Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENANGANAN PASCAPANEN DAN PENDISTRIBUSIAN


SELADA KERITING ORGANIK SISTEM HIDROPONIK
DI PT. KEBUN SAYUR SEGAR BOGOR, JAWA BARAT

Oleh:
Nadisha Ghassani
NIM A1A116028

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENANGANAN PASCAPANEN DAN PENDISTRIBUSIAN


SELADA KERITING ORGANIK SISTEM HIDROPONIK
DI PT. KEBUN SAYUR SEGAR BOGOR, JAWA BARAT

Oleh:
Nadisha Ghassani
NIM A1A116028

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Laporan Praktik Kerja

Lapangan yang berjudul “Penanganan Pascapanen dan Pendistribusian Selada

Keriting Organik Sistem Hidroponik di PT. Kebun Sayur Segar Bogor, Jawa

Barat” dengan lancar.

Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal

Soedirman yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan Praktik Kerja

Lapangan.

2. Ir. Pudji Hastuti P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan,

yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan petunjuk.

3. Pimpinan PT. Kebun Sayur Segar yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini

masih jauh dari sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap agar Laporan

Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Purwokerto, Mei 2019

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7


A. Gambaran Umum Selada .................................................................... 7
B. Sistem Hidroponik .............................................................................. 8
C. Pascapanen ......................................................................................... 11
D. Pendistribusian.................................................................................... 14
E. Analisis SWOT ................................................................................... 20

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN ........................................ 25


A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.................. 25
B. Materi Praktik Kerja Lapangan ......................................................... 25
C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ................................... 25
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 27


A. Gambaran Umum PT. Kebun Sayur Segar ......................................... 27
B. Kegiatan Produksi Selada Keriting..................................................... 34
C. Kegiatan Pascapanen Selada Keriting ................................................ 43
D. Kegiatan Pendistribusian Selada Keriting .......................................... 48
E. Analisis SWOT .......................................................................................... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 57


A. Kesimpulan ........................................................................................ 57
B. Saran ................................................................................................... 58

iv
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59

LAMPIRAN ..................................................................................................... 62

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Matrik SWOT .............................................................................................. 24

2. Daftar mitra .................................................................................................. 29

3. Pendistribusian selada keriting .................................................................... 51

4. Matriks Analisis SWOT PT. Kebun Sayur Segar........................................ 54

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sistem sirkulasi air, bed pipa dan proses pengembalian air. ........................ 35

2. Pengukuran kandungan nutrisi ..................................................................... 36

3. Tray persemaian ........................................................................................... 38

4. Penyiapan media tanam................................................................................ 38

5. Benih dalam tray persemaian ....................................................................... 38

6. Proses memasukkan benih ........................................................................... 39

7. Tempat yang tertutup dan tempat yang terbuka. .......................................... 40

8. Proses pindah tanam bibit ke netpot ............................................................ 40

9. Proses pindah tanam ke meja peremajaan.................................................... 41

10. Proses pertumbuhan selada keriting ............................................................. 41

11. Proses panen selada keriting ........................................................................ 43

12. Penyejukan atau pre-cooling sayuran .......................................................... 44

13. Proses perompesan ...................................................................................... 45

14. Proses pemilahan ......................................................................................... 46

15. Penimbangan selada keriting ....................................................................... 46

16. Kemasan Hero Gold dan kemasan Parung Farm ......................................... 47

17. Proses pengemasan dan selada keriting yang sudah dikemas ..................... 48

18. Selada siap di distribusikan ......................................................................... 48

19. Saluran distribusi PT. Kebun Sayur Segar .................................................. 50

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Struktur Organisasi PT.Kebun Sayur Segar ................................................ 53

2. Daftar Outlet dan Distribution Centre (DC) ................................................. 64

3. Contoh Purchase Order (PO) ........................................................................ 66

4. Laporan harian Praktik Kerja Lapangan ....................................................... 67

5. Dokumentasi Praktik Kerja Lapangan .......................................................... 72

6. Surat Keterangan Mengikuti Praktik Kerja Lapangan .................................. 74

viii
I. PENDAHULUAN

Tanaman selada banyak dibudidayakan di Indonesia, salah satunya adalah

selada keriting (Lactuca sativa L. var. crispa L.). Masyarakat tertarik

mengkonsumsi selada keriting dikarenakan selada keriting memiliki penampilan

sangat menarik seperti warna hijau memberikan kesan segar; mengandung gizi

cukup tinggi terutama kandungan mineralnya; memiliki nilai ekonomis yang tinggi

dan mudah ditemukan oleh konsumen, baik di pasar tradisional maupun pasar

modern.

Hidup sehat dengan memperhatikan jenis dan kualitas makanan yang

dikonsumsi, menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat. Kecenderungan konsumen

dalam memilih sayuran di kota-kota besar Indonesia adalah sayuran yang memiliki

nilai tambah terhadap manfaat kesehatan. Sayuran yang berpenampilan menarik,

segar, dan memiliki harga rasional, sebagian besar dapat dihasilkan dengan sistem

hidroponik. Menurut Wibowo (2015), hidroponik atau hydroponics, berasal dari

bahasa latin, terdiri atas kata “hydro” yaitu air dan kata “ponos” yaitu kerja,

sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau pengelolaan air

sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media

tanam dan mengambil unsur hara mineral yang dibutuhkan dari larutan nutrisi

dalam air.

Sastradihardja (2011) menyatakan bahwa ada beberapa kelebihan yang

menjadikan budidaya hidroponik lebih digemari dibanding dengan budidaya non-

hidroponik yaitu tidak diperlukannya pengelolaan tanah, sistem penanaman yang

1
lebih terkontrol dan tidak dipengaruhi oleh musim, penggunaan air dan pupuk lebih

efisien, dan tingkat produktivitas serta kualitas cukup tinggi. Sistem hidroponik

memiliki kelemahan yaitu menanam sayuran hidroponik di udara terbuka dan

kondisi cuaca yang selalu berubah menyebabkan ketersediaan sayuran hidroponik

menjadi berkurang, pemeliharaan perangkat hidroponik sulit dan dapat

mempengaruhi kualitas sayuran hidroponik.

Selada keriting merupakan salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan baik

secara hidroponik maupun non-hidroponik. Menanam selada keriting secara non-

hidroponik sudah umum dilakukan, sedangkan hidroponik merupakan metode

bercocok tanam yang mulai banyak digemari dan dibudidayakan. Menurut

Resnawati (2014), selada keriting merupakan tanaman sangat sensitif terhadap

bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan sehingga mengakibatkan penyakit pada

sayuran seperti busuk daun. Kendala yang sering dialami tanaman selada keriting

yaitu faktor mekanis dan biologis pascapanen. Faktor mekanis yang dapat

menyebabkan kerusakan yaitu cara panen yang kurang tepat dan penanganan saat

pengemasan. Faktor biologis yang dapat merusak selada keriting pada saat proses

pascapanen yaitu serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Oleh karena itu,

untuk mengurangi risiko terjadinya hal tersebut, diperlukan penanganan

pascapanen selada keriting organik dengan baik.

Pascapanen merupakan suatu tahapan kegiatan yang dimulai sejak

pengumpulan hasil pertanian sampai siap untuk dipasarkan, bertujuan untuk

mempertahankan mutu, mengurangi kerusakan, dan memperpanjang masa simpan

sayuran. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2013),

2
penanganan pascapanen terdiri atas berbagai proses, yaitu perompesan (trimming),

pembersihan, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.

Tujuan dari penanganan pascapanen yaitu menjaga kualitas sayuran organik

dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen. Hal tersebut tidak lepas dari

pentingnya proses pengangkutan dan saluran distribusi sayuran organik yang tepat

dan efisien. Menurut Winardi (1989), distribusi merupakan sekumpulan perantara

yang terhubung erat antara satu dengan yang lainnya dalam kegiatan penyaluran

produk-produk dari produsen kepada konsumen (pembeli).

Menurut Kotler (1997), distribusi merupakan sekumpulan organisasi yang

membuat sebuah proses kegiatan penyaluran suatu barang atau jasa untuk dipakai

atau dikonsumsi oleh para konsumen (pembeli). Oleh karena itu, untuk

menyampaikan barang-barang dari produsen ke konsumen, kegiatan distribusi

sangat penting, tanpa adanya proses dan saluran distribusi yang tepat, barang-

barang yang dihasilkan tidak akan sampai ke konsumen. Dengan demikian, fungsi

distribusi adalah :

1. Menyalurkan barang-barang dari produsen ke konsumen.

2. Membantu memperlancar pemasaran, sehingga barang-barang yang dihasilkan

produsen dapat segera terjual kepada konsumen.

PT. Kebun Sayur Segar merupakan salah satu perusahaan agribisnis sayuran

hidroponik, berperan sebagai pedagang besar sekaligus produsen, berlokasi di

Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Perusahaan ini memproduksi beberapa jenis sayuran

hidroponik seperti selada keriting, selada lollo rosa, selada romaine, selada

butterhead, tomat, bayam hijau, bayam merah, caisim, green pakchoy, white

3
pakchoy, petsay, kailan, kangkung, green oak leaf, red oak leaf, endive, siomak,

horenzo dan kale. Fokus kegiatan perusahaan sebagian besar pada penanganan

pascapanen sayuran yang diperoleh dari petani mitra.

PT. Kebun Sayur Segar mendistribusikan sayurannya ke pasar swalayan yang

berada di sekitar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi dan Bandung

seperti Hero, Carrefour, Lotte Mart, outlet seperti restoran Pepper Lunch Group dan

distribution centre (DC) seperti Farmers DC. Perusahaan ini melakukan transaksi

berdasarkan order atau pesanan setiap harinya. Produk awal yang dijual PT. Kebun

Sayur Segar dengan brand “Parung Farm”, hanya pada beberapa jenis sayuran

hidroponik seperti bayam, kangkung dan selada keriting, namun pada

perkembangannya dengan keunggulan produk bebas pestisida, produk-produk PT.

Kebun Sayur Segar sudah semakin beragam seperti selada keriting organik , bayam

hijau, bayam merah, endive, caisim, pakcoy, bayam merah organik, bayam hijau

organik, kangkung, selada lolla rosa organik, selada romaine organik, selada

butterhead organik, tomat organik, daun ginseng, timun, timun, bitrot, brokoli, kol

putih, sawi putih, buncis, labu siam, lemon import, jagung muda dan lidah buaya.

Selada keriting organik sistem hidroponik yang didistribusikan oleh PT.

Kebun Sayur Segar, merupakan produk yang memiliki jumlah permintaan dari

konsumen yang cukup banyak dibandingkan dengan produk sayuran yang lain.

