Anda di halaman 1dari 103

LAPORAN

KERJA PRAKTEK INDUSTRI


EVALUASI EFISIENSI FURNACE-01 PADA KILANG
DI
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA MINYAK DAN GAS
BUMI

Disusun oleh :
Cahyo Fajar Prihantono (121150061)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
KERJA PRAKTEK INDUSTRI
EVALUASI EFISIENSI FURNACE-01 PADA KILANG
DI
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA MINYAK DAN GAS
BUMI

Disusun oleh:
Cahyo Fajar Prihantono 121150061

Disahkan oleh:

Yogyakarta, 2019
Pembimbing ,

Ir. Endang Sulistyowati, M.T.


NIK. 19610420 198903 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kerja praktek dengan judul Evaluasi Efisiensi Furnace-01 Pada Kilang di Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak Dan Gas Bumi dengan baik.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi syarat
kelulusan mata kuliah kerja praktek.
Dengan selesainya laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
2. Bapak Dr. Eng. Yulius Deddy Hermawan, S.T, M.T. selaku ketua jurusan teknik
kimia.
3. Ibu Ir. R.R. Endang Sulistyowati , ST, MT. selaku dosen pembimbing Kerja
praktek.
4. Bapak Nurdin, ST selaku pembimbing lapangan kerja praktek di PPSDM
MIGAS, Cepu.
5. Rekan - rekan yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan pada laporan ini, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan
penyusunan laporan selanjutnya

Yogyakarta, 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
INTISARI.................................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
I.1.SEJARAH PPSDM MIGAS CEPU .............................................................. 1
I.2.ORIENTASI UMUM PPSDM MIGAS CEPU ............................................. 3
I.3. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 13
BAB II PROSES PRODUKSI
II.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU ................................................................ 15
II.2. SPESIFIKASI PRODUK .......................................................................... 15
II.3 DESKRIPSI PROSES ................................................................................ 20
II.4. UTILITAS ................................................................................................. 25
II.5 K3LL ......................................................................................................... 27
II.6. LABORATORIUM DASAR .................................................................... 28
BAB III TUGAS KHUSUS
III.1. LATAR BELAKANG ............................................................................. 29
III.2. TUJUAN .................................................................................................. 29
III.3. BATASAN MASALAH .......................................................................... 29
III.4. LANDASAN TEORI ............................................................................... 30
III.5. DATA ..................................................................................................... 47
III.6. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 53
BAB IV PENUTUP
IV.1. KESIMPULAN ....................................................................................... 68

iv
IV.2. SARAN .................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Peta Lokasi PPSDM Migas Cepu .......................................................... 8
Gambar I.2 Struktur Organisasi PPSDM Migas Cepu .............................................. 9
Gambar II.1 Diagram alir proses pada kilang PPSDM .............................................. 25
Gambar III.1 Skema furnace ...................................................................................... 33
Gambar III.2 Furnace tipe box ................................................................................... 35
Gambar III.3 Furnace tipe silinder vertikal ................................................................ 36
Gambar III.4 Furnace tipe Cabin ................................................................................ 38
Gambar III.5 Radiant Wall Furnace ........................................................................... 39
Gambar III.6 Skema burner ........................................................................................ 42

vi
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Spesifikasi Petrasol CA .......................................................................................... 18
Tabel I.2 Spesifikasi Petrasol CB .......................................................................................... 19
Tabel I.3 Spesifikasi Petrasol CC .......................................................................................... 20
Tabel I.4 Spesifikasi Minyak Bakar Cepu (Residu) .............................................................. 21
Tabel I.5 Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Solar ........................................................ 22
Tabel III.1 Spesifikasi Furnace 01. ......................................................................................... 49
Tabel III.2 Data Komposisi Flue gas ......................................................................................
Error! Bookmark not defined.
Tabel III.3 Data Thernal Balance ...........................................................................................
Error! Bookmark not defined.

vii
INTISARI

PPSDM MIGAS Cepu merupakan suatu lembaga atau instansi pemerintah dibawah
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) yang mempunyai fungsi melakukan
pendidikan dan pelatihan di bidang minyak dan gas bumi, selain itu PPSDM Migas Cepu
bekerja sama dengan PT. Pertamina EP asset IV Field Cepu, Jawa tengah untuk mengolah
minyak mentah (crude oil) menjadi berbagai macam produk seperti solar, pertasol, dan
residu.
Proses pengolahan minyak mentah (crude oil) pada PPSDM MIGAS Cepu
menggunakan sistem distilasi atmosferik yaitu metode pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi
berdasarkan perbedaan titik didih dari tiap-tiap fraksi pada kondisi atmosferik. Tahapan-
tahapan proses dalam pengolahan minyak bumi ini, terlebih dahulu dinaikan suhunya
menggunakan Heat Exchanger dan Furnace untuk didapatkan suhu umpan masuk yang
sesuai.
Furncace-01 (F-01) merupakan salah satu alat yang penting dalam pengolahan
minyak, furnace sendiri merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan panas yang
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar dalam suatu ruangan ke fluida yang
dipanaskan sampai mencapai suhu yang diinginkan. Untuk mendapatkan suhu keluaran yang
diinginkan furnace haruslah dalam keadaan layak digunakan. Sehingga perlu adanya
evaluasi kinerja dari furnace untuk mengetahui kelayakan alat tersebut.
Pada kegiatan kerja praktik penyusun mengambil tugas evaluasi efisiensi dari
Furncace-01 (F-01). Dengan data yang didapatkan selama praktek kerja lapangan,
didapatkan efisiensi furnace sebesar 71,809 % yang berarti furnace layak dioperasikan

Keywords : efisiensi furnace, PPSDM Migas

viii
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. SEJARAH PPSDM MIGAS


Lapangan minyak yang ada di Indonesia termasuk cukup banyak di
berbagai daerah dan salah satunya yang sudah lama adalah lapangan minyak
di daerah Cepu, pertama kali ditemukan oleh seorang Insinyur dari Belanda
bernama Andrian Stoop pada tahun 1886. Cepu merupakan suatu daerah yang
terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Perkembangan sejarah Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi, telah mengalami pergantian nama sejak ditemukan
minyak di Cepu sampai sekarang. Pada awal berdirinya sekitar abad XIX
tempat ini diberi nama DPM (Dordtsche Petroleum Maarschappij).
Seiring perkembangannya, tempat ini mengalami perubahan nama,
hingga pada tahun 2016 sampai sekarang berubah nama menjadi Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM
Migas). Selain diterangkan di atas, sejarah mencatat bahwa perkembangan
perminyakan di Cepu dapat diuraikan dalam tiga periode, yaitu:
1. Periode Zaman Hindia Belanda (Tahun 1886 - 1942)
Zaman ini telah ditemukan rembesan minyak didaerah pulau Jawa
yaitu Kuwu, Merapen, Watudakon, Mojokerto serta penemuan minyak dan
gas di Sumatera. Eksplorasi minyak bumi di Indonesia di mulai pada tahun
1870 oleh seorang Insinyur dari Belanda bernama P. Vandijk, di daerah
Purwodadi Semarang dengan mulai pengamatan rembesan-rembesan
minyak di permukaan.
Pada Januari 1893, ia menyusuri Bengawan Solo dengan rakit dari
Ngawi menuju Ngareng Cepu dan akhirnya memilih Ngareng sebagai
tempat pabrik penyulingan minyak dan sumurnya dibor pada Juli 1893.

1 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Daerah tersebut kemudian dikenal dengan nama Kilang Cepu. Selanjutnya,


berdasarkan akta No. 56 tanggal 17 Maret 1923 DPM diambil alih oleh
BPM (Bataafsche Petroleum Maarschappij) yaitu perusahaan minyak
milik Belanda.

2. Periode Zaman Jepang (Tahun 1942 - 1945)


Periode zaman Jepang, dilukiskan tentang peristiwa penyerbuan
tentara Jepang ke Indonesia pada perang Asia Timur yaitu keinginan
Jepang untuk menguasai daerah-daerah yang kaya akan sumber minyak,
untuk keperluan perang dan kebutuhan minyak dalam negeri Jepang.
Sumber-sumber minyak segera dibangun bersama oleh tenaga sipil
Jepang, tukang-tukang bor sumur tawanan perang dan tenaga rakyat
Indonesia yang berpengalaman dan ahli dalam bidang perminyakan, serta
tenaga kasar diambil dari penduduk Cepu dan daerah lainnya dalam jumlah
besar.
Pada Januari 1893, ia menyusuri Bengawan Solo dengan rakit dari
Ngawi menuju Ngareng Cepu dan akhirnya memilih Ngareng sebagai
tempat pabrik penyulingan minyak dan sumurnya dibor pada Juli 1893.
Daerah tersebut kemudian dikenal dengan nama Kilang Cepu. Selanjutnya,
berdasarkan akta No. 56 tanggal 17 Maret 1923 DPM diambil alih oleh
BPM (Bataafsche Petroleum Maarschappij) yaitu perusahaan minyak
milik Belanda.
Lapangan minyak Cepu masih dapat beroperasi secara maksimal
seperti biasa dan pada saat itu Jepang pernah melakukan pengeboran baru
di lapangan minyak Kawengan, Ledok, Nglobo dan Semanggi.

3. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1945)


Pada zaman kemerdekaan, Kilang minyak di Cepu mengalami
beberapa perkembangan sebagai berikut:

2 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Tabel 1.1 Sejarah Penamaan PPSDM MIGAS


TAHUN Nama
1945-1950 Perusahaan Tambang Minyak Nasional
(PTMN)
1950-1951
Administrasi Sumber Minyak (ASM)

Perusahaan Tambang Minyak Republik


1951-1957
Indonesia
1957-1961 Tambang Minyak Nglobo CA
1961-1966 Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (PN
Permigan)

1966-1978 PUSDIKLAT MIGAS

Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan


1978-1984 Gas Bumi Lembaga Minyak dan Gas Bumi
(PPTMGB LEMIGAS)

Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan


1984-2001
Gas Bumi (PPT Migas)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan


2001-2016
Gas Bumi (Pusdiklat Migas)

2016- Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia


Sekarang Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas)

Cepu.(https://www.esdm.go.id, 2018)

1.2. ORIENTASI UMUM PPSDM MIGAS CEPU


1.2.1. TUGAS POKOK PPSDM MIGAS CEPU
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2016 PPSDM
Migas Cepu memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut:
1. Tugas Pokok:

3 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

“Melaksanakan pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak


dan gas bumi”
2. Fungsi:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengembangan sumber daya
manusia di bidang minyak dan gas bumi;
b. Penyusunan program, akuntabilitas kinerja dan evaluasi serta
pengelolaan informasi pengembangan sumber daya manusia di bidang
minyak dan gas bumi;
c. Penyusunan perencanaan dan standarisasi pengembangan sumber daya
manusia di bidang minyak dan gas bumi;
d. Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang
minyak dan gas bumi;
e. Pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dan informasi
pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas bumi;
f. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi; dan
g. Pelaksanaan administrasi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi.

1.2.2. AKREDITASI PPSDM MIGAS CEPU


1. Lembaga Diklat Migas – Sistem Manajemen Integrasi ISO 9001, 14001&
OHSAS 18001; LAN
2. Lembaga Sertifikasi Profesi (KAN/BSN) ISO 17024
3. Laboratorium Penguji- ISO 17025
4. Laboratorium Kalibrasi- ISO 17025
5. Lembaga Inspeksi Migas - ISO 17020
6. IADC WellSharp USA
7. IIW (International Institute of Welding)-IWS-ANB (IndonesianWelding
Society-Authorized National Body).

