISDN tersedia dalam
beberapa bentuk. Bentuk obat tablet sublingual dan suntikan merupakan bentuk obat yang
digunakan untuk mengobati angina.
Merek dagang: Cedocard, Farsorbid, Gasorbid, Isoket Retard, Isorbid, Isosorbide Dinitrate.

28
Dosis Isosorbide Dinitrate
Dokter akan menyesuaikan dosis ISDN dengan kondisi, usia, serta respons pasien terhadap obat
ini. Berikut adalah dosis ISDN bagi orang dewasa yang umumnya disarankan:
Tujuan Pemberian Bentuk Obat dan Dosis
Mencegah angina Tablet minum: 20-120 mg/hari dan dapat ditingkatkan sesuai respons
pasien terhadap obat. Dosis maksimum per hari adalah 240 mg.
Mengobati angina Tablet sublingual: 2.5-10 mg yang diletakan di bawah lidah.
Gagal jantung Tablet minum: 30-160 mg/hari. Dosis maksimum per hari adalah 240 mg.
Tablet sublingual: 5-10 mg tiap 2 jam sekali.

 Gliseril Trinitrat

Indikasi : profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.


Peringatan : gangguan hepar atau ginjal berat; hipotiroidisme, malnutrisi, atau hipotermia;
infrak miokard yang masih baru; sistem transdermal yang mengandung logam harus diambil
sebelum kardioversi atau diatermi; toleransi (lihat keterangan di atas).
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap nitrat; hipotensi atau hipovolemia; kardiopati
obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikarditis konstruktif, stenosis mitral;
anemia berat, trauma kepala, perdarahan otak glaukoma sudut sempit.
Efek Samping : sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural, takikardi
(dapat terjadi bradikardi paradoksikal).
Dosis:
 sublingual, 0,3-1 mg, bila perlu diulang.
 Oral profilaksis angina, 2,6-2,8 mg 3 kali sehari atau 10 mg 2-3 kali sehari.
 Infus intravena, 10-200 mcg/menit.

 Isosorbid Dinitrat

Indikasi : profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.


Peringatan : lihat pada Gliseril Trinitrat.

29
Dosis:
 Sublingual, 5-10 mg.
 Oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg; gagal jantung kiri 40-160 mg, sampai
240 mg bila diperlukan.
 Infus intravena, 2-10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam mungkin diperlukan.

 Isosorbid Mononitrat

Indikasi : profilaksis angina; tambahan pada gagal jantung kongesif.


Dosis : dosis awal 20 mg 2-3 kali sehari atau 40 mg 2 kali sehari (10 mg 2 kali sehari
pada pasien yang belum pernah menerima nitrat sebelumnya); bila perlu sampai 120 mg sehari
dalam dosis terbagi.

 Pentaeritriol Tetranitrat

Indikasi: profilaksis angina.


Dosis:
Oral, 60 mg 3-4 kali sehari.

B. Calcium Chanel Antagonis

Merupakan obat pilihan untuk angina pectoris karena memiliki efek vasodilator
dan menurunkan tahanan perifer. Selain itu juga digunakan untuk terapi aritmia dan hipertensi.
Jenis Calcium Antagonis:
 Amlodipin

Indikasi : hipertensi, profilaksis angina.


Efek Samping : nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema, gangguan tidur, sakit
kepala, pusing, letih;
Dosis:
hipertensi atau angina, dosis awal 5 mg sekali sehari; maksimal 10 mg sekali sehari.

