Disusun oleh :
Cahyo Fajar Prihantono (121150061)
Disusun oleh:
Cahyo Fajar Prihantono 121150061
Disahkan oleh:
Yogyakarta, 2019
Pembimbing ,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kerja praktek dengan judul Evaluasi Efisiensi Furnace-01 Pada Kilang di Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak Dan Gas Bumi dengan baik.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi syarat
kelulusan mata kuliah kerja praktek.
Dengan selesainya laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
2. Bapak Dr. Eng. Yulius Deddy Hermawan, S.T, M.T. selaku ketua jurusan teknik
kimia.
3. Ibu Ir. R.R. Endang Sulistyowati , ST, MT. selaku dosen pembimbing Kerja
praktek.
4. Bapak Nurdin, ST selaku pembimbing lapangan kerja praktek di PPSDM
MIGAS, Cepu.
5. Rekan - rekan yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan pada laporan ini, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan
penyusunan laporan selanjutnya
Yogyakarta, 2019
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
IV.2. SARAN .................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Peta Lokasi PPSDM Migas Cepu .......................................................... 8
Gambar I.2 Struktur Organisasi PPSDM Migas Cepu .............................................. 9
Gambar II.1 Diagram alir proses pada kilang PPSDM .............................................. 25
Gambar III.1 Skema furnace ...................................................................................... 33
Gambar III.2 Furnace tipe box ................................................................................... 35
Gambar III.3 Furnace tipe silinder vertikal ................................................................ 36
Gambar III.4 Furnace tipe Cabin ................................................................................ 38
Gambar III.5 Radiant Wall Furnace ........................................................................... 39
Gambar III.6 Skema burner ........................................................................................ 42
vi
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Spesifikasi Petrasol CA .......................................................................................... 18
Tabel I.2 Spesifikasi Petrasol CB .......................................................................................... 19
Tabel I.3 Spesifikasi Petrasol CC .......................................................................................... 20
Tabel I.4 Spesifikasi Minyak Bakar Cepu (Residu) .............................................................. 21
Tabel I.5 Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Solar ........................................................ 22
Tabel III.1 Spesifikasi Furnace 01. ......................................................................................... 49
Tabel III.2 Data Komposisi Flue gas ......................................................................................
Error! Bookmark not defined.
Tabel III.3 Data Thernal Balance ...........................................................................................
Error! Bookmark not defined.
vii
INTISARI
PPSDM MIGAS Cepu merupakan suatu lembaga atau instansi pemerintah dibawah
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) yang mempunyai fungsi melakukan
pendidikan dan pelatihan di bidang minyak dan gas bumi, selain itu PPSDM Migas Cepu
bekerja sama dengan PT. Pertamina EP asset IV Field Cepu, Jawa tengah untuk mengolah
minyak mentah (crude oil) menjadi berbagai macam produk seperti solar, pertasol, dan
residu.
Proses pengolahan minyak mentah (crude oil) pada PPSDM MIGAS Cepu
menggunakan sistem distilasi atmosferik yaitu metode pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi
berdasarkan perbedaan titik didih dari tiap-tiap fraksi pada kondisi atmosferik. Tahapan-
tahapan proses dalam pengolahan minyak bumi ini, terlebih dahulu dinaikan suhunya
menggunakan Heat Exchanger dan Furnace untuk didapatkan suhu umpan masuk yang
sesuai.
Furncace-01 (F-01) merupakan salah satu alat yang penting dalam pengolahan
minyak, furnace sendiri merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan panas yang
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar dalam suatu ruangan ke fluida yang
dipanaskan sampai mencapai suhu yang diinginkan. Untuk mendapatkan suhu keluaran yang
diinginkan furnace haruslah dalam keadaan layak digunakan. Sehingga perlu adanya
evaluasi kinerja dari furnace untuk mengetahui kelayakan alat tersebut.
