Oleh :
Pembimbing:
dr. Dino Irawan, Sp.An
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “ Obat Muscle Relaxant”
membantu dalam penyelesaian referat ini. Terima kasih kepada dr. Dino Irawan,
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang relevan untuk kesempurnaan
referat ini. Semoga referat ini dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................. 1
1.2 Batasan masalah ......................................................................... 2
1.4 Tujuan penulisan ......................................................................... 2
1.5 Manfaat penulisan ....................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Muscle Relaxant atau pelumpuh otot merupakan salah satu obat yang
dikenalkan pada tahun 1942 oleh Griffith dan Johnson. Pada saat ini, muscle
relaxant merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan baik dalam anesthesia,
intensive care dan emergency care. Indikasi penggunaannya adalah untuk intubasi
utama dari Muscle Relaxant ini adalah pada nicotinic cholinergic reseptor pada
endplate dari otot dan pada presynaptic reseptor dari nervus terminal. Depolarisasi
menghasilkan paralisis bukan anesthesia. Dalam kata lain, muscle relaxant ini
tepat, ini bermanfaat bagi pasien dan apabila digunakan dalam dosis tidak tepat,
ini memungkinkan terjadinya kesakitan atau kematian dari pasien. Untuk itu
1
2
ini.1
dosis yang dianjurkan dan efek samping dari Muscle relaxant dalam
TINJAUAN PUSTAKA
Membran sel neuron dan serabut otot ini dipisahkan oleh celah sempit (20 nm)
yang disebut celah sinaps. Saat potensial aksi saraf mendepolarisasi pada bagian
dan melepaskan acetylcholine (Ach). Molekul Ach ini berdifusi melalui celah
sinaps untuk berikatan dengan nicotinic cholinergic reseptor pada membran sel
otot. Setiap neuromuscular junction terdapat lebih kurang 5 juta reseptor, tetapi
3
4
Kation masuk melalui reseptor Ach terbuka (Natrium dan Kalsium masuk
dan Kalium keluar) dan menghasilkan potensial pada endplate. Bagian dari satu
vesikel, quantum Ach (104 molekul per quantum) menghasilkan potensial pada
endplate juga. Di mana sekitar 200 yang dihasilkan oleh setiap impuls saraf sangat
Perijunctional area pada sel otot memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan
area lainnya. Potensial aksi menyebar sepanjang membran otot, T-tubule system,
Ach dihidrolisis dengan cepat menjadi asetat dan cholin oleh enzim
depolarisasi. Pembagian ini dibagi berdasarkan aksi atau mekanisme kerja dan
stimulasi saraf perifer. Hambatan depolarisasi terjadi karena serabut saraf otot
dengan fasikulasi otot. Pulihnya fungsi saraf otot bergantung pada kemampuan
otot non depolarisasi sehingga proses depolarisasi membrane otot tidak terjadi dan
otot menjadi lumpuh (lemas). Pemulihan fungsi saraf otot terjadi kembali jika
jumlah obat yang menduduki reseptor asetilkolin telah berkurang antara lain
terjadi karena proses eliminasi dan atau distribusi. Pemulihan juga dapat dibantu
Intermediate Acting
Atrakurium
Cisatrakurium
Vekuronium
Rocuronium
Long Acting
Doxacurium
Pancuronium
Pipecuronium
relaxant depolarisasi sangat mirip dengan Ach dan berikatan dengan reseptor
Ach. Tidak seperti Ach, obat ini tidak dimetabolisme oleh acetylcholinesterase
dan konsentrasinya pada celah sinaps tidak cepat menurun sehingga menghasilkan
menyebabkan relaksasi dari otot karena pembukaan gerbang bawah pada natrium
natrium channel tertutup dan tidak bisa dibuka lagi sampai terjadi repolarisasi.
reseptor, ini disebut dengan fase block I. Setelah itu, depolarisasi yang prolong ini
7
menyebabkan ionic dan perubahan pada Ach reseptor yang disebut dengan fase
tidak berikatan dengan reseptornya dan tidak terjadi potensial aksi pada end-plate.
c. Hipotermia
inhalation
f. Tidak bisa dilawan oleh neostigmin dan obat anticholinesterase yang lain
menunjukkan depresi pada gerakan otot, tidak ada fasikulasi post titanic
digunakan sekarang.2
dan durasi pendek <10 menit serta kelarutan dalam lemak rendah. Ketika
2.4.5 Dosis
Durasi rata-rata sebelum mencapai 90% adalah lebih kurang 10 menit. Dengan
apnea sebelum saturasi oksigen turun ke 90%.3 Dosis dapat bervariasi antara 0,5-
pergerakan diafragma atau pernapasan spontan. Selain itu pada keadaan dimana
1. Cardiovascular
atau menurunkan tekanan darah atau denyut jantung. Dosis rendah dapat
2. Hiperkalemia
3. Nyeri Otot
nondepolarisasi dosis kecil sebelumnya. Mialgia terjadi 90% , selain itu dapat
TIO.
membuka mulut.2
7. Hipertermia Maligna
9. Prolonged Paralisis2
depolarisasi.
efek yang besar. Pada pasien sirosis dan gagal ginjal kronik terjadi
13
peningkatan kadar pada plasma dan juga yang dimetabolisme di hati dan
2.5.3 Atrakurium2,4,6
2.5.4 Cisatrakurium2,6
- Durasi intermediate
- Infus : 1-2mikrogram/kg/menit
pelepasan histamin.
2.5.5 Mivakurium2
2.5.6 Doxacurium2
- Ekskresi: Ginjal
release histamin.
2.5.7 Pankuronium2,3,4,5,6
- Aminosteroid bisquaternary.
- Tidak menimbulkan efek penumpukan dalam tubuh dan mudah direverse dengan
17
neostigmine bersama SA
- Peningkatan 10-15% dari denyut jantung, tekanan arteri rata-rata dan curah
arteri koroner.
- Dosis : 0,08mg/kgBB/IV
Pemeliharaan 0,1-0,2mg/kgBB/IV
2.5.8 Pipecuronium2
- Steroid bisquaternary
- Durasi meningkat pada pasien dengan gagal ginjal, tapi tidak dengan kelainan
hepar
- Efek samping: Efek cardiovascular lebih ringan karena sedikit yang terikat
2.5.9 Vecuronium2,5
- Monoquaternary relaxant
- Metabolisme oleh hepar, diekskresi primer oleh bilier dan sekunder oleh ginjal
- Dosis: Intubasi 0,08-0,12 mg/kgBB dengan OOA 3-5 menit durasi 45-60 menit
- Efek samping : Tidak ada pengaruh terhadap sirkulasi, tidak ada efek vagolitik
2.5.10 Rocuronium2,4,5,6
20
PENUTUP
Obat muscle relaxant merupakan salah satu obat yang penting dalam
metabolisme, ekskresi, dosis serta efek samping dan juga penggunaanya , baik
21
DAFTAR PUSTAKA
emergency care.136-144
22
23