Selada keriting organik sistem hidroponik yang dihasilkan memiliki kualitas yang

baik dari segi bentuk, ukuran, warna, firmness, sehat dan organik karena tidak

menggunakan pestisida serta dikemas dengan menarik sehingga mampu bersaing

dan bertahan di pasar swalayan atau pedagang besar seperti Hero, Carrefour, Lotte

4
Mart dan Hypermart. Selain itu, selada keriting organik sistem hidroponik juga

menjadi sayuran utama yang digunakan sebagai komponen dalam sebuah hidangan

dan garnish atau hiasan makanan oleh outlet seperti Group Pepper Lunch dan

Pancious Café. Tentunya untuk mendapatkan produk yang maksimal, akan

dibutuhkan kegiatan produksi, penanganan pascapanen dan pendistribusian yang

efektif dan efisien sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Berdasarkan

uraian, penulis tertarik untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan tentang proses

penanganan pascapanen selada keriting organik sistem hidroponik dan proses

pendistribusiannya pada PT. Kebun Sayur Segar.

Tujuan dari Praktik Kerja Lapang adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses penanganan pascapanen

selada keriting organik sistem hidroponik di PT. Kebun Sayur Segar, Bogor,

Jawa Barat.

2. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses pendistribusian selada

keriting organik sistem hidroponik di PT. Kebun Sayur Segar, Bogor, Jawa

Barat.

3. Mengidentifikasi strategi menggunakan Analisis SWOT pada penanganan

pascapanen dan pendistribusian selada keriting organik sistem hidroponik di PT.

Kebun Sayur Segar, Bogor, Jawa Barat.

Sasaran dari Praktik Kerja Lapangan adalah proses penanganan pascapanen

dan pendistribusian selada keriting organik yang diproduksi dengan sistem

hidroponik di PT. Kebun Sayur Segar, Bogor, Jawa Barat.

5
Praktik Kerja Lapang dilaksanakan di PT. Kebun Sayur Segar, Bogor, Jawa

Barat diharapkan akan memberikan beberapa manfaat yaitu:

1. Manfaat bagi penulis, menambah pengalaman secara langsung yang akan

bermanfaat dari segi ketrampilan dan memperluas wawasan mengenai proses

penanganan pascapanen dan pendistribusian selada keriting organik di PT.

Kebun Sayur Segar, Bogor, Jawa Barat.

2. Manfaat bagi perusahaan, untuk mengenalkan proses penanganan pascapanen

dan pendistribusian selada keriting organik yang dilaksanakan oleh perusahaan

tersebut.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Selada

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), selada merupakan sayuran

termasuk ke dalam famili Compositae dengan nama latin Lactuca sativa L. Selada

termasuk tanaman polimorf. Tanaman ini cepat menghasilkan akar tunggang. Daun

selada berjumlah banyak dan berposisi duduk tersusun berbentuk spiral dalam

susunan padat. Bentuk daun berbeda-beda, sangat beragam warna, raut, tekstur dan

sembir daunnya. Daun tak berambut, mulus, berkeriput atau kisut berlipat. Sembir

daunnya membundar rata atau terbagi secara halus, warnanya beragam, mulai dari

hijau muda hingga hijau tua, kultivar tertentu berwarna merah atau ungu. Daun

bagian dalam pada kultivar yang tidak membentuk kepala cenderung berwarna

lebih cerah, sedangkan pada kultivar yang membentuk kepala berwarna pucat.

Selada cocok dibudidayakan pada daerah dengan suhu optimum berkisar antara

20°C pada siang hari dan 10°C pada malam hari.

Beberapa tipe selada saat ini dapat dikelompokkan menjadi 4 macam tipe,

yaitu: selada kepala (crisphead dan butterhead), selada cos (romaine lettuce),

selada daun (leaf lettuce), dan selada batang (celtuse). Selada keriting (Lactuca

sativa L. var. crispa) termasuk kelompok kultivar selada daun. Selada jenis ini

helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta berwarna

merah. Ciri khas lainnya, tidak membentuk krop dan toleran terhadap kondisi

dingin. Apabila daunnya dipanen dengan cara lepasan satu per satu dan tidak

dicabut sekaligus, maka tanaman dapat dipanen beberapa kali. Meskipun demikian,

7
umumnya selada daun dipanen sekaligus seluruh tanaman seperti jenis selada

lainnya (Haryanto et al., 1996).

Menurut Wirakusumah (2006), selada keriting dapat tumbuh dengan baik dan

optimal serta dapat berproduksi dengan baik apabila memenuhi persyaratan

tumbuh, yaitu:

1. Ketinggian tempat antara 600 sampai 1200 meter di atas permukaan laut (dpl),

2. Suhu berkisar antara 15oC sampai 20oC,

3. Curah hujan rata-rata 250 sampai 1000 mm per tahun,

4. Derajat keasaman (pH) tanah 6,5 sampai 7.

Selada umumnya dikonsumsi sebagai lalapan sayuran, salad dan campuran roti

burger, namun selada juga baik untuk dikonsumsi sebagai bahan pengobatan.

Sayuran hijau seperti selada mengandung banyak beta carotein yang bernama

lutein dan zeaxanthin. Keduanya merupakan antioksidan mampu melindungi tubuh

dari berbagai penyakit kanker seperti kanker kulit, payudara, dan paru-paru. Selada

memiliki antioksidan lengkap dan mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh

atau imun. Selada dipercaya mampu mengobati tuberculosis (TBC) dan mencegah

terjadinya gangguan paru-paru diakibatkan oleh rokok.

B. Sistem Hidroponik

Istilah hydroponics berasal dari kata Yunani “hydro” yaitu air dan “ponos”

yaitu bekerja, atau berarti bekerja dengan air. Hidroponik merupakan salah satu cara

bercocok tanam tanpa media tanah tetapi menggunakan media air mengandung

bahan-bahan nutrisi esensial diperlukan bagi pertumbuhan tanamannya. Air dipakai

8
sebagai pengganti media tanah berfungsi selain sebagai media tanam juga sebagai

pelarut unsur hara dibutuhkan tanaman (Prihmantoro dan Indriani, 1995).

Menurut Susila (2013), istilah hidroponik berasal dari bahasa Latin berarti

hydro (air) dan ponos (kerja). Hidroponik didefinisikan secara ilmiah sebagai suatu

cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, tetapi menggunakan media inert

seperti gravel, vermikulit, punice, atau sawdust, yang diberikan larutan hara yang

mengandung semua elemen esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman.

Berdasarkan penggunaan larutan nutrisi, hidroponik digolongkan menjadi

dua, yaitu hidroponik sistem terbuka dan hidroponik sistem tertutup. Pada

hidroponik sistem terbuka, larutan nutrisi dialirkan ke daerah perakaran tanaman

dan kelebihannya dibiarkan hilang. Hidroponik sistem tertutup, larutan nutrisi

dialirkan ke daerah perakaran tanaman dan kelebihannya ditampung dan di

sirkulasikan kembali ke daerah perakaran tanaman. Saat ini dikenal 8 macam teknik

hidroponik modern, yaitu Nutrient Film Technique (NFT), Static Aerated

Technique (SAT), Ebb and Flow Technique (EFT), Deep Flow Technique (DFT),

Aerated Flow Technique (AFT), Drip Irrigation Technique (DIT), Root Mist

Technique (RMT), dan Fog Feed Technique (FFT) (Chadirin, 2007).

Menurut Sudarmodjo (2008), hidroponik merupakan sebuah sistem atau

teknologi dimana tanaman ditumbuhkan tanpa menggunakan tanah sebagai media

tanam, karena itu hidroponik juga disebut sebagai budidaya tanam tanpa tanah

(soilless culture) atau arti harafiah yaitu bekerja dengan air. Namun Sarwono

(1995) menyatakan bahwa dalam perkembangannya akhir-akhir ini, istilah

9
hidroponik sebenarnya sudah salah kaprah dalam penggunaannya karena saat ini

media tanam hidroponik telah berubah dan terlanjur populer dengan menggunakan

media tanam selain tanah yang terdiri dari dua media tanam yaitu anorganik dan

organik. Media tanam anorganik yang digunakan untuk kultur hidroponik antara

lain pasir, kerikil alam, kerikil sintetik, batu kali, batu apung, pecahan bata atau

genting, perlit, zeolit, spons dan rockwool. Media tanam organik antara lain

gambut, jiffy, potongan kayu, serbuk kayu gergaji, kertas, arang kayu, sabut kelapa,

batang pakis, moss, sekam padi dan ijuk. Fungsi media tanam non tanah tersebut

selain hanya sebagai penopang akar tanaman untuk dapat tumbuh tegak juga

sebagai perantara larutan nutrisi. Meskipun air tetap digunakan tetapi berfungsi

sebagai pelarut unsur hara atau nutrisinya saja, sedangkan kultur hidroponik yang

betul-betul hanya mengandalkan air sebagai media tanamnya dan yang sebetulnya

pas disebut hidroponik salah satunya yaitu Nutrient Film Technique (NFT).

Sistem hidroponik NFT merupakan teknik hidroponik dimana aliran air yang

sangat dangkal mengandung semua nutrisi terlarut yang diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman. Kedalaman aliran sirkulasi sekitar 2 cm hingga 3 cm dari

dasar alat pengalir air. Keuntungan utama dari sistem NFT dibandingkan dengan

bentuk-bentuk lain dari sistem hidroponik yaitu tanaman memiliki kecukupan

dalam pasokan air, oksigen dan nutrisi. Kelemahan dari NFT yaitu apabila sistem

NFT memiliki gangguan dalam pengaliran air seperti listrik padam, maka proses

aliran air akan terhenti. Prinsip dasar dalam sistem NFT merupakan suatu

keuntungan dalam pertanian, artinya pada kondisi air berlebih dan sistem berjalan

sesuai dengan ketentuan, maka jumlah nutrisi tumbuhan akan tercukupi. Pada

10
sistem NFT yang nutrisinya hanya selapis menyebabkan ketersediaan nutrisi dan

oksigen pada akar selalu berlimpah. Syarat-syarat yang dibutuhkan untuk membuat

selapis nutrisi yaitu kemiringan talang sebesar 5 sampai 15 derajat agar tempat

mengalirnya larutan nutrisi ke bawah harus benar-benar seragam dan kecepatan

aliran yang masuk tidak boleh terlalu cepat, disesuaikan dengan kemiringan

(Lingga, 1984).

Hidroponik mempunyai banyak kelebihan dari bertani secara konvensional.

Kelebihan utamanya ialah pertumbuhan tanaman sepenuhnya ke atas. Tanaman

hidroponik lebih cepat menghasilkan tanpa kerusakan akibat gangguan cuaca

ataupun penggunaan pestisida. Biaya pemeliharaan hidroponik lebih tinggi

dibanding cara konvensional, namun hasil produksi dengan cara hidroponik lebih

besar daripada dengan cara konvensional. Serangga, makhluk perusak atau penyakit

akan lebih mudah dielakkan tanpa menggunakan pestisida atau insektisida

berbahaya karena tidak perlu menggunakannya, maka pengguna tidak perlu

bimbang akibat keracunan makanan (Istiqomah, 2007).