Pada kegiatan kerja praktik penyusun mengambil tugas evaluasi efisiensi dari
Furncace-01 (F-01). Dengan data yang didapatkan selama praktek kerja lapangan,
didapatkan efisiensi furnace sebesar 71,809 % yang berarti furnace layak dioperasikan
viii
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu
BAB I
PENDAHULUAN
Cepu.(https://www.esdm.go.id, 2018)
KEPALA PUSAT
PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA MANUSIA MINYAK
DAN GAS BUMI
KEPALA BAGIAN
TATA USAHA
BAB II
PROSES PRODUKSI
Metode
Spek Pertasol CA
ASTM/
No. Parameter Uji Satuan
Lain Baru
Min. Maks.
1. Density at 15⁰C kg/m3 D-1298 720 735
Distilasi : D-86
2. IBP °C 45
End Point °C 150
3. Warna Saybolt D-156 +25
Korosi bilah Tembaga, D-130
4. No. 1
2 hrs/100°C
Doctor
5. D-4952 Negative
Test
6. Aromatic Content % volume D-1319 20
b) Pertasol CB
Kapasitas produksi pertasol CB yaitu ± 8,7 kl/hari. Spesifikasi pertasol
CByang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat pada tanggal 06
Februari 2012 terdapat dalam Tabel 2.2
Metode
Spek Pertasol CA
ASTM/
No. Parameter Uji Satuan
Lain Baru
Min. Maks.
1. Density at 15⁰C kg/m3 D-1298 765 780
2. Distilasi : D-86
IBP °C 100
End Point °C 200
3. Warna Saybolt D-156 +18
Korosi bilah Tembaga, D-130
4. No. 1
2 hrs/100°C
5. Doctor Test D-4952 Negative
%
6. Aromatic Content D-1319 25
volume
c) Pertasol CC
Produk pertasol CC pada Kilang PPSDM Migas Cepu memproduksi dalam
waktu-waktu tertentu dalam arti hanya memproduksinya secara on
demand. Kapasitas produksi pertasol CC tidak bisa ditentukan tetapi ketika
ada permintaan sekitar 15% per hari. Pertasol CC memiliki spesifikasi
yang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat tanggal 06 Februari 2012
terdapat dalam tabel 2.3.
d) Residu
Residu merupakan fraksi berat dari minyak bumi yang mempunyai
titik didih paling tinggi yaitu 350 0C dan merupakan hasil bawah dari
residue stripper. Residu biasanya digunakan sebagai bahan bakar dalam
pabrik karena mempunyai heating value yang tinggi. Kapasitas produksi
yang dihasilkan yaitu ±58 kl/hari.
Produk residu di Kilang PPSDM Migas Cepu dikenal dengan nama
Minyak Bakar Cepu (MBC). MBC memiliki spesifikasi yang telah diuji
pada tanggal 08 Mei 2015 dengan sampel dari T.138 terdapat dalam tabel
2.4.
CL-16) serta box cooler 3, 4 dan 5 yang setelah itu dialirkan menuju
separator 1 untuk dipisahkan air, minyak dan gas. Selanjutnya produk
yang telah dipisahkan airnya di tampung pada tangki No. 115 untuk
dipergunakan sebagai refluks kolom C2. Bagi fraksi yang tidak bisa di
kondensasikan pada CN-1, CN-2, CN-3 dan CN-4 maka
dikondensasikan pada condensor 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 dari sini
minyak didinginkan lebih lanjut pada cooler (CL-3 dan CL-4) yang
selanjutnya ditampung pada separator 3 untuk dipisahkan dari
airnya.Dari separator 3 minyak di tampung pada tangki No. 114, 115,
116 dan 117 sebagai produk yang disebut pertasol CA.
b) Proses Treating
Pada umumnya minyak mentah dan produk masih mengandung
kotoran-kotoran atau impurities berupa hydrogen sulfide (H2S),
Merchaptan (RSH), MgCl2, NaCl dan lain-lain dalam jumlah tertentu.
Proses treating adalah proses yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan impurities yang terdapat dalam produk.
Unit pengolahan di PPSDM Migas Cepu proses treating hanya
dilakukan pada produk Pertamina Solvent (Pertasol CA,CB dan CC) yaitu
dengan NaOH dan dengan cara injeksi amoniak (NH3) pada puncak kolom.
