Anda di halaman 1dari 20

Tugas 5

Mata Kuliah: Kesehatan Mental


Dosen: Rahmat Permadi, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Dr. Hj. Sitti Murdiana, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

Kebijakan Kesehatan Mental

Disusun oleh:
Muhammad Idris Taqi (1871041061)
Muhammad Farid Alfarizi (187042014)
Maizani Aulia Kanata (1871042012)
Miftahun jannah (187104003)
Kelas D

Fakultas Psikologi
Universitas Negeri Makassar
2019
1. Perkenalan Kebijakan Kesehatan Mental

A. Kebijakan Kesehatan Mental


Kebijakan Kesehatan mental adalah seperangkat nilai prinsip-prinsip
untuk meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi beban yang didapat pra
gangguan mental dalam suatu populasi. Kebijakan juga menetapkan tingkat
prioritas yang diberikan pemerintah untuk kesehatan mental dalam kaitannya
kesehatan dan kebijakan sosial lainnya. Kebijakan dibuat untuk mencangkup
periode yang cukup lama yaitu 5 sampai 10 tahun.
Rencana Kesehatan mental adalah sebuah rincian yang akan
dirumuskan untuk menjalankan strategi yang mendukung kesehatan mental,
pencegahan gangguan mental, dan pencegahan penanganan, dan rehabilitasi
kesehatan mental. Rencana memungkinakan mewujudkan visi, nilai-nilai,
prinsip, dan tujuan yang akan ditetapkan dalam kebijakan. Sebuah rencana
biasanya terdapat strategi, kerangka waktu, sumber daya yang dibutuhkan,
target yang akan dicapai, indikator dan kegiatan.
Program kesehatan mental adalah sebuah intervensi atau serangkaian
intervensi yang berfokus untuk mempromosikan kesehatan mental, pencegahan
gangguan mental, dan pengangan dan rehabilitasi gangguan mental. Biasanya
kesehatan mental berfokus pada prioritas kesehatan mental yang lebih spesifik,
dan seperti rencana kesehatan mental, program harus dirancang dengan
baik,ada anggaran, dipantau, dan di evaluasi. Namun program sering
dilaksanakan oleh divisi yang lebih kecil dan waktu yang pendek

B. Pentingnya Kebijakan
 Kebijakan memberikan gambaran umum, untuk tujuan yang akan
dicapai dan memberikan dasar-dasar untuk tindakan masa depan.
 Kebijakan memberikan kesehatan mental sebagai prioritas dengan
beban penyakit yang ditanggungnya dan efektifitas intervensi dalam
bidang ini.
 Mereka meningkatkan prosedur untuk mengembangkan dan
memprioritaskan aktifitas dan pelayanan kesehatan mental
 Mereka menjelaskan pelaku utama dalam bidang kesehatan mental dan
menunjukan peran dan tanggung yang jelas
 Mereka memfasilitasi kesepakatan untuk kegiatan kepada pelaku yang
berbeda.
C. Cara Merumuskan Kebijakan
Kesehatan mental didirikan dalam bagian yang kompleks kesehatan,
kesejahteraan, dan kebijakan sosial umum. Bidang kesehatan mental
dipengaruhi oleh bermacam-macam kebijakan yang tidak selalu berhubungan
dengan kesehatan mental dengan tujuan untuk memaksimalkan efek positif
ketika merumuskan kebijakan kesehatan mental yang perlu
mempertimbangkan lingkungan fisik dan sosial dimana seseorang hidup. Hal
ini juga diperlukan untuk memastikan kerjasama lintas sektoral dalam rangka
untuk mendapatkan keuntungan dari: program pendidikan; kesehatan dan
kesejahteraan kebijakan; kebijakan ketenagakerjaan; perumahan, perencanaan
kota dan layanan kota; pemeliharaan hukum dan ketertiban; dan kebijakan
khusus menangani muda atau tua

D. Instuisi yang bertanggung jawab untuk kebijakan kesehatan mental


Kebijakan kesehatan mental diharapkan menjadi tanggung jawab
pemerintah karena terdapat alasan-alasan sebagai berikut:
 Kesehatan berhubungan erat dengan perkembangan dan
kualitas hidup
 Gangguan mental sangat umum untuk menghasilkan beban
signifikan pada penyakit di seluruh dunia
 Pelaksanaan intervensi kesehatan mental atau kerja sama dalam
kesehatan mental memerlukan partisipasi dari berbagai negara
E. Ruang Lingkup Kebijakan
Hanya beberapa negara saja yang memiliki kebijakan umum atau sosial
dengan beberapa komponen dari kesehatan mental. Dimana kebijakan itu
berfokus pada promosi kesehatan mental. Ruang lingkup kebijakan kesehatan
dibanyak negara dibatasi secara ekslusif untuk layanan psikiatri, namun fokus
ini terlalu sempit dan tidak memungkinkan untuk respon yang lebih
komprehensif untuk kebutuhan penduduk.

2. Pengembangan Kebijakan Kesehatan Mental: Tahap-tahap Penting


Sangat penting untuk memiliki perencanaan waktu dalam pikiran kita ketika
mendekati kebijakan kesehatan mental. Perbedaan elemen kebijakan, rencana, dan
program mungkin membutuhkan skala waktu yang berbeda. Adapun tahap-tahap
dalam mengembangkan kebijakan,
A. Tahap 1. Mengumpulkan Informasi dan data untuk pengembangan kebijakan
Kebijakan yang baik tergantung dengan informasi mengenai kebutuhan
kesehatan jiwa pendudukan dan sistem kesehatan mental dan jasa yang
ditawarkan, penting untuk mengetahui informasi sekitar dan kejadian masalah
kesehatan mental. Perencana juga memerlukan mana masalah tertentu yang
perlu diatasi. Terdapat beberapa kriteria yang mungkin bisa membantu
mengapa masalah tersebut harus ditangani:
 besarnya mereka
 keparahan mereka
 pentingnya mereka
 kerentanan mereka terhadap manajemen
 biaya mereka, yaitu dampak sosial dan ekonomi mereka

Kita juga harus mendapatkan data dari negara-negara lain misalnya data
dari sumber daya manusia dan sumber Keuangan. Perlunya informasi sumber
daya manusia di suatu negara yang mencangkup jumlah dari:

 psikolog
 perawat psikiatri
 terapis okupasi (bekerja di kesehatan mental atau tersedia untuk
bekerja di kesehatan mental)
 pekerja sosial (bekerja di kesehatan mental atau tersedia untuk
bekerja di kesehatan mental)
 praktisi tradisional
Harus juga memiliki data persebaran dari sumber daya manusia ini.
Untuk melihat ketersediaan tenaga ahli ini dalam daerah yang miskin atau daerah
yang Makmur. Diperlukan juga data mengenai sumber keuangan, struktur
pelayanan, dan pandangan dan sikap tenaga kesehatan.
Kebutuhan dapat ditemukan dengan metode berikut:
a. Penelitian Formal: Studi epidemiologis pada insiden dan prevalensi
gangguan mental dan cacat yang terkait dengan mereka dapat
dilakukan baik pada populasi umum atau dalam populasi khusus.
Studi tersebut dapat memberikan informasi yang berguna tetapi
umumnya mahal dan memerlukan teknologi yang tidak selalu
tersedia di negara-negara berkembang. Dalam beberapa kasus,
informasi yang diperoleh di satu negara dapat diekstrapolasi kepada
orang lain dengan karakteristik budaya dan sosial yang sama.