4 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

8. Menjadi member of International Well Control Forum (IWCF)


9. Menjadimember of Offshore Petroleum Industry Training Organization
(OPITO)
10. Sertifikasi Kelayakan Penggunaan Peralatan untuk Crude Oil Distilation
Unit (SKPP)
11. Sertifikasi Kelayakan Penggunaan Instalasi untuk Crude Oil Distilation
Unit (SKPI)

1.2.3. JEJARING KERJASAMA


Dalam rangka upaya mensukseskan berbagi program diklat, PPSDM
Migas menjalin hubungan kerjasama dengan berbagi instansi pemerintah
maupun swasta, perguruan tinggi dan juga kerjasama international. Tujuan
kerjasama tersebut adalah untuk saling memberikan bantuan dalam hal-hal
tertentu yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.
a. Program Kerjasama Industri Migas
 SKK Migas (BP Migas)
 Conoco Phillips Indonesia
 Total E&P Indonesie
 Exxon Mobil Cepu Ltd.
 Star Energy
 Chevron
 Pertamina
 Santos (Sampang) Pty Ltd.
 Medco E&P
 Petronas Carigali Indonesia
 Energy Equity Epic (Sengkang)
 PHE - ONWJ
 Kangean Energy Indonesia
 Vico Indonesia

5 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

 BOB PT. Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu


 Hess (Indonesia-Pangkah)
 Citic Seram Energy Ltd.
 CNOOC
 Premier Oil
 BP Berau
 Salamander Energy
 JOB Simenggaris
 Eni Indonesia
b. Program Kerjasama International
 TCDC (Technical Cooperation Among Developing Countries) (untuk
Negara Asia dan Afrika)
 Training for Petronas Employee (Negara Malaysia)
 Basic Theory & Practice for VietRoss Engineers (Negara Vietnam)
 CCOP (Coordinating Committee for Offshore Prospecting), negara:
Papua Nugini, Brunei, Malaysia, Vietnam, cambodia, Myanmar, Cina,
Phiillipines, Thailand)
 CLMV (Cambodia, Laos PDR, Myanmar, Vietnam)
 Basic of Oil & Gas Operation & Maintenance Training-Total E&P
Myanmar
 UMW Corporation SDN BHD Program-Malaysia
 Introduction to Petroleum Operation-PAFYPS Timor Leste
 Diklat Pemboran – Energy Quest Malaysia
 University Of Eloy Alfaro ,Manabi - Equador
 Total Professeur Associes (TPA) Perancis
c. Program Kerjasama TNI / Polri
 Perwira Perminyakan
 Bintara Perminyakan
 Pelatihan dan Praktek BBM & BMP TNI-AU

6 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

 Lattis Suspa BMP TNI-AU


d. Program Kerjasama Perguruan Tinggi
 Institut Teknologi Bandung (ITB)
 Universitas Trisakti Jakarta
 UPN “Veteran” Yogyakarta
 UNISBA Bandung
 Universitas Islam Riau
 Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
 Universitas Gadjah Mada (UGM)
 Universitas Diponorogo (UNDIP)
 Universitas Airlangga (UNAIR)
 Universitas Brawijaya (UB)
 Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)
 Universitas Padjajaran (UNPAD)
 Universitas HasanudinMakasar,Universitas Proklamasi Yogyakarta,
STEM Akamigas, Unpatti Maluku, Universitas Bhayangkara Jakarta
Raya, dll.

1.2.4. LOKASI PPSDM MIGAS CEPU


Pusat Pengembangan Sumber Daya manusia Minyak dan Gas Bumi
berlokasi di Jalan Sorogo 1, Kelurahan Karangboyo, Kecamatan Cepu,
Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah dengan areal sarana dan prasarana
pendidikan dan pelatihan seluas 120 hektar. Di tinjau dari segi geografis dan
ekonomis, lokasi tersebut cukup strategis karena didukung oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Lokasi praktek
Lokasi PPSDM Migas berdekatan dengan lapangan minyak milik
Pertamina, Exxon Mobil Cepu Limited, Petrochina, tambang rakyat

7 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Wonocolo serta singkapan-singkapan geologi, sehingga memudahkan


peserta diklat untuk melakukan field study
2. Sarana transportasi
Kota Cepu dilewatioleh jalur kereta api yang Surabaya – Jakarta dan
jalan raya yang menghubungkan kota–kota besar di sekitarnya, sehingga
memudahkan untuk bepergian
3. Letaknya yang berbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur

Gambar 1.1 Peta Lokasi PPSDM Migas Cepu

Sumber: Humas PPSDM Migas Cepu

1.2.5. STRUKTUR ORGANISASI PPSDM MIGAS CEPU


Struktur organisasi yang ada di PPSDM Migas Cepu terdiri dari
pimpinan tertinggi sebagai kepala PPSDM Cepu.Pimpinan tertinggi
membawahi kepala bagian dan kepala bidang yang bertugas memimpin unit-
unit di PPSDM Migas Cepu.
Kepala bagian dan kepala bidang membawahi sub.bagian dan sub.
bidang dari unit-unit yang terkait. Di setiap unit terdapat pengawas unit dan
pengelola unit yang dipimpin oleh sub bagian masing-masing unit. Selain itu,
dalam kegiatan operasional PPSDM Migas Cepu setiap unit memiliki masing-

8 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

masing karyawan atau bawahan yang handal dalam setiap masing-masing


bidang yang dijalankan.

KEPALA PUSAT
PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA MANUSIA MINYAK
DAN GAS BUMI

KEPALA BAGIAN
TATA USAHA

KEPALA SUB KEPALA SUB


BAGIAN BAGIAN
KEUANGAN KEPEGAWAIAN
DAN UMUM

KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG


KEPALA BIDANG
PERENCANAAN DAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM DAN
STANDARISASI DAN SARANA
EVALUASI
PENGEMBANGAN PRASARANA
SDM PENGEMBANGAN SDM
KELOMPOK
KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG
JABATAN
PROGRAM PERENCANAAN PENYELENGGARAAN FUNGSIONAL
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN SDM
SDM
KEPALA SUB BIDANG
KEPALA SUB SARANA PRASARANA
KEPALA SUB BIDANG BIDANG
EVALUASI PENGEMBANGAN
STANDARISASI SDM DAN INFORMASI
PENGEMBANGA
N SDM

Gambar 1.2 Struktur Organisasi PPSDM Migas Cepu

Sumber: Humas PPSDM Migas Cepu

9 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

1.2.6. TATA TERTIB PPSDM MIGAS CEPU


1. Peserta KP/Penelitian harap hadir sesuai waktu yg ditentukan, misalnya
mengisi absen hadir,menjaga ketertiban
2. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Cepu
(PPSDM Migas) tidak menyediakan fasilitas, akomodasi, transportasi,
makan, kesehatan dan biaya lain
3. Selama Praktek/Penelitian wajib mengenakan almamater
4. Peserta KP wajib biodata dan menyerahkan pas foto ukuran 3X4 cm
5. Pesera KP/Penelitian diwajibkan sopan, dan mampu bergaul dengan
Dosen/Rekan/Instruktur/Pembimbing
6. Peserta KP/Penelitian wajib menjauhkan dari perbuatan tercela al.
Pencurian barang, mengancam dosen/pembimbing
7. KP/Penelitian dilarang membuat keributan/berkelahi dengan siapapun
selama diruang lingkup KP

1.2.7. HUMAS PPSDM MIGAS CEPU


Keberadaan humas sangat dibutuhkan dan penting untuk membangun
dan menjaga adanya saling pengertian antar organisasi dengan
stakeholder dan masyarakat umum, dengan tujuan menyangkut tiga hal yaitu
reputasi, citra dan komunikasi mutual benefit relationship.
Untuk berkomunikasi dengan publik, Humas PPSDM Migas
menyediakan layanan informasi berupa Call Center yang diperuntukkan bagi
stakeholder ataupun masyarakat umum yang ingin menyampaikan keluhan
dan pertanyaannya di bidang layanan organisasi. Call Center PPSDM Migas
dapat dihubungi melalui nomortelpon 081390107701 (jam kerja), sms atau
WA. Humas PPSDM Migas juga menyediakan informasi mengenai
perkembangan organisasi terkini melalui Buletin Patra yang terbit setiap 3
bulan sekali.

10 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

1.2.8. KEAMANAN PPSDM MIGAS CEPU


Mengingat kompleksnya kegiatan yang terdapat di PPSDM Migas Cepu
baik proses industri, kegiatan pengajaran, dan segala jenis kegiatan lainnya,
unit keamanan PPSDM Migas Cepu memiliki peran yang penting untuk
menjaga keamanan dan stabilitas kerja di PPSDM Cepu. Secara umum unit
keamanan memiliki 4 macam objek pengamanan yaitu pengamanan personil,
pengamanan material, pengamanan informasi danpengamanan operasional.

1.2.9. PERPUSTAKAAN PPSDM MIGAS CEPU


Perpustakaan PPSDM Migasmempunyai sistem pelayanan terbuka
(open access) yang meliputi:
a. Pelayanan reguler (mahasiswa akamigas, pegawai dan dosen)
b. Pelayanan non reguler (peserta kursus, praktikan)
Koleksi perpustakaan antara lain: buku–buku diklat, majalah ilmiah, laporan
penelitian, skripsi, ebook, laporan kerja praktek dan bahan audio visual.
.Adapun tugas–tugas perpustakaan PPSDM Migas Cepu yaitu:
a. Melakukan perencanaan, pengembangan koleksi, yang mencakup buku,
majalah ilmiah, laporan penelitian, skripsi, laporan kerja praktek, diklat/
hand out serta bahan audio visual.
b. Melakukan pengolahan dan proses pengolahan bahan pustaka meliputi
refrigrasi/inventaris, katalogisasi, klasifikasi, shelfing dan filing.
c. Laporan penggunaaan laboratorium bahasa untuk mahasiswa Akamigas,
pegawai, dosen, instruksi, peserta khusus dan lain-lain.
d. Layanan audio visual pemutaran film dan kaset video ilmiah untuk
mahasiswa Akamigas, pegawai, dosen, instruksi, peserta khusus dan lain-
lain.
e. Layanan kerjasama antara perpustakaan dan jaringan informasi nasional.

11 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

1.3. TINJAUAN PUSTAKA


1.3.1. MINYAK DAN GAS BUMI SECARA UMUM
Minyak Bumi atau Crude oil dan Gas Bumi adalah senyawa
Hydrocarbon dari C1 sampai dengan C tak terhingga yang dapat diolah untuk
Bahan Bakar Minyak, Bahan Petrokimia atau bahan-bahan lainnya, yang
sebelumnya diolah terlebih dahulu di Unit Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
Pengolahan ini dimaksudkan agar Minyak Bumi dan Gas Bumi menjadi BBM
maupun Non BBM agar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan baik
sebagai Bahan Bakar, Bahan Petrokimia maupun bahan-bahan lainnya.

1.3.2. MINYAK BUMI


Minyak bumi yang biasanya disebut Crude Oil adalah merupakan
campuran yang komplek dari senyawa Hydro Carbon, karena senyawa ini
dominan oleh unsur Carbon (C) dan Hydrogen (H) dan sebagian kecil unsur
lain seperti : Oksigen (O), Nitrogen (N), Sulfur (S) dan beberapa metal antara
lain : Fe, Na, Va yang susunannya sebagai senyawa ikutan / impurities.
Minyak mentah sebagian besar terdiri dari Hydro Carbon yang dapat
dibedakan sebagai berikut : Parafinik, Naphthenik, Olefin dan Aromatik.
Sedangkan jenis-jenis minyak mentah dapat dibedakan :
- Minyak mentah Parafinik.
- Minyak mentah Naphthenik (Asphaltik).
-Minyak mentah campuran.
Susunan rantai carbon dan rumus bangun senyawa hydro carbon akan
menentukan sifat fisika maupun sifat kimia dari minyak bumi dan gas bumi
serta akan mempengaruhi produk secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dengan makin berkembangnya teknologi pembakaran serta industri-
industri lain dan perkembangan dilakukan atas dasar penelitian-penelitian di
industri migas dari hulu sampai dengan hilir. Dengan perkembangan-
perkembangan mesin automotif dan mesin industri lain yang makin cepat

12 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

yang memerlukan tuntutan kualitas maupun kuantitas dari bahan bakar


maupun pelumas yang dipergunakan, sehinggga untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dalam proses pengolahannya juga akan berkembang.
Dengan makin besarnya kebutuhan tersebut sehingga dikembangkan
bermacam-macam proses pengolahan untuk meningkatkan bahan bakar dari
nilai rendah menjadi produk yang bernilai lebih tinggi.
Seperti diketahui bahwa crude oil itu merupakan senyawa hidrocarbon
yang berasal dari zat hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
Zat hidup itu mengalami pemecahan atau decomposisi yang membentuk
senyawa hidrocarbon. Zat hidrocarbon tersebut mempunyai sifat-sifat tertentu
dan tergantung perbandingan fraksinya. Susunan kimia minyak bumi
berdasarkan hasil analisa elementer pada umumnya sebagai berikut :
Tabel 1.2 Komposisi Crude Oil

Jenis Atom % berat

Carbon 83,9 - 86,8


Hydrogen 11,4 - 14
Sulphur 0,06 - 4
Nitrogen 0,11 - 1,7
Oxigen 0,05

1.3.3. GAS BUMI


Gas bumi atau gas alam atau “natural gas” merupakan senyawaan
hidrokarbon, karena senyawa ini sebagian besar disusun oleh unsur carbon
(C) dan hidrogen (H) dan sebagian kecil lain berupa senyawa non hidrokarbon
sebagai impurities seperti sulfur (S), oksigen (O), nitrogen (N) dan beberapa
logam. Gas alam adalah suatu zat yang terdiri dari bermacam-macam senyawa
hidrokarbon yang pada kondisi atmosferis berupa gas. Disamping itu juga

13 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

terdapat senyawa non hidrokarbon sebagai impurities misalnya Nitrogen (N2),


carbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S) dan uap air.
Sama seperti minyak bumi, komposisi gas alam antara satu dengan
lainnya berbeda–beda, hal ini sangat bergantung pada jenis dan besarnya
kandungan komponen (kompisisi) didalam gas alam, lokasi sumur gas, umur
lapangan gas dan juga kedalaman sumur. Gas-gas hidrokarbon yang biasanya
ditemukan di dalam gas alam ketika diproduksi biasanya disebut wet gas
terdiri dari methane, ethane, propane, butane, pentane dan dalam tingkat yang
lebih kecil yaitu hexane, heptane, octane dan komponen yang lebih berat.
Fraksi berat ini dihilangkan kemudian gas kering (dry gas) disalurkan melalui
pipa terutama sebagai campuran dari methane dan ethane dimana porsi yang
paling besar adalah methane.
Tabel 1.3 Contoh Komposisi Gas Bumi di Indonesia
Lokasi Sumur Gas
Komponen Belida Field Arun Field
Laut Natuna Cepu Daerah
Barat Fielld Aceh
(% mol) (% mo) (% mol)
Methane, CH4 97,89 68,95 85,59
Ethane, C2H6 0,65 5,25 4,69
Propane, C3H8 0,14 8,27 3,11
Iso Butane (I-C4H10) 0,08 2,64 0,59
Normal Butane (n-C4H10) 0,015 3,75 0,64
Iso Pentane (I-C5H12) 0,016 1,54 0,21
Normal Pentane (n-C5H12) 0,0029 1,19 0,11
Hexane Plus (C6H14) Plus 0,012 2,18 0,20
Nitrogen (N2) 0,57 Trace 0,04
Carbon dioksida (CO2) 0,58 6,23 4,88
Hidrogen sulfide (H2S) 0,00 0,00 0,00

14 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

BAB II
PROSES PRODUKSI

2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU


Sumber bahan baku (yakni campuran minyak mentah) berasal dari
lapangan Kawengan dan Ledok yang diambil dari sumur milik PT. Pertamina
EP Asset 4 Field Cepu. Adapun karakteristik minyak mentah dari sumur-
sumur minyak tersebut yaitu:
a) Lapangan Kawengan
Minyak Mentah dari lapangan Kawengan merupakan minyak HPPO
(High Pour Point Oil) bersifat parafinis, yaitu mengandung lilin, alkana
rantai lurus dan nilai oktan rendah.
b) Lapangan Ledok
Minyak Mentah bersifat aspaltis, yaitu mengandung Aspal, struktur
rantai tertutup, nilai oktan tinggi. Minyak mentah Ledok sering disebut
minyak LPPO (Light Pour Point Oil). Kapasitas Kilang pada saat ini
adalah ± 220 kl/hari.
Seiring dengan Meningkatnya produksi sumur minyak maka untuk
bahan baku crude oil yang digunakan adalah merupakan crude oil
campuran antara Kawengan dan Ledok. Oleh karena itu untuk spesifikasi
dari crude oil ini dapat kita lakukan uji densitiy, pour point dan uji distilasi
ASTM D–86, untuk mengetahui sifat volatility dari crude oil.

2.2. SPESIFIKASI PRODUK


Produk utama dari pengolahan minyak mentah di PPSDM Migas Cepu
saat ini adalah sebagai berikut:
a) Pertasol CA
Pertasol ini merupakan campuran hidrokarbon cair yang merupakan trayek
didih 30 – 200 0C. Kapasitas produksi Pertasol CA sekitar ± 23 kl/hari.

15 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Pertasol atau naphta merupakan produk yang terpenting karena digunakan


sebagai solvent/pelarut, pembersih dan lain-lain. Spesifikasi pertasol CA
yang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat pada tanggal 06 Februari
2012 dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Spesifikasi Petrasol CA

Metode
Spek Pertasol CA
ASTM/
No. Parameter Uji Satuan
Lain Baru
Min. Maks.
1. Density at 15⁰C kg/m3 D-1298 720 735
Distilasi : D-86
2. IBP °C 45
End Point °C 150
3. Warna Saybolt D-156 +25
Korosi bilah Tembaga, D-130
4. No. 1
2 hrs/100°C
Doctor
5. D-4952 Negative
Test
6. Aromatic Content % volume D-1319 20

Sumber: Pertamina (2012)

Kegunaan Pertasol CA yaitu:


 Industri cat, lacquers dan varnish
 Untuk tinta cetak sebagai pelarut dan diluen.
 Industri cleaning dan degreasing.

b) Pertasol CB
Kapasitas produksi pertasol CB yaitu ± 8,7 kl/hari. Spesifikasi pertasol
CByang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat pada tanggal 06
Februari 2012 terdapat dalam Tabel 2.2

16 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Tabel 2.2 Spesifikasi Petrasol CB

Metode
Spek Pertasol CA
ASTM/
No. Parameter Uji Satuan
Lain Baru
Min. Maks.
1. Density at 15⁰C kg/m3 D-1298 765 780
2. Distilasi : D-86
IBP °C 100
End Point °C 200
3. Warna Saybolt D-156 +18
Korosi bilah Tembaga, D-130
4. No. 1
2 hrs/100°C
5. Doctor Test D-4952 Negative
%
6. Aromatic Content D-1319 25
volume

Sumber: Pertamina (2012)

c) Pertasol CC
Produk pertasol CC pada Kilang PPSDM Migas Cepu memproduksi dalam
waktu-waktu tertentu dalam arti hanya memproduksinya secara on
demand. Kapasitas produksi pertasol CC tidak bisa ditentukan tetapi ketika
ada permintaan sekitar 15% per hari. Pertasol CC memiliki spesifikasi
yang ditetapkan oleh Pertamina dalam hasil rapat tanggal 06 Februari 2012
terdapat dalam tabel 2.3.

17 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Tabel 2.3 Spesifikasi Petrasol CC

Metode Spek Pertasol


ASTM/ CA
No. Parameter Uji Satuan
Lain Baru
Min. Maks.
1. Density at 15⁰C kg/m3 D-1298 782 796
2. Distilasi : D-86
IBP °C 124
End Point °C 250
3. Warna Saybolt D-156 +16
Korosi bilah Tembaga, D-130
4. No. 1
2 hrs/100°C
Doctor
5. D-4952 Negative
Test
%
6. Aromatic Content D-1319 25
volume

Sumber: Pertamina (2012)

d) Residu
Residu merupakan fraksi berat dari minyak bumi yang mempunyai
titik didih paling tinggi yaitu 350 0C dan merupakan hasil bawah dari
residue stripper. Residu biasanya digunakan sebagai bahan bakar dalam
pabrik karena mempunyai heating value yang tinggi. Kapasitas produksi
yang dihasilkan yaitu ±58 kl/hari.
Produk residu di Kilang PPSDM Migas Cepu dikenal dengan nama
Minyak Bakar Cepu (MBC). MBC memiliki spesifikasi yang telah diuji
pada tanggal 08 Mei 2015 dengan sampel dari T.138 terdapat dalam tabel
2.4.

18 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Tabel 2.4 Spesifikasi Minyak Bakar Cepu (Residu)

Sumber: Pusdiklat Migas (2015)

e) Solar (Jenis minyak solar 48)


Solar mempunyai trayek didih 250 - 350 0C. Kapasitas produksi yang
dihasilkan adalah ± 180 kl/hari. BBM jenis solar 48 memiliki spesifikasi
berdasarkan ketentuan Dirjen Migas yang terdapat dalam tabel 2.5.

19 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Tabel 2.5 Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Solar

Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (2013)

2.3. DISKRIPSI PROSES


Proses pengolahan minyak mentah yang dilakukan di unit CDU
PPSDM Migas Cepu meliputi 2 proses yaitu:
a) Proses Distilasi Atmosferik
Pengolahan minyak di PPSDM Migas Cepu menggunakan metode distilasi
atmosferik, antara lain:

1. Pemanasan Awal dalam HE (Heat Exchanger)

20 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Umpan berupa crude oil dari T.101 atau T.102 dengan


menggunakan Pompa Sentrifugal P.100/3 atau P.100/4 dipompakan
menuju alat penukar panas (Heat Exchanger) disana ada lima buah
exchanger yaitu HE-1, HE-2 (horisontal), HE-3 HE-4 dan HE-
5(vertikal). Untuk mendapatkan pemanasan awal, crude oil mengalir
pada shell dari HE 1 dengan media pemanas naptha, HE-2 atau HE-3
yang mendapat pemanasan dari media pemanas produk solar yang
diproduksi dari bottom C4 (solar stripper). Sedangkan pemanasan pada
HE-4 dan HE-5 menggunakan media pemanas produk residu yang
diproduksi dari bottom C5.

2. Pemanasan pada Furnace.


Dari HE minyak mentah di alirkan menuju ke furnace (dapur) untuk
dipanaskan lebih lanjut sehingga temperaturnya mencapai ±330 0C.
Crude oil sebelumnya distabilkan melalui stabilizer agar aliran dan
tekanan stabil dan terkontrol, CDU unit Kilang dapur pemanas yang
beroperasi hanya dua buah yaitu furnace 1 dan 3 dengan bahan bakar
berupa Residu dan fuel gas.

3. Pemisahan atau Penguapan dalam Evaporator


Selanjutnya dari furnace di alirkan ke evaporator, pada CDU hanya
terdapat satu buah evaporator yaitu evaporator V-1. Disini minyak
tersebut mengalami pemisahan yaitu fraksi uap yang menuju ke atas dan
fraksi cair yang menuju ke bawah. Pada alat ini dilengkapi dengan steam
stripping yang berfungsi untuk menaikkan fraksi ringan atau
menurunkan tekanan parsial.

4. Distilasi dalam Kolom Fraksinasi dan Stripper

21 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Dari bottom evaporator fraksi cair tersebut di umpankan ke residue


stripper (C5) untuk mengambil kembali fraksi ringan yang terbawa oleh
aliran dengan bantuan steam stripping. Dari residue stripper minyak
residu temperaturnya masih cukup tinggi berkisar 270 0C, sebelum
didinginkan produk residu dialirkan ke HE-4 dan HE-5 yang
dimanfaatkan sebagai bahan pemanas. Kemudian minyak tersebut
dialirkan ke box cooler untuk didinginkan dan selanjutnya di tampung
pada tangki 122 dan 123 sebagai produk yang disebut residu. Bagi fraksi
uap yang keluar dari topevaporator V-1dan topresidue stripper akan
diproses pada kolom fraksinasi C1-A. Pada alat ini di tempatkan alat
kontak berupa buble cap tray dengan jumlah 21 buah.Dari kolom
fraksinasi C1-A fraksi berupa uap selalu naik ke atas dengan bantuan
alat kontak bubble cap uap untuk dibelokkan arahnya sehingga
menembus cairan. Pada saat kontak dengan cairan, terjadilah transfer
panas dan massa. Mereka meninggalkan fraksi berat dan menguap
kembali bersama-sama fraksi ringan yang ada ditray menuju tray
berikutnya. Pada tray yang lain mengalami proses yang sama dan begitu
seterusnya semakin ke atas fraksi akan lebih ringan dan semakin ke
bawah fraksi lebih berat. Temperatur top C1-A berkisar 1300C, fraksi
yang mampu keluar dari top merupakan gabungan dari fraksi pertasol
CA, pertasol CB dan naptha.Selanjutnya fraksi tersebut diproses pada
kolom fraksinasi C2 yang bentuknya hampir sama dengan C1-A hanya
saja jumlah traynya lebih sedikit yaitu 16 buah.

5. Pengembunan dan Pendinginan pada Condensor dan Cooler


Suhu puncak kolom C2 ditahan sekitar 80-90 0C, bagi fraksi yang
mampu keluar dari puncak kolom akan di kondensasikan pada
condensor (CN-1, CN-2, CN-3 dan CN-4) dan bagi fraksi yang
terkondensasikan akan didinginkan lebih lanjut pada cooler (CL-15 dan

22 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

CL-16) serta box cooler 3, 4 dan 5 yang setelah itu dialirkan menuju
separator 1 untuk dipisahkan air, minyak dan gas. Selanjutnya produk
yang telah dipisahkan airnya di tampung pada tangki No. 115 untuk
dipergunakan sebagai refluks kolom C2. Bagi fraksi yang tidak bisa di
kondensasikan pada CN-1, CN-2, CN-3 dan CN-4 maka
dikondensasikan pada condensor 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 dari sini
minyak didinginkan lebih lanjut pada cooler (CL-3 dan CL-4) yang
selanjutnya ditampung pada separator 3 untuk dipisahkan dari
airnya.Dari separator 3 minyak di tampung pada tangki No. 114, 115,
116 dan 117 sebagai produk yang disebut pertasol CA.

6. Pemisahan pada Separator


Hasil samping kolom fraksinasi C2 (side stream) berupa pertasol
CB setelah mengalami pendinginan pada cooler 1, 2, 5 dan 9 akan
ditampung pada separator 4 untuk dipisahkan dari airnya yang
selanjutnya di tampung pada tangki No. 110 sebagai produk yang
disebut pertasol CB. Hasil bottom C2 berupa naptha setelah mengalami
pendinginan pada cooler 13 dan 14 ditampung pada separator 2 untuk
dipisahkan dari air yang terikut dan selanjutnya di tampung pada tangki
No. 109 untuk dipergunakan sebagai reflux kolom C1.
Produk pertasol CC diambil dari side stream (hasil samping) No. 8
kolom C1, setelah mengalami pendinginan pada cooler 1 dan 2 dialirkan
ke separator 8 untuk dipisahkan dari air yang terikut yang selanjutnya di
tampung pada tangki No.112 produk yang disebut pertasol CC.
Saat ini produk kerosine sudah tidak berproduksi, sehingga tangki
kerosin digunakan untuk menampung solar.Produk solar diambil dari
side stream No. 1 sampai dengan 7 dan bottom pada kolom C1 setelah
itu diproses pada solar stripper C4, dari bottom C4 minyak solar
dimanfaatkan sebagai bahan pemanas pada HE No. 2 dan 3 kemudian

23 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

minyak didinginkan pada cooler 6, 10 dan 11 selanjutnya ditampung


pada separator 6 untuk dipisahkan dari airnya dan dari sini minyak di
tampung pada tangki No. 106, 111, 120, 124, 125, 126dan 127 sebagai
produk yang disebut solar.
Seluruh kolom fraksinasi dilengkapi dengan stream stripping yang
berfungsi untuk menaikkan fraksi ringan atau menurunkan tekanan
parsial. Adapun temperatur steam yang diinjeksikan sekitar 120 0C
(PPSDM, 2012).

b) Proses Treating
Pada umumnya minyak mentah dan produk masih mengandung
kotoran-kotoran atau impurities berupa hydrogen sulfide (H2S),
Merchaptan (RSH), MgCl2, NaCl dan lain-lain dalam jumlah tertentu.
Proses treating adalah proses yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan impurities yang terdapat dalam produk.
Unit pengolahan di PPSDM Migas Cepu proses treating hanya
dilakukan pada produk Pertamina Solvent (Pertasol CA,CB dan CC) yaitu
dengan NaOH dan dengan cara injeksi amoniak (NH3) pada puncak kolom.

24 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Gambar 2.1 Diagram alir proses pada kilang


PPSDM

2.4. UTILITAS
2.4.1. UNIT BOILER PPSDM MIGAS CEPU
Boiler merupakan peralatan yang sangat diperukan untuk menunjang
proses kilang pada industri Migas. Boiler atau biasa disebut ketel uap adalah
suatu bejana tertutup yang digunakan untuk mengubah air menjadi uap atau
dengan kata lain mentransfer panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan

25 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

bakar (baik dalam bentuk padat, cair, atau gas) sehingga berubah wujud
menjadi uap. Di dalam boiler, energi kimia dari bahan bakar di ubah menjadi
panas melalui proses pembakaran dan panas yang dihasilkan sebagian besar
diberikan kepada air yang berada di dalam ketel, sehingga air berubah
menjadi uap.
Boiler tersebut dibuat dari bahan baja dengan bentuk bejana tertutup
yang di dalamnya berisi air, sedangkan air tersebut dipanasi dari hasil
pembakaran bahan bakar residu. Untuk menyediakan kebutuhan uap atau
steam di PPSDM Migas Cepu maka boiler yang tersedia berjumlah 3 unit,
yang terdiri dari:
1) 1 (satu) unit boiler tipe AL-LSB-6000 dengan kapasitas sebesar 6
ton/jam.
2) 1 (satu) unit boiler tipe JIS B 8261 dengan kapasitas sebesar 6 ton/jam.
3) 1 (satu) unit boiler tipe Wanson yang memiliki kapasitas sebesar 6,6
ton/jam.
Dalam pengoperasiannya, boiler di PPSDM Migas Cepu hanya
dioperasikan 1 unit saja karena kebutuhan steam untuk kilang sudah
tercukupi.

2.4.2. WATER TREATMENT PPSDM MIGAS CEPU


Unit pengolahan air bersih atau WTP (Water Treatment Plant)
merupakan unit pengolahan air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan untuk menunjang kebutuhan operasi dari pabrik.Untuk itu
diperlukan air yang bersih, jernih dan bebas dari kuman penyakit. Air mudah
didapat dari permukaan bumi, tetapi air yang mutunya sesuai dengan mutu
penggunaannya masih sulit untuk diperoleh.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka PPSDM Migas Cepu
mengambil air dari sungai Bengawan Solo yang kemudian diolah sehingga
dapat memenuhi berbagai kebutuhan antara lain: air minum, air pendingin, air

26 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

umpan ketel uap dan pemadam kebakaran. Unit water treatment memiliki
kapasitas sebesar 105.090 m3
2.4.3. POWER PLANT PPSDM MIGAS CEPU
Power plant adalah unit di PPSDM Migas Cepu yang menangani
penyediaan tenaga listrik menggunakan tenaga diesel. Bahkan bahan bakar
untuk ini menggunakan solar yang disediakan oleh PPSDM Migas Cepu
sendiri, dengan demikian tidak bergantung dengan PLN (Perusahaan Listrik
Nasional) disamping tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit ini cukup besar.
PLTD (Perusahaan Listrik Tenaga Diesel) di PPSDM Migas Cepu mulai
didirikan pada tahun 1973.

2.5. K3LL
Unit K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan)
dibentuk dengan tujuan untuk mencegah dan menanggulangi segala sesuatu
yang menyebabkan kecelakaan kerja yang mempengaruhi terhadap proses
produksi, sehingga sumber-sumber produksi dapat digunakan secara efisien
dan produksi dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti.Unit
K3LL PPSDM Migas Cepu mempunyai tugas yang meliputi:
1. Tugas rutin
a. Menyusun rencana pencegahan terhadap kecelakaan kerja
b. Melakukan inspeksi secara berkala atau khusus
c. Melakukan pemeriksaan alat - alat pemadam kebakaran
d. Mengadakan safety trainning baik kepada personil pemadam api
maupun pegawai biasa
2. Tugas Non Rutin
a. Melaksanakan pelayanan pemadam api dan keselamatan kerja di luar
PPSDM Migas Cepu
b. Melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan kerja yang sama

27 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

c. Menanamkan kesadaran kepada semua pegawai akan


pentingnyapencegahan kebakaran dan keselamatan kerja
d. Melakukan kampanye keselamatan kerja kepada para pegawai
3. Tugas Darurat
a. Memberikan pertolongan dan penanggulangan terhadap terjadinya
kecelakaan kerja
b. Memadamkan api jika terjadi kebakaran baik dilingkungan PPSDM
Migas Cepu maupun di luar

2.6. LABORATORIUM DASAR PPSDM MIGAS CEPU


PPSDM Migas Cepu memiliki Laboratorium dasar atau yang biasa disebut
dengan laboratorium pengujian.
Laboratorium yang tersedia adalah:
 Laboratorium Kimia
 Laboratorium Migas
 Laboratorium Sipil
 Laboratorium Geologi
 Laboratorium Lindungan Lingkungan

28 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

BAB III
TUGAS KHUHUS

3.1 LATAR BELAKANG


Dalam industri pengolahan minyak bumi dibutuhkan suatu peralatan
untuk memanaskan fluida yang disebut furnace. Furnace atau heater atau sering
disebut fired heater, adalah suatu peralatan yang digunakan untuk memanaskan
cairan di dalam tube, dengan sumber panas yang berasal dari proses pembakaran
yang menggunakan bahan bakar gas atau cairan secara terkendali di dalam
burner.
Tujuan pemanasan ini adalah agar diperoleh kondisi operasi (suhu) yang
diinginkan pada proses berikutnya dalam suatu peralatan yang lain. Supaya
proses pemanasan berlangsung optimal, maka tube-tube furnace dipasang atau
diatur sedemikian rupa sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran dapat
dimanfaatkan.
Rancang bangun furnace juga harus diperhatikan dengan teliti supaya
panas yang dihasilkan tidak terbuang ke udara. Misalnya panas hilang lewat
dinding dan cerobong (stack).

3.2 TUJUAN
1. Mengetahui efisiensi alat furnace-01 pada unit kilang di PPSDM Migas.
2. Mengetahui kelayakan pada furnace-01 saat dioperasikan.
.
3.3 BATASAN MASALAH
1. Kondisi dan data operasi diambil dari data lapangan pada bulan Juni 2019.
2. Ruang lingkup tugas khusus adalah menentukan nilai efisiensi kerja dari alat
furnace-01 unit kilang PPSDM MIGAS CEPU.

29 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

3.4 LANDASAN TEORI


3.4.1. Furnace
Menurut Mc Cabe, Furnace merupakan salah satu dalam proses
penukaran panas dalam industri kimia. Furnace sendiri adalah alat yang
berfungsi untuk memindahkan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
bahan bakar dalam suatu ruangan ke fluida yang dipanaskan sampai mencapai
suhu yang diinginkan (Edmister, Wayne C.,1950).
Berdasarkan metode Penghasilan panas, furnace secara luas
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu jenis pembakaran (menggunakan bahan
bakar) dan jenis listrik. Furnace jenis pembakaran bergantung pada jenis bahan
bakar yang digunakan. Diantaranya furnace yang menggunakan bahan bakar
minyak, batu bara, atau gas.
Berdasarkan modus pengisian tungku bahan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut
1. furnace jenis Intermittent atau Batch atau furnace berkala dan
2. furnace terus menerus.
Berdasarkan modus pemanfaatan kembali limbah panas sebagai furnace
recuperative dan regeneratif. Tipe lain dari klasifikasi furnace dibuat
berdasarkan modus perpindahan panas, cara pengisian dan modus pemanfaatan
panas. (Indra S.,dkk, 2009).
Struktur furnace berupa bangunan berdinding plat baja yang bagian
dalamnya dilapisi oleh material tahan api, batu isolasiuntuk menahan kehilangan
panas ke udara melalui dinding furnace dan refractory. Mekanisme perpindahan
panas dari sumber panas ke penerima dibedakan atas tiga cara, yaitu:
1. Perpindahan Panas secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksiadalah perpindahan panas
dimana melekul-molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah tempat
tetapi molekul-molekul tersebut hanya menghantarkan panas atau proses
perpindahan panas dari suhu yang tinggi ke bagian lain yang suhunya

30 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

lebih rendah.
2. Perpindahan Panas secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksidiakibatkan molekul-molekul
zat perantara ikut bergerak mengalir dalam perambatan panas atau
proses perpindahan panas dari satu titik ke titik lain dalam fluidaantara
campuran fluida dengan bagian yang lain. Perpindahan panas ini dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Konveksi alam (Natural Convection)
Perpindahan panas yang terjadi bila aliran panas yang berpindah
diakibatkan perbedaan berat jenis. Pada konveksi alam aliran fluida
disebabkan oleh perbedaan suhu antara bagian satu dengan bagian
lainnya sehingga terjadi perbedaan densitas. Densitasbagian fluida
dingin lebih besar dari bagian fluidapanas. Aliran terjadi akibat
adanya perbedaan densitas.
b. Konveksi paksa (Forced Convection)
Perpindahan panas yang terjadi bila aliran fluida disebabkan oleh
adanya gerakan dari luar, seperti pemompaan, pengadukan, dll.
3. Perpindahan Panas secara Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang
terjadikarena perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik
secara pancaran atau proses perpindahan panas dari sumber panas ke
penerima panas yang dilakukan dengan pancaran gelombang panas.
Antara sumber panas dengan penerima panas tidak terjadi kontak.
Bagian dapur yang terkena radiasi adalah ruang pembakaran. (D.Q.
Kern,1965)

Untuk pembakaran, bahan bakar yang digunakan pada furnace biasanya


terdiridari bahan bakar gas (fuel gas), bahan bakar minyak (fuel oil),
kombinasi bahanbakar gas dan minyak, serta bahan bakar padat seperti

31 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

batubara, tergantung seberapa besar panas yang ingin dihasilkan serta aspek
keekonomisannya. Besarnya beban panas yang harus diberikan oleh furnace
kepada fluida yang dipanaskan bergantung pada jumlah umpan dan perbedaan
suhu inlet dan outlet umpan yang ingin dicapai.
Semakin besar perbedaan suhu dan semakin banyak jumlah umpan,
maka beban dapur akan semakin tinggi. Namun, juga harus diperhatikan,
bahwa suhu yang dicapai oleh fluida proses yang dipanaskan tidak boleh
mencapai suhu dimana dapat terjadi thermal cracking pada fluida proses yang
dipanaskan. Thermal cracking akan mengakibatkan terbentuknya gas-gas
ringan yang akan mengakibatkan volume fluida hasil pembakaran menjadi
sangat besar dan melebihi volume pipa fluida proses. Bila hal ini terjadi, dapat
menimbulkan bahaya berupa meledaknya furnace. Thermal cracking dapat
pula mengakibatkan terbentuknya coke yang dapat mengurangi luas
perpindahan panas pada furnace dan sebagai isolator panas.
Furnace pada dasarnya terdiri dari sebuah ruang pembakaran yang
menghasilkan sumber kalor untuk diserap kumparan pipa (tube coil) yang
didalamnya mengalir fluida. Dalam konstruksi ini biasanya tube coil dipasang
menelusuri dan merapat kebagian lorong yang menyalurkan gas hasil bakar
(flue gas) dari ruang bakar ke cerobong asap (stack). Perpindahan kalor yang
diruang pembakaran terutama terjadi karena radiasi disebut seksi radiasi
(radiant section), sedangkan saluran gas hasil pembakaran terutama oleh
konveksi disebut seksi konveksi (convection section). Untuk mencegah
supaya gas buangan tidak terlalu cepat meninggalkan ruang konveksi maka
pada cerobong seringkali dipasang penyekat (damper). Perpindahan panas
kalor melalui pembuluh dikenal sebagai konduksi. (Amrin Hakim, 2013)

32 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Gambar 3.1 Skema furnace


(Amrin Hakim, 2013)
3.4.2. Tipe Furnace
A. Tipe Box
Furnace tipe box mempunyai bagian radiasi dan konveksi yang
dipisahkan oleh dinding batu tahan api yang disebut bridge wall. Burner
dipasang pada ujung dapur dan api diarahkan tegak lurus dengan pipa atau
dinding samping dapur (api sejajar dengan pipa). Dapur jenis ini jarang
digunakan karena perhitungan ekonomi atau harganya mahal.
Aplikasi dapur tipe box :
a. Beban kalor berkisar antara 60-80 MM Btu/Jam atau lebih
b. Dipakai untuk melayani unit proses dengan kapasitas besar.
c. Umumnya bahan bakar yang dipakai adalah fuel oil
d. Dipakai pada instalasi-instalasi tua, adakala nya pada instalasi baru
yang mempunyai persediaan bahan bakar dengan kadar abu (ash)
tinggi.

33 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Keuntungan memakai dapur tipe box :


a. Dapat dikembangkan sehingga bersel 3 atau 4
b. Distribusi fluks kalor merata disekeliling pipa
c. Ekonomis untuk digunakan pada beban kalor diatas 60-80 MM. Btu/jam
Kerugian memakai dapur tipe box :
a. Apabila salah satu aliran fluida dihentikan, maka seluruh operasi dapur
harus dihentikan juga, untuk mencegah pecahnya pipa (kurang
fleksibel)
b. Tidak dapat digunakan memanasi fluida yang harus dipanasi pada suhu
tinggi dan aliran fluida yang singkat.
c. Harga relative mahal
d. Membutuhkan area relative luas.
(Amirudin BPAT, 2005)

34 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Gambar 3.2 Furnace tipe box

B. Tipe Silinder Vertikal


Furnace yang berbentuk silinder tegak yang mempunyai burner
padalantai furnace dengan nyala api tegak lurus ke atas sejajar dengan
dinding furnace.Dikatakan tipe vertical karena tube di dalam seksi
radiasidipasang tegak lurus dansejajar dinding furnace.
Contoh jenis pemanas berapi tipe vertical :
a. Pemanas vertical silindris tanpa seksi konveksi
b. Pemanas vertical silindris berkumparan helix
c. Pemanas vertical silindris dengan ruang konveksi aliran silang

35 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

d. Pemanas silindris tanpa seksi konveksi terpadu


e. Pemanas tipe punjang (“orbor “ atau “wicket”)

Keuntungan memakai dapur tipe silindris :


a. Konstruksi sederhana, sehingga harganya relatif murah
b. Area yang diperlukan relatif kecil
c. Luas permukaan pipa dapat tersusun lebih besar sehingga thermal
efisiensinya lebih tinggi.
d. Ekonomis untuk bahan bakar sekitar 60-80 MM Btu/jam
(Fuels & Combustion, BPAT PT. Pertamina RU III, 2006).

Gambar 3.3 Furnace tipe silinder vertikal

36 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

(P. Trambouze, 2000)

C. Furnace Tipe Cabin


Furnace jenis ini terdiri dari kamar-kamar dimana tube-
tubenya dipasang secara horizontal. Letak burner pada bagian bawah
furnace dan nyala api sejajar tegak lurus dengan dinding furnace.
Dapur tipe kabin mempunyai bagian radiasi pada sisi samping dan
bagian kerucut furnace. Bagian konveksi terletak di bagian atas
furnace sedangkan bagian terbawah disebut shield section. Burner
dipasang pada lantai dapur dan menghadap ke atas sehingga arah
pancaran api maupun flue gas tegak lurus dengan susunan pipa,
adakalanya burner dipasang horizontal. Dapur tipe ini ekonomis
karena efisiensi termalnya tinggi.
Keuntungan memakai dapur tipe kabin:
1. Bentuk konstruksi kompak dan mempunyai thermal effisiensi tinggi
2. Beban panas sekitar 20-300 MM Btu/jam
3. Pada dapur tipe kabin bersel, memungkinkan pengendalian operasi
secara terpisah (fleksibel)
(P. Trambouze, 2000)

37 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Gambar 3.4 Furnace tipe Cabin


(P.Trambouze, 2000)
D. Radiant Wall Furnace
Area permukaan perpindahan panas pada Radiant Wall
Furnace terletak pada bagian median plane dari ruang
pembakaran. Burners di distribusikan melalui dinding-dinding
ruang pembakaran secara longitudinal.

38 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Gambar 3.5 Radiant Wall Furnace


A. Dengan radiant burners B. Dengan flat-fame
burners

(P.Trambouze, 2000)

E. High temperature chemical furnace

Furnace tipe ini umumnya digunakan sebagai reactor, dimana


fluida yang mengalir melalui pipa radiasi akan memperoleh panas
radiasi secara merata. Burner dipasang dilantai dengan arah pancaran
api vertical dan dipasang di dinding dengan arah pancaran api
mendatar. Dengan cara pemasangan Burner tersebut maka tube akan
memperoleh panas radiasi yang sama dari kedua sisinya sehingga
mengurangi kemungkinan terbentuknya coke serta penurunan suhu
metal di tube.
Selain berdasarkan tipe diatas furnace dapat juga dibedakan
berdasarkan draft yang berada di furnace.Draft sendiri adalah

39 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

perbedaan tekanan di dalam furnace dengan tekanan udara luar


(atmosfir). Berdasarkan Draft furnace dibedakan empat tipe, antara
lain:
1. Natural Draft
Fuel gas hasil pembakaran keluar furnace melalui cerobong
dengan tarikan alam. Tekanan di dalam furnace lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan atmosfir. Akibat perbedaan tekanan ini
maka udara luar untuk pembakaran dapat masuk ke dalam furnace.
2. Forced Draft
Udara untuk pembakaran dalam furnace dimasukkan dengan
tenaga mekanis yaitu blower. Karena tekanan udara luar dan tekanan
udara yang dimasukkan lebihtinggi dari tekanan di dalam furnace
maka secara langsung Fuel gas hasilpembakaran keluar melalui
cerobong.
3. Induced Draft
Fuel gas hasil pembakaran keluar melalui cerobong dengan
tarikan blower. Tarikan blower ini menyebabkan tekanan di dalam
furnace lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga udara luar
masuk ke dalam furnace.
4. Balance Draft
Merupakan kombinasi forced draft dan induced draft. Forced
draft untuk memberikan udara pembakaran. Induced draft untuk
menarik Fuel gas melewati cerobong menuju atmosfirserta mengatur
tekanan di dalam furnace.
(P. Trambouze, 2000)

3.4.3. Bagian – Bagian Furnace


1. Tube Bundles
Tube bundles biasanya terbuat dari pipa paralel lurus yang saling

40 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

terhubung antara satu dan lainnya dengan :


a. Pipa yang dilas kembali membetuk sudut 180o
b. Dengan mengunakan plug headers, dimana sebagian tube ditutup
dengan plug headers sehingga memudahkan pipa untuk diperiksa
atau dibersihkan.
Kriteriayang diperlukan dalam pemilihan material tube bundles :
a. Tahan terhadap korosi yang dihasilkan oleh fluida panas.
b. Tahan terhadap proses oksidasi yang dihasilkan oleh gas panas
pembakaran.
c. Tahan terhadap suhu tinggi
2. Tube Coil Support
Tube Coil pada furnace merupakan bagian yang paling penting pada
instalasi furnace. Merupakan rangkaian tube dalam furnace yang berfungsi
untuk memindahkan panas dari panas hasil pembakaran ke dalam fluida
yang ada didalam pipa pembuluh (tube). Tube-tube ini disambung dengan
menggunakan U Bend. Disamping itu bila terjadi pembentukan kerak
didalam tube furnace dapat dibersihkan dengan steam air decoking. (Armin
Hakim, 2013)
3. Dinding Furnace
Dindingfurnace terbuat dari baja (carbon steel) sebagai penahan
struktur yang dilapisi dengan isolasi, batu tahan api dan refractory sebagai
pendukung untuk pemanfaatan panas secara maksimal serta untuk
mencegah terjadinya kehilangan panas.
Kriterian yang diperlukan dalam dinding furnace :
a. Termal konduktivitas yang rendah
b. Suhu pyrosophic yang tinggi
c. Kuat
d. Daya tahan yang tinggi terhadap variasi suhu
e. Instalasi mudah

41 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

4. Burner
Burner merupakan alat pembakar bahan bakar (fuel) sistem pengapian
dan pencampuran bahan bakar dan udara dengan udara primer/sekunder
serta sistem atomizing steam sehingga bahan bakar (fuel) dapat terbakar
dengan sempurna.

Gambar 3.6 Skema burner


Beberapa macam Burner :
5. Pilot burner adalah burner kecil yang menggunakan gas sebagai
penyalaanawal pada furnace. Untuk menaikkan suhu fluida selanjutnya
menggunakan burner bahan bakar gas ataupun bahan bakar minyak.
6. Gas burner adalah burner dengan mempergunakan bahan bakar gas.
7. Oil burner adalah burner dengan mempergunakan bahan bakar minyak.
8. Dual burner adalah burner dengan mempergunakan bahan bakar gas
dan bahan bakar minyak.
5. Stack (Cerobong Asap)
Alat ini berfungsi untuk mengalirkan Flue gas hasil pembakaran
dari dalamfurnace keluar furnace (atmosfir Umumnya terbuat dari carbon
steel, suhu stack perlu dijaga antara 350–500 oF. Bila suhu stack terlalu
tinggi akan mengakibatkan banyak panas terbuang dan bisa
mengakibatkan stack rusak.Jika suhu stack < 350 oF kemungkinan akan

42 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

terjadi kondensasi dari air dan gas SO2yang terbawa oleh flue gas
sehingga terbentuk H2SO4 yang sangat korosif dan merusak semen lining
maupun metal stack.
6. Stack Damper
Alat ini berfungsi untuk mengatur pembuangan Flue gas melewati
stackdanmengatur tekanan di dalam furnace.
7. Lubang intip (peep hole)
Lubang intip pada dindingfurnace ini berfungsi untuk mengamati
nyalaapi serta kondisi tube di dalam furnace.
8. Explotion Door
Pintu yang dapat terbuka bila terjadi ledakan (tekanan furnace naik)
sehinggafurnace terhindar dari kerusakan.
9. Pengatur udara (air register)
Berfungsi untuk mengatur banyaknya udara yang masuk ke dalam
furnace.
10. Snuffing steam
Alat ini berfungsi untuk mengalirkan steam ke dalam furnace,
untuk mematikanapi bila terjadi kebocoran tube. Juga digunakan untuk
menghalau gas hidrokarbon sisa di dalamruang pembakaran sebelum
menyalakan burner.
11. Soot blower
Alat ini berfungsi untuk menghilangkan jelaga yang menempel
pada pipa-pipapembuluh di daerah konveksi.
(P. Trambouze, 2000)
3.4.4. Pembakaran dalam Furnace
Pembakaran adalah proses terjadinya reaksi antara oksigen dengan bahan
bakar yang disertai dengan timbulnya panas. Terjadinya pembakaran harus
tersedia beberapa unsur yang dibutuhkan antara lain:
1. Bahan bakar

43 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Pembakaran bahan bakar dapat dinyatakan sebagai suatu reaksi oksidasi


berantai dari senyawa hidrokarbon dengan oksigen yang berasal dari atmosfir.
Proses pembakaran akan berjalan dengan baik, apabila tersedia bahan bakar
dan udara yang cukup, sehingga terbentuk api yang menghasilkan panas dan
Flue gas hasil pembakaran. Pada umumnya komposisi kimia dari bahan bakar
merupakan ikatan hidrokarbonyang terdiri dari karbon(C) dan hidrogen (H ).
(Maleev, 1933)
Reaksi pembakaran dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Pembakaran Lengkap dan Sempurna
CH4 + 2O2 →CO2 + 2H2O
2. Pembakaran Lengkap tapi Tidak Sempurna (Dengan Udara Berlebih)
CH4 + 3O2 →CO2 + 2H2O + O2
3. Pembakaran Tidak Sempurna
3CH4 + 5O2 →CO2 + 2CO + 6H2O
Bahan bakar merupakan unsur yang sangat penting dalam pengoprasian
furnace. Bahan bakar yang digunakan dalam furnace adalah bahan bakar
minyak (fuel oil) dan bahan bakar gas (fuel gas). Bahan bakar yang baik harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Harus mempunyai titik nyala yang rendah
b. Nilai kalorinya tinggi
c. Saat dinyalakan terbakar secara bebas dn effisiensinya tinggi
d. Tidak menghasilkan gas bekas yang beracun
e. Ekonomis, mudah dalam penyimpanan dan pengangkutan

2. Udara
Kebutuhan oksigen untuk pembakaran diambil dari udara bebas sehingga
secara langsung udara berpengaruh terhadap pembakaran.
3. Api
Api diperlukan dalam pembakaran. Selain bahan bakar itu sendiri dan

44 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

oksigen, api digunakan untuk mencapai kondisi dimana pembakaran dapat


berlangsung dengan sendirinya.
(Maleev, 1933)

Suhu pembakaran dalam furnace tergantung dari beberapa faktor antara lain:
 Kandungan dari bahan bakar (heat content of fuel)
Semakin tinggi suhu bahan bakar, maka kandungan panasnya semakin
tinggi sehingga suhu pembakarannya semakin tinggi pula.
 Panas pembakaran dari bahan bakar (heating value of fuel)
Semakin besar berat jenis suatu bahan bakar, maka panas pembakarannya
semakin rendah persatuan berat dan suhu api semakin rendah pula.
 Kandungan panas udara pembakaran
Memberikan kalori atau panas kepada udara pembakaran dengan cara
menaikan suhunya maka kandungan panasnya akan naik, dan
menyebabkan suhu nyala api naik.
 Kelebihan udara pembakaran
Kelebihan udara pembakaran yang semakin besar, menyebabkan nyala api
atau flame turun, karena excess air menyerap panas. Dalam suatu furnace,
udara yang akan digunakan adalah oksigen sedangkan nitrogen akan
menyerab sebagian panas yang dihasilkan. Untuk mengurangi panas yang
diserap nitrogen kita harus mengurangi excees air seminimal mungkin.
(Himmelblau, 1991)

45 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

3.4.5. Deskripsi Proses


Pada proses awal crude oil diumpankan kedalam Heat Exchanger
untuk dinaikan suhunya terlebih dahulu. Penggunaan Heat Exchanger
disini bertujuan untuk bertujuan untuk meringankan beban kerja furnace,
menghindari pemanasan yang mendadak dan untuk menghemat bahan
bakar dengan memanfaatkan panas residu dan solar. Kemudian crude oil
dari HE dialirkan menuju furnace.
Penggunaan fuel oil sebagai bahan bakar lebih efisien karena dapat
menaikan suhu crude oil lebih tinggi daripada mnggunakan fuel gas.
Crude oil keluar dari furnace selanjutnya dipisahkan dengan
menggunakan evaporator. Suhu crude oil keluar dari furnace harus dijaga
tidak melebihi 350 oC, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
cracking. Adanya cracking akan menyebabkan kerak pada tube, kerak
tersebut akan menyebabkan perpindahan panas dari tube ke crude oil
menjadi terhambat. Perpindahan panas yang terhambat dapat
mengakibatkan pemanasan setempat (Hot Spot) dan jika berlangsung terus
menerus akan mengakibatkan pecahnya tube furnace.
Furnace bila telah dioperasikan dalam waktu tertentu maka akan
mengalami penurunan efisiensi. Hal ini bisa disebabkan oleh terbentuknya
kerak, korosi, kebocoran, maupun jumlah panas yang terbuang melalui
dinding alat ataupun gas buang.Untuk mengetahui seberapa besar
penurunan kemampuan furnace tersebut, maka perlu dilakukan analisa
dengan perhitungan yang akan dibahas lebih lanjut. Berdasar pada
pertimbangan di atas, maka diperlukan proses perawatan terhadapfurnace
untuk meningkatkan efisiensinya dan mengevaluasi unjuk kerja alat
penukar panas ini secara periodik.
(P. Trambouze, 2000)

46 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

3.5 DATA
3.5.1. DIAGRAM BLOCK FURNACE
 Resume Mass Balance

FLUE GAS

M4

CRUDE OIL M2
MASUK
M5
furnace-01
FUEL OIL M1 CRUDE OIL
KELUAR
M3
FUEL GAS

Gambar 3.7 Diagram mass balance

Massa masuk furnace-01


 Menghitung jumlah fuel oil digunakan(M1)
 Massa crude oil masuk (M2)
 Massa udara pembakaran (M3)
Massa keluar furnace-01
 Massa crude oil keluar (M5)
 Massa flue gas (M4)

47 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

 Resume Thermal Balance

FLUE GAS

T4 = 274,822 oC
o
T2 = 108,6 C Q4
CRUDE OIL Q2
MASUK T5 =314,43 oC
Q5
furnace-01
FUEL OIL
o
T1 = 92,8 C CRUDE OIL
Q1 = KELUAR
T3 = 66,96 oC
Q3
FUEL GAS

Gambar 3.8 Diagram Thermal Balance

a. Panas yang masuk ke dalam furnace terdiri dari:


 Panas laten dan panas sensibel fuel oil (Q1)
 Panas sensibel atomizing steam (Q2)
 Panas sensible fuel gas udara pembakaran (Q3)
b. Panas yang keluar dari furnace terdiri dari:
 Panas yang diserap crude oil (Q5)
 Panas yang keluar bersamaan dengan flue gas (Q4)
 Panas yang hilang lewat dinding (Q6)

48 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

3.5.2. SPESIFIKASI FURNACE-01


Tabel 4.1 Spesifikasi Furnace 01

Keterangan Ukuran Satuan

Tipe Box

Feed Crude oil

Kapasitas 200 m3/day

Tinggi Furnace 7405 Mm

Panjang furnace 6000 Mm

Lebar furnace 3800 Mm

Diameter tube furnace 4 Inchi

Panjang tube 6000 Mm

Jarak antara tube 350/330 Mm

Tata letak Horizontal

Bahan bakar Fuel oil dan fuel gas

Material bahan Low Chrom Molidenum

49 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

3.5.3. DATA OPERASI FURNACE


a. Data Temperature Masuk dan Keluar Furnace-01 (oC)
Tabel 4.2 Data Suhu Furnace-01

Suhu
No Tanggal CO IN CO Out FO In Dinding Dalam Dinding Luar Fuel Gas Cerobong
(oC) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC)
1 24/06/2019 114 323,7 95 610 75,4 67 275
2 25/06/2019 120 314,74 95 609,3 75,4 67 275,77
3 26/06/2019 110 317,64 90 623,93 75,4 66,9 276,69
4 27/06/2019 100 313,83 90 665,65 75,4 66,9 275,55
5 28/06/2019 99 302,25 94 627,93 75,4 67 271,1
Rata-rata 108,6 314,43 92,8 627,362 75,4 66,96 274,822

b. Data Tekanan Masuk dan Keluar Furnace-01 (kg/cm2 )


Tabel 4.3 Data Tekana Pada Furnnace-01

Tekanan
No Tanggal CO In CO out Fuel In Fuel Gas
2 2 2
(Kg/cm ) (Kg/cm ) (Kg/cm ) (Kg/cm2)
1 24/06/2019 4,3 0,27 9,8 5
2 25/06/2019 3,8 0,13 11,5 5
3 26/06/2019 3,7 0,16 9,5 5,4
4 27/06/2019 3,6 0,2 10,4 5,4
5 28/06/2019 3,7 0,22 9,5 5
Rata-rata 3,82 0,196 10,14 5,16

50 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

c. Data Kapasitas Umpan Masuk Furnace-01 (m/hari)


Tabel 4.4 Data Kapasitas Umpan Masuk Furnace-01
Kapasitas Umpan
Masuk
No Tanggal
CO In FO In
(m3/hari) (m3/hari)
1 24/06/2019 153 4,0293
2 25/06/2019 141 4,7966
3 26/06/2019 163 4,779
4 27/06/2019 159 4,6853
5 28/06/2019 147 5,062
Rata-rata 153 4,67

d. Kondisi Operasi :
a. Crude Oil
 Suhu masuk Crude Oil : 108,6 oC (227,48oF )
 Suhu keluar Crude Oil : 314,43 oC (597,974oF )
 Tekanan masuk Crude Oil : 3,82 kg/cm2
 Umpan masuk : 153 m3/hari
 Densitas : 836 kg/m3
 Specific Grafity 60/60 : 0,8460
141,5
 o
API : 60 − 131,5
𝑆𝐺 ℉ 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒 𝑂𝑖𝑙
60

: 35.758
b. Kondisi Fuel Oil :
 Suhu masuk Fuel Oil : 92,8 oC (199,04oF )
 Tekanan masuk Fuel Oil : 7 kg/cm2
 Kebutuhan Fuel Oil : 4,67046 m3/hari
 Densitas : 886 kg/m3
 Specific Grafity 60/60 : 0,9178

51 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

141,5
 o
API : 60 − 131,5
𝑆𝐺 ℉ 𝐹𝑢𝑒𝑙𝑂𝑖𝑙
60

: 22,673
c. Udara Pembakaran :
 Tekanan masuk : 1 atm
 Suhu masuk : 32 oC ( 89.6 oF )

d. Kondisi Furnace :
 Suhu dinding Furnace : 627,362 oC (1161,25oF )
 Suhu cerobong (Stack) : 274,822 oC (526,678 oF )

52 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

3.6 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


3.6.1. Perhitungan Thermal Balance Dalam Furnace-01
1. Menghitung panas laten dan panas sensibel fuel oil
Menghitung jumlah fuel oil digunakan
Laju alir massa fuel oil masuk (M1) = : 4,67046 m3/day
𝑚3
= 4,67046 × 886 Kg/m3
𝑑𝑎𝑦

= 4138 kg/day
= 9122,728 lb/day

Menghitung nilai characterization factor (K – UOP)


Berdasarkan Tabel 5-1 , Nelson, titik didih untuk residu yang
digunakan sebagai fuel oil sebesar 300 oF – 800 oF dengan koreksi suhu
sebesar 53 oF -72 oF.
Diasumsikan titik didih residu yang digunakan sebagai fuel oil sebesar :
Titik didih = 800 oF
Koreksi = 72 oF (Interpolasi)

Didapatkan titik didih residu sebesar 800 oF -72oF =728 oF


3
√𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑖𝑑𝑖ℎ
K-UOP =
𝑆𝐺 60/60
3
√728+460
= 0,9178

=11,53
Dengan data K-UOP dan oAPI berdasarkan Fig.5-22 Nelson didapatkan nilai
Gross Heat Value Fuel Oil sebesar = 18900 BTU/lb

53 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Menghitung panas laten fuel oil


Q1a = mFO × GHV fuel oil
= 9122,728 lb/day × 18900 BTU/lb
1 𝑑𝑎𝑦
= 172420510 BTU/day × 24 𝑗𝑎𝑚

= 7184187,9 BTU/jam

Menghitung panas sensibel fuel oil


Berdasarkan tabel 5-1, Nelson. Titik didih untuk residu yang digunakan
sebagai fuel oil sebesar 300 oF – 800 oF dengan koreksi suhu sebesar 53 oF -
72 oF.
Asumsi : Titik didih = 800 oF
Koreksi = 72 oF
Didapatkan titik didih residu adalah
= 800 oF –72 oF
=728 oF
Menghitung nilai characterization factor (K – UOP)
3
√𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑖𝑑𝑖ℎ
K-UOP =
𝑆𝐺 60/60
3
√728+460
= 0,9178

=11,53
Dari nilai K-UOP yang telah dihitung selanjutnya akan didapatkan faktor
koreksi untuk nilai Cp fuel oil pada Fig. 5-1.
Faktor koreksi = 0,98
Cp fuel oil pada saat 60 oF = 0,43 BTU/lb oF
Cp fuel oil pada saat 199,04 oF = 0,51 BTU/lb oF
0,43+0,51
Cp rata-rata = BTU/lb oF
2

= 0,475 BTU/lb oF

54 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Cp Sesungguhnya = 0,475 BTU/lb oF . 0,98


= 0,4655 BTU/lb oF

Q1b = M1 × Cp sesungguhnya × ΔT
= 9122,728 lb/day × 0,4655 BTU/lb oF × (199,04 – 86) oF
1 𝑑𝑎𝑦
= 480039,042 BTU/day × 24 𝑗𝑎𝑚

= 20001,62675 BTU/jam

2. Panas Pembakaran Fuel gas LPG

Tabel 4.5 Tabel Analisa Fuel gas (LPG Pertamina)

A B C D E F
Komponen BM rata-
BM %mol Mol Fraksi LHV F=C.E
rata D=A.C
C3H8 44 1,73 0,0173 0,7612 2371 41,018
I-C4H10 58 0,39 0,0039 0,2262 2977 11,61
I-C5H12 72 0,22 0,0022 0,1584 3679 8,0938
CO2 44 25,3 0,2529 11,1276 0 0
O2 32 0 0 0
N2 28 0,25 0,0025 0,07 0 0
H2S 34 0 0 0
CH4 16 67,8 0,6775 10,84 913 618,56
C2H6 30 3,05 0,0305 0,915 1641 50,051
n-C4H10 58 0,53 0,0053 0,3074 3113 16,499
n-C5H12 72 0,18 0,0018 0,1296 3709 6,6762
C6H14 86 0,61 0,0061 0,5246 4412 26,913
Total 100 1 25,06 779,4
Sumber: Laboratorium Lindungan Lingkungan PPSDM Migas Cepu

LHV tiap komponen dapat dilihat pada tabel 9.18 (perry,H)

55 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

 ΣF adalah LHV bahan bakar gas (fuel gas) = 779,4


 ΣD adalah BM rata-rata fuel gas = 25,06 lb/lbmol
 Temperature fuel gas masuk dapur = 32 oC = 89,6 oF
 Tekanan fuel gas masuk dapur = 0,25 Kg/Cm2
 Tekanan absolut = 1,24201 atm
= 18,25 Psia

Mencari jumlah fuel gas yang digunakan


Pemakaian fuel gas dapat menggunakan persamaan “Robert D.Reed” buku
furnace operatio hal 130.

𝑇𝑆 2,667 𝑃12 − 𝑝22


𝑊𝑠 = 443,45 𝐷 √
𝑝𝑠 𝑙𝑥 𝑆. 𝐺 𝑥 𝑇

Dimana :
Ws = gas flow (SCF/day)
D = Internal diameter (inch)
P1 = Initial Presure (Psia)
P2 = Final Presure (Psia)
L = Leght of Line (miles)
T = Absolute temperature of following gas (oR)
Ts = Standart absolute Presure(oR)
Ps = Standart Presure (14,7 Psia)

Diketahui :
P = 18,25 psia (tekanan fuel gas masuk dapur)
R = 10,731 psia.ft3/lbmol.oR (konstanta gas ideal)

56 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Berat Molekul= 25,06 lb/bmol


T = 89,6 oF +460 = 549,6 oR (absolut temperatur)
Ts = 32 oF + 460 = 492 oR
P1 = 18,25 psia
P2 = 14,7 psia
Ps = 14,7 psia
D = 4 inchi
L = 6000mm =6 m x 0,00062 mile = 0,00372 mile

Menghitung spesific gravity gas


P.V =n.R.T

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
P.V = 𝑥𝑅𝑥𝑇
𝐵𝑀
𝑃 𝑥 𝐵𝑀
Ρfuel gas = 𝑅𝑥𝑇
18,25 psia x 25,06 lb/bmol
= 10,731 𝑝𝑠𝑖𝑎 𝑐𝑢𝑓𝑡
𝑥 549,6
𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙 𝑅

= 0,077 lb/ft3
ρudara = 0,0062 lb/ft3

𝜌 𝑓𝑢𝑒𝑙 𝑔𝑎𝑠 0,077 𝑙𝑏/𝑐𝑢𝑓𝑡


SG fuel gas = = = 1,241
𝜌 𝑔𝑎𝑠 0,062 𝑙𝑏/𝑐𝑢𝑓𝑡

Maka :
𝑇𝑠 𝑝12 −𝑝22
Ws = 443,45 𝑃𝑠 x 𝑑 2,667 x √𝐿 𝑥 𝑆.𝐺 𝑥 𝑇

492 18,252 −14,72


Ws = 443,45 14,7 x 42,667 x √0,00372𝑥1,241𝑥 549,6

= 4064851,45 SCF/day

57 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

Diketahui kondisi standar (T = 32°C , P = 1 atm) setiap lbmol.gas = 359 ft3


Maka fuel gas dalam berat (M3) adalah
4064851,45 scf/hari 𝑙𝑏
= x 25,06
359 𝑓𝑡 3 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙

= 23747,01 lb/hari
= 11822,79 lb/jam

Panas sensible fuel gas masuk (Q3a)


 Temperature fuel gas masuk dapur = 32 oC = 89,6 oF
 Temperature basis = 32 oF
 ∆T = (89,6 – 32) oF
= 57,6 oF
 Ws dalam berat(M3) = 11822,79 lb/jam
Tabel 3.1 Tabel Analisa Perhitungan Panas Flue Gas

A B C D E F
Cp Panas
Komponen C=AxB
BM %mol Berat lb BTU/lb Sensible
Lb/lbmol o
F F=DxEx∆T
C3H8 44 1,73 0,7612 359,11 0,3982 8236,661
I-C4H10 58 0,39 0,2262 106,71 0,3979 2445,690
I-C5H12 72 0,22 0,1584 74,72 0,3972 1709,497
CO2 44 25,3 11,1276 5249,42 0,2105 63643,0752
N2 28 0,25 0,07 33,02 0,2483 472,254
CH4 16 67,8 10,84 5114,08 0,5318 156,652
C2H6 30 3,05 0,915 431,67 0,4183 10,4
n-C4H10 58 0,53 0,3071 145,02 0,4004 3344,6020
n-C5H12 72 0,18 0,1296 61,64 0,398 1401,622
C6H14 86 0,61 0,5246 247,49 0,3966 5653,701
Total 100 25,06 11822,38 87074,1542

 Maka panas sensible fuel gas (Q3a) = 87074,1542 BTU/Jam

58 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

 Keterangan :
o A= berat molekul
o B= Kandungan komponen molekul
o C= AxB (Lb/lbmol)
o D= Berat Komponen (Lb)
o E= Harga Cp Komponen (BTU/lb oF)
o F= Panas sensibel komponen (BTU/jam)

3. Panas Udara Pembakaran


Tabel 3.2 .Data Komposisi Flue gas

Komponen BM Komposisi (%)


CO2 44 10,25
O2 32 7,26
N2 28 82,49
(Sumber : analisis orsat, Nelson)

Berdasarkan sumber lab. Kilang didapatkan kandungan C dalam fuel oil


sebesar 0,8. Dengan demikian kandungan H dalam fuel oil sebesar:
H = 1- C
= 1- 0,8
= 0,2
Dimana, dalam 1 kg fuel oil terdapat 0,8 kg C dan dan 0,2 kg H.

Menentukan massa dan mol masing-masing komponen


mC = mFO × C
= 9122,728 lb/day x 0,8
= 7298,22 lb/day

59 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

nC = mC / BM
= 7298,22 lb/day / 12 lb/lbmol
= 608,185lbmol/day
mH = mFO − mC
= 1824,378 lb/day
nH = mH / BM
= 1824,378 lb/day / 2 lb/lbmol
= 912,189 lbmol/Iday

Menghitung N2 dan O2 yang masuk


nN2 = (nC × % N2) / % CO2
= (608,126 x 0,8249) / 0,1025
= 4894,0793 lbmol/day
nO2 = (nC × % O2) / %CO2
= (608,126x 0,0726) / 0,1025
= 430,7312 lbmol/day

Menghitung kelebihan Udara dan Udara pembakaran


Dalam udara bebas ratio N2 : O2 adalah 79 : 21 (%-mol)
Sehingga kelebihan O2 yang masuk sebanyak :
O2 berlebih = (21× nN2)/79
= (21 × 4894,0793 lbmol/day) / 79
= 1300,9577 lbmol/day
O2 pembakaran = (nO2 × %CO2)/ % O2
= (430,7312 × 0,1025)/ 0,0726
= 608,126 lbmol/day
Diasumsikan tidak ada CO terbentuk

60 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

H2O terbentuk = 0,5 × nH


= 0,5 × 912,189 lbmol/day
= 456,0945 lbmol/day
Σ O2 pembakaran = O2 pembakaran + H2O terbentuk
= 608,126 lbmol/day + 456,0945 lbmol/day
= 1064,2205 lbmol/day
𝑂2 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ− Σ𝑂2 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛
Excess air = × 100%
Σ𝑂2 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛
1300,9577 − 1064,2205
= 1064,2205
× 100%
= 22,24%
Σ Udara berlebih = (100× nN2)/79
= (100 × 4894,0793 lbmol/day) / 79
= 6195,0371 lbmol/day
Σ udara pembakaran = udara berlebih +(excess air)
= 6195,0371 +(0,2225 x 6195,0371) lbmol/day
= 7572,8133 lbmol/day
Berat molekul rata-rata flue gas adalah 30 lb/lbmol
Massa udara pembakaran = Σ udara pembakaran × BM
= 7572,8133 lbmol/day × 30 lb/lbmol
= 227184,4 lb/day
Menghitung panas udara pembakaran
Diperoleh dari Kern Fig 3
Cp Udara sebesar = 0,25 BTU/lb oF
Q3b = massa udara pembakaran × 𝐶𝑝 × ΔT
= 227184,4 lb/day × 0,25 BTU/lb oF × (89,6 - 32) oF
1 𝑑𝑎𝑦
= 3271455,36 BTU/day × 24 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠

= 136310,64 BTU/h

61 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

4. Panas Crude Oil masuk


Diasumsikan crude oil masuk dalam keaadan liquid (Cair)
Massa crude oil masuk (M2)= flowrate crude oil . densitas crude oil
= 153 m3/day × 836 kg/ m3
= 127718 Kg/day
1 𝑑𝑎𝑦
= 281569,992 lb/day ×
24 𝑗𝑎𝑚

= 11732,1 lb/jam

Dengan K-UOP = 10,7251 didapatkan dari fig. 5-1 Nelson


correction factor = 0,9
Heat Content Crude oil masuk = 130 BTU/lb
Heat Content crude oil masuk sebenarnya = 130 BTU/lb × 0,9
= 117 BTU/lb
Q2 = massa crude oil masuk × heat content crude oil
= 11732,1 lb/jam × 117 BTU/lb
= 1372653,7 BTU/jam
5. Panas Crude Oil Keluar
Total massa crude oil keluar sama dengan massa crude oil masuk
Massa crude oil keluar (M5) = 11732,1 lb/jam =281568 lb/day
Dengan K-UOP = 10,7251 didapatkan dari fig. 5-1 Nelson
correction factor = 0,93
Heat Content Crude oil keluar = 170 BTU/lb
Heat Content crude oil keluar sebenarnya = 170 BTU/lb × 0,93
= 158,1 BTU/lb
Q5 = massa crude oil keluar × heat content crude oil
= 11732,1 lb/jam × 158,1 BTU/lb
= 1854842 BTU/jam

62 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

6. Panas Udara Terbuang (flue gas)


Menghitung total gas buangan kering
Σ ngas = nC + nH + nN + nO
= (608,126+ 912,189+ 4894,0793+ 430,7312) lbmol/day
1 𝑑𝑎𝑦
= 6845,1255lbmol/day ×
24 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠

= 285,2135 lbmol/h
Σ m4= 285,2135 lbmol/h × 30 lb/lbmol
M4 = 8556,4068 lb/h
=8556,4068 lb/h x 24 h/day
=205353,7632 lb/day
Dari fig. 14-1 Nelson, Cp udara keluar stack =2000 BTU/lbmol
Q4 = Σ ngas × Cp udara keluar stack
= 285,2135 lbmol/jam × 2000 BTU/lbmol
= 570427 BTU/jam

7. Panas Terbuang Lewat Dinding


Panas hilang lewat dinding dapur dipengaruhi adanya panas konduksi
dari dinding refractory (batu tahan api) W.L. Nelson dalam bukunya
Petrolium Refinery Engineering edisi 4 hal 614, panas yang hilang lewat
dinding dapur sekitar 2-3% dari panas radiasi (panas masuk).

Q6 = 2 % dari panas masuk furnace

Q6 = 2% x 9260265,436 BTU/jam

Q6 = 185205,3087 BTU/jam

63 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

3.6.2. Mass Balance


Tabel 3.2. Data Thernal Balance

Panas Masuk (lb/day) Panas Keluar (lb/day)


M1 9122,728 M4 205353,7632
M2 281569,992 M5 281569,992
M3 23747,01
Total 546184,792 Total 486923,7552

3.6.3. Thermal Balance


Tabel 3.3. Data Thernal Balance

Panas Masuk (BTU/jam) Panas Keluar (BTU/jam)


Q1a 7184187,9 Q5 1854842
Q1b 480039,042 Q4 570427
Q2 1372653,7
Q3a 87074,1542 Q6 185205,3087
Q3b 136310,64
Total 9260265,436 Total 2610474,309

3.6.3. Menghitung Efisiensi Furnace

panas masuk−panas keluar


Efisiensi furnace = x 100%
panas masuk 𝑓𝑢𝑟𝑛𝑎𝑐𝑒
(𝟗𝟐𝟔𝟎𝟐𝟔𝟓,𝟒𝟑𝟔)−(𝟐𝟔𝟏𝟎𝟒𝟕𝟒,𝟑𝟎𝟗)
=
(𝟗𝟐𝟔𝟎𝟐𝟔𝟓,𝟒𝟑𝟔)
x 100%

= 0,71809 x 100%
= 71,809 %

64 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

3.6.4. Pembahasan Hasil Evaluasi


Pada pengolahan minyak bumi diperlukan peralatan untuk
memanaskan crude oil terlebih dahulu sebelum memasuki kolom
fraksinasi. Furnace merupakan salah sastu alat yang dibutuuhkan untuk
menunjang proses tersebut, dimana suumber panasnya berasal dari fuel oil,
fuel gas dan steam. Tujuan pemanasan pada furnace adalah agar didapatkan
suhu yang sesuai dengan kondisi operasi selanjutnya.
Sistem perpindaha panas yang terjadi pada furnace terdiri dari
perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan radiasi. Pada
perppindahan panas radiasi, terjadi karena adanya energi panas yang
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar pada burner yang kemudian
diterima secara langsung oleh dinding luar tube furnace tanpa adanya
media penghantar. Sedangkan pada perpindahan panas konduksi, terjadi
karena adanya panas yang ditransfer dari dinding luar tube furnace ke
dinding bagian dalam tube tersebut. Yang terakhir merupakan perpindahan
panas konveksi, dimana adanya perpindahan panas dari dinding bagian
dalam tube ke crude oil yang ada di dalam tube furnace tersebut.
Berdasarkan perpindahan panas tersebut, maka efisiensi furnace dapat
dihitung sebagai indikasi layak atau tidaknya furnace tersebut untuk
dioperasikan.
Operasi furnace dapat dikatakan efisien, apabia sistem penyalaan
api burner baik, reaksi pembakaran berlangsung sempurna, panas
pembakaran dari fuel oil dan fuel gas dapat tersalurkan dengan baik pada
cairan yang dipanaskan, permukaan tube furnace bersih, serta dapat
memperkecil panas yang hilang baik melalui stack maupun dinding
furnace. Perhitungan efisiensi ini juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi

65 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

PPSDM MIGAS Cepu untuk melakukan maintenance terhadap furnace


tersebut.

Furnace bila telah dioperasikan dalam jangka waktu tertentu maka


akan mengalami penurunan efisiensi. Hal ini bisa disebabkan oleh
terbentuknya kerak, korosi, kebocoran, maupun jumlah panas yang
terbuang melalui dinding alat ataupun gas buang. Berdasarkan
perhitungan, didapatkan efisiensi furnace-01 PPSDM Migas sebesar
71,809 %. Secara teoritis, furnace baru atau dalam artian furnace yang
baru diproduksi memiliki efisiensi 75-80% dan untuk furnace lama (
furnace dengan umur > 30 tahun) sebesar 65-70% sehingga dapat
disimpulkan bahwa alat tersebut layak untuk dioperasikan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan efisiensi


furnace yaitu:
1. Mengurangi jumlah excess air yang masuk ke dalam furnace, hal ini
dikarenakan semakin banyak excess air yang masuk maka panas yang
dikeluarkan atau yang terbuang melalui cerobong semakin besar,
sehingga efisiensi furnace akan mengalami penurunan.
2. Melakukan maintenance secara berkala, hal ini perlu dilakukan untuk
menjaga agar tidak ada kebocoran yang mampu membuat panas hilang
ke lingkungan menjadi besar.
3. Menjaga suhu keluaran crude oil tidak lebih dari 350oC, hal ini
diperlukan agar tidak terjadi timbulnya kerak pada tube crude oil.
Kerak yang timbul pada tube dapat menyebabkan perpindahan panas
tidak merata sehingga crude oil tidak dapat dipanaskan dengan
sempurna. Selain itu kerak dapat mengakibatkan hotspot yaitu
pemanasan pada satu titik. Jika hotspot dibiarkan akan mengakibatkan
pecahnya tube.

66 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

4. Menjaga kapasitas crude oil masuk sesuai dengan spesifikasinya. Jika


crude oil dibiarkan masuk dengan kapasitas kurang dari spesifikasinya
maka akan menyebabkan panas yang tidak merata hal ini tentu juga
berbahaya karena dapat menyebabkan tube menjadi pecah.

67 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama kerja praktik di
Pusat Pengembangan Sumber Daya Mineral Minyak dan Gas Bumi, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. PPSDM MIGAS Cepu memiliki 6 furnace yaitu 2 furnace tipe vertikal
silinder dan 4 tipe box, namun yang dioperasikan hanyalah 2 furnace tipe
box.
2. Dari hasil perhitungan didapatkan efisiensi furnace sebesar 71,809 %

4.2 SARAN
1. Dari hasil evaluasi efisiensi furnace 01 diperlukan perawatan secara
berkala untuk menjaga performa furnace tersebut.
2. Perlu memperhatikan kondisi operasi pada furnace-01 yang belum
memenuhi syarat agar perpindahan panas lebih optimal.
3. Mengurangi suhu yang merambat pada dinding dan mengurangi excess
udara pembakaran untuk meningkatkan efisiensi furnace-01

68 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Perhitungan Efisiensi Furnace.


Hakim, A. 2013. Laporan Tugas Akhir: Evaluasi Kinerja Furnace F-83-001 dan F-
83-002 pada Unit Crude Distiller III PT. Pertamina Refinery Unit III Plaju.
Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Hardjono, A. 2006. Teknologi Minyak Bumi. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta
Kern, D.Q.1965. Process Heat Transfer. Mc.Graw Hill : New York.
Lower and Higher Heating Values of Gas, Liquid and Solid Fuels,2011.
https://www.researchgate.net/profile/Giuma_Fellah2/post/What_are_the_proper
ties_of_the_crude_oil_used_as_fuel_in_GE_gas_turbine/attachment/59d636edc
49f478072ea483e/AS%3A273679991148558%401442261803109/download/L
ower_and_Higher_Heating_Values_of_Gas_Liquid_and_Solid_Fuels.pdf

(diakses pada 13 February 2019 ). :


Mullinger, P and B.Jenkins . 2008. Idustrial and Process Furnace Elsavier :
Burlington, USA
Maxwell, W.L. 1950.Data Book on Hydrocarbon. D Van Nostrand Company Inc. :
Canada
Nelson, W.L.1936.Petroleum Refinery Engineering. New York : Mc.Graw Hill.
Perry, Robert H. Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 6th ed. Mc Graw Hill Book
Co. : New York
Trambouze, Pierre. 2000. Petroleum Refining 4, Materials and Equipment, IFP :
France
Yuliani.HR. 2011. “Evaluasi Kinerja Furnace PPT MIGAS CEPU”. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" : Yogyakarta

69 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
Laporan Kerja Praktek Industri
PPSDM Migas, Cepu

LAMPIRAN

70 JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
A. Data Kondisi Operasi dan Data Lapangan
B. Data Literatur

Anda mungkin juga menyukai