2.4. UTILITAS
2.4.1. UNIT BOILER PPSDM MIGAS CEPU
Boiler merupakan peralatan yang sangat diperukan untuk menunjang
proses kilang pada industri Migas. Boiler atau biasa disebut ketel uap adalah
suatu bejana tertutup yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap atau
dengan kata lain mentransfer panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan
bakar (baik dalam bentuk padat, cair, atau gas) sehingga berubah wujud
menjadi uap. Di dalam boiler, energi kimia dari bahan bakar di ubah menjadi
panas melalui proses pembakaran dan panas yang dihasilkan sebagian besar
diberikan kepada air yang berada di dalam ketel, sehingga air berubah
menjadi uap.
Boiler tersebut dibuat dari bahan baja dengan bentuk bejana tertutup
yang di dalamnya berisi air, sedangkan air tersebut dipanasi dari hasil
pembakaran bahan bakar residu. Untuk menyediakan kebutuhan uap atau
steam di PPSDM Migas Cepu maka boiler yang tersedia berjumlah 3 unit,
yang terdiri dari:
1) 1 (satu) unit boiler tipe AL-LSB-6000 dengan kapasitas sebesar 6
ton/jam.
2) 1 (satu) unit boiler tipe JIS B 8261 dengan kapasitas sebesar 6 ton/jam.
3) 1 (satu) unit boiler tipe Wanson yang memiliki kapasitas sebesar 6,6
ton/jam.
Dalam pengoperasiannya, boiler di PPSDM Migas Cepu hanya
dioperasikan 1 unit saja karena kebutuhan steam untuk kilang sudah
tercukupi.
umpan ketel uap dan pemadam kebakaran. Unit water treatment memiliki
kapasitas sebesar 105.090 m3
2.4.3. POWER PLANT PPSDM MIGAS CEPU
Power plant adalah unit di PPSDM Migas Cepu yang menangani
penyediaan tenaga listrik menggunakan tenaga diesel. Bahkan bahan bakar
untuk ini menggunakan solar yang disediakan oleh PPSDM Migas Cepu
sendiri, dengan demikian tidak bergantung dengan PLN (Perusahaan Listrik
Nasional) disamping tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit ini cukup besar.
PLTD (Perusahaan Listrik Tenaga Diesel) di PPSDM Migas Cepu mulai
didirikan pada tahun 1973.
2.5. K3LL
Unit K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan)
dibentuk dengan tujuan untuk mencegah dan menanggulangi segala sesuatu
yang menyebabkan kecelakaan kerja yang mempengaruhi terhadap proses
produksi, sehingga sumber-sumber produksi dapat digunakan secara efisien
dan produksi dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti.Unit
K3LL PPSDM Migas Cepu mempunyai tugas yang meliputi:
1. Tugas rutin
a. Menyusun rencana pencegahan terhadap kecelakaan kerja
b. Melakukan inspeksi secara berkala atau khusus
c. Melakukan pemeriksaan alat - alat pemadam kebakaran
d. Mengadakan safety trainning baik kepada personil pemadam api
maupun pegawai biasa
2. Tugas Non Rutin
a. Melaksanakan pelayanan pemadam api dan keselamatan kerja di luar
PPSDM Migas Cepu
b. Melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan kerja yang sama
BAB III
TUGAS KHUHUS
3.2 TUJUAN
1. Mengetahui efisiensi alat furnace-01 pada unit kilang di PPSDM Migas.
2. Mengetahui kelayakan pada furnace-01 saat dioperasikan.
.
3.3 BATASAN MASALAH
1. Kondisi dan data operasi diambil dari data lapangan pada bulan Juni 2019.
2. Ruang lingkup tugas khusus adalah menentukan nilai efisiensi kerja dari alat
furnace-01 unit kilang PPSDM MIGAS CEPU.
lebih rendah.
