Anda di halaman 1dari 3

LANDASAN SOSIAL BUDAYA

KAMPUNG BATIK KLIWONAN SRAGEN


Dosen: Agus Tri Susilo, M.Pd.

Di susun oleh:

GANEVO IKAL FARODJA


K3118032
1A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018
Kampung Batik Kliwonan

Tidak hanya Kota Surakarta yang punya batik. Sragen pun punya kekayaan tak ternilai ini.
Dengan batiknya yang dikenal dengan sebutan Batik Sukowati. Sejak lama, masyarakat Sragen
merupakan pembelajar batik Surakarta yang pertama. Dengan kreativitas masyarakat ini,
Sragen mampu membuat batik dengan ciri khas tersendiri.
Kebanyakan perajin batik berada di daerah sekitar Kecamatan Masaran. Produksinya dibuat di
Sentra Bisnis Batik Sragen. Sedangkan hasil produknya digelar di Galeri Batik Sukowati. Nama
Sukowati diberikan karena Sragen identik dengan nama Sukowati.

Galeri Batik Sukowati menyediakan berbagai macam batik. Batik cap, printing maupun batik
tulis dengan aneka motif dan warna. Baik dari tenun tradisional yang mengandalkan tangan
manusia maupun tenun mesin. Bisa dipakai pria maupun wanita dan anak-anak.

Batik yang harganya mahal terbuat dari kain sutra yang dipintal dan ditenun secara tradisional.
Cara membatiknya juga tradisional. Yakni dengan batik tulis atau canting. Batik Sukowati
memiliki perajin yang menyebar. Sebab, di galeri tidak memungkinkan memproduksi batik
tersebut. Ada tiga wilayah produksi Batik Sukowati. Di Kliwonan, Pilang dan Plupuh, Sragen.
Sebanyak tujuh macam batik diproduksi di Kliwonan. Yaitu Batik Brotoseno, Dewi Arum,
Sadewa, Melati, Tomy, Purnama, Puntodewo, Rama Mukti dan Batik Windasari. Daerah Pilang
ada 14, antara lain Batik Abimanyu, Brotojoyo, Canting Emas, Putri Lestari, Pranoto.
Sedangkan di Plupuh memproduksi Batik Widya Kusuma, Sekar Jagad dan Batik Lestari.
Perajin ini hanya memproduksi saja. Desain dan ide pembuatan berasal dari manajemen Batik
Sukowati. Pemasaran produknya tidak hanya di daerah Sragen saja. Ada yang sampai Jogja,
Bali dan Maluku. Batik Sukowati juga sering mengikuti pameran di luar negeri. Galeri ini
biasanya ramai saat Jumat hingga Minggu, atau di saat ada tamu pemerintah yang berkunjung
ke Sragen.

Kampung Batik Kliwonan terdiri dari tiga kampung yaitu Kliwonan, Pilang dan Butuh,
Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, terletak di selatan Sungai Bengawan
Solo. Karena berada di pinggiran sungai atau kali, industri Batik di kawasan tersebut juga
dikenal dengan sebutan Batik Girli (Pinggir Kali atau Tepi Sungai).

Dengan datang ke Desa Wisata Batik Kliwonan berarti Anda telah mendatangi langsung
pengrajin batik yang ‘sesungguhnya’. Banyak pengusaha batik terkenal mengambil batik dari
pengrajin di desa ini kemudian memberi labelnya sendiri. Anda dapat menikmati aktivitas wisata
belanja batik berkualitas tinggi dengan harga murah. Berwisata sambil belajar membatik selama
3 jam dengan mendalam, belajar membuat gerabah sawah, mengenal proses bertani, wisata
kuliner makanan khas desa, menjelajah desa, hingga fotografi alam.

Batik yang dihasilkan dari sentra industri tersebut kemudian disetorkan ke pengusaha batik solo
dan diberi label pengepul ataupun dijual langsung ke pemilik kios di Pasar Klewer Solo. Inilah
sebabnya mengapa batik kliwonan atau batik sragen kurang terkenal.

Sragen awal mulanya identik dengan batik Surakarta. Namun, batik Sragen berhasil
membentuk ciri khas yang berbeda dari gaya Yogyakarta dan Surakarta. Batik gaya Yogyakarta
umumnya memiliki dasaran atau sogan putih dengan motif bernuansa hitam atau warna gelap.
Corak Yogyakarta ini biasa disebut batik latar putih atau putihan. Beda lagi dengan batik gaya
Surakarta, biasanya memiliki warna dasaran gelap dengan motif bernuansa putih. Biasa disebut
batik latar hitam atau ireng. Lahirnya motif tersebut tidak lepas dari pengaruh karakter
masyarakat Sragen yang pada dasarnya terbuka dan blak-blakan dalam mengekspresikan isi
hati. Batik Sragen lebih kaya dengan ornamen flora dan fauna. Ada kalanya dikombinasi
dengan motif baku. Jadilah, motif tumbuhan atau hewan yang disusupi motif baku seperti
parang, sidoluhur, dan lain sebagainya. Belakangan ini beberapa perajin mulai mencoba
menelurkan motif baru yang isinya merekam aktivitas keseharian masyarakat. Guratan motif
batik Sragen dewasa ini cenderung menyiratkan makna secara tegas. Jauh lebih lugas
ketimbang corak Yogyakarta dan Surakarta.

Dari sini bawalah pulang oleh-oleh khas-nya mulai dari kerajinan kain perca batik berupa tas,
dompet cantik, bantal hias, hingga selimut. Ada juga kerajinan grabah ndeso yang terbuat dari
tanah liat hitam dengan tekstur kasar namun antik dan eksotis berupa tempayan air, pot bunga,
kuali, dan lain sebagainya. Anda juga dapat membeli kerajinan sangkar burung yang cantik di
sini. Ini merupakan hasil olahan dari kekayaan bambu yang melimpah dari tepian Sungai
Bengawan Solo.

Ada kebiasaan uluk salam dan saling menyapa di antara penduduknya di sini. Jadi jangan
merasa risih apabila saat Anda berkunjung ke desa batik Kliwonan bakal disambut penuh
kehangatan. Dengan salam khas ‘wong ndeso’ yang tulus dan ramah menyapa, “Monggo
pinarak, sederek…”, artinya, “Mari singgah, saudaraku”. Masyarakat setempat di sini pun begitu
ringan tangan membantu tetangganya yang ditimpa kesusahan.

Anda mungkin juga menyukai