30
 Diltiazem Hidroklorida

Indikasi : pengobatan angina pektoris; profilaksis angina pektoris varian; hipertensi


esensial ringan sampai sedang.
Peringatan : kurangi dosis pada pasien gangguan fungsi hati dan ginjal; gagal jantung atau
gangguan bermakna fungsi ventrikel kiri yang bermakna , bradikardi (hindarkan jika berat),
blokade AV derajat satu, atau perpanjangan interval PR.
Kontraindikasi : bradikardi berat, gagal jantung kongesti (denyut jantung di bawah 50
denyut/menit); gagal ventrikel kiri dengan kongesti paru, blokade AV derajat dua atau tiga
(kecuali jika digunakan pacu jantung), sindrom penyakit sinus (sinus bradikardi, sinus ares, sinus
atrial); kehamilan; menyusui (lampiran 4); hipersensitif terhadap diltiazem.
Efek Samping : bradikardi, blokade sinoatrial, blokade AV, jantung berdebar, pusing,
hipotensi, malaise, asthenia, sakit kepala, muka merah dan panas, gangguan saluran cerna, edema
(terutama pada pergelangan kaki); jarang terjadi ruam kulit (termasuk eritema multiforme dan
torn dermatitis), fotosensitif; dilaporkan juga hepatitis, gynaecomastia, hiperplasia gusi, sindrom
ekstrapiramidal, dan depresi.
Dosis:
 aritmia, 60 mg tiga kali sehari (usia lanjut awalnya dua kali sehari) jika perlu tingkatkan
hingga 360 mg sehari disesuaikan dengan usia dan gejala;
 hipertensi esensial ringan sampai sedang, dewasa oral 100-200 mg satu kali sehari;
 angina varian, dewasa oral 100 mg sekali sehari, jika tidak ada perubahan maka dapat
ditingkatkan hingga 200 mg satu kali sehari.

 Felodipin

Indikasi : hipertensi, angina.


Peringatan : hentikan bila terjadi nyeri iskemik; gangguan hati; menyusui; hindari sari buah
grapefruit (mempengaruhi metabolisme).
Kontraindikasi : kehamilan.
Efek Samping : muka merah, sakit kepala, palpitasi, pusing, fatigue, edema kaki, ruam kulit dan
gatal, hiperplasia, demam, impoten.

31
Dosis:
 hipertensi, dosis awal 5 mg (usia lanjut 2,5 mg) sehari pada pagi hari; dosis penunjang
lazim 5-10 mg sekali sehari; jarang diperlukan dosis di atas 20 mg sehari.
 Angina, dosis awal 5 mg sehari pada pagi hari, jika perlu tingkatkan sampai 10 mg sekali
sehari.

 Isradipin

Indikasi : hipertensi.
Peringatan : sindrom sinus (jika penggunaan pacemaker tidak sesuai); hindari minuman
grapefruit (dapat mempengaruhi metabolisme); kurangi dosis pada gangguan fungsi ginjal atau
hati; kehamilan
Kontraindikasi : syok kardiogenik; stenosis aorta sempit atau simptomatik; penggunaan dalam 1
bulan setelah serangan infark miokard; angina tidak stabil, menyusui (lampiran 5).
Efek Samping : sakit kepala, wajah memerah, pusing, takikardi dan palpitasi, edema perifer
terlokalisir; hipotensi, tidak lazim; jarang terjadi, berat badan bertambah, letih, rasa tidak nyaman
pada abdomen, ruam kulit.
Dosis:
2,5 mg dua kali sehari (1,25 mg dua kali sehari pada lansia, gangguan fungsi ginjal atau hati);
jika perlu dapat ditingkatkan setelah 3-4 minggu menjadi 5 mg dua kali sehari (hingga 10 mg dua
kali sehari); dosis penunjang 2,5 atau 5 mg satu kali sehari.

2.6 Obat Anti Aritmia


Antiaritmia adalah kelompok obat yang digunakan untuk menangani kondisi aritmia.
Aritmia merupakan kondisi yang mengacu ketika denyut jantung berdetak terlalu cepat, terlalu
lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini terjadi akibat adanya gangguan pada impuls listrik yang
mengatur detak jantung. Gejala-gejala yang dialami penderita aritmia berupa jantung berdebar,
lemas, pusing, sesak napas, berkeringat, dan nyeri dada.
Beberapa contoh penyakit gangguan irama jantung atau aritmia, antara lain blok av,
fibrilasi atrium, fibrilasi ventrikel, dan ventricular extrasystole. Beberapa jenis aritmia tersebut
dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut:

32
Peringatan:
 Wanita hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan disarankan untuk
berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu mengenai manfaat dan risiko menggunakan obat
antiaritmia.
 Waspadai munculnya keluhan pusing setelah menggunakan obat ini. Pasien bisa bergerak
secara perlahan-lahan beberapa saat usai menggunakan obat antiaritmia untuk
mengurangi rasa pusing.
 Hindari mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan alat berat selama mengonsumsi
obat ini.
 Batasi konsumsi makanan yang mengandung garam dan cukupi asupan cairan, agar tidak
menimbulkan penumpukkan cairan di salah satu bagian tubuh.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lainnya, termasuk herba atau
suplemen yang dapat menyebabkan interaksi obat tidak diinginkan.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Efek Samping Antiaritmia


Tiap obat dapat menimbulkan efek samping, tergantung dari respons pasien terhadap obat.
Konsultasikan kepada dokter jika muncul efek berupa:
Batuk Nyeri dada Penglihatan kabur Hilang nafsu makan Diare atau konstipasi Bengkak pada
lengan dan tungkai Sensitif terhadap sinar matahari Sakit kepala, pusing, atau ingin pingsan
Denyut jantung kian cepat atau melambat Gangguan indera pengecap, seperti timbul rasa pahit
atau rasa seperti logam.
Jenis-Jenis, Merek Dagang, serta Dosis Antiaritmia
 Lidocaine

Merek dagang Lidocaine: Bioron, Extracaine, Lidocaine Compositum, Lidocaine HCL,


Lidocaine HCL (NAT) G, Lidodex, Lidox 2%, Pehacain, Vitamin B Complex (IKA), Xylocaine.
Suntik
Dewasa: 1-1,5 mg/kgBB.
Dosis maksimal: 3 mg/kgBB. Dalam keadaan darurat, dapat diberikan 300 mg disuntikkan ke
otot bahu. Penyuntikkan bisa diberikan kembali setelah 60-90 menit dari penyuntikkan pertama,
jika dibutuhkan.

33
 Propafenone

Merek dagang Propafenone: Rytmonorm


Tablet
Dewasa: dosis awal diberikan sebanyak 150 mg, tiga kali sehari.
Dosis bisa ditingkatkan setiap 3-4 hari sekali, dengan dosis maksimal hingga 300 mg, tiga kali
sehari.
Lansia: diskusikan dengan dokter.

 Propranolol

Merek dagang Propranolol: Farmadral 10, Libok 10, Propranolol


Tablet
Dewasa: 30-160 mg per hari, dibagi ke dalam beberapa kali pemberian.
Anak-anak: 0,25-0,5 mg/kgBB, 3-4 kali sehari

 Amiodarone

Merek dagang Amiodarone: Amiodarone HCL, Cordarone, Cortifib, Kendaron, Lamda,


Rexodrone, Tiaryt
Cairan suntik
 Dewasa: dosis awal 5 mg/kgBB, disuntikkan selama 20-120 menit. Dosis bisa diberikan
lagi jika diperlukan dengan dosis maksimal 1.200 mg per hari.
 Lansia: Dosis akan dikurangi dari dosis dewasa.

Tablet
 Dewasa: dosis awal 200 mg, 3 kali sehari, untuk satu minggu. Dosis selanjutnya bisa
dikurangi menjadi 200 mg, 2 kali sehari, diturunkan perlahan hingga kurang dari 200 mg
per hari.
 Lansia: Dosis akan dikurangi dari dosis dewasa.

34
 Diltiazem

Merek dagang Diltiazem: Farmabes 5, Herbesser


Cairan suntik
Dewasa: dosis awal 250 mcg/kgBB, disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena selama kurang-
lebih 2 menit. Dosis bisa ditambahkan sebanyak 350 mcg/kgBB setelah 15 menit jika diperlukan

 Verapamil

Merek dagang Verapamil: Isoptin, Tarka, Verapamil HCL


Tablet
Dewasa: 120-480 mg per hari, dibagi ke dalam 3-4 kali pemberian.
Anak usia 2 tahun atau kurang: 20 mg, 2-3 kali per hari.
Anak usia 3 tahun atau lebih: 40-120 mg, 2-3 kali per hari