2. Perpindahan Panas secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksidiakibatkan molekul-molekul
zat perantara ikut bergerak mengalir dalam perambatan panas atau
proses perpindahan panas dari satu titik ke titik lain dalam fluidaantara
campuran fluida dengan bagian yang lain. Perpindahan panas ini dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Konveksi alam (Natural Convection)
Perpindahan panas yang terjadi bila aliran panas yang berpindah
diakibatkan perbedaan berat jenis. Pada konveksi alam aliran fluida
disebabkan oleh perbedaan suhu antara bagian satu dengan bagian
lainnya sehingga terjadi perbedaan densitas. Densitasbagian fluida
dingin lebih besar dari bagian fluidapanas. Aliran terjadi akibat
adanya perbedaan densitas.
b. Konveksi paksa (Forced Convection)
Perpindahan panas yang terjadi bila aliran fluida disebabkan oleh
adanya gerakan dari luar, seperti pemompaan, pengadukan, dll.
3. Perpindahan Panas secara Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang
terjadikarena perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik
secara pancaran atau proses perpindahan panas dari sumber panas ke
penerima panas yang dilakukan dengan pancaran gelombang panas.
Antara sumber panas dengan penerima panas tidak terjadi kontak.
Bagian dapur yang terkena radiasi adalah ruang pembakaran. (D.Q.
Kern,1965)
batubara, tergantung seberapa besar panas yang ingin dihasilkan serta aspek
keekonomisannya. Besarnya beban panas yang harus diberikan oleh furnace
kepada fluida yang dipanaskan bergantung pada jumlah umpan dan perbedaan
suhu inlet dan outlet umpan yang ingin dicapai.
Semakin besar perbedaan suhu dan semakin banyak jumlah umpan,
maka beban dapur akan semakin tinggi. Namun, juga harus diperhatikan,
bahwa suhu yang dicapai oleh fluida proses yang dipanaskan tidak boleh
mencapai suhu dimana dapat terjadi thermal cracking pada fluida proses yang
dipanaskan. Thermal cracking akan mengakibatkan terbentuknya gas-gas
ringan yang akan mengakibatkan volume fluida hasil pembakaran menjadi
sangat besar dan melebihi volume pipa fluida proses. Bila hal ini terjadi, dapat
menimbulkan bahaya berupa meledaknya furnace. Thermal cracking dapat
pula mengakibatkan terbentuknya coke yang dapat mengurangi luas
perpindahan panas pada furnace dan sebagai isolator panas.
Furnace pada dasarnya terdiri dari sebuah ruang pembakaran yang
menghasilkan sumber kalor untuk diserap kumparan pipa (tube coil) yang
didalamnya mengalir fluida. Dalam konstruksi ini biasanya tube coil dipasang
menelusuri dan merapat kebagian lorong yang menyalurkan gas hasil bakar
(flue gas) dari ruang bakar ke cerobong asap (stack). Perpindahan kalor yang
diruang pembakaran terutama terjadi karena radiasi disebut seksi radiasi
(radiant section), sedangkan saluran gas hasil pembakaran terutama oleh
konveksi disebut seksi konveksi (convection section). Untuk mencegah
supaya gas buangan tidak terlalu cepat meninggalkan ruang konveksi maka
pada cerobong seringkali dipasang penyekat (damper). Perpindahan panas
kalor melalui pembuluh dikenal sebagai konduksi. (Amrin Hakim, 2013)
(P.Trambouze, 2000)
4. Burner
Burner merupakan alat pembakar bahan bakar (fuel) sistem pengapian
dan pencampuran bahan bakar dan udara dengan udara primer/sekunder
serta sistem atomizing steam sehingga bahan bakar (fuel) dapat terbakar
dengan sempurna.
terjadi kondensasi dari air dan gas SO2yang terbawa oleh flue gas
sehingga terbentuk H2SO4 yang sangat korosif dan merusak semen lining
maupun metal stack.
6. Stack Damper
Alat ini berfungsi untuk mengatur pembuangan Flue gas melewati
stackdanmengatur tekanan di dalam furnace.
7. Lubang intip (peep hole)
Lubang intip pada dindingfurnace ini berfungsi untuk mengamati
nyalaapi serta kondisi tube di dalam furnace.