C. Pascapanen

Ryall dan Lipton (1972) dalam Gardjito dan Swasti (2018) menyatakan

bahwa laju respirasi tumbuhan dan sayuran menggambarkan aktivitas metabolik di

dalam jaringan hasil pertanian sehingga dapat dipergunakan untuk menentukan

jenis penanganan pascapanen yang tepat seperti pra pendinginan, penyimpanan

awal, atau pendinginan selama penyimpanan sebelum pemasaran. Laju respirasi

untuk setiap jenis hasil pertanian berbeda-beda tergantung pada jenis bahan, saat

11
pemanenan dan suhu. Umumnya, komoditas dengan laju respirasi tinggi

mempunyai masa simpan yang pendek.

Penanganan pascapanen merupakan usaha untuk mempertahankan dan

meminimalkan kerusakan bahan-bahan hasil pertanian atau mempertahankan mutu

sebelum diolah menjadi produk olahan. Mutu yang dimaksud dapat berupa umur

simpan lebih lama hingga saat konsumen membeli sayur masih dalam keadaan

bermutu dan tidak mengalami kerusakan baik secara fisik maupun biologis

(Haryanto et al., 1996).

Penanganan pascapanen merupakan tahap dari produksi tanaman yang

dilakukan sesaat setelah panen. Sebuah survey oleh Bautista dan Cadiz (1986)

menunjukkan bahwa terjadi kehilangan hasil sayuran sebesar 22 persen sampai 70

persen akibat penanganan yang tidak baik. Hal ini diakibatkan oleh busuk pada

bagian batang dan tepi daun, kerusakan mekanik, susut bobot, pemotongan,

bertunas dan pencoklatan. Preece dan Read (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor

yang menentukan kualitas selada dapat dilihat dari bentuk, warna, kemasakan

(firmness), perlakuan perompesan (jumlah daun terluar), bebas dari tip burn dan

kerusakan fisiologis, bebas dari kerusakan mekanis, cacat dan juga busuk.

Kegiatan pascapanen meliputi (Kementerian Pertanian Republik Indonesia,

2013) :

1. Pendinginan atau Penyejukan

Penyejukan atau Pre Cooling merupakan upaya untuk menghilangkan

panas lapang pada sayuran baru dipanen.

12
2. Pembersihan

Pembersihan merupakan kegiatan menghilangkan kotoran fisik, kimiawi,

dan biologis. Pembersihan dapat menggunakan alat atau mesin sesuai dengan

sifat dan karakteristik produk hortikultura. Air untuk mencuci hasil panen harus

air bersih sesuai dengan peruntukannya agar tidak terkontaminasi dengan

organisme dan bahan pencemar lainnya.

3. Sortasi

Penyortiran merupakan kegiatan pemilahan hasil panen yang baik dari yang

rusak atau cacat, yang sehat dari yang sakit, dan benda asing lainnya. Sortasi

harus dilakukan dengan hati-hati agar hasil panen tidak rusak.

4. Perompesan

Perompesan yaitu kegiatan memisahkan atau membuang bagian produk

yang tidak diinginkan seperti memotong tangkai, membuang daun, akar, dan

bagian tertentu yang tidak diperlukan.

5. Grading

Pengkelasan atau pemilahan (grading) merupakan kegiatan

pengelompokan produk hortikultura hasil sortasi atau pemilahan berdasarkan

kriteria yang telah disepakati atau standar mutu yang digunakan untuk produk

hortikultura yang bersangkutan.

6. Pengemasan

Pengemasan merupakan kegiatan untuk mewadahi atau membungkus

sesuai dengan karakteristik produk. Pengemasan produk hortikultura dapat

13
dilakukan secara manual maupun mekanis tergantung dari jumlah dan jenis

produk hortikultura yang bersangkutan.

Selada keriting, seperti produk hortikultura lainnya, merupakan produk

pertanian yang mudah busuk sehingga penanganannya mulai dari saat panen harus

hati-hati agar kualitasnya dapat terjaga sampai ke tangan konsumen dan

memperoleh harga jual yang tinggi. Tanaman yang telah dipanen, tidak ada

perlakuan yang dapat meningkatkan kualitas hasil sayuran, tetapi dengan

mempertahankan kualitas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di negara-

negara berkembang kehilangan hasil sayuran dapat mencapai 20 persen sampai 50

persen akibat penanganan panen dan pascapanen yang kurang tepat (Badan

Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, 2015).

D. Pendistribusian

Usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran setiap perusahaan di bidang

pemasaran, yaitu melakukan kegiatan penyaluran atau pendistribusian. Penyaluran

merupakan kegiatan penyampaian produk dari produsen sampai ke tangan

konsumen pada waktu yang tepat. Efektivitas penggunaan saluran distribusi

diperlukan untuk menjamin tersedianya produk di setiap mata rantai saluran

tersebut.

Saluran distribusi merupakan rute dan status kepemilikan yang ditempuh oleh

suatu produk ketika produk ini mengalir dari penyedia bahan mentah melalui

produsen sampai ke konsumen akhir. Saluran ini terdiri dari semua lembaga atau

pedagang perantara untuk memasarkan produk atau barang dan jasa dari produsen

14
sampai ke konsumen. Di sepanjang saluran distribusi, terjadi beragam pertukaran

produk, pembayaran, kepemilikan dan informasi. Saluran distribusi diperlukan

karena produsen menghasilkan produk dengan memberikan kegunaan bentuk (form

utility) bagi konsumen setelah sampai ke tangannya, sedangkan lembaga penyalur

membentuk atau memberikan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan dari produk

itu (Dillon, 1998).

Faktor waktu memegang peran penting. Kegunaan barang akan maksimal jika

barang yang dibutuhkan dapat diperoleh pada saat diperlukan. Sebaliknya,

distribusi yang tidak tepat waktunya akan menimbulkan kerugian bagi produsen

atau konsumen, yaitu produsen kehilangan keuntungan dan konsumen kepuasannya

berkurang. Menurut Musselman dan Jackson (1994), jenis saluran distribusi

berdasarkan intensitasnya dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Bentuk intensif, yaitu jenis saluran yang memanfaatkan banyak pedagang

besar dan kecil.

2. Bentuk selektif, yaitu jenis distribusi yang hanya memanfaatkan beberapa

grosir dan sejumlah kecil pengecer.

3. Bentuk eksklusif, yaitu saluran distribusi yang hanya melibatkan beberapa

perantara dalam lingkungan masyarakat tertentu untuk menangani produk.

Saluran eksklusif dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Saluran langsung

Saluran langsung merupakan penyaluran produk dari produsen ke

konsumen tanpa menggunakan perantara. Saluran langsung bertujuan untuk

mempercepat sampainya produk ke tangan konsumen dan memperkecil

15
biaya yang timbul dalam pendistribusiannya. Biasanya hanya sedikit barang

yang dipasarkan secara langsung.

b. Saluran tidak lansung

Saluran tidak langsung merupakan penyaluran produk dari produsen

ke konsumen dengan menggunakan perantara. Saluran tidak langsung

dibagi menjadi dua yaitu:

1) Produsen - pengecer - konsumen

Pada saluran ini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah

besar (jumlah yang sesuai dengan ketentuan produsen) hanya kepada

pedagang pengecer. Pembelian produk oleh konsumen hanya dilayani

oleh para pengecer.

2) Produsen - grosir – pengecer - konsumen.

Produsen melayani penjualan kepada pedagang grosir yang

merupakan pedagang besar yang membeli barang dalam jumlah besar

dan biasanya memperoleh barangnya langsung dari pabrik atau

produsen. Pedagang grosir kemudian menjual kembali barangnya

kepada pedagang lain atau pengecer dan tidak menjual langsung kepada

konsumen. Pembelian produk oleh konsumen akhir dapat dilayani oleh

pengecer yang membeli produknya dari pedagang grosir.

Menurut Kotler (2001), saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi

yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang

atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi. Saluran distribusi pada dasarnya

merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen.

16
Perantara tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu; pedagang

perantara dan agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta

proses negosiasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut. Pengertian

dari pedagang perantara dan agen perantara sebagai berikut:

1. Pedagang perantara

Pada dasarnya, pedagang perantara bertanggung jawab terhadap

pemilikan semua barang yang dipasarkannya atau dengan kata lain pedagang

yang mempunyai hak atas kepemilikan barang. Ada dua kelompok yang

termasuk dalam pedagang perantara, yaitu;

a. Pedagang besar

Pedagang besar atau wholesaler adalah sebuah unit usaha yang

membeli dan menjual kembali barang-barang kepada pengecer dan

pedagang lain seperti pemakai industri dan pemakai komersial atau

konsumen akhir.

b. Pedagang eceran

Perdagangan eceran atau pengecer merupakan pedagang yang

kegiatan pokoknya melakukan penjualan barang atau jasa secara langsung

kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (bukan untuk keperluan

usaha)

2. Agen perantara

Agen perantara (Agen Middlemen) merupakan lembaga yang

melakasanakan perdagangan dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus

yang berhubungan dengan penjualan atau distribusi barang. Agen perantara

17
mempunyai hak milik terhadap barang yang ditangani, dapat digolongkan

dalam dua golongan, yaitu:

a. Agen penunjang

Agen penunjang merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya

dalam beberapa aspek pemindahan barang dan jasa, terbagi dalam beberapa

golongan, yaitu:

1) Agen pembelian dan penjualan (Purchase and sales agent)

2) Agen pengangkutan borongan (Bulk Transportation Agent)

3) Agen pengankutan khusus (Specialty Shipper)

4) Agen penyimpanan (Storage Agent)

Kegiatan agen penunjang adalah membantu untuk memindahkan barang-

barang sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan langsung dengan

pembeli dan penjual.

b. Agen Pelengkap

Agen Pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam

penyaluran barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-

kekurangan. Apabila pedagang atau lembaga lain tidak dapat

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran

barang, maka agen pelengkap dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang

dilakukannya seperti jasa dalam pembimbingan atau konsultasi, jasa dalam

bidang finansial serta jasa dalam mendapatkan dan memberikan informasi.

Kesalahan dalam memilih saluran distribusi dapat menghambat upaya

penyaluran barang. Hal ini mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, meskipun

18
barang telah sesuai dengan selera konsumen, akan tetapi bila saluran distribusinya

tidak mempunyai kemampuan atau terhambat maka selera konsumen akan

memudar. Oleh karena itu, perusahaan harus memutuskan saluran distribusi mana

yang akan digunakan untuk berbagai macam produk khususnya produk pertanian.

Terdapat berbagai macam saluran distribusi, diantaranya (Swastha dan Irawan,

1997) :

1. Produsen – Konsumen

Saluran ini juga disebut saluran distribusi langsung. Bentuk saluran

distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana karena tanpa

menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan

melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah).