2.7 Obat Anti Koagulasi


Obat antikoagulan adalah obat yang bekerja untuk mencegah penggumpalan darah.
Seringkali obat antikoagulan disebut juga sebagai obat pengencer darah. Namun sebenarnya obat
antioagulan tidak mengencerkan darah, melainkan memperpanjang waktu darah untuk membeku.
Proses pembekuan darah berperan penting untuk menghentikan perdarahan jika terjadi luka.
Akan tetapi, jika darah yang membeku dan menggumpal terbentuk di tempat yang tidak
semestinya, seperti otak, jantung, atau paru-paru justru berbahaya dikarenakan dapat menyumbat
dan menghentikan aliran darah menuju organ tersebut.
Umumnya obat antikogaulan digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit seperti:
 Fibrilasi atrium.
 Serangan jantung.
 Penyakit jantung bawaan.
 Stroke dan TIA.
 Deep vein thrombosis.
 Emboli paru.

35
Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan antikoagulan
 Warfarin

Merek dagang Warfarin: Notistil, Simarc-2


Bentuk obat: oral
Kondisi: pengobatan dan pencegahan deep vein thrombosis (DVT)
Dosis awal: 5 atau 10 mg/hari dengan dosis rumatan (maintenance) 3-9 mg/hari, disesuaikan
dengan pemeriksaan INR dari darah

 Fondaparinux

Merek dagang Fondaparinux: Arixtra


Bentuk obat: suntik
Kondisi: Trombosis vena luar
 Dosis: 2,5 mg satu kali sehari selama 30-45 hari.

Kondisi: DVT
 Dosis: 5-10 mg satu kali sehari disesuaikan dengan berat badan.

Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT pada operasi perut dan tulang.


 Dosis: 2,5 mg sekali sehari, dimulai saat 6-8 jam setelah operasi. Suntikan dapat
dilanjutkan sampai dengan 5-32 hari.

 Rivaroxaban

Merek dagang Rivaroxaban: Xarelto


Bentuk obat: oral
Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT setelah operasi.
 Dosis: 10 mg sekali sehari, dimulai 6-10 jam setelah operasi. Obat dilanjutkan sampai 5
minggu setelah operasi penggantian panggul dan 12-14 hari setelah operasi penggantian
lutut.

36
Kondisi: Pengobatan DVT dan emboli paru.
 Dosis: 15 mg dua kali sehari selama 3 minggu. Setelah itu diikuti dengan 20 mg satu kali
sehari untuk pengobatan lanjutan dan pencegahan kambuhnya penyakit.

Kondisi: Pencegahan komplikasi stroke dan penyakit emboli lain pada penyakit fibrilasi atrium.
 Dosis: 20 mg satu kali sehari dan dikonsumsi pada sore hari.

 Apixaban

Merek dagang Apixaban: Eliquis


Bentuk obat: oral
Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT setelah operasi
 Dosis: 2,5 mg dua kali sehari, dimulai 12-24 jam setelah operasi. Obat dilanjutkan sampai
32-38 setelah operasi penggantian panggul dan 10-14 hari setelah operasi penggantian
lutut.

Kondisi: Pengobatan DVT dan emboli paru.


 Dosis: 2,5 mg dua kali sehari selama 7 hari. Setelah itu diikuti dengan 5 mg dua kali
sehari dan 2,5 mg dua kali sehari selama minimal 6 bulan untuk mencegah kekambuhan.

Kondisi: Pencegahan komplikasi stroke dan penyakit emboli lain pada penyakit fibrilasi atrium
 Dosis: 5 mg dua kali sehari. Usia ≥ 80 tahun dan berat badan ≤ 60 kg: 2,5 mg dua kali
sehari.

 Enoxaparin

Merek dagang Enoxaparin: Lovenox


Bentuk obat: suntik
Kondisi: Serangan jantung
Dewasa: 30 mg (3.000 u) IV diberikan bersama 1 mg/kgBB SC. Lalu dilanjutkan dengan
1mg/kgBB (100 u/kg) melalui SC dua kali sehari selama 8 hari atau sampai keluar dari rumah
sakit. Dua suntikan pertama yang diberikan bersamaan (IV dengan SC) tidak boleh melebihi 100
mg (10.000 u).

37
Pasien yang direncanakan pasang ring akan ditambahkan dosis 300 mcg/kgBB (30u/kgBB)
melalui IV yang diberikan saat tindakan, bila suntikan terakhir lebih dari 8 jam.
Usia ≥ 75 tahun: 750 mcg/kgBB (75 u/kgBB) dua kali sehari, dengan dosis maksimum 75 mg
(7.500 u) pada 2 suntikan pertama.
Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT akibat operasi (Subkutan)
 Dewasa: 20-40 mg (2.000-4.000 u) sekali sehari selama 7-14 hari sampai pasien dapat
bergerak aktif, dosis pertama diberikan 10 jam-2 jam sebelum operasi. Untuk operasi
penggantian panggul, pengobatan dilanjutkan sampai 3 minggu setelah operasi dengan
dosis 40 mg (4.000 u) sekali sehari.
 Anak: 500-750 mcg/kgBB (50-75 u/kgBB) dua kal sehari.

Kondisi: Pengobatan deep vein thrombosis


 Dewasa: 1 mg/kgBB (100 u/kgBB) dua kali sehari atau 1.5 mg/kgBB (150 u/kgBB) satu
kali sehari.
 Anak: 1-1,5 mg/kgBB (100-150 u/kgBB) dua kali sehari.

Kondisi: Pencegahan gumpalan darah saat cuci darah


 Dewasa: 1 mg/kgBB (100 u/kgBB) disuntikan melalui selang arteri yang menuju mesin
saat mulai cuci darah. Suntikan dapat diulang bila diperlukan.

 Nadroparin

Merek dagang Nadroparin: Fraxiparine


Bentuk obat: suntik
Kondisi: Serangan jantung
 Dewasa: 86 units/kgBB SC dua kali sehari selama 6 hari. Dosis pertama dapat diberikan
melalui IV.

Kondisi: Pencegahan komplikasi DVT akibat operasi (Subkutan)


 Dewasa: 2850 units sekali sehari selama 7 hari atau sampai pasien bergerak aktif,
suntikan pertama diberikan 2-4 jam sebelum operasi (pasien risiko sedang). 38-57
units/kgBB sekali sehari, diberikan 12 jam sebelum operasi, lalu 12 jam setelah operasi,
dan dilanjutkan sampai 10 hari.

38
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan manusia merupakan masalah yang dihadapi masing- masing individu untuk
mempertahankan dirinya agar selalu dalam keadaan sehat fisik, mental dan social. Seseorang
individu menginginkan dirinya baik keluarga maupun orang-orang disekitarnya sehat dari
berbagai penyakit atau kecacatan. Jika sampai merekapun sakit baik akibat dari factor biologis
maupun fisik maka langkah mereka adalah membawanya ke tenaga kesehatan. Sekalipun mereka
dalam kondisi yang gawat darurat maupun kritis, mereka tetap mencari dan butuh pengobatan
karena menginginkan untuk kesembuhan dan setidaknya menyelamatkan dari kematian .

3.2 Saran
Perawat harus mengetahui 6 hal yang benar dalam pemberian obat kepada pasien. Karena
hal itu berperan penting dalam kesuksesan perawat dalam pemberian obat

39
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 2. EGC: Jakarta
Rambe, A. 2004. Obat-obat Penyakit Serebrovaskuler. Available on: www.library.usu.ac.id
tanggal akses: 22 Mei 2008
Rokhaeni, H., Purnamasari, E., Rahayoe, A. 2001. Buku Ajar keperawatan Kardiovaskuler.
Bidang DIKLAT Harapan Kita: Jakarta
Suryono, dkk. 2007. Materi Pelatihan keperawatan Intensif. IRI RSUP DR. Sardjito: Yogyakarta

40

Anda mungkin juga menyukai