8. Explotion Door
Pintu yang dapat terbuka bila terjadi ledakan (tekanan furnace naik)
sehinggafurnace terhindar dari kerusakan.
9. Pengatur udara (air register)
Berfungsi untuk mengatur banyaknya udara yang masuk ke dalam
furnace.
10. Snuffing steam
Alat ini berfungsi untuk mengalirkan steam ke dalam furnace,
untuk mematikanapi bila terjadi kebocoran tube. Juga digunakan untuk
menghalau gas hidrokarbon sisa di dalamruang pembakaran sebelum
menyalakan burner.
11. Soot blower
Alat ini berfungsi untuk menghilangkan jelaga yang menempel
pada pipa-pipapembuluh di daerah konveksi.
(P. Trambouze, 2000)
3.4.4. Pembakaran dalam Furnace
Pembakaran adalah proses terjadinya reaksi antara oksigen dengan bahan
bakar yang disertai dengan timbulnya panas. Terjadinya pembakaran harus
tersedia beberapa unsur yang dibutuhkan antara lain:
1. Bahan bakar
2. Udara
Kebutuhan oksigen untuk pembakaran diambil dari udara bebas sehingga
secara langsung udara berpengaruh terhadap pembakaran.
3. Api
Api diperlukan dalam pembakaran. Selain bahan bakar itu sendiri dan
Suhu pembakaran dalam furnace tergantung dari beberapa faktor antara lain:
Kandungan dari bahan bakar (heat content of fuel)
Semakin tinggi suhu bahan bakar, maka kandungan panasnya semakin
tinggi sehingga suhu pembakarannya semakin tinggi pula.
Panas pembakaran dari bahan bakar (heating value of fuel)
Semakin besar berat jenis suatu bahan bakar, maka panas pembakarannya
semakin rendah persatuan berat dan suhu api semakin rendah pula.
Kandungan panas udara pembakaran
Memberikan kalori atau panas kepada udara pembakaran dengan cara
menaikan suhunya maka kandungan panasnya akan naik, dan
menyebabkan suhu nyala api naik.
Kelebihan udara pembakaran
Kelebihan udara pembakaran yang semakin besar, menyebabkan nyala api
atau flame turun, karena excess air menyerap panas. Dalam suatu furnace,
udara yang akan digunakan adalah oksigen sedangkan nitrogen akan
menyerab sebagian panas yang dihasilkan. Untuk mengurangi panas yang
diserap nitrogen kita harus mengurangi excees air seminimal mungkin.
(Himmelblau, 1991)
3.5 DATA
3.5.1. DIAGRAM BLOCK FURNACE
Resume Mass Balance
FLUE GAS
M4
CRUDE OIL M2
MASUK
M5
furnace-01
FUEL OIL M1 CRUDE OIL
KELUAR
M3
FUEL GAS
FLUE GAS
T4 = 274,822 oC
o
T2 = 108,6 C Q4
CRUDE OIL Q2
MASUK T5 =314,43 oC
Q5
furnace-01
FUEL OIL
o
T1 = 92,8 C CRUDE OIL
Q1 = KELUAR
T3 = 66,96 oC
Q3
FUEL GAS
Tipe Box
Suhu
No Tanggal CO IN CO Out FO In Dinding Dalam Dinding Luar Fuel Gas Cerobong
(oC) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC)
1 24/06/2019 114 323,7 95 610 75,4 67 275
2 25/06/2019 120 314,74 95 609,3 75,4 67 275,77