b. Penelitian Cepat: analisis data sekunder dari sistem informasi yang


ada, wawancara singkat dengan informan kunci dan diskusi
kelompok yang melibatkan orangdengan gangguan mental, keluarga,
penjaga dan staf kesehatan
.
B. Tahap 2. Mengumpulkan bukti untuk strategi yang efektif
Setelah penilaian kebutuhan penduduk untuk kesehatan mental telah
dirumuskan perlu untuk mengumpulkan bukti tentang strategi yang efektif dan
intervensi. Bukti tersebut dapat diperoleh dengan mengunjungi layanan lokal di
negara yang bersangkutan, mengunjungi negara-negara lain, dan mengkaji
literatur nasional dan internasional.
a. Bukti dari negara atau daerah: Bukti utama datang dari evaluasi
kebijakan sebelumnya, rencana dan program. proyek percontohan
dan pengalaman lokal juga merupakan sumber informasi yang
sangat baik.
b. Bukti dari negara atau daerah lain: Bukti dapat dikumpulkan
paling berguna dari negara atau wilayah dengan fitur budaya dan
sosio-ekonomi yang sama karena terkadang memiliki masalah yang
sama juga.
c. Bukti dari Literatur: Dengan meninjau literatur adalah mungkin
untuk belajar pelajaran dari evaluasi kebijakan kesehatan mental
nasional atau regional.

C. Konsultasi dan Negoisasi


Proses pengembangan kebijakan kesehatan mental sebagian besar
bersifat politis. Pada tingkatan yang lebih rendah, ini melibatkan tindakan
teknis dan pembangunan sumber daya. Banyak individu, organisasi, dan
komunitas berpartisipasi, masing-masing dengan nilai, minat, basis kekuatan,
kekuatan dan kelemahan tertentu. Banyak interaksi, perjuangan, dan negosiasi
dapat diharapkan terjadi. Peran Kementerian Kesehatan adalah untuk
mendengarkan berbagai pelaku kepentingan dan untuk membuat proposal yang
menyatukan pandangan mereka yang berbeda dengan bukti yang berasal dari
pengalaman nasional dan internasional. Kompromi yang aktif sebagian besar
pemegang utama mungkin diperlukan dalam rangka untuk mengembangkan
dan menerapkan kebijakan kesehatan mental.

D. Pertukaran dengan Negara Lain


Berbagi pengalaman dengan negara lain dapat membantu suatu negara untuk
mengenai kemajuan-kemajuan dari negara yang lebih maju dan mengenai
pengalaman kreatif dan biaya yang lebih rendah dalam perkembgangan negara.
Seorang ahli internasional juga dapat membantu dalam hal ini.

E. Menetapkan visi, nilai-nilai, prinsip, dan tujuan


Ketika informasi sudah dikumpulkan dari berbagai sumber melalui
langkah-langkah dari 1 sampai 4 sekarang kebijakan dapat di buat dengan
menggambarkan visi, nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan tujuan untuk kesehatan
mental.
 Visi: Visi biasanya menetapkan harapan yang tinggi untuk
kesehatan mental, menggambarkan apa yang diinginkan untuk
negara atau wilayah. Namun, harus realistis, meliputi apa yang
mungkin sesuai dengan sumber daya yang tersedia dan
teknologi.
 Nilai-nilai dan prinsip-prinsip: Negara atau wilayah memiliki
nilai sendiri terkait dengan kesehatan dan gangguan mental.
Selama proses perumusan kebijakan kesehatan mental perlu
mengkaji nilai dan prinsip yang harus di angkat
 Tujuan: Laporan Kesehatan Dunia 2000 (WHO, 2000a)
mengidentifikasi tiga tujuan kebijakan kesehatan. Ini dapat
digunakan sebagai kerangka kerja untuk menentukan visi, nilai-
nilai, prinsip-prinsip dan tujuan dari kebijakan kesehatan
mental. Yaitu:
 Meningkatkan kesehatan penduduk: ini adalah tujuan
utama atau mendefinisikan sistem kesehatan. sektor lain
dalam sebuah negara dapat berkontribusi untuk
mencapai kesehatan yang lebih baik untuk populasi tapi
ini bukan tujuan utama mereka.
 Menanggapi harapan masyarakat: tujuan sosial ini,
umum untuk banyak sektor, menyangkut cara di mana
individu atau kelompok dalam masyarakat ingin
diperlakukan oleh fasilitas atau layanan tertentu.
 Memberikan perlindungan finansial terhadap biaya
yang kesehatan buruk: Tujuan ini dibagi oleh semua
sistem sosial. Ini ada hubungannya dengan pembiayaan
yang adil, apakah sistem kesehatan dibayar secara sosial
atau dibiayai oleh pembelian individu

F. Tentukan Area
Langkah berikutnya adalah menerjemahkan tujuan dari kebijakan
kesehatan mental ke daerah-daerah untuk dilaksanakan tindakannya. Agar
efektif kebijakan kesehatan mental harus mempertimbangkan pengembangan
simultan dari beberapa daerah. Area yang dimasukan dapat bervariasi antar
negara atau wilayah dan dalam peristiwa bersejarah. beberapa area umum dapat
diidentifikasi di sebagian besar kebijakan yang dikembangkan selama 20 tahun
terakhir antara lain:
o Pembiayaan
o Legislasi dan hak asasi manusia
o Organisasi jasa
o sumber daya manusia dan pelatihan
o Promosi, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi
o pengadaan obat esensial dan distribusi
o pembelaan
o Perbaikan mutu
o Sistem Informasi
o Penelitian dan evaluasi kebijakan dan layanan
o kerja sama lintas sektoral

G. Mengidentifikasi Peran Utama dan Tanggung Jawab berbagai Sektor


Sektor-sektor utama yang dibutuhkan untuk mengambil peran dan
tanggung jawab khusus meliputi:
 lembaga pemerintah (kesehatan, pendidikan, pekerjaan, kesejahteraan
sosial, perumahan, keadilan):
 institusi akademik;
 Asosiasi profesional;
 kesehatan umum dan pekerja kesehatan mental;
 konsumen dan keluarga kelompok;
 penyedia;
 lembaga swadaya masyarakat (LSM);
 petugas kesehatan tradisional

3. Mengembangkan rencana kesehatan mental


Setelah kebijakan kesehatan mental, perlu untuk merumuskan rencana
untuk menlaksanakan tujuan yang diidentifikasi dengan membangun proses yang
telah ditetapkan untuk pengembangan kebijakan. Informasi tentang kebutuhan
penduduk, pengumpulan bukti, konsultasi, negosiasi, dan pertukaran dengan
negara lain, yang diperlukan untuk pengembangan kebijakan, harus digunakan dan
diperluas dalam perumusan rencana. Konsultasi dan negosiasi tambahan harus
dilakukan dan informasi baru yang diperlukan harus dikumpulkan. Langkah
selanjutnya adalah menentukan strategi, kegiatan, kerangka waktu, indikator dan
target dan sumber daya yang diperlukan untuk rencana tersebut.
A. Langkah 1 Menentukan strategi dan kerangka waktu
Strategi adalah aspek inti dari rencana kesehatan mental nasional atau
regional. Strategi mewakili garis tindakan yang dianggap memiliki probabilitas
tertinggi untuk berhasil menerapkan kebijakan kesehatan mental dalam
populasi tertentu. Strategi sering dirumuskan dengan melakukan analisis
SWOT, yaitu dengan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang terkait dengan layanan dan program kesehatan mental saat ini.
Kerangka waktu juga harus didefinisikan untuk setiap strategi. Penting
untuk mencantumkan tahun dimulainya yang dimaksudkan dan durasi masing-
masing strategi. Beberapa strategi perlu tetap berfungsi secara terus menerus
dan tanpa batas. Yang lain hanya akan beroperasi untuk jangka waktu terbatas.
Sering terjadi bahwa strategi tidak dapat diimplementasikan secara penuh sejak
tahun dimulainya karena tidak ada sumber daya atau kapasitas yang cukup.
Dalam kasus ini perlu untuk menentukan sejauh mana strategi akan
dilaksanakan pada tahun pertama dan berapa banyak yang akan ditambahkan
setiap tahun berikutnya.

B. Langkah 2 Tetapkan Indikator dan target


Setelah strategi telah ditentukan, mereka harus dipecah menjadi target
dan indikator spesifik yang disusun untuk kemudian menilai apakah rencana itu
efektif atau tidak.Strategi harus memiliki target yang jelas tentang apa yang
harus dicapai dan, sebagaimana telah disebutkan, kerangka waktu untuk
mencapainya. Harus jelas bagaimana kegiatan individu akan berkontribusi pada
target.
C. Langkah 3 Tentukan Kegiatan Utama
Ada dua alasan penting untuk membuat daftar kegiatan secara rinci.
Yang paling penting itu memastikan bahwa langkah-langkah penting tidak
dilewatkan dan setiap komponen yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
dipikirkan dengan cermat. Kedua, tidak sepele untuk menandai kesuksesan
seseorang. Jika seseorang hanya menetapkan kegiatan yang besar dan sangat
sulit untuk dicapai, sulit untuk mencatat kemajuan dan merasa bahwa tujuan
besar sedang dicapai. Ini bisa sangat mendemotivasi. Kegiatan harus ditetapkan
dalam kerangka waktu, dan jika kerangka waktu ini realistis dan bahkan
tercapai, dimungkinkan untuk terus diperkuat oleh pencapaian seseorang
sendiri.
Rencana tersebut juga harus menentukan siapa yang akan bertanggung
jawab untuk setiap kegiatan. Rencana itu tidak hanya perlu mengatakan apa
yang harus dilakukan tetapi juga siapa yang harus melakukannya. Jika ada
berbagai mitra yang terlibat dalam suatu kegiatan, maka semua mitra ini harus
dimasukkan.
Pertimbangan akhir dari sebuah rencana adalah mencoba
memperkirakan apa hambatan atau penundaan yang mungkin terjadi dalam
merealisasikan aktivitas tertentu. Ini tidak dilakukan untuk memberikan alasan
bawaan ketika aktivitas belum selesai sesuai jadwal, tetapi untuk
mengantisipasi dan mengatasi hambatan ini. Ini juga memberikan pengawas
yang memeriksa dan melewati rencana pemahaman tentang mengapa kegiatan
tertentu diberikan periode waktu tertentu.

D. Langkah 4 Tentukan biaya, sumber daya yang tersedia, dan anggaran


a. Hitung biaya setiap strategi yang diprioritaskan dan total biaya rencana
untuk setiap tahun. Biaya kesehatan biasanya mencakup investasi modal
dan pengeluaran berulang seperti sumber daya manusia dan barang habis
pakai (misalnya obat-obatan dan penyelidikan laboratorium).
b. Rencana kesehatan mental juga harus mempertimbangkan bagaimana
sumber daya akan dibiayai. Di sebagian besar negara ada campuran dana
negara (perpajakan umum), asuransi sosial, donor, asuransi swasta dan
pembayaran langsung. Selain itu sejumlah sektor seperti tenaga kerja
pendidikan, peradilan dan perumahan perlu menganggarkan untuk
kesehatan mental.

c. Sesuaikan kerangka waktu strategi dan kegiatan dengan jumlah sumber


daya keuangan yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan lembaga swasta
terhadap kesehatan mental untuk setiap tahun pelaksanaan rencana tersebut.

4. Mengembangkan program kesehatan mental


Selain kebijakan dan rencana strategis dan rinci, penting untuk memiliki
program dengan tujuan yang sangat difokuskan untuk promosi kesehatan mental,
pencegahan gangguan mental, dan pengobatan dan rehabilitasi. Sebuah program
sering diimplementasikan dalam divisi administrasi yang lebih kecil atau untuk
jangka waktu lebih pendek dari rencana strategis.
Program harus fokus pada tujuan tertentu yang diidentifikasi dan memerlukan
perhatian khusus untuk alasan tertentu pada waktu tertentu. Sebagai contoh,
program dapat dirancang dan dilaksanakan di berbagai bidang seperti:
- Kekerasan terhadap perempuan
- Fetal Alcohol Syndrome
- pengungsi
- Mengamankan fasilitas kesehatan mental
- Hari Kesehatan Dunia
- Pengobatan epilepsy
Mengembangkan dan menerapkan program tidak dapat dilakukan secara
sembarangan dan harus mengikuti langkah-langkah yang digariskan dalam
rencana. Program harus karenanya mengikuti prosedur berikut:

 Menentukan strategi dan kerangka waktu berdasarkan penelitian dan


informasi yang dikumpulkan
 Indikator set dan target
 Tentukan kegiatan utama dan bagaimana dan oleh siapa ini akan
dilaksanakan
 Menentukan biaya dan sumber daya yang tersedia dan arah program sesuai
 Mengatur proses monitoring dan evaluasi

5. Pelaksanaan isu kebijakan, rencana dan program


Sebuah kebijakan kesehatan mental dapat diimplementasikan melalui strategi
prioritas yang diidentifikasi oleh rencana dan intervensi prioritas yang
diidentifikasi oleh rencana / program. Pelaksanaan strategi dan intervensi
memerlukan beberapa tindakan . Tindakan utama berhubungan dengan:
penyebaran kebijakan; dukungan politik dan pendanaan; organisasi -supportive;
daerah demonstrasi; pemberdayaan penyedia; koordinasi lintas sektoral; interaksi
antara pelayanan kesehatan dan beberapa stakeholder (termasuk alokasi dana,
manajemen, pembelian layanan dan regulasi).
A. Langkah 1 Menyebarluaskan kebijakan
Penting untuk mentri kesehatan dan Kawasan untuk menyebarluaskan
kebijkaan yang baru secara merata

B. Langkah 2 Menghasilkan dukungan politik dan pendanaan


Setelah kebijakan yang telah ditulis, kegiatan partisipasi pemangku
kepentingan dan komunikasi aktif harus dimulai. Kegiatan ini harus
berlangsung selama beberapa bulan untuk memastikan bahwa dukungan politik
yang cukup dan dana yang diberikan untuk implementasi.
Para profesional kesehatan mental dalam pelayanan kesehatan harus
terlibat dalam wawancara dan pertemuan dengan otoritas pelayanan mereka
sendiri dan departemen lain, seperti yang dari kesejahteraan sosial, pekerjaan /
tenaga kerja, pendidikan, keadilan, lingkungan, perumahan, keuangan dan
perdagangan dan industri. Mereka juga harus mengadakan wawancara dan
pertemuan dengan perwakilan dari lembaga-lembaga lainnya, seperti parlemen,
pengadilan keadilan, polisi, pemerintah daerah dan kota.
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menunjukkan pentingnya
kesehatan mental. Pihak berwenang harus dibuat sadar bahwa gangguan mental
merupakan proporsi yang signifikan dari beban penyakit

C. Langkah 3 Mengembangkan organisasi yang mendukung


Organisasi yang mendukung kebijakan kesehatan mental harus hadir di
semua divisi administratif dan geografis negara atau sistem kesehatan daerah
(Asioli, 2000). Tingkat berikut, yang mungkin memerlukan adaptasi dengan
keadaan di masing-masing negara atau wilayah, dapat dipertimbangkan.
 Menteri Kesehatan
 kabupaten Kesehatan
 tim kesehatan mental masyarakat
 tim perawatan kesehatan primer

D. Langkah 4. Mengatur proyek percontohan di daerah demonstrasi


Disarankan bahwa pelayanan kesehatan membangun proyek
percontohan di daerah demonstrasi (s) di mana kebijakan, rencana dan program
dapat dilaksanakan lebih cepat dan dievaluasi lebih menyeluruh daripada di
tempat lain di negara ini. Wilayah demonstrasi bisa menjadi wilayah geografis
atau sektor kota besar, asalkan itu adalah perwakilan dari mayoritas penduduk
negara itu. Pengetahuan yang bisa di dapat dari area demonstrasi sangat penting
untuk keberhasilan kebijakan dan rencana di seluruh negeri

E. Langkah 5. Memberdayakan penyedia kesehatan mental


Penyedia dalam sistem kesehatan tim atau lembaga yang memberikan
intervensi kesehatan bagi penduduk. Kedua penyedia layanan kesehatan
umum dan penyedia layanan kesehatan mental yang spesifik memberikan
intervensi kesehatan mental. Beberapa intervensi yang disediakan oleh
lembaga di luar sektor kesehatan.
Karakteristik penyedia mungkin memiliki pengaruh yang kuat pada
cara di mana intervensi kesehatan mental yang disampaikan. Penyedia yang
ideal adalah tim multidisiplin kecil yang terdiri dari orang-orang dari berbagai
bidang yang menggabungkan keterampilan mereka dan menggunakan
kebijaksanaan kolektif mereka untuk menangani lebih efektif dengan
kompleksitas kesehatan mental penduduk.
Enam jenis penyedia layanan kesehatan dapat dibedakan, masing-
masing membutuhkan insentif tertentu:
- penyedia kesehatan mental masyarakat;
- penyedia kesehatan mental swasta;
- tenaga kesehatan tradisional;
- kelompok saling membantu;
- nonpemerintah, sukarela dan amal organisasi;
- konsumen kesehatan mental dan keluarga sebagai penyedia
F. Langkah 6. Memperkuat koordinaas lintas sectoral
Dalam kasus ini tugas profesional kesehatan mental dalam pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:
 mengkoordinasikan kegiatan dengan para profesional dan departemen
lain untuk merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi intervensi
kesehatan mental.
 mendukung profesional kesehatan mental di kabupaten kesehatan
dalam rangka meningkatkan koordinasi antara tim-tim lokal kesehatan
dan tim dari sektor lain (tim distrik misalnya kesehatan pertemuan, tim
sosial lokal dan tim kesehatan mental dengan tujuan untuk
mengembangkan program pada ibu dan bayi ikatan di masyarakat
miskin).

G. Langkah 7. Meningkatkan interaksi antara para pemangku kepentingan


Dalam rangka untuk memastikan pengiriman intervensi kesehatan
mental yang merespon kebutuhan populasi itu perlu untuk beberapa interaksi
terjadi antara para pemangku kepentingan. Interaksi ini terjadi pada berbagai
tingkat organisasi suatu negara atau wilayah
 Interaksi antara pelayanan kesehatan dan pemangku kepentingan
nasional atau regional lainnya
 Interaksi antara kabupaten kesehatan dan pelayanan kesehatan
 Interaksi antara kabupaten kesehatan dan penyedia
 Interaksi antara konsumen dan penyedia

6. Promosi dan pencegahan


 Mengembangkan ibu dan ikatan bayi di komunitas miskin: Intensif
interven-tions yang melibatkan kunjungan rumah selama beberapa
tahun, dukungan orang tua, pelatihan keterampilan hubungan, saran
pada sumber daya masyarakat dan bantuan dalam kaitannya dengan
tujuan pendidikan dan pekerjaan orang tua. Ada bukti dari
perkembangan kognitif ditingkatkan bayi, masalah perilaku lebih
sedikit selama masa remaja dan risiko depresi yang lebih rendah.
 pencegahan non-spesifik: Memerangi pelecehan anak, ditinggalkannya
orang tua dan trauma di migran dan pengungsi; intervensi multisektoral
yang ditujukan untuk memerangi kemiskinan, isolasi dalam negeri,
ketidakberdayaan (dihasilkan, misalnya, dari tingkat rendah pendidikan
dan ketergantungan ekonomi) dan penindasan perempuan.
 promosi kesehatan mental di sekolah: Intervensi disampaikan oleh
guru terlatih baik di tingkat sekolah dasar dan menengah termasuk
keterampilan hidup untuk pencegahan HIV / AIDS, pencegahan
penyalahgunaan zat, promosi kesehatan mental dan pencegahan
kekerasan.
 Mengembangkan keterampilan mengatasi dan hubungan teman sebaya
baik di antara anak-anak sekolah: Intervensi yang dilakukan di sekolah-
sekolah dengan baik semua anak-anak atau hanya kelompok berisiko
tinggi, termasuk peningkatan perkembangan kognitif, pelatihan
keterampilan sosial dan keterampilan untuk mengatasi perasaan negatif,
pengembangan sikap positif terhadap sekolah, mengendalikan kemarahan
dan memahami perasaan. Ada bukti untuk peningkatan kompetensi
kognitif, kurang rekan penolakan, kurang rasa malu dan kompetensi sosial
yang lebih.

7. Prinsip untuk pengembangan pedoman kesehatan mental


a) Pedoman harus difokuskan pada hasil konsumen ditingkatkan: Jika
memungkinkan, pedoman harus menargetkan perubahan positif yang
dihargai oleh konsumen dalam kesehatan mental individu, kelompok
orang atau populasi (misalnya kualitas hidup, tingkat fungsional).
b) Pedoman harus didasarkan pada bukti terbaik yang tersedia: Terlepas
dari penelitian kuantitatif dan tinjauan sistematis, data harus juga
diperoleh dari penelitian kualitatif yang dirancang dengan baik.
Namun, karena kedua jenis penelitian kesehatan mental jarang terjadi
di negara berkembang, metode lain harus dipertimbangkan, misalnya
kesepakatan di antara sekelompok ahli dan adaptasi pedoman yang
dikembangkan oleh daerah atau negara lain.

c) Proses pembangunan pedoman harus multidisiplin dan harus


melibatkan konsumen: Jika pedoman yang relevan orang-orang yang
diharapkan untuk menggunakan dan manfaat dari mereka harus
memainkan bagian dalam perkembangan mereka. Orang-orang ini
adalah pekerja kesehatan umum, tenaga kesehatan mental, perwakilan
dari kelompok konsumen dan keluarga yang relevan, spesialis
kesehatan masyarakat dan perwakilan dari kelompok-kelompok
profesional. Keterlibatan mereka akan meningkatkan penerimaan dan
kepatuhan dengan pedoman.

d) Pedoman harus fleksibel dan mudah beradaptasi dengan keadaan yang


berbeda: Mereka harus mempertimbangkan perbedaan dalam populasi,
pengaturan geografis, ketersediaan sumber daya, dan harapan
konsumen, nilai-nilai dan preferensi. Dalam hubungan ini, pedoman
nasional harus disesuaikan dengan realitas regional dan lokal.

e) Pedoman harus dikembangkan sesuai dengan kendala pada sumber:


Jika mungkin suatu penilaian ekonomi harus dimasukkan dalam
pedoman, terutama di mana data biaya dapat membantu untuk memilih
antara pilihan pengobatan dan mempengaruhi manajerial atau
keputusan pembelian.
f) Pedoman harus ditinjau dan diperbarui secara teratur: Mereka harus
ditinjau setelah periode yang tepat, biasanya tiga sampai lima tahun,
dan ketika bukti baru telah tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

Funk, Michelle. 2004. Mental Health Policy, Plans, and Programmes.


Switzerland:World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai