Anda di halaman 1dari 1

Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit,

akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses patologik yang mendasari mungkin
salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu
sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau
peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya
syok atau hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus
infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular
di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko yang kuat untuk terjadinya
stroke hemoragik. Tekanan darah yang tinggi, seringkali menyebabkan rupturnya
pembuluh darah utama di otak, yang diikuti oleh kematian pada sebagian besar otak. Bila
tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan
menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh darah serebral. Akibatnya, diameter
lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya karena pembuluh
serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi
fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka
tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema,
dan kemungkinan perdarahan pada otak. Pada hipertensi kronis dapat terjadi
mikroaneurisma dengan diameter 1 mm (terutama terjadi pada arteri lentikulostriata).
Pada lonjakan tekanan darah sistemik, sewaktu orang marah atau mengejan, aneurisma
bisa pecah. Hipertensi yang kronis merupakan salah satu penyebab terjadinya disfungsi
endotelial dari pembuluh darah.
Pasien memiliki riwayat hipertensi. Pada pasien hipertensi, aliran darah di tubuhnya
termasuk di otak berjalan sangat cepat, bila terus-menerus, akan menimbulkan
aneurisma. Aneurisma tersebut bisa ruptur dan dapat pecah, sehingga membuat aliran
pembuluh darah terganggu. Kemudian, akan menyebabkan infark atau kematian
jaringan, maka otak tidak lagi mandapat intake O2 dan nutrisi yang adekuat sehingga
terjadi disfungsi dan penurunan tingkat kesadaran.

Ref : HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN STROKE HEMORAGIK PADA


PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR.
MOEWARDI SURAKARTA. 2009. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA

Anda mungkin juga menyukai