Anda di halaman 1dari 2

Jihan Safitri

170811641104 /off A 2017

Hubungan antara Penerimaan Diri dan Tingkat Depresi Pada Mahasiswi yang
Mengalami Body Shaming

Latar belakang

Kemajuan media dan teknologi memungkinkan tersebarnya budaya baru dari berbagai
negara. Sebaran budaya ini memberi dampak bagi standarisasi masyarakat dalam memandang
citra tubuh yang ideal bagi pria dan wanita. Standarisasi citra tubuh ideal yang berkembang di
negara Indonesia saat ini ialah kesesuaian antara berat badan dan tinggi badan. Strandbu &
Kvalem, 2012 dalam Widiasti, 2016 menyatakan “Standar ideal bagi wanita divisualisasikan
dengan tubuh yang cenderung kurus, bulat, berlekuk dan sehat sedangkan pada pria
divisualisasikan dengan tubuh yang ramping, berotot dan sehat”. Nilai standar semacam ini
memberikan masalah baru di masyarakat yaitu muncul adanya istilah “Body Shaming”.

Body Shaming adalah istilah yang menandakan sebuah tindakan mempermalukan,


mengejek, dan berkomentar mengenai fisik seseorang (Santoso, 2018). Saat ini terdapat 966
kasus yang body shaming yang ditangani oleh polisi sepanjang tahun 2018 dengan 347 kasus
ditangani dengan jalur hukum dan mediasi (Santoso, 2018). Korban body shaming rentan
mengalami tekanan dan membutuhkan usaha keras untuk menerima dirinya secara fisik dan
utuh. Penerimaan terhadap situasi yang terjadi pada diri mereka menjadi kemampuan penting
dalam mengurangi rasa cemas pada korban body shaming. Penerimaan diri dianggap sebagai
sebuah kemampuan untuk mengesampingkan rasa malu, kekurangan dan kesalahan serta
kecemasan yang dialami. Maslow (1994) menyatakan bahwa individu yang menerima diri
adalah mereka yang menerima segala kekurangannya dan segala hal yang tidak sesuai dengan
cita-cita idealnya serta menerima keadaan secara puas dan apa adanya (Sofiyah, 2016). Orang
dengan penerimaan diri identik dengan seseorang yang sudah mampu untuk membuat standar
pada dirinya tanpa terpengaruh dengan standar yang diajukan oleh masyarakat secara umum.
Menerima keadaan fisiknya secara utuh menjadi sebuah usaha untuk mengurangi tingkat
kecemasan dan tekanan bagi yang mengalami perilaku body shaming.

Tekanan yang dialami korban body shaming dapat mengakibatkan kecemasan dan
stress dalam menjalani hidup mereka. Ketika seseorang mengalami tekanan dikarenakan
situasi perkataan yang menyakiti hati memungkinkan seseorang mengalami gejala-gejala
depresi dan putus asa dalam hidup apabila mereka merepresi emosi mereka. Depresi
merupakan bagian dari gangguan perasaan yang dapat mengakibatkan penderitanya jatuh
Jihan Safitri

170811641104 /off A 2017

dalam ketergantungan terhadap oranglain dan dapat memungkinkan adanya bunuh diri
(Struart, 2007 dalam Nuryanti dkk, 2019). La Haye, 1998 dalam Sofiyah, 2016 menyatakan
Depresi pada umumnya menampakkan gejala-gejalasecara fisik seperti lesu, apatis, cemas,
gangguan tidur, gangguan nafus makan dan kehilangan harapan. Depresi sering muncul pada
mereka yang mengalami tindakan body shaming. Seperti yang diketahui standarisasi publik
masalah sisi ideal seseorang mengakibatkan tekanan dan kecemasan bagi yang memgalami
tindakan mempermalukan secara fisik. Berdasarkan uraian kasus yang dipaparkan di atas
maka peneliti ingin membahas tentang Hubungan antara Perubahan Peran Diri dengan
Tingkat Depresi Pada Mahasiswi Korban Body Shaming.

Anda mungkin juga menyukai