2. Produsen – Pengecer – Konsumen

Pada saluran ini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar

(jumlah yang sesuai dengan ketentuan produsen) hanya kepada pedagang

pengecer. Pembelian produk oleh konsumen hanya dilayani oleh para pengecer.

3. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan

saluran distribusi tradisional. Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah

besar kepada pedagang besar. Pedagang besar kemudian akan menjual kembali

produk kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar,

dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer.

19
4. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen

Produsen memilih agen seperti agen pembelian dan penjualan (purchase

and sales agent), agen pengangkutan borongan (bulk transportation agent),

agen pengangkutan khusus (specialty shipper) dan agen penyimpanan (storage

agent) sebagai penyalurnya dalam menjalankan kegiatan perdagangan besar

melalui saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditunjukkan

kepada para pengecer besar dan konsumen akhir.

5. Produsen – Agen – Pedagang Besar– Pengecer – Konsumen

Produsen menggunakan agen sebagai perantara dalam saluran distriusi ini

untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian

menjualnya kepada pengecer atau toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran

distribusi ini adalah agen pembelian dan penjualan (purchase and sales agent)

karena berperan dalam menjual ke pedagang besar. Pedagang besar akan

membeli produk dari agen dan menjual kembali produk kepada pengecer

atau langsung ke konsumen akhir.

E. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang

dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opputunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman

(Threats). Proses pengambilan keputusan strategies selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian,

20
perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan dalam

kondisi yang ada saat ini (Yenida, 2012).

Menurut Rangkuti (1997) dalam Taufik (2012), analisis SWOT bertujuan

menganalisis potensi atau kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Potensi dan

kelemahan merupakan faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman merupakan

faktor eksternal. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi kegiatan. Analisis dilakukan untuk

memaksimalkan kekuatan (strength), peluang (opportunities), serta meminimalkan

kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan

selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan.

Dengan demikian, perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategi

kegiatan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) sesuai kondisi saat ini.

Lingkungan diartikan sebagai tempat yang tidak terlepas dari suatu kondisi,

situasi, dan peristiwa yang mempengaruhi perkembangan setiap usaha. Setiap

pengelolaan usaha diupayakan untuk menyederhanakannya melalui penyelidikan

atau observasi terhadap berbagai faktor lingkungan. Oleh karena itu, perlu

ditetapkan kriteria untuk mempelajari lingkungan internal dan eksternal.

Lingkungan memiliki pengaruh nyata terhadap kemungkinan keberhasilan dan

kegagalan agribisnis sehingga timbul peluang dan ancaman usaha. Melalui analisis

peluang maka strategi usaha dapat disusun dengan memerhatikan analisis faktor

internal, yang terdiri atas unsur kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Dengan

demikian, identifikasi kekuatan dan kelemahan diarahkan untuk mengeksploitasi

peluang dan mengatasi ancaman. Sebagai suatu kegiatan ekonomi, perusahaan tidak

21
terlepas dari pengaruh lingkungan, yaitu faktor internal (IFAS) dan eksternal

(EFAS). Faktor internal terdiri atas pendidikan sumber daya manusia,

produktivitas, modal, tenaga kerja, dan pengalaman; sedangkan faktor eksternal

meliputi kelembagaan, pemasaran, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah (Taufik,

2012).

Menurut David (2006), analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk

menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep

bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu

Strength, Weakness, Oppurtunities, dan Threats. Metode ini paling sering

digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan

digunakan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan

sebagai pemecah masalah. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor yaitu :

1. Strength (Kekuatan)

Strength merupakan sumberdaya, keterampilan, atau keunggulan-

keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan

kebutuhan pasar dapat dilayani. Kekuatan merupakan kompetensi khusus yang

memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan pasar.

2. Weakness (Kelemahan)

Weakness merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya

yang dapat menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa

fasilitas, sumberdaya keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan

pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.

22
3. Opputunities (Peluang)

Opputunities merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam

lingkungan perusahaan.kecenderungan-kecenderungan penting merupakan

salah satu sumber peluang, seperti perubahan teknologi dan meningkatnya

hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan

gambaran bagi perusahaan.

4. Threats (Ancaman)

Threats merupakan informasi penting yang tidak mengutungkan dalam

lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi

sekarang atau diinginkan perusahaan, misalnya adanya peraturan-peraturan

pemerintah yang baru atau telah direvisi dapat merupakan ancaman bagi

kesuksesan perusahaan.

Menurut Rangkuti (1997) alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor

strategis perusahaan merupakan matriks SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan

secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini

dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yang ditunjukkan

pada Tabel 1.

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

23
2. Strategi ST

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tabel 1. Matrik SWOT


IFAS Strength ( S ) Weakness ( W )
Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal faktor kelemahan internal.
EFAS
Opportunity ( O ) Strategi SO Strategi WO
Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
peluang. peluang.

Threats ( T ) Strategi ST Strategi WT


Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi ancaman. dan menghindari ancaman

24
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

1. Tempat

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. Kebun Sayur Segar, Bogor,

Jawa Barat.

2. Waktu

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama 25 hari pada

tanggal 21 Januari 2019 sampai 17 Februari 2019.

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi yang dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan di PT. Kebun Sayur Segar,

Bogor, Jawa Barat, meliputi kondisi umum perusahaan, struktur organisasi, proses

penanganan pascapanen dan pendistribusian selada keriting organik sistem

hidroponik, permasalahan tentang penanganan pascapanen dan proses

pendistribusian selada keriting organik sistem hidroponik.

C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan adalah observasi

partisipasi aktif, yaitu suatu metode yang melibatkan diri secara langsung dalam

kegiatan yang dilaksanakan di PT. Kebun Sayur Segar, Bogor, Jawa Barat,

khususnya tentang penanganan pascapanen dan proses pendistribusian selada

keriting organik sistem hidroponik.

25
D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang akan dilakukan dalam Praktik Kerja

Lapangan adalah :

1. Pengambilan data primer, yaitu data diperoleh dengan cara mengadakan

wawancara pada karyawan dan observasi langsung di PT. Kebun Sayur Segar,

Bogor, Jawa Barat.

2. Mencari informasi data sekunder, yaitu data diperoleh dari catatan-catatan dan

dokumen perusahaan atau literatur berkaitan dengan kegiatan penanganan

pascapanen selada keriting organik di PT. Kebun Sayur Segar, Bogor, Jawa

Barat.

26
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT. Kebun Sayur Segar

1. Sejarah Perusahaan

Pada tahun 1998, pendiri sekaligus pemegang modal usaha yang bukan

dari kalangan petani yaitu pensiunan Bank Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), diperkenalkan oleh beberapa orang Sarjana Pertanian dari Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengenai sebuah teknologi

pertanian yang dikenal dengan nama hidroponik atau hydroponic. Uji coba

budidaya tanaman hidroponik pertama kali dilakukan terhadap 150 tanaman

paprika varietas Spartacus, 300 tanaman tomat varietas Recento, 150 tanaman

mentimun Jepang varietas Spring Swallow dan 150 tanaman melon varietas

Eagle. Budidaya dilakukan dalam greenhouse seluas 400 m2 dengan sistem

pengairan irigasi tetes dan menggunakan media tanam substrat arang sekam.

Melalui perkembangan tersebut, Parung Farm sekaligus juga mengadakan

kegiatan percobaan, penyuluhan, pelatihan dan kerjasama dengan para alumni

peserta pelatihan dalam mengembangkan budidaya tanaman hidroponik. Selain

itu Parung Farm saat itu mulai melakukan penelitian melalui magang dan

praktik kerja lapangan (PKL) para siswa dan mahasiswa D3, S1, S2 sebagai

bahan karya tulis, laporan kuliah kunjungan lapangan, laporan kajian, skripsi

dan tesis di bawah bimbingan Kepala Pendidikan dan Pelatihan Parung Farm.

Parung Farm berlokasi di Jl. Raya Parung No.546, Parung, Bogor, Jawa Barat.

27
Pada tahun 2000, kegiatan Parung Farm selain melakukan percobaan

hidroponik dan mikroklimat, juga telah mulai mencoba pada usaha komersial

dengan melakukan produksi dan penjualan sayuran dan buah segar hidroponik.

Hasil budidaya mentimun dan paprika hidroponik selama satu tahun pertama

tidak memenuhi harapan, karena belum dapat memenuhi kuantitas dan kualitas

yang diinginkan supermarket. Sementara hasil budidaya melon pada tahun

kedua, cukup memuaskan, meskipun secara pasar belum optimal.

Pada tahun 2003, setelah melakukan berbagai uji coba produksi dan

pemasaran, Parung Farm memutuskan untuk mulai melakukan kegiatan

komersil dengan mendirikan secara resmi sebuah badan hukum Perseroan

Terbatas dengan nama PT. Kebun Sayur Segar. PT. Kebun Sayur Segar

digerakkan oleh tenaga-tenaga muda yang profesional, dengan tetap mendapat

bimbingan dan pengarahan dari pendirinya. Pada akhirnya, hasil produksi

perusahaan dengan brand Parung Farm sudah dapat ditemui pada hampir semua

supermarket dan hypermarket di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi

dan Bandung serta dapat menjadi salah satu perusahaan produsen yang terbesar

dan terbaik pada bidangnya.

Pada tahun 2014, PT. Kebun Sayur Segar mulai memperluas kegiatan

komersilnya dengan melakukan business partnership atau kemitraan usaha.

Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan

antara pengusaha menengah atau besar dengan pengusaha kecil disertai dengan

pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga terciptanya

kesepakatan dan h ubungan yang saling memerlukan, menguntungkan dan

28
memperkuat untuk mencapai keuntungan yang maksimal. PT. Kebun Sayur

Segar pada saat ini sudah bermitra dengan 17 perusahaan mitra yang

ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar mitra

No. Perusahaan Jenis Komoditas yang Diusahakan


1 Aki Nini Farm Selada Keriting dan Bayam Hijau
2 Galudra Farm Caisim, Pakcoy, Bayam Hijau dan Bayam Merah
Organik
3 Cilangkap Farm Bayam Hijau, Bayam Merah dan Kangkung
4 Citayam Farm Caisim dan Pakcoy
5 CV. Makmur Jaya Selada Keriting, Selada Lollo Rosa dan Selada
Sentosa Romaine
6 Dian Farm Tomat Hidroponik
7 Ekshan Farm Tomat Hidroponik
8 Ferdi Farm Lidah Buaya
9 CIFA Farm Selada Keriting, Selada Butterhead, Selada Lollo
Rosa dan Selada Romaine
10 Gg Farm Selada Keriting
11 Gn. Geulis Lollarosa, Caisim, Bayam Hijau dan Bayam
Merah
12 Joy Farm (Peter) Caisim, Pakcoy dan Bayam Hijau
13 Katulampa Kangkung
14 Madu Farm (Fufu) Caisim dan Green Pakcoy
15 Ramika Farm Bayam Hijau dan Bayam Merah
Cilember
16 Villa Biru Farm Endive, Caisim, Pakcoy dan Bayam Hijau Organik
17 Yanti Arco Caisim dan Pakcoy
Sumber: PT. Kebun Sayur Segar, 2019

29
Pada akhir tahun 2017, PT. Kebun Sayur Segar sudah tidak lagi

memproduksi sayuran namun memfokuskan perusahaan dalam pola kemitraan,

quality control produk dan proses pendistribusian produk dari perusahaan mitra

ke outlet dan distribution centre (DC). Pola kemitraan yang dilaksanakan adalah

berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU), yaitu sebuah dokumen

legal yang menjelaskan persetujuan antara PT. Kebun Sayur Segar dengan

perusahaan mitra yang berisi tentang jangka waktu berlakunya suatu MoU,

Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam menghasilkan suatu produk, dan

permintaan produk baik dari segi kualitas maupun kuantitas produk yang harus

dipenuhi oleh perusahaan mitra. PT. Kebun Sayur Segar juga berperan untuk

melakukan quality control terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan

mitra agar layak untuk di distribusikan ke outlet dan distribution centre (DC).

Kualitas dan kuantitas produk harus sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP) yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

2. Struktur Organisasi PT. Kebun Sayur Segar

Struktur organisasi perusahaan merupakan sistem pembagian tugas dan

tanggung jawab dari tiap-tiap fungsi dan bagian yang terdapat dalam suatu

organisasi perusahaan. PT. Kebun Sayur Segar dipimpin oleh seorang direktur

yaitu Bapak Yudi Supriyono. Tugas dan wewenang dari masing-masing bagian

seperti yang digambarkan pada struktur organisasi PT. Kebun Sayur Segar di

Lampiran 1 sebagai berikut:

30
a. Direktur dan Wakil Direktur

Direktur dan wakil direktur bertanggung jawab secara penuh atas

perusahaan beserta karyawannya dalam rangka mencapai atau mewujudkan

tujuan perusahaan serta mengawasi perkembangan dan kemajuan

perusahaan. Direktur dan wakil direktur juga berperan dalam memimpin

perusahaan dengan menerbitkan kebijakan dan peraturan perusahaan baik

untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Selain hal tersebut, direktur

dan wakil direktur juga memiliki wewenang untuk menyetujui anggaran

tahunan perusahaan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian

serta menjalin hubungan atau kerjasama dengan pihak luar, baik pemerintah

maupun swasta demi kelancaran jalannya perusahaan. Wakil direktur

bersama-sama dengan direktur adalah saling mengisi tugas satu sama lain.

b. Manajer Produksi dan pengadaan

Bagian yang bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan

proses produksi beserta pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan

oleh perusahaan mitra untuk memproduksi produk, termasuk

memperhatikan kualitas produk yang diterima dari perusahaan mitra yang

telah dihasilkan.

c. Manajer Keuangan

Berkaitan dengan penyelenggaraan administrasi perusahaan, arsip dan

dokumen-dokumen perusahaan, membuat dan menetapkan budgeting

perusahaan, koordinasi dan realisasi arus keuangan sesuai budgeting yang

telah ditetapkan, koordinasi dan realisasi hutang piutang perusahaan,

31
evaluasi rugi laba perusahaan berdasarkan budgeting yang telah ditetapkan,

serta berhak atas sistem penggajian karyawan perusahaan, pembayaran ke

perusahaan mitra atas pembelian produk, serta penerimaan pendapatan dari

outlet dan distribution centre (DC) atas penjualan produk.

d. Manajer Marketing

Bagian yang menangani pemasaran produk dan jasa perusahaan,

menyusun, mengatur, menetapkan konsep dan manajemen pemasaran yang

mengarah kepada pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Bagian

pemasaran merupakan bagian yang berhadapan langsung dengan retailer

yaitu outlet dan distribution centre (DC). Bagian pemasaran bersama dengan

manajer produksi dan pengadaan akan melakukan evaluasi manajemen

pemasaran dan penjualan secara bertanggung jawab serta membuat laporan

kepada direktur utama setiap bulannya sebagai bentuk pertanggungjawaban

tersebut.

e. Human Resource Development (HRD)

Human Resource Development (HRD) bertindak dan bertugas

mengumpulkan informasi, menentukan solusi terhadap masalah yang ada

dan memberikan panduan dalam memberikan solusi dari masalah yang

dihadapi perusahaan. Peran HRD juga bertanggung jawab mengenai

staffing, evaluasi kinerja pegawai, program latihan dan pemutusan

hubungan kerja (PHK). Dalam hal ini departemen sumber daya manusia

menyediakan masukan yang membantu para manajer untuk mengambil

keputusan dan kebijakan.

32
3. Ketenagakerjaan

PT. Kebun Sayur Segar mempunyai karyawan atau tenaga kerja sebanyak

55 orang yang terdiri atas tenaga kerja perempuan dan laki-laki. Hari kerja

karyawan yaitu mulai hari Senin sampai hari Sabtu, kecuali bagian pemasaran

hari kerja termasuk hari Minggu. Perusahaan menetapkan aturan jam kerja bagi

semua tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Jam kerja

dimulai pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB, dengan waktu istirahat yaitu pada

pukul 11.30 WIB sampai 13.00 WIB, kecuali pada hari Jumat yaitu istirahat

pada pukul 11.00 WIB sampai 13.30 WIB. Jam kerja tersebut berlaku untuk

semua karyawan, kecuali karyawan bagian distribusi dimana jam kerjanya lebih

fleksibel yaitu pada malam hari.

Sistem perekrutan tenaga kerja di PT. Kebun Sayur Segar bersifat internal

dan tidak meliputi proses rekrutmen ketat yang terdiri dari bermacam-macam

seleksi. Unsur yang menjadi prioritas utama perusahaan dalam merekrut tenaga

kerja adalah sifat jujur yang dimiliki calon tenaga kerja, mau bekerja keras atau

memiliki etos kerja serta bersungguh-sungguh.

4. Jenis Produk yang Dihasilkan

PT. Kebun Sayur Segar sudah tidak lagi memproduksi produk di wilayah

Parung namun memfokuskan perusahaan dalam pola kemitraan, quality control

produk dan proses pendistribusian produk dari perusahaan mitra ke outlet dan

distribution centre (DC) berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU).

Isi dari Memorandum of Understanding (MoU) yaitu mengenai permintaan

produk, kualitas dan kuantitas produk yang telah disepakati antara perusahaan

33
mitra dengan PT. Kebun Sayur Segar. PT. Kebun Sayur Segar menggunakan

metode ini dalam bisnisnya dengan tujuan untuk membuka akses pasar kepada

perusahaan pertanian skala kecil sehingga proses produksi oleh perusahaan

mitra dapat dilakukan secara terus-menerus (continuous).

Jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan mitra yang bekerjasama

dengan PT. Kebun Sayur Segar ada 14 macam produk yaitu, Selada Keriting

Hidroponik, Selada Lollo Rosa Hidroponik, Selada Romaine Hidroponik,

Selada Butterhead Hidroponik, Tomat Hidroponik, Bayam Hijau Organik,

Bayam Merah Organik, Bayam Hijau, Bayam Merah, Caisim, Pakcoy,

Kangkung, Lidah Buaya dan Endive.

B. Kegiatan Produksi Selada Keriting

Kegiatan produksi selada keriting organik sistem hidroponik dilaksanakan di

CIFA Farm, yaitu mitra ke-9 yang bekerjasama dengan PT. Kebun Sayur Segar dan

berperan sebagai pemasok utama untuk memproduksi berbagai macam selada.

CIFA Farm memiliki 2 buah Greenhouse dengan luas masing-masing 850 m2 dan

berlokasi di Cisarua. Sayuran yang diproduksi di CIFA Farm ada 4 macam yaitu

selada keriting, selada Lolla rossa, selada Romaine dan selada Butterhead dengan

sistem hidroponik.

Sistem hidroponik yang digunakan adalah sistem tertutup. Sistem tertutup

adalah sistem yang menggunakan air atau larutan nutrisi yang dapat dimanfaatkan

kembali setelah digunakan. Sistem tertutup yang digunakan pada greenhouse

adalah sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). Sistem ini bekerja

34
dengan mengalirkan larutan nutrisi selapis 2 mm sampai 4 mm dari perakaran

tanaman selada keriting. Sirkulasi yang terjadi pada masing-masing greenhouse

adalah dengan mencampurkan larutan nutrisi ke dalam bak penampung, kemudian

air akan dipompa dengan pompa air ke dalam pipa-pipa yang terhubung ke meja

atau bed tempat tumbuhnya sayuran. Kelebihan dari sistem ini salah satunya adalah

proses produksi tanaman dapat berlangsung sepanjang tahun. Lokasi CIFA Farm

berada pada dataran tinggi yaitu di wilayah Cisarua. Daerah ini mempunyai

kelebihan yaitu air mudah diperoleh dan suhu lingkungan di bawah 18°C. Masing-

masing greenhouse yang terdapat di CIFA Farm dialiri oleh bak penampung dan

pompa air seperti yang ditunjukkan di Gambar 1 (a). Air yang dipompa akan

dialirkan pada pipa-pipa tempat tumbuhnya sayuran seperti pada Gambar 1 (b).

Setelah air dialirkan ke pipa-pipa dan nutrisi dalam air diserap oleh sayuran, air

akan dialirkan kembali ke bak penampung untuk dipompa ke pipa-pipa yang

terhubung ke meja atau bed tempat tumbuhnya sayuran. Gambar 1 (c) menunjukkan

proses pengembalian air yang telah diserap nutrisinya kembali ke bak

penampungan.

Gambar 1. (a) Sistem sirkulasi air, (b) Bed pipa dan (c) Proses pengembalian air.

35
Nutrisi yang digunakan dalam produksi sayuran adalah pupuk AB-Mix.

Pupuk AB-Mix terdiri dari 2 bagian yaitu nutrisi A dan B, nutrisi A merupakan

unsur-unsur makro yang diperlukan oleh tumbuhan yaitu Nitrogen (N), Phospat

(P), Kalim (K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Nutrisi B adalah

unsur mikro yaitu Besi (Fe), Mangan (Mn), Zinc (Zn), Cuprum (Cu), Boron (B) dan

Molibdenum (Mo). Penyimpanan larutan nutrisi A dan B dipisah pada tempat

masing-masing karena ditakutkan akan menyebabkan pengendapan. Setiap hari bak

penampung diperiksa kandungan nutrisinya dengan alat Electrical Conductivity

Meter (EC Meter). Indikatornya adalah kandungan nutrisi harus lebih dari 2,00 mS

per cm untuk menandakan bahwa kandungan nutrisi sudah sesuai untuk

pertumbuhan selada keriting. Penambahan nutrisi untuk mencapai angka tersebut

adalah 1 liter sampai 2 liter untuk masing-masing larutan nutrisi A dan B.

Gambar 2. Pengukuran kandungan nutrisi.

Kegiatan produksi selada keritik organik sistem hidroponik meliputi beberapa

tahap, yaitu :

1. Persemaian

Persemaian merupakan kegiatan pertama yang dilakukan dalam

memproduksi selada keriting. Persemaian dilakukan dengan menggunakan

36
media tanam berupa rockwool. Rockwool adalah media semai dan media tanam

yang paling baik dan cocok untuk sayuran karena dapat terhindar dari kegagalan

semai akibat infeksi bakteri dan cendawan. Keunggulan dari rockwool antara

lain memiliki pori-pori yang dapat menyimpan air 14 kali lebih baik jika

dibandingkan dengan tanah. Media tanam rockwool memiliki tingkat sterilitas

yang tinggi dimana bakteri tidak dapat tinggal didalamnya. Rockwool dibuat

dengan melelehkan kombinasi batu dan pasir, kemudian campuran tersebut

diputar untuk membuat serat yang dijual dalam bentuk persegi panjang dengan

ukuran 100 cm x 50 cm x 5 cm.

Benih yang digunakan dalam produksi selada keriting adalah benih dari

PT. Known-You Seed Indonesia dengan varietas New Green Rapid. Benih

tersebut berwarna hitam dan memiliki daya berkecambah sebesar 80 persen.

Tahap-tahap dalam melakukan kegiatan persemaian sebagai berikut:

a. Menyiapkan media tanam berupa rockwool dengan memotong rockwool

menjadi ukuran 24 cm x 5 cm x 5 cm, kemudian rockwool tersebut dipotong

sebanyak 20 kubus kecil namun tidak sampai ke bawah untuk menjaga

kestabilan bentuk rockwool saat persemaian dan saat akan ditempatkan di

tray. Rockwool tersebut kemudian dimasukan ke dalam tray. Jumlah

rockwool yang dimasukkan ke dalam tray sebanyak 7 batang. Jumlah tray

persemaian yang digunakan rata-rata per hari untuk greenhouse 1 sebanyak

10 tray, yaitu 8 tray untuk benih selada keriting dan 2 tray untuk selada

Lolla rossa. Jumlah tray persemaian rata-rata per hari untuk greenhouse 2

adalah 5 tray, yaitu 2 tray untuk benih selada keriting, 2 tray untuk benih

37
selada Romaine dan 2 tray untuk benih selada Butterhead. Masing – masing

tray dapat menampung 140 lubang semai untuk 140 tanaman selada.

Gambar 3. Tray persemaian.

Gambar 4. Penyiapan media tanam.

Gambar 5. Benih dalam tray persemaian.

38
b. Rockwool dibasahi dengan air sehingga lembab.

c. Masing-masing kubus tersebut dibuat lubang kecil yang akan menjadi

tempat tumbuhnya bibit selada keriting. Setiap lubang dimasukkan 2 benih

selada keriting.

Gambar 6. Proses memasukkan benih.

d. Tray tersebut diletakkan di tempat tertutup yang terletak di luar greenhouse

selama 1 sampai 2 hari. Selanjutnya, tray tersebut diletakkan di tempat

terbuka yaitu di dalam greenhouse selama 12 hari. Penyimpanan benih di

tempat yang tertutup untuk proses etiolasi benih. Proses etiolasi merupakan

suatu proses pertumbuhan tanaman yang sangat cepat di tempat gelap

untuk merangsang hormon auksin dalam benih tanaman agar berfungsi,

sehingga dapat memacu percepatan pertumbuhan tanaman. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses pertumbuhan

kecambah.

39
Gambar 7. (a)Tempat yang tertutup dan (b) Tempat yang terbuka.

2. Peremajaan

Peremajaan merupakan kegiatan pindah tanam bibit yang sudah tumbuh

dari tray persemaian ke meja peremajaan, caranya dengan memisahkan setiap

bibit dan memasukannya ke dalam netpot.

Gambar 8. Proses pindah tanam bibit ke netpot.

Setelah itu, bibit tersebut ditempatkan di meja peremajaan. Jarak tanam

antar bibit selada keriting di meja peremajaan adalah 5 cm x 5 cm. Lama bibit

ditempatkan di meja peremajaan adalah 7 sampai 12 hari, sampai selada tumbuh

daun muda sebanyak 3-5 helai untuk selada keriting.

40
Gambar 9. Proses pindah tanam ke meja peremajaan.

5. Produksi

Gambar 10. Proses pertumbuhan selada keriting.

Setelah 7 sampai 12 hari di meja peremajaan, kemudian dilakukan pindah

tanam dari meja peremajaan ke meja produksi. Hal ini dilakukan untuk

memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan selada keriting, baik secara

fisik maupun kandungan nutrisi yang diserap oleh selada keriting. Jarak tanam

antar selada keriting di meja produksi adalah 25 cm x 25 cm. Jarak tanam di

meja produksi lebih lebar dari jarak tanam di meja peremajaan karena selada

keriting diharapkan dapat memiliki daun selada yang lebih lebar. Lama waktu

41
tanaman selada di meja produksi sampai tanaman sudah layak panen yaitu 2

sampai 3 minggu. Jumlah meja produksi selada keriting yang ada di greenhouse

1 adalah 30 meja yang dapat menampung 7140 tanaman selada keriting . Jumlah

meja produksi selada keriting yang ada di greenhouse 2 adalah 15 meja yang

dapat menampung 3570 tanaman selada keriting.

6. Panen

Selada keriting organik sistem hidroponik yang siap panen memiliki

ketinggian 30 cm sampai 33 cm dan tidak terserang hama dan penyakit. Jumlah

tanaman selada keriting yang di panen setiap hari tergantung pada jumlah

purchase order (PO) dari PT. Kebun Sayur Segar. Informasi mengenai jumlah

PO setiap harinya, dapat diterima oleh PO kloter pertama yaitu pukul 13.00

WIB sampai 14.00 WIB dan untuk PO kloter kedua yaitu pada pukul 14.00 WIB

sampai 17.00 WIB melalui aplikasi Whatsapp dan Email. Rata-rata jumlah

selada keriting yang dipesan sebanyak 50 sampai 150 pack per hari.

Berdasarkan standar mutu yang tela h disepakati oleh perusahaan mitra dengan

PT. Kebun Sayur Segar, jumlah selada keriting yang layak dikemas sebanyak 2

sampai 4 tanaman selada keriting dalam satu kemasan yang memiliki berat

sebesar 260 sampai 270 gram. Namun untuk beberapa kondisi saat permintaan

jumlah PO sedang naik dan kondisi selada yang masih belum cukup umur untuk

dipanen, maka jumlah tanaman selada dalam satu kemasan bisa meningkat

sampai 6 tanaman untuk menyesuaikan berat satu pack selada keriting. Oleh

karena itu, rata-rata jumlah tanaman selada yang dipanen setiap hari adalah

sebanyak 200 sampai 750 tanaman selada keriting.

42
Gambar 11. Proses panen selada keriting.

C. Kegiatan Pascapanen Selada Keriting

Pascapanen merupakan proses lanjutan yang dilakukan pada hasil produksi

yang bertujuan untuk memaksimalkan kualitas hasil produksi. Penanganan

pascapanen merupakan sebuah usaha untuk mempertahankan kualitas dan mutu

suatu produk agar produk tersebut layak dan aman untuk di distribusikan ke pasar.

Kegiatan pascapanen selada keritik organik sistem hidroponik meliputi 8 tahap,

yaitu:

1. Pendinginan atau penyejukan

Tahap pertama setelah panen adalah penyimpanan selada keriting di

packing house. Penyejukan dilakukan dari jam 10.30 WIB sampai 13.30 WIB

setelah panen dengan tujuan untuk menghilangkan panas lapang dari sayuran

yang telah dipanen.

43
Gambar 12. Penyejukan atau pre-cooling sayuran.

2. Sortasi

Sortasi di dalam packing house dilakukan dengan cara memisahkan

sayuran yang memenuhi standar mutu dan yang tidak memenuhi standar mutu

untuk dikemas. Standar mutu produk selada keriting yang telah disepakati

berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan mitra

adalah:

a. Sayuran selada keriting varietas new grand rapid.

b. Warna daun hijau.

c. Tinggi tanaman 30 cm sampai 33 cm.

d. Berat per pack 260 sampai 270 gram.

e. Tidak dalam keadaan rusak, baik oleh benturan (memar), hama (lubang-

lubang) maupun penyakit (bercak).

f. Selada keriting dikirim dalam kondisi bersih, di kemas dalam kantong

plastik yang telah ditentukan oleh PT. Kebun Sayur Segar.

g. Selada keriting disusun secara rapih di dalam keranjang pengiriman untuk

menghindari benturan.

44
3. Perompesan

Karyawan packing tidak melakukan pembersihan sayuran dengan mencuci

sayuran yang telah dipanen, namun langsung merompes daun-daun tua dan juga

daun busuk akibat serangan hama dan penyakit.

Gambar 13. (a) dan (b) Proses perompesan.

Berdasarkan Gambar 13, perompesan daun dilakukan dengan cara memisahkan

netpot dari tanaman selada, kemudian membuang daun busuk dan daun muda

yang terletak pada bagian luar tanaman yaitu sebanyak 3 sampai 5 helai daun,

tergantung pada keadaan sayuran. Akar panjang juga dibuang agar tanaman

selada terlihat rapih dan bersih.

4. Pemilahan (grading)

Berdasarkan Gambar 14, grading merupakan kegiatan pengelompokan

sayuran hasil sortasi. PT. Kebun Sayur Segar tidak melakukan pembeda dalam

penentuan grade namun hanya melakukan pemisahan antara sayuran yang layak

untuk dipasarkan dan yang tidak layak untuk dipasarkan. Sayuran yang layak

untuk dipasarkan merupakan sayuran yang tumbuh sesuai dengan standar mutu

45
produk selada keriting yang telah disepakati berdasarkan Memorandum of

Understanding (MoU) dengan perusahaan mitra dan sayuran yang tidak layak

untuk dipasarkan merupakan sayuran yang tidak memenuhi standar mutu yang

diinginkan.

Gambar 14. Proses pemilahan.

7. Penimbangan

Penimbangan selada keriting seperti pada Gambar 15 seberat 250 gram per

pack. Karyawan packing menimbang sayuran tidak tepat pada 250 gram,

melainkan lebih berat 10 sampai 20 gram dari berat yang tertulis di kemasan

(260 gram sampai 270 gram) . Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika

sayuran tersebut mengalami penyusutan berat selama pendistribusian ke outlet

atau distribution centre (DC).

Gambar 15. Penimbangan selada keriting.

46
8. Pengemasan

Sebelum mulai pengemasan selada keriting, plastik kemasan diberi label

barcode masing-masing sayuran dan tanggal masuk sayuran ke dalam outlet dan

DC yang bersangkutan. Plastik yang digunakan adalah plastik dengan ukuran 30

cm x 35 cm yang kedua ujungnya terbuka. Terdapat 2 jenis pengemasan dengan

merek yang berbeda yaitu dengan merek “Hero Gold” dan “Parung Farm”.

Gambar 16. (a) Kemasan Hero Gold dan (b) Kemasan Parung Farm.

Cara pengemasan semua komoditas selada keriting oleh PT. Kebun Sayur

Segar adalah dengan membentuk kemasan selada keriting berbentuk seperti

bucket. Sayuran dimasukkan ke dalam plastik, diratakan akarnya, kemudian

plastik pada bagian bawah diikat dengan menggunakan selotip sebanyak dua kali

lilitan agar memperkuat hasil bungkusan, sedangkan pada bagian atas dibiarkan

terbuka. Cara mengemas seperti ini menghasilkan produk dengan bentuk bucket

seperti pada rangkaian bunga agar terlihat menarik. Selain itu, bentuk daun

selada kerirting akan terjaga saat proses pengangkutan ke outlet dan distribution

centre (DC).

47
Gambar 17. (a) Proses pengemasan, (b) dan (c) selada keriting yang sudah
dikemas dalam bentuk bucket.

D. Kegiatan Pendistribusian Selada Keriting

Kegiatan selanjutnya setelah pascapanen adalah pengelompokkan produk

sayuran berdasarkan jenis selada dan merek yang tertera. Pengelompokkan ini

dilaksanakan untuk memudahkan karyawan dalam menghitung jumlah purchase

order (PO) masing-masing produk dan memasukkan produk ke dalam keranjang,

kemudian ke mobil pendistribusian. Satu keranjang memiliki kapasitas untuk

menampung sebanyak 25 sampai 30 pack selada keriting.

Gambar 18. Selada siap di distribusikan.

48
Pengangkutan sayuran dari semua perusahaan mitra dilaksanakan pada jam

20.00 WIB sampai jam 24.00 WIB dan akan diantarkan ke Kantor Pusat PT. Kebun

Sayur Segar yang berlokasi di Parung dengan menggunakan truk pick-up. Truk

pick-up digunakan dengan tujuan agar perusahaan dapat mengangkut produk

dengan jumlah yang banyak sekaligus dari berbagai lokasi kebun mitra. Namun hal

ini dianggap kurang baik dikarenakan dapat mengakibatkan benturan yang dapat

mempengaruhi kualitas produk saat tiba di Parung. Saat produk sudah tiba di

Parung, produk akan mengalami sortasi ulang dan penggelompokkan sayuran yang

layak dan dapat dikirim ke masing-masing outlet dan DC. Produk yang layak

dikirim akan dipindahkan ke mobil jenis van untuk mempermudah perjalanan serta

pengendalian kualitas produk. Kegiatan pendistribusian produk yang dilaksanakan

dari PT. Kebun Sayur Segar ke masing-masing outlet dan DC dilaksanakan pada

jam 02.00 WIB sampai selesai. Daftar outlet dan DC yang bekerjasama dengan PT.

Kebun Sayur Segar beserta dengan rute perjalanannya terdapat di Lampiran 2.

Produk memerlukan pengaturan distribusi untuk mempermudah pemindahan

komoditas dari hulu sampai hilir. Pengaturan distribusi tersebut akan mendukung

keefektifan dan keefisienan saluran distribusi produk. Pengaturan saluran distribusi

dan dukungan anggota rantai yang baik akan berpengaruh terhadap penurunan

resiko kerusakan produk dan penghematan biaya distribusi.

Saluran distribusi yang terjadi di PT. Kebun Sayur Segar adalah saluran

distribusi tidak langsung yaitu Perusahaan Mitra – PT. Kebun Sayur Segar – Outlet

atau Distribution Centre (DC) – Konsumen Akhir.

49
PT. Kebun Outlet atau
Perusahaan Konsumen
Sayur Segar Distribution
Mitra Akhir
Centre (DC)

Gambar 19. Saluran distribusi PT. Kebun Sayur Segar.

Berdasarkan Gambar 19, perusahaan mitra bekerjasama dengan PT. Kebun

Sayur Segar berperan sebagai produsen dalam memproduksi produk pangan segar.

PT. Kebun Sayur Segar juga membantu perusahaan mitra dalam memenuhi

kebutuhan sarana produksi seperti benih, media tanam dan plastik kemasan. Selain

itu, PT. Kebun Sayur Segar juga berperan sebagai distributor untuk

mendistribusikan produk yang dibutuhkan oleh retailer. Retailer dalam hal ini

adalah outlet dan DC yang membeli produk dalam jumlah besar melalui purchase

order (PO). Harga satu pack selada keriting hidroponik yang di jual oleh perusahaan

mitra ke PT. Kebun Sayur Segar adalah Rp6.250,00 per pack. Kemudian PT. Kebun

Sayur Segar menjual ke outlet dan DC dengan harga Rp12.500,00 per pack. Namun

harga yang dijual oleh outlet dan DC ke konsumen akhir dapat mencapai

Rp13.000,00 sampai Rp16.000,00 per pack. Tabel 3 menunjukkan perusahaan

mitra yang memproduksi selada keriting hidroponik beserta brand, outlet dan DC

yang memesan selada keriting.

50
Tabel 3. Pendistribusian selada keriting

Pendistribusian Selada Keriting


No. Perusahaan mitra
Jenis brand Outlet dan DC yang memesan
pemasok
1. Aki Nini Farm Parung Farm, Farmers KLP Gading, Pancious
Hero Gold, Café, Maxim, Group Pepper
Carrefour Brand Lunch, Hero Supermarket Group
2. Cifa Farm Parung Farm, Farmers KLP Gading, Pancious
Hero Gold Café, Maxim, Group Pepper
Lunch, Hero Supermarket Group
3. CV. Makmur Parung Farm, Farmers KLP Gading, Pancious
Jaya Sentosa Hero Gold, Café, Maxim, Group Pepper
Carrefour Brand Lunch, Hero Supermarket Group
4. GG FARM Parung Farm, Farmers KLP Gading, Pancious
Hero Gold, Café, Maxim, Group Pepper
Carrefour Brand Lunch, Hero Supermarket Group

Sumber: PT. Kebun Sayur Segar, 2019

Proses distribusi meliputi aktivitas penanganan, penggudangan dan

pengangkutan produk. Selama pendistribusian, produk mengalami sejumlah risiko

kerusakan antara lain risiko karena faktor lingkungan (suhu dan kelembaban udara),

risiko karena faktor fisik (gesekan, distorsi, benturan dan tekanan), serta risiko

lainnya seperti infiltrasi mikroorganisme dan kontaminasi. Gangguan seperti itu

dapat disebabkan oleh keadaan jalan yang kurang bagus, penumpukan produk yang

kurang benar dan getaran yang tinggi dari alat transportasi yang mengangkut. Selain

itu, penanganan yang kurang baik pada saat penumpukan kemasan dan tidak adanya

perlakuan yang baik dari segi suhu penyimpanan produk yang menyebabkan risiko

51
transportasi menjadi cukup besar. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas

selada keriting hidroponik sehingga memungkinkan ada return product akibat

produk yang rusak saat sampai ke outlet maupun distribution centre (DC).

Selain itu, risiko yang bisa terjadi adalah kesalahan memasukan data purchase

order (PO). Faktor-faktor penyebab terjadinya salah PO adalah dari sumber daya

manusia yang kurang teliti dalam memasukkan data khususnya dalam melakukan

input untuk mengupdate data order dan minimnya pengecekan ulang. Pada proses

distribusi juga dapat terjadi kesalahan dalam penurunan barang. Alat yang

digunakan dalam pemeriksaan kuantitas masih dioperasikan secara manual.

Operasionalisasi secara manual dapat mempersulit karyawan dalam memberi

tindakan apabila terjadinya kesalahan. Hal lain yang menjadi risiko adalah

permintaan konsumen yang sangat tinggi terhadap kualitas maupun kuantitas

produk selada keriting hidroponik. Standar mutu produk yang telah disepakati harus

dipenuhi agar tidak ada pihak yang dirugikan. Oleh karena itu, semua karyawan

yang terlibat, baik dari perusahaan mitra, distributor dan retailer harus teliti dan

cermat.

E. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.

52
SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strenghths dan weaknesses serta

lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis

SWOT terdiri dari empat faktor yaitu:

1. Strengths

Strengths merupakan analisis kekuatan terhadap situasi dan kondisi

internal suatu perusahaan. Analisis kekuatan digunakan untuk mengidentifikasi

keunggulan perusahaan yang dapat dimanfaatkan agar perusahaan lebih maju.

2. Weaknesses

Weaknesses merupakan analisis kelemahan terhadap situasi dan kondisi

internal suatu perusahaan. Analisis kelemahan digunakan untuk

mengidentifikasi kendala-kendala yang dapat menghambat kemajuan suatu

perusahaan.

3. Opportunity

Opportunity merupakan analisis peluang terhadap situasi dan kondisi

lingkungan eksternal suatu perusahaan. Analisis peluang digunakan untuk

mengidentifikasi peluang dari lingkungan eksternal suatu perusahaan, yang

dapat menunjang perkembangan perusahaan.

4. Threats

Threats merupakan analisis ancaman terhadap situasi dan kondisi

lingkungan eksternal suatu perusahaan. Analisis ancaman digunakan untuk

mengidentifikasi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak

menguntungkan yang dapat menyebabkan kemunduran atau kerugian terhadap

suatu perusahaan.

53
Analisis SWOT PT. Kebun Sayur Segar yang ditunjukkan di Tabel 4,

memperlihatkan kekuatan dan peluang yang ada pada perusahaan, namun juga

menunjukkan kelemahan dan ancaman terhadap perkembangan perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan empat strategi untuk dijadikan saran

dalam pengembangan bisnis dan operasional suatu perusahaan.

Tabel 4. Matriks Analisis SWOT PT. Kebun Sayur Segar


Strengths Weaknesses
a. Mempunyai hubungan a. Permintaan pasar selalu
Internal yang baik dengan meningkat disaat cuaca
Factors perusahaan mitra dan tidak mendukung dalam
outlet dan distribution kegiatan produksi
centre (DC). sayuran.
b. Perusahaan unggul b. Kurangnya ketersediaan
dalam kualitas sayuran bibit sayuran sehingga
hidroponik. produksi terhambat.
c. Kuantitas dan kualitas c. Modal yang dibutuhkan
External produk lebih tinggi. lebih besar.
Factors d. Perawatan alat-alat sulit.
e. Memerlukan keterampilan
khusus.

Opportunities Strategi SO Strategi WO


a. Prospek pasar yang besar. Memaksimalkan dengan Melakukan peramalan
b. Perusahaan memiliki memproduksi produk yang permintaan pasar untuk
konsumen tetap sehingga berkualitas, sesuai mempersiapkan jumlah
ketika dilakukan perluasan permintaan konsumen dan produksi sehingga kualitas
usaha, lebih mudah dikenali tren pasar sehingga tercipta dan kuantitas produk yang
dan diterima konsumen. loyalitas konsumen baik dihasilkan perusahaan dapat
c. Kemampuan akses terhadap terhadap produk maupun memenuhi permintaan pasar.
informasi pasar sehingga perusahaan.
dapat mengikuti tren pasar.
d. Menjadi supplier hidroponik.
Threats Strategi ST Strategi WT
a. Seiring berjalannya waktu, Menciptakan loyalitas Peningkatan kualitas kinerja
semakin banyak bermunculan konsumen dari segi melalui perusahaan untuk
produsen baru dengan produk produk yang unggul dan mempertahankan eksistensi
dan jasa yang sama. pelayanan yang perusahaan di kalangan
b. Sarana produksi sulit memuaskan sehingga pesaing dengan berproduksi
didapatkan. perusahaan tetap mampu secara konsisten, unggul, dan
bertahan dari perusahaan kontinyu; serta terbuka
pesaing lainnya. terhadap kerjasama dengan
pihak lain untuk memenuhi
permintaan pasar.
Sumber: Data primer diolah, 2019

54
1. Strategi SO (strength-oppurtunities)

Strategi SO merupakan strategi yang dibuat berdasarkan jalan pikiran

perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya untuk memaksimalkan dengan memproduksi produk

yang berkualitas, sesuai permintaan konsumen dan tren pasar sehingga tercipta

loyalitas konsumen baik terhadap produk maupun perusahaan.

2. Strategi ST (strength-threat)

Strategi ST merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang

dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman, yaitu dengan menciptakan

loyalitas konsumen dari segi melalui produk yang unggul dan pelayanan yang

memuaskan sehingga perusahaan tetap mampu bertahan dari perusahaan pesaing

lainnya.

3. Strategi WO (weaknesses-oppurtunities)

Strategi WO merupakan strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan

peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada, yaitu

dengan melakukan peramalan permintaan pasar untuk mempersiapkan jumlah

produksi sehingga kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan perusahaan

dapat memenuhi permintaan pasar.

4. Strategi WT (weaknesses-threats)

Strategi WT merupakan strategi yang didasarkan pada kegiatan yang

bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman, yaitu dengan meningkatkan kualitas kinerja perusahaan

untuk mempertahankan eksistensi perusahaan di kalangan pesaing dengan

55
berproduksi secara konsisten, unggul, dan kontinyu; serta terbuka terhadap

kerjasama dengan pihak lain untuk memenuhi permintaan pasar.

56
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan Praktik Kerja Lapangan dan

observasi kondisi lapang di PT. Kebun Sayur Segar adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan penanganan pascapanen pada PT. Kebun Sayur Segar meliputi

pendinginan atau penyejukan, sortasi, perompesan, pemilihan, penimbangan

dan pengemasan.

2. Saluran distribusi yang terjadi di PT. Kebun Sayur Segar adalah saluran

distribusi tidak langsung yaitu Perusahaan Mitra – PT. Kebun Sayur Segar –

Outlet atau Distribution Centre (DC) – Konsumen Akhir.

3. Strategi penanganan pascapanen dan pendistribusian sebagai berikut:

a. Strategi S-O

Memaksimalkan dengan memproduksi produk yang berkualitas,

sesuai permintaan konsumen dan tren pasar sehingga tercipta loyalitas

konsumen baik terhadap produk maupun perusahaan.

b. Strategi S-T

Menciptakan loyalitas konsumen dari segi melalui produk yang

unggul dan pelayanan yang memuaskan sehingga perusahaan tetap mampu

bertahan dari perusahaan pesaing lainnya.

57
c. Strategi W-O

Melakukan peramalan permintaan pasar untuk mempersiapkan jumlah

produksi sehingga kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan

perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar.

d. Strategi W-T

Melakukan peningkatan kualitas kinerja perusahaan untuk

mempertahankan eksistensi perusahaan di kalangan pesaing dengan

berproduksi secara konsisten, unggul, dan kontinyu, serta terbuka terhadap

kerjasama dengan pihak lain untuk memenuhi permintaan pasar.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan di atas, kepada PT.

Kebun Sayur Segar adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya pendingin ruangan (AC) diperbaiki agar dapat digunakan dalam

packaging house dan tidak mengandalkan suhu ruangan, agar kualitas sayuran

semakin terjaga.

2. Sebaiknya pendingin dalam mobil yang digunakan sebagai alat transportasi

distribusi diperbaiki untuk mengurangi losses atau kerugian.

58
DAFTAR PUSTAKA

Bautista, O. K and T. G. Cadiz. 1986. Post harvest handling of vegetables, p.206-


227. In O. K. Bautista and R. C Mabesa (Eds.). Vegetable Production.
College of Agriculture. University of the Philippines. Los Banos.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2015. Pelatihan


pascapanen dan pengolahan hasil (On-line) http://www.bbpplembang.info
diakses pada tanggal 18 Desember 2018.

Chadirin, Y. 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat Kuliah.


Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

David, F. R. 2006. Strategic Management: Consepts and Cases. 10th ed.


Prentice Hall, New Jersey.

Dillon, H. S. 1998. Manajemen Distribusi Produk-Produk Agroindustri. Gramedia.


Jakarta.

Gardjito, M. dan Y. R. Swasti. 2018. Fisiologi Pascapanen Buah & Sayur.


UGM Press, Yogyakarta.

Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu dan H. Sunarjono. 1996. Sawi dan Selada.
Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Istiqomah, S. 2007. Menanam Hidroponik. Azka Mulia Media, Jakarta.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Pertanian


Republik Indonesia No. 73 tentang Pedoman Panen, Pascapanen, dan
Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura yang baik. Jakarta.

Kotler, P. 1997. Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Terjemahan


oleh Hendra Teguh & Ronny A. Rusli Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, P. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Terjemahan oleh A.B.


Susanto Salemba Empat, Jakarta

Lingga, P. 1984. Hidroponik Bercocok Tanam Tanam Tanpa Tanah. Penebar


Swadaya, Jakarta

Musselman, V. A. dan J. H. Jackson. 1994. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Edisi


ke Sembilan. Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

59
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2013. Pedoman Panen,
Pascapanen, Dan Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura Yang
Baik. (On-line) http://www.perundangan.pertanian.go.id. diakses pada
tanggal 18 Desember 2018.

Preece, J.E dan P.E. Read. 2005. The Biology of Horticulture: An Introductury
textbook. Second edition. John Wiley & Sons, Inc. Australia.

Prihmantoro, H. dan Y.H. Indriani. 1995. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk


Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya, Bogor.

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Resnawati, H. 2014. Kualitas Susu Pada Berbagai Pengolahan Dan Penyimpanan


- The Quality of Milk and its Products on Several Processing and Storage.
Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3. Edisi ke-2. Institut


Teknologi Bandung. Bandung.

Sarwono, B. 1995. Kultur Hidroponik. Majalah Trubus Nomor 303, Tahun XXVI,
Februari 1995. Lembaran Bonus, Jakarta.

Sastradiharja, S. 2011. Sukses Bertanam Sayuran Secara Organik. Angkasa,


Jakarta.

Sudarmodjo. 2008. Hidroponik. PT Kebun Sayur Segar Parung Farm, Bogor. Tidak
dipublikasikan.

Susila, A. D. 2013. Sistem Hidroponik. Departemen Agonomi dan Hortikultura.


Fakultas Pertanian. Modul. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Swastha, B. dan D. H. Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Kedua.


BPLM-YKPN, Yogyakarta.

Taufik, M. 2012. Strategi Pengembangan Agribisnis Sayuran di Sulawesi Selatan.


Jurnal Litbang Pertanian, Volume 31, No: 2, hal 43-50.

Wibowo, H. 2015. Panduan Terlengkap Hidroponik. Flashbooks, Yogyakarta

Winardi. 1989. Strategi Pemasaran (Marketing Strategy). Mandar Maju, Bandung.

Wirakusumah, E.S. 2006. Jus Buah dan Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.

60
Yenida. 2012. Kajian Analisis SWOT terhadap Usaha Industri Kecil Rotan Kota
Padang. Polibisnis. Volume 4, No: 2, hal 74-89.

61
LAMPIRAN

62
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT.Kebun Sayur Segar

63
Lampiran 2. Daftar Outlet dan Distribution Centre (DC)

No. Nama Outlet Jalur Distribusi


1 Pepper CITOS
2 Pepper Gandaria City
3 Pepper PIM
4 Ranch PIM
Mobil I Jalur Selatan
5 Hero PIM
6 FMT.CITOS
7 Foodhall PIM
8 Grandlucky R Dalam
9 Foodhall Lippo Mall Puri
10 Farmers Bintaro X-Change
11 Pepper Bintaro X-Change
12 Pepper AEON BSD
13 Pepper Botani Square
14 Farmers DC Galaxy Surabaya
Mobil II Jalur Barat
15 Farmers DC GF Surabaya
16 Foodhall Kebon Jeruk
17 FMT. Gourmet Karawaci
18 Hypermart Cyberpark
19 FMT.Maxx Box Karawaci
20 Hero Bintaro PLZ
21 Pepper PLZ Indonesia
22 Kemchiks Pacific
23 Foodhall PLZ Senayan
24 Farmers Epicentrum Mobil III Jalur Tengah
25 Ranch Ciputra World
26 Lotte Kuningan City
27 Grandlucky
28 Pancious Café
29 Farmers Citra Garden VI
30 Maxim Mobil IV Jalur Utara dan Barat
31 Farmers Baywalk
32 Hero Taman Anggrek
33 Diamond Artha Gading
34 Farmers KLP Gading
35 Pepper KLP Gading Mobil V Jalur Utara
36 Pepper Pesona Square Depok
37 Foodhall KLP Gading

64
Lanjutan Lampiran 2

No. Nama Outlet Jalur Distribusi


38 MATAHARI DC
Mobil VI
39 Hero Kota Wisata
40 CIBUBUR Mobil VI1
41 Lotte Bandung Mobil VII

65
Lampiran 3. Contoh Purchase Order (PO)

66
Lampiran 4. Laporan harian Praktik Kerja Lapangan

67
Lanjutan Lampiran 4

68
Lanjutan Lampiran 4

69
Lanjutan Lampiran 4

70
Lanjutan Lampiran 4

71
Lampiran 5. Dokumentasi Praktik Kerja Lapangan

(a) Bersama pembimbing lapangan. (b) Bersama manajer pengadaan.

(c) Bersama penanggungjawab greenhouse 1 dan greenhouse 2.

(d) Pemberian label. (e) Memasukan selada ke dalam kemasan.

72
Lanjutan Lampiran 5

(f) Truk pendistribusian. (g) Van pendistribusian

(h) Proses pindah tanam. (i) Proses panen selada.

(j) Proses penimbangan. (k) Tempat pemuatan barang.

73
Lampiran 6. Surat Keterangan mengikuti Praktik Kerja Lapangan

74

Anda mungkin juga menyukai