3 26/06/2019 110 317,64 90 623,93 75,4 66,9 276,69
4 27/06/2019 100 313,83 90 665,65 75,4 66,9 275,55
5 28/06/2019 99 302,25 94 627,93 75,4 67 271,1
Rata-rata 108,6 314,43 92,8 627,362 75,4 66,96 274,822
Tekanan
No Tanggal CO In CO out Fuel In Fuel Gas
2 2 2
(Kg/cm ) (Kg/cm ) (Kg/cm ) (Kg/cm2)
1 24/06/2019 4,3 0,27 9,8 5
2 25/06/2019 3,8 0,13 11,5 5
3 26/06/2019 3,7 0,16 9,5 5,4
4 27/06/2019 3,6 0,2 10,4 5,4
5 28/06/2019 3,7 0,22 9,5 5
Rata-rata 3,82 0,196 10,14 5,16
d. Kondisi Operasi :
a. Crude Oil
Suhu masuk Crude Oil : 108,6 oC (227,48oF )
Suhu keluar Crude Oil : 314,43 oC (597,974oF )
Tekanan masuk Crude Oil : 3,82 kg/cm2
Umpan masuk : 153 m3/hari
Densitas : 836 kg/m3
Specific Grafity 60/60 : 0,8460
141,5
o
API : 60 − 131,5
𝑆𝐺 ℉ 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒 𝑂𝑖𝑙
60
: 35.758
b. Kondisi Fuel Oil :
Suhu masuk Fuel Oil : 92,8 oC (199,04oF )
Tekanan masuk Fuel Oil : 7 kg/cm2
Kebutuhan Fuel Oil : 4,67046 m3/hari
Densitas : 886 kg/m3
Specific Grafity 60/60 : 0,9178
141,5
o
API : 60 − 131,5
𝑆𝐺 ℉ 𝐹𝑢𝑒𝑙𝑂𝑖𝑙
60
: 22,673
c. Udara Pembakaran :
Tekanan masuk : 1 atm
Suhu masuk : 32 oC ( 89.6 oF )
d. Kondisi Furnace :
Suhu dinding Furnace : 627,362 oC (1161,25oF )
Suhu cerobong (Stack) : 274,822 oC (526,678 oF )
= 4138 kg/day
= 9122,728 lb/day
=11,53
Dengan data K-UOP dan oAPI berdasarkan Fig.5-22 Nelson didapatkan nilai
Gross Heat Value Fuel Oil sebesar = 18900 BTU/lb
= 7184187,9 BTU/jam
=11,53
Dari nilai K-UOP yang telah dihitung selanjutnya akan didapatkan faktor
koreksi untuk nilai Cp fuel oil pada Fig. 5-1.
Faktor koreksi = 0,98
Cp fuel oil pada saat 60 oF = 0,43 BTU/lb oF
Cp fuel oil pada saat 199,04 oF = 0,51 BTU/lb oF
0,43+0,51
Cp rata-rata = BTU/lb oF
2
= 0,475 BTU/lb oF
Q1b = M1 × Cp sesungguhnya × ΔT
= 9122,728 lb/day × 0,4655 BTU/lb oF × (199,04 – 86) oF
1 𝑑𝑎𝑦
= 480039,042 BTU/day × 24 𝑗𝑎𝑚
= 20001,62675 BTU/jam
A B C D E F
Komponen BM rata-
BM %mol Mol Fraksi LHV F=C.E
rata D=A.C
C3H8 44 1,73 0,0173 0,7612 2371 41,018
I-C4H10 58 0,39 0,0039 0,2262 2977 11,61
I-C5H12 72 0,22 0,0022 0,1584 3679 8,0938
CO2 44 25,3 0,2529 11,1276 0 0
O2 32 0 0 0
N2 28 0,25 0,0025 0,07 0 0
H2S 34 0 0 0
CH4 16 67,8 0,6775 10,84 913 618,56
C2H6 30 3,05 0,0305 0,915 1641 50,051
n-C4H10 58 0,53 0,0053 0,3074 3113 16,499
n-C5H12 72 0,18 0,0018 0,1296 3709 6,6762
C6H14 86 0,61 0,0061 0,5246 4412 26,913
Total 100 1 25,06 779,4
Sumber: Laboratorium Lindungan Lingkungan PPSDM Migas Cepu
Dimana :
Ws = gas flow (SCF/day)
D = Internal diameter (inch)
P1 = Initial Presure (Psia)
P2 = Final Presure (Psia)
L = Leght of Line (miles)
T = Absolute temperature of following gas (oR)
Ts = Standart absolute Presure(oR)
Ps = Standart Presure (14,7 Psia)
Diketahui :
P = 18,25 psia (tekanan fuel gas masuk dapur)
R = 10,731 psia.ft3/lbmol.oR (konstanta gas ideal)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
P.V = 𝑥𝑅𝑥𝑇
𝐵𝑀
𝑃 𝑥 𝐵𝑀
Ρfuel gas = 𝑅𝑥𝑇
18,25 psia x 25,06 lb/bmol
= 10,731 𝑝𝑠𝑖𝑎 𝑐𝑢𝑓𝑡
𝑥 549,6
𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙 𝑅
= 0,077 lb/ft3
ρudara = 0,0062 lb/ft3
Maka :
𝑇𝑠 𝑝12 −𝑝22
Ws = 443,45 𝑃𝑠 x 𝑑 2,667 x √𝐿 𝑥 𝑆.𝐺 𝑥 𝑇
= 4064851,45 SCF/day
= 23747,01 lb/hari
= 11822,79 lb/jam
A B C D E F
Cp Panas
Komponen C=AxB
BM %mol Berat lb BTU/lb Sensible
Lb/lbmol o
F F=DxEx∆T
C3H8 44 1,73 0,7612 359,11 0,3982 8236,661
I-C4H10 58 0,39 0,2262 106,71 0,3979 2445,690
I-C5H12 72 0,22 0,1584 74,72 0,3972 1709,497
CO2 44 25,3 11,1276 5249,42 0,2105 63643,0752
N2 28 0,25 0,07 33,02 0,2483 472,254
CH4 16 67,8 10,84 5114,08 0,5318 156,652
C2H6 30 3,05 0,915 431,67 0,4183 10,4
n-C4H10 58 0,53 0,3071 145,02 0,4004 3344,6020
n-C5H12 72 0,18 0,1296 61,64 0,398 1401,622
C6H14 86 0,61 0,5246 247,49 0,3966 5653,701
Total 100 25,06 11822,38 87074,1542
Keterangan :
o A= berat molekul
o B= Kandungan komponen molekul
o C= AxB (Lb/lbmol)
o D= Berat Komponen (Lb)
o E= Harga Cp Komponen (BTU/lb oF)
o F= Panas sensibel komponen (BTU/jam)
nC = mC / BM
= 7298,22 lb/day / 12 lb/lbmol
= 608,185lbmol/day
mH = mFO − mC
= 1824,378 lb/day
nH = mH / BM
= 1824,378 lb/day / 2 lb/lbmol
= 912,189 lbmol/Iday
= 136310,64 BTU/h
= 11732,1 lb/jam
= 285,2135 lbmol/h
Σ m4= 285,2135 lbmol/h × 30 lb/lbmol
M4 = 8556,4068 lb/h
=8556,4068 lb/h x 24 h/day
=205353,7632 lb/day
Dari fig. 14-1 Nelson, Cp udara keluar stack =2000 BTU/lbmol
Q4 = Σ ngas × Cp udara keluar stack
= 285,2135 lbmol/jam × 2000 BTU/lbmol
= 570427 BTU/jam
Q6 = 2% x 9260265,436 BTU/jam
Q6 = 185205,3087 BTU/jam
= 0,71809 x 100%
= 71,809 %
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama kerja praktik di
Pusat Pengembangan Sumber Daya Mineral Minyak dan Gas Bumi, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. PPSDM MIGAS Cepu memiliki 6 furnace yaitu 2 furnace tipe vertikal
silinder dan 4 tipe box, namun yang dioperasikan hanyalah 2 furnace tipe
box.
2. Dari hasil perhitungan didapatkan efisiensi furnace sebesar 71,809 %
4.2 SARAN
1. Dari hasil evaluasi efisiensi furnace 01 diperlukan perawatan secara
berkala untuk menjaga performa furnace tersebut.
2. Perlu memperhatikan kondisi operasi pada furnace-01 yang belum
memenuhi syarat agar perpindahan panas lebih optimal.
3. Mengurangi suhu yang merambat pada dinding dan mengurangi excess
udara pembakaran untuk meningkatkan efisiensi furnace-01
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN