Anda di halaman 1dari 48

Profil Asisten

Asisten Laboratorium Sistem Tenaga Listrik 2019

Nama : Elang Barruna A. G Nama : Ghozi Fawwaz I. L


No.HP : 087873526252 No.HP : 082211362517
ID line : elangbarruna ID line : ghozifawwaz
Email : barrunaelang@gmail.com Email : ghozialfawwaz@gmail.com

Nama : Muhamad Fadhil Nugraha


No.HP : 081295439547
ID line : fadhil1416
Email : Fadhilnugraha98@gmail.com

Nama : Muhamad Naufal Rianidjar Nama : Wildan Soefian


No.HP : 087873170524 No. Hp : 087789108668
ID line : naufalrianidjar ID line : wildansoefian
Email : naufalrianidjar23@gmail.com Email : soefianwildan@hotmail.com

2
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

DAFTAR ISI
Profil Asisten ............................................................................................................................. 2
MODUL I .................................................................................................................................. 4
BRIEFING PRAKTIKUM & PRETEST ........................................................................... 4
MODUL II ................................................................................................................................. 5
DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK .............................................................................. 5
MODUL III.............................................................................................................................. 10
ANALISA ALIRAN DAYA ............................................................................................ 10
MODUL IV ............................................................................................................................. 13
ANALISIS HUBUNG SINGKAT.................................................................................... 13
MODUL V ............................................................................................................................... 20
ANALISIS KESTABILAN SISTEM TENAGA LISTRIK ............................................. 20
MODUL VI ............................................................................................................................. 26
PERANCANGAN DAN ANALISIS SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK........... 26
MODUL VII ............................................................................................................................ 33
ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN FILTER HARMONIK ................... 33
MODUL 8................................................................................................................................ 41
MICROGRID.................................................................................................................... 41
MODUL IX ............................................................................................................................. 45
PENYIMPANAN ENERGI LISTRIK ............................................................................. 45
MODUL X ............................................................................................................................... 48
POST TEST ...................................................................................................................... 48

3
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

MODUL I

BRIEFING PRAKTIKUM & PRETEST

Briefing Praktikum akan dilaksanakan pada :


Waktu : 12 September 2019
Pukul : 18.45 - Selesai
Tempat : Auditorium MRPQ lantai 4
Peserta wajib membawa alat tulis dan kertas HVS masing-masing.
Briefing bersifat WAJIB, bagi yang tidak dapat hadir diwajibkan menghubungi koordinator
praktikum Ghozi Fawwaz E’16 (08221163517 / IDline : ghozifawwaz) paling lambat h-24
jam sebelum briefing.

4
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

MODUL II

DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK DAN PENGENALAN SINGLE LINE


DIAGRAM MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0

1. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari sistem tenaga listrik
2. Memahami fungsi dari subsistem-subsistem sistem tenaga listrik
3. Mempelajari fungsi ETAP dalam sistem tenaga listrik
4. Mempelajari cara membuat single line diagram dengan menggunakan ETAP

2. Dasar Teori
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik merupakan kesatuan sistem yang terdiri dari 3 subsistem
yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Ketiga subsistem ini beroperasi secara
bersamaan dengan saling berhubungan antar sub-sistem yang memiliki tujuan untuk
mengalirkan daya dan menyediakan tenaga listrik dari sisi sumber hingga ke sisi
konsumen. Setiap subsistem mempunyai fungsi serta komponen yang berbeda-beda

2.2 Sub-sistem Pembangkitan


Pembangkitan pada sistem tenaga listrik berfungsi membangkitkan tenaga
listrik dengan mengubah energi (air, batu bara, panas bumi, minyak bumi, dll)
menjadi energi listrik. Subsistem pembangkitan sesuai dengan energi primernya
antara lain adalah:
1. PLTU 6. PLTP
2. PLTG 7. PLTN
3. PLTGU 8. PLTS
4. PLTD 9. PLTB
5. PLTA 10. PLTSA
Sistem pembangkitan termasuk bagian yang penting dalam sistem tenaga
listrik. Pada sub-sistem ini, dapat berupa unit generator yang berfungsi untuk
mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik dengan prinsip induksi
elektromagentik. Pada umumnya, tegangan listrik yang dihasilkan dari pembangkit
adalah tegangan menengah, selanjutnya tegangan di Step-Up oleh Transformator
menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi, lalu ditransmisikan.

5
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

2.3 Sub-sistem Transmisi


Transmisi pada sistem tenaga listrik berfungsi untuk menyalurkan daya dari
pusat pembangkitan menuju pusat beban. Saluran transmisi terdiri dari saluran udara
dan saluran bawah tanah. Berdasarkan jaraknya, saluran transmisi dibagi menjadi 3,
yaitu :
1. Saluran pendek (<80km)
2. Saluran menengah (80-250km)
3. Saluran Panjang (>250km)
2.4 Sub-sistem Distribusi
Distribusi pada sistem tenaga listrik berfungsi untuk menyalurkan daya dari
pusat beban hingga ke setiap konsumen dengan level tegangan menengah dan juga
rendah. Secara garis besar, ada dua konfigurasi jaringan distribusi, yaitu jaringan
terbuka(radial) dan jaringan tertutup(loop). Adapun konfigurasi lainnya yang
merupakan kombinasi dari konfigurasi dasar, diantaranya :

1. Konfigurasi open loop


2. Konfigurasi kluster
3. Konfigurasi spindel
4. Konfiguarasi tie-line
2.5 Beban
Beban sistem dapat digambarkan dalam suatu kurva beban yang dimana kurva
beban itu sendiri memiliki jenis tertentu sesuai bebannya, yaitu beban perumahan dan
perindustrian. Pemakaian daya suatu beban dalam jangka waktu tertentu dapat
direpresentasikan dalam suatu kurva yang disebut kurva beban.

6
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

2.6 Tegangan
Tegangan pada sistem tenaga listrik besarnya bervariasi sesuai dengan
kebutuhan, adapun klasifikasi tegangan berdasarkan SPLN 1 1995 yaitu:

1. Tegangan rendah : < 1 kV


2. Tegangan menengah : 1 – 35 kV
3. Tegangan Tinggi : 35 – 245 kV
4. Tegangan Ekstra Tinggi : > 245 Kv

2.7 Perangkat Lunak ETAP 12.6.0


ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat
lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam
keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, dan online untuk mengelola data dan
mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang terdapat di dalamnya pun
bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan untuk menganalisa pembangkitan
tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem distribusi tenaga listrik, diantarnya :

1. Load flow Analysis


2. Short Circuit Analysis
3. Transient Stability
4. Motor Starting Analysis
5. Star Protection Devices
Dalam menganalisa tenaga listrik, single line diagram berperan sebagai notasi
yang disederhanakan untuk sebuah sistem tenaga listrik tiga fasa. Sebagai ganti dari
representasi saluran tiga fasa yang terpisah, digunakanlah satu buah konduktor. Hal
ini memudahkan dalam pembacaan diagram maupun dalam analisa rangkaian.

Elemen elektrik seperti misalnya pemutus rangkaian, transformator, kapasitor,


bus bar maupun konduktor lain dapat ditunjukkan dengan menggunakan simbol yang
telah distandardisasi untuk diagram saluran tunggal. Standar yang umum digunakan
adalah IEC dan ANSI. Simbol pada diagram tidak mewakili ukuran fisik atau lokasi
dari peralatan listrik, tetapi hanya merupakan konvensi umum untuk mempermudah
dalam menganalisisnya. Beberapa elemen yang digunakan dalam suatu diagram
saluran tunggal adalah Generator, Transformator, Pemutus Tenaga, Trafo arus, trafo
tegangan, relay, dan lain- lain.

7
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

3. Prosedur Percobaan
A. Membuat Single Line Diagram

1. Buka software ETAP 12.6.0


2. Buka file, new project
3. Beri nama file sesuai yang diminta asisten
4. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini (Untuk cara merangkainya,

perhatikan penjelasan dari asisten terlebih dahulu)

Gambar 1. Single
Line Diagram

8
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

5. Masukkan setiap nilai atau rating elemen seperti yang tertera pada gambar.
6. Bila ada parameter elemen yang kurang jelas tanyakan pada asisten.
7. Bila sudah selesai, simpan file ke dalam folder yang lokasinya ditentukan oleh
asisten.
B. Membuat Composite Network

1. Buka composite network dari single line diagram yang telah dibuat
2. Tambahkan rangkaian elemen seperti gambar di bawah ini.

3. Bila ada parameter elemen yang kurang jelas tanyakan pada asisten.
4. Bila sudah selesai, praktikan boleh membuat rangkaian tambahan yang diberikan
oleh asisten.

9
Gambar 2. Single Line Diagram
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

MODUL III

ANALISA ALIRAN DAYA MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ETAP 12.6.0

1. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari konsep aliran daya dalam sistem tenaga listrik.
2. Menganalisa masalah-masalah aliran daya pada sistem tenaga listrik dengan ETAP
12.6.0
3. Mempelajari voltage drop pada sisi penerima dan bagaimana mengkompensasi
voltage drop tersebut
4. Mempelajari pengaruh beban, rugi-rugi transmisi terhadap karakteristik aliran
daya.

2. Dasar Teori
Aliran daya merupakan peristiwa mengalirnya daya aktif (P) dan daya reaktif
(Q) dari sisi pengirim (pembangkit) ke sisi penerima (beban). Analisis aliran daya
digunakan untuk mengetahui kondisi sistem, sehingga dibutuhkan dalam perencanaan
sistem untuk masa yang akan datang serta sebagai pertimbangan evaluasi terhadap
sistem yang ada.
Manfaat Analisis aliran daya ini adalah kita dapat mengetahui tegangan pada
setiap simpul/bus yang ada pada sistem sehingga kita dapat mengetahui apakah
peralatan dalam sistem yang kita buat memenuhi batas batas yang ditentukan untuk
menyalurkan daya yang diinginkan.
Besarnya daya yang disuplai generator meliputi daya real dan daya aktif (P dan
Q), akan mengalami pengurangan setelah melalui transmisi dikarenakan adanya
rugirugi transmisi.
Pengaruh variasi beban pada suatu sistem tenaga listrik berkaitan langsung
dengan drop tegangan pada sisi penerima. Hal ini dapat dijelaskan dengan diagram
vektor dibawah ini.
E

I.JX
I.Ra
Vt

Gambar 3. Diagram Vektor untuk Beban Induktif

10
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

I.JX

I.Ra

Vt

Gambar 4. Diagram Vektor untuk Beban K apasitif

Tegangan Jatuh berdasarkan penyebabnya

1. Reaktansi saluran yang tinggi

2. Reaktansi saluran yang rendah

3. Resistansi saluran sama dengan reaktansi saluran yang tinggi

4. Impedansi kabel dan diameter kawat

Untuk memperbaiki atau mengkopensasi drop tegangan agar tegangan pada sisi
penerima di usahakan tetap maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti :
1. Penambahan kapasitor bank
2. Tranformer Tap Changing
3. Penambahan Eksitasi pada generator

3. Prosedur Percobaan

Percobaan 1

1. Buka file, new project

2. Beri nama file sesuai yang diminta asisten

3. Buat rangkaian seperti gambar berikut:

11
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

4. Masukkan rating sesuai data berikut:

U1 = 1250 MVAsc
Bus1 = 13.8 kV
Bus3 = 4.16 kV
Lump1 = 2.2 MVA (PF = 90 %)
Cable1 = 160 m
Buka library, etaplib700.lib, lalu pilih size = 16 mm2

T1 = 5 MVA

Masukkan nilai %Z dan X/R dengan mengklik Typical


Z & X/R

5. Klik ikon Load Flow Analysis pada bagian toolbar

6. Klik ikon Run Load Flow pada bagian sidebar

7. Catat data yang terdapat pada Tabel 1, atur rasio motor :


static pada lump motor

8. Tambahkan 6 Bank Capasitor masing-masing sebesar


150 kvar secara paralel terhadap Bus2
9. Catat data yang terdapat pada Tabel 2, atur juga rasio motor : static pada lump
motor
10. Bila ada parameter elemen yang kurang jelas tanyakan pada asisten.

11. Bila sudah selesai, praktikan boleh membuat rangkaian tambahan yang diberikan
oleh asisten
12. Simpan file ke dalam folder yang lokasinya ditentukan oleh asisten.

12
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

MODUL IV

ANALISIS HUBUNG SINGKAT DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP


12.6.0

1. Tujuan Percobaan
• Mengetahui dan mengerti pengertian dan jenis-jenis gangguan yang terjadi pada
sistem tenaga listrik.
• Mempelajari karakteristik arus gangguan
• Mempelajari simulasi gangguan pada ETAP 12.6.0
• Mempelajari manfaat analisis gangguan

2. Dasar Teori
Gangguan yang sering terjadi dan berbahaya bagi sistem tenaga listrik adalah
gangguan hubung singkat. Gangguan hubung singkat ini termasuk gangguan hubung
singkat penghantar ke tanah, hubung singkat di antara penghantar yang menyebabkan
mengalirnya arus yang cukup besar melalui sistem tenaga listrik dan peralatan-peralatan
didalamnya. Akibat dari terjadinya gangguan ini dapat merusakkan peralatan-peralatan
listrik dan terganggunya penyaluran listrik pada konsumen.
Analisa gangguan atau perhitungan-perhitungan gangguan sangat penting
dilakukan, karena dengan adanya analisa gangguan tersebut maka akan memungkinkan
kita untuk membuat pengamanan (memasang peralatan proteksi) yang cocok untuk suatu
sistem tenaga listrik.

2.1 Hubung Singkat


Pada suatu sistem tenaga listrik tidak dapat dihindari adanya gangguan, walaupun
sudah didesain sebaik mungkin. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hubung singkat.
Adanya hubung singkat menimbulkan arus lebih yang pada umumnya jauh lebih besar
daripada arus pengenal peralatan dan terjadi penurunan tegangan pada sistem tenaga
listrik.
Berdasarkan jenis arus gangguannya, gangguan pada sistem tenaga listrik dibagi
menjadi dua bagian yaitu gangguan simetris dan gangguan tak simetris. Yang dimaksud
dengan gangguan simetris adalah gangguan yang arus gangguannya seimbang dan
sebaliknya gangguan tak simetris adalah gangguan yang arus gangguannya tak seimbang.

13
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

2.2 Jenis Hubung Singkat


Berdasarkan besar magnitude dan fasa dari tegangan dan arus gangguan yang
dihasilkan, gangguan hubung singkat dibagi menjadi dua:
1. Gangguan Simetris
Gangguan simetris merupakan jenis gangguan yang menghasilkan magnitude dan
fasa tegangan dan arus gangguan yang memiliki nilai yang sama antara ketiga
fasanya. Gangguan ini terdiri dari gangguan tiga fasa dan gangguan tiga fasa ke
tanah.
a) Gangguan tiga fasa

b) Gangguan tiga fasa ke tanah

Dengan arus gangguannya sebesar:

2. Gangguan Asimetris
Gangguan asimetris adalah jenis gangguan yang menghasilkan magnitude dan
fasa tegangan dan arus gangguan yang memiliki nilai yang berbeda antara ketiga
fasanya. Untuk menganalisa gangguan asimetris digunakan konsep komponen
simetris yang dicetuskan C.L. Fortesque pada tahun 1918.
14
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

Gangguan Asimetris terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :


a) Single Line to Ground (L-G)

𝐼𝑓 = 𝐼𝑎 = 3𝐼𝑎1

b) Line to Line (L-L)

3𝐼𝑎1
𝐼𝑓 =
∝ −∝2

c) Line to Line to Ground (L-L-G)

𝐼𝑓 = 3𝐼𝑎1

2.3 Konsep Komponen Simetris


Konsep komponen simetris yang dicetuskan C.L. Fortesque menggunakan beberapa
konsep dasar sebagai berikut:
a. Sequence Komponen Simetris
Menurut Fortesque, terdapat tiga macam sequence yaitu:

15
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

Komponen simetris tiap fasa disusun dari ketiga sequence tersebut dimana notasi
1 menyatakan komponen sequence positif, notasi 2 menyatakan komponen sequence
negatif dan notasi 0 menyatakan komponen sequence nol.

b. Operator Alpha
Operator alpha menyatakan pergeseran sudut sebesar 120° yang dialami oleh
komponen-komponen simetris dalam suatu fasa.

Dengan total nilai 1+α+α2 = 0


Sehingga dengan menggunakan operator a didapatkan bahwa:

Jika dibentuk menjadi komponen simetris setiap fasanya akan menjadi:

Ketiga persamaan ini selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis gangguan


asimetris.

16
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

3. Prosedur Percobaan
3.1 Percobaan Analisis Gangguan
a. Rangkaian Percobaan

Gambar 6. Rangkaian Analisa Gangguan Gambar 7. Rangkaian Network1

Gen1 dan Gen2 Typical data, semua trafo juga typical

b. Percobaan Gangguan Tiga Fasa Dengan Tidak Ada Arus Beban


1. Buat rangkaian sesuai dengan gambar 1 dan 2 dengan menggunakan ETAP 12.6.0
2. Tulis rating generator, circuit breaker dan kabel yang ada pada gambar seperti yang
telah disediakan

17
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

3. Buka semua circuit breaker yang mengarah ke beban


4. Amati arus yang mengalir pada rangkaian percobaan dengan menggunakan load flow
analysis
5. Kemudian berikan gangguan pada bus dengan menggunakan short circuit study case.
6. Amati arus gangguan yang terjadi.
7. Catat besarnya arus gangguan.
8. Periksa Short Circuit Analysis View
9. Ulangi percobaan dengan menutup circuit breaker dari gen2.

c. Percobaan Gangguan Tiga Fasa Dengan Adanya Arus Beban


1. Buat rangkaian sesuai dengan gambar 1 dan 2 dengan menggunakan ETAP 12.6.0
2. Tulis rating generator, circuit breaker dan kabel yang ada pada gambar seperti yang
telah disediakan.
3. Tutup semua circuit breaker yang mengarah ke beban
a) Perubahan Jumlah Kapasitas Suplai
- Gangguan I, Atur CB Generator 20 MW dalam keadalan close dan CB Generator
500 kW dalam keadaan open
- Gangguan II, Atur CB Generator 20 MW dalam keadalan close dan CB Generator
500 kW dalam keadaan close
b) Perubahan jumlah beban pada Generator 20 MW & 500 kW.

18
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

- Gangguan I, Atur CB Composite Network dalam keadaan open


- Gangguan II, Atur CB Composite Network dalam keadaan close
c) Perubahan Tegangan Pada Bus (kV)
- Gangguan I, ubah Bus 1 menjadi 10 kV, dan nilai bus 2 serta bus 3 menjadi 3 kV.
- Gangguan II, ubah Bus 1 menjadi 15.8 kV, dan nilai bus 2 serta bus 3 menjadi 5.6
kV.
d) Perubahan Impedansi saluran Kabel
- Gangguan I, Kabel 1 & 2 berada pada nilai awalnya yaitu dengan nilai R = 1,353
X= 0.1241 serta panjang kabel 1 = 250 m, panjang kabel 2 = 100 m
- Gangguan II, Kabel 1 & 2 berada pada nilai R = 100 X= 56 serta panjang kabel 1 =
400 m, panjang kabel 2 = 200 m
4. Amati arus yang mengalir pada rangkaian percobaan dengan menggunakan load flow
analysis
5. Kemudian berikan gangguan pada bus dengan menggunakan short circuit study case.
6. Amati arus gangguan yang terjadi.
7. Catat besarnya arus gangguan.
8. Periksa Short Circuit Analysis View

19
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

MODUL V

ANALISIS KESTABILAN SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN ETAP


12.6.0

1. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui dan mengerti konsep dari kestabilan sistem tenaga listrik
2. Mempelajari dan menganalisis pengaruh akibat lepasnya generator (outage) pada
kestabilan sistem tenaga listrik
3. Mempelajari dan menganalisis pengaruh pelepasan beban terhadap kestabilan
sistem tenaga listrik
4. Menganalisis pengaruh pelepasan beban berdasarkan kapasitas pada suatu sistem
tenaga listrik

2. Dasar Teori
Stabilitas sistem tenaga listrik adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga
listrik untuk mencapai kondisi kesetimbangan kembali setelah terjadi gangguan pada
sistem tenaga dan seluruh komponen yang terhubung kecuali komponen yang
dinonaktifkan untuk mengisolasi instalasi yang mengalami gangguan.

Setelah terjadi gangguan , sistem tenaga listrik dikatakan stabil apabila sistem
mencapai suatu keadaan kesetimbangan baru dengan semua komponen yang masih
terhubung. Sistem yang tidak stabil dapat menyebabkan perbedaan sudut rotor antar
generator yang cukup besar atau penurunan tegangan secara signifikan. Ketidakstabilan
ini dapat menyebabkan suatu pembangkit keluar (outage) dari suatu sistem tenaga
listrik , sehingga dibutuhkan analisa stabilitas peralihan (transien).

Analisa stabilitas peralihan (transien) menentukan perilaku dinamis sistem


tenaga selama beberapa detik setelah gangguan yang terjadi. Analisa stabilitas peralihan
sistem tenaga dilakukan guna mengetahui kemampuan sistem bertahan terhadap
gangguan tertentu dan karakteristik respon sistem.

A. Klasifikasi Stabilitas pada Sistem Tenaga Listrik


1. Stabilitas Sudut Rotor
Stabilitas sudur rotor adalah kemampuan dari generator yang terhubung untuk
selalu tetap terinterkoneksi untuk selalu tetap sinkron pada kondisi normal dan setelah
gangguan. Parameter yang diamati adalah daya keluaran dari generator sinkron akan
berubah seiring dengan perubahan sudut rotor.
20
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

Ketidakstabilan dapat terjadi dalam bentuk pembesaran sudut rotor pada


generator sehingga generator yang terhubung menjadi tidak sinkron.
2. Stabilitas Tegangan
Stabilitas tegangan adalah kemampuan suatu sistem tenaga listrik untuk menjaga
tegangan tetap pada semua bus setelah mengalami gangguan. Suatu sistem dapat
mengalami ketidakstabilan tegangan ketika gangguan terjadi , kenaikan beban yang
cepat pada beberapa bus. Ketidakstabilan tegangan adalah fenomena lokal namun
dampaknya meluas
3. Stabilitas Frekuensi
Stabilitas frekuensi adalah kemampuan suatu sistem tenaga listrik untuk menjaga
frekuensi dalam batas nominal setelah terjadinya gangguan yang menyebabkan
ketidaksetimbangan yang signifikan antara pembangkit dan beban. Ketidakseimbangan
ini dapat menyebabkan ayunan frekuensi yang berakhir pada lepas nya pembangkit
(outage) .

B. Gangguan Beban Lebih


Gangguan beban lebih adalah kondisi yang terjadi pada sistem tenaga listrik
apabila daya yang dibutuhkan oleh beban listrik lebih besar dibandingkan dengan
jumlah daya listrik yang disuplai oleh pembangkit didalam sistem. Gangguan beban
lebih umumnya terjadi keluarnya generator (outage) pada sistem tenaga listrik.

Akibat gangguan Beban lebih antara lain :


• Penurunan Tegangan Sistem
• Penurunan Frekuensi Sistem
Masalah utama pada gangguan lebih adalah mencapai kesetimbangan antara
daya yang dibangkitkan dengan jumlah daya pembebanan sebelum frekuensi sistem
semakin menurun.
Gangguan beban lebih dapat diatasi antara lain dengan :
• Meningkatkan pembangkitan melalui pembangkit yang masih beroperasi
• Pelepasan beban

21
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

3. Prosedur Percobaan

22
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

Spesifikasi dari single line diagram

Generator
Parameter GENERATOR_1 GENERATOR_3 GENERATOR_2
Tegangan 13,8 kV 20kV 13,8 kV
Daya 15 MW 15 MW 25 MW
Operation Mode Voltage control Voltage control Swing
Inertia (H) 13,33 13,33 8
Impedance : Equivalent – Typical Data

Cable
Cable Length No. Library Size (mm2)
Cable 13 10 km 502 50
Cable 1 10 km 497 50
Cable 3 10 km 502 50
Cable 11 10 km 502 50
Cable 5 10 km 502 50
Cable 7 10 km 502 50
Cable 9 10 km 502 50

Transformator
Tegangan Primer dan Sekunder Tinjau dari SLD
Impedance Typical Z dan X/R

Lump Load
Daya (MVA) Tinjau dari SLD

1. Percobaan satu generator trip dalam sistem tenaga listrik


1. Buatlah single line diagram sesuai dengan modul menggunakan software ETAP
12.6.0
2. Isi seluruh rating perlatan sesuai dengan modul
3. Jalankan analisa Load Flow
4. Masuklah ke menu Transient Stability analysis lalu klik Study Case

23
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

5. Masuk ke Tap Plot, lalu pilih device-device berikut:


a. Busses, lalu pilih seluruh bus
b. Syn.Generator ,lalu pilih seluruh sync. generator
6. Pilih Menu Event, Add Event ID nya
7. Beri nama Event ID dengan trip dan Isi Time nya sebesar 5 second
8. Klik Add pada Action by Element lalu pilih device Circuit Breaker dan nomor
CB yang terhubung dengan GENERATOR_1
9. Isi kolom Total Simulation Time sebesar 30 Second dan Ok
10. Klik Run Transient Stability
11. Catat data yang dibutuhkan sesuai dengan lembar data percobaan
12. Klik study case kembali, masuk ke Tap Event kemudian Add Event ID yang baru
dan beri nama pelepasan dan isi time nya sebesar 10 second
13. Klik Add pada Action by Element lalu pilih Circuit Breaker yang terhubung
dengan beban yang akan dilepas (sesuai dengan lembar data percobaan)
14. Klik Run Transient Stability
15. Catat data yang dibutuhkan sesuai dengan lembar data percobaan
16. Untuk merubah beban yang dilepas, buka study case dan pilih tap event dan pilih
event ID pelepasan dan edit kemudian ganti nomor circuit breaker sesuai dengan
beban yang akan dilepas (sesuai dengan lembar data percobaan)
17. Catat data yang dibutuhkan sesuai dengan lembar data percobaan
18. Klik Transient Stability Plot
19. Pilih Buses pada Device Type dan seluruh bus pada Device ID, pilih frekuensi
pada Plot Type dan Klik Ok
20. screenshot grafik pada lembar pengamatan

2. Percobaan dua generator trip dalam sistem tenaga listrik


1. Klik study case kembali, masuk Event ID pelepasan dan pilih delete pada bagian
action
2. masuk ke Tap Event kemudian pilih Event ID trip dan Klik Add pada Action by
Element lalu pilih device Circuit Breaker dan nomor CB yang terhubung dengan
GENERATOR_3
3. Klik Run Transient Stability
4. Catat data yang dibutuhkan sesuai dengan lembar data percobaan

24
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

5. Klik study case kembali, masuk ke Tap Event dan pilih Event ID pelepasan
6. Klik Add pada Action by Element lalu pilih Circuit Breaker yang terhubung
dengan beban yang akan dilepas (sesuai dengan lembar data percobaan)
7. Klik Run Transient Stability
8. Catat data yang dibutuhkan sesuai dengan lembar data percobaan
9. Untuk merubah beban yang dilepas, buka study case dan pilih tap event dan pilih
event ID pelepasan dan edit kemudian ganti nomor circuit breaker sesuai dengan
beban yang akan dilepas (sesuai dengan lembar data percobaan)
10. Catat data yang dibutuhkan sesuai dengan lembar data percobaan
11. Klik Transient Stability Plot
12. Pilih Buses pada Device Type dan seluruh bus pada Device ID, pilih frekuensi
pada Plot Type dan Klik Ok
13. screenshot grafik pada lembar pengamatan

25
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

MODUL VI

PERANCANGAN DAN ANALISIS SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK

1. Tujuan Percobaan

1. Memahami definisi dan prinsip kerja sistem proteksi tenaga listrik


2. Memahami penggunaan sistem proteksi tenaga listrik
3. Mengetahui fungsi proteksi sistem tenaga listrik
4. Mengetahui jenis-jenis proteksi pada sistem tenaga listrik
5. Mempelajari syarat-syarat sistem proteksi tenaga listrik yang baik dan benar
6. Mensimulasikan dan menganalisis sistem proteksi tenaga listrik menggunakan
perangkat lunak ETAP 12.6.0

2. Dasar Teori

2.1 Definisi Sistem Proteksi

Suatu sistem tenaga listrik tidak selamanya dapat berjalan dengan normal. Banyak
sekali terjadinya kondisi ketidaknormalan (seperti gangguan) pada sistem yang berasal
dari luar maupun dalam sistem. Kondisi ketidaknormalan ini dapat mengganggu dan
membahayakan sistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem
yang melindungi sistem tenaga listrik untuk mencegah dan memitigasi dari gangguan
tersebut. Hal ini disebut dengan Sistem Proteksi Tenaga Listrik.

Dalam proteksi sistem tenaga listrik, penting untuk mengetahui distribusi arus
dan tegangan di berbagai tempat sebagai akibat dari timbulnya gangguan. Karakteristik
kerja rele proteksi dipengaruhi oleh besaran energi yang dimonitor oleh rele seperti arus
atau tegangan. Dengan mengetahui distribusi arus dan tegangan di berbagai tempat
maka setelan rele proteksi dan rating dari circuit breaker dapat ditentukan.

Jenis-jenis gangguan

Gangguan hubung singkat dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sebagai


berikut:

• Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (LG)

• Gangguan hubung singkat dua fasa (LL)

26
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

• Gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah (LLG)

• Gangguan hubung singkat tiga fasa (LLL)

Berdasarkan standar IEEE Std 242-1986 tentang Protection and Coordination


of Industrial and Commercial Power System, disebutkan bahwa gangguan hubung
singkat tiga fasa memiliki nilai yang paling besar dibanding lainnya. Dengan demikian
maka yang perlu diperhitungkan ialah gangguan hubung singkat tiga fasa saja. Jika
sistem tenaga listrik dirancang untuk mempersiapkan terjadinya gangguan hubung
singkat tiga fasa, maka terhadap jenis gangguan lain sistem akan aman.

2.2 Tujuan dan Kriteria Sistem Proteksi


Tujuan utama dari penggunaan sistem proteksi di sistem tenaga listrik antara lain
adalah sebagai berikut:
• Mengisolir dan memisahkan bagian yang terganggu
• Mencegah kerusakan lebih lanjut
• Mengamankan manusia dari bahaya listrik
• Meningkatkan kehandalan suplai

Sistem proteksi harus memenuhi syarat-syarat utama dari sistem proteksi. Ada
beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu sistem proteksi dalam
suatu rangkaian sistem tenaga listrik, yaitu:

• Sensitifitas
Sensitivitas adalah kepekaan rele proteksi terhadap segala macam gangguan dengan
tepat yakni gangguan yang terjadi di zona perlindungannya. Sensitifitas suatu sistem
proteksi ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran penggerak saat peralatan proteksi
mulai beroperasi. Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan dengan nilai
minimum arus gangguan dalam daerah yang dilindunginya.

• Selektivitas
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang harus
diisolir apabila rele proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari
sistem yang normal sebisanya adalah bagian yang terganggu saja. Diskriminatif
berarti suatu sistem proteksi harus mampu membedakan antara kondisi normal dan
kondisi abnormal. Ataupun membedakan apakah kondisi abnormal tersebut terjadi
di dalam atau di luar daerah proteksinya.

27
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

• Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan dalam mitigasi untuk
memperkecil area yang terjadi gangguan, stabilitas operasi, meningkatkan mutu
pelayanan, keamanan manusia, serta peralatan sistem tenaga listrik.

• Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi dengan baik
sebagaimana yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila gagal bekerja
pada saat dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak seharusnya bekerja.

• Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik, tentunya tidak terlepas dari pertimbangan nilai
ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang digunakan hendaknya memiliki nilai
ekonomis dengan tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya.

Perencanaan sistem proteksi dimulai dari identifikasi gangguan yang mungkin


terjadi pada sistem tenaga listrik yang ingin diproteksi. Dari hasil identifikasi tersebut
dapat direncanakan sistem pengamanan yang sesuai, terutama rele-rele yang hendak
digunakan.

2.3 Rele Proteksi

Secara umum, rele adalah alat yang dapat memberi indikasi kondisi
ketidaknormalan pada sistem apabila diberi energi oleh besaran-besaran sistem yang
tepat. Apabila rele mendeteksi kondisi tidak normal, maka rele akan mengirim perintah

28
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

trip ke circuit breaker sehingga kontak-kontak circuit breaker terbuka, mengisolir


bagian yang terganggu dari sistem. Rele proteksi dapat diklasifikasikan berdasarkan
fungsi atau kegunaannya, antara lain:
• Overcurrent relay
• Differential relay
• Directional relay
• Distance relay
• Ground fault relay

Pada praktikum ini, yang dijadikan batasan masalah adalah setting dan
koordinasi overcurrent relay pada sistem tenaga listrik.

2.4 Overcurrent Relay


Overcurrent Relay atau rele arus lebih adalah rele pendeteksi yang bekerja
berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai rating tertentu dalam
jangka waktu tertentu. Pada umumnya, Overcurrent Relay berfungsi untuk
memproteksi peralatan listrik terhadap arus lebih yang disebabkan oleh gangguan
hubung singkat.

Berdasarkan IEC, Overcurrent Relay memiliki beberapa karakteristik kerja


berdasarkan kurva arus terhadap waktu, yaitu:

• Instantaneous

OCR Instantaneous berkerja tanpa ada waktu tunda yang disetting (no
intentional time delay). Relai ini akan memberi perintah kepada PMT pada saat
terjadi gangguan bila besar arus ganggan lebih besar dari arus settingnya. Waktu
kerja relay dari saat instant pick up hingga closing contact hanya sekitar 20-60 ms.

29
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

• Definite time (DT)

OCR Definite Time berkerja pada suatu waktu yang telah ditentukan
(Definite Time). Rele akan trip saat arusnya melebihi nilai setelannya dengan waktu
tunda tertentu yang dapat disetting. OCR Definite berkerja dengan lama waktu
tunda tidak bergantung besaran arus yang menggerakkannya.

• Inverse

OCR inverse memiliki waktu kerja yang bergantung terhadap besar arus
gangguan. Pada saat terjadi gangguan atau rating arus melebihi setting, relai ini akan
memberikan perintah kepada PMT dengan jeda waktu kerja yang bersifat inverse atau
berkebalikan dengan magnitude arus gangguan. Ifault >< Ttripping

Berdasarkan IEC 60255, terdapat 3 karakteristik setelan delay inverse relay :

1. Standard Inverse (SI)


2. Very Inverse (VI)
3. Extreme Inverse (EI)

30
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

Pada umumnya, ada dua hal yang harus disetting pada Overcurrent Relay. Yang
pertama adalah besarnya setelan arus (I Pickup) dan yang kedua adalah setelan waktu
pengali atau Time Multiplier Setting (TMS).

2.4 Circuit Breaker


Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) disebutkan bahwa
Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan switching
mekanis yang mampu menutup, mengalirkan, dan memutus arus beban dalam kondisi
normal ataupun dalam kondisi abnormal atau gangguan seperti kondisi short circuit
atau hubung singkat.

Circuit Breaker mempunyai kemampuan untuk memutus arus beban dan arus
gangguan hubung singkat dalam waktu yang relatif sangat cepat. Energi mekanik yang
diperlukan untuk membuka kontak utama diperoleh dari gaya pegas. Saat CB memutus
atau menghubungkan arus listrik akan timbul busur api dan untuk memadamkan busur
api tersebut digunakan beberapa bahan pada CB antara lain: ruang vakum, udara, dan
gas.

31
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

3. Prosedur Percobaan

1. Rangkai SLD sebagaimana gambar berikut.

2. Isi parameter setiap komponen di atas sesuai dengan Lembar Spesifikasi yang
diberikan.
3. Jalankan Load Flow Analysis, catat besaran arus yang mengalir pada setiap bus.
4. Jalankan Short Circuit Analysis untuk gangguan 3 fasa, catat besaran arus
gangguan yang terjadi pada setiap bus.
5. Create Star View untuk SLD yang telah dibuat pada menu Star-Protective Device
Coordination.
6. Lakukan pengaturan pada kurva TCC sedemikian rupa sehingga memenuhi
prinsip-prinsip sistem proteksi
32
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

MODUL VII

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN FILTER HARMONIK


MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0

1. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari fenomena harmonik pada Sistem Tenaga Listrik
2. Mengetahui penyebab terjadinya gelombang harmonik
3. Mengetahui akibat-akibat yang disebabkan oleh harmonik
4. Mempelajari parameter-parameter hamonik
5. Memahami jenis-jenis filter harmonik
6. Mensimulasikan dan menganalisis harmonic menggunakan ETAP 12.6.0
7. Merancang filter harmonik menggunakan ETAP 12.6.0

2. Dasar Teori

Harmonisa merupakan suatu gangguan kualitas daya listrik. Harmonisa dapat


didefinisikan sebagai penyimpangan gelombang arus dan tegangan akibat adanya
frekuensi dengan kelipatan dari frekuensi dasarnya diakibatkan oleh beban non-linier.
Beban non linear adalah beban yang arusnya tidak proporsional terhadap tegangan yang
diberikan.

Dalam menganalisis suatu sistem terdistorsi harmonic, terdapat beberapa


parameter yang perlu diketahui, antara lain :
• Komponen Harmonik
• Orde Harmonik
• Spektrum Harmonik
• Individual Harmonic Distortion (IHD)
33
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

• Total Harmonic Distortion (THD)


• Total Demand Distortion (TDD)
• Triplen Harmonic
• Urutan fasa harmonic

Orde harmonic (h) dapat didefinisikan sebagai elemen frekuensi individual yang
meliputi gelombang sinusoidnya. Sebagai contoh, misal terdapat frekuensi fundamental
sebesar 50hz, dan orde harmoniknya 6 (h=6) maka frekuensi harmonic pada orde ke 6
adalah 300hz.

34
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

Penyebab harmonik dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :


1. Peralatan saturasi (bersifat magnetic)
• Trafo
• Mesin Listrik
• Magnetik ballast
2. Peralatan elektronika daya
• Converter PWM
• Inverter
• VSD/VFD

Akibat yang dapat ditimbulkan oleh harmonik antara lain :


• Pemanasan (overheating) pada sisi beban sehingga mengurangi umur peralatan
• Kesalahan pada alat ukur
• Temperatur trafo meningkat
• Skin effect pada penghantar

Besar harmonik pada suatu sistem tidak boleh melebihi standar yang berlaku, adapaun
standar tersebut adalah

Tabel 1. Standar harmonic untuk distorsi tegangan

35
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

Tabel 2. Standar harmonic untuk distorsi arus

Harmonisa dapat dikurangi dengan menggunakan filter harmonisa. Tujuan pokok


dari filter ini adalah untuk mereduksi amplitude frekuensi tertentu dari sebuah
tegangan/arus. Dengan penambahan filter ini, maka penyebaran arus harmonisa ke
seluruh jaringan dapat ditekan sekecil mungkin. Filter harmonisa terbagi menjadi 2
yaitu,

1. Filter Pasif
Dengan menggunakan komponen R,L,C
2. Filter Aktif
Dengan komponen elektronika daya (IGBT/MOSFET)

36
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

3. Prosedur Percobaan

A. Analisis Harmonik
1. Buatlah rangkaian dibawah ini dengan ETAP 12.6.0

2. Tulis rating seperti data di bawah ini


a. Power Grid ( 1250 MVAsc, 13.8 KV, X/R 1, Swing mode)
b. Trafo (T1) Step Down ( 7 MVA, 13.8 kV to 4.16 kV, typical Z&X/R) lalu
masukkan input harmonic pada tab harmonic sesuai perintah asisten
c. Lumped Load (Lump1) 5 MVA
d. Motor (Mtr1) 1000 HP, 4kV, typical data existing

37
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

e. Variable Frequency Drive (VFD1) 4.16 kV, 1000 HP, dan masukkan input
harmonic pada tab harmonic sesuai perintah asisten

3. Jalankan Analisa Load Flow


4. Catat arus yang mengalir pada BUS 1 (IL)
5. Jalankan Analisa Short Circuit
6. Fault-kan BUS 1 dengan cara klik kanan pada bus, klik fault
7. Run LG, LL, LLG 3-Phase Fault
8. Catatlah arus hubung singkat yang mengalir pada BUS 1 (ISC)
9. Lakukan perhitungan Standar harmonic untuk distorsi arus dengan rumus

10. Catatlah arus dari standar harmonic untuk distorsi arus pada lembar data lalu
cocokkan dengan tabel distorsi arus pada modul. Tulislah standar apa yang
digunakan pada rangkaian tersebut
11. Masuklah ke menu analisis harmonic lalu klik Harmonic Analysis Study Case

12. Masuk ke tab Plot, Pilih device-device berikut


a) Busses, lalu pilih bus1 dan bus2
b) Transformer, pilih T1
13. Jalankan Analisa harmonic load flow
14. Catat besar arus pada Bus1 dan Besar %THD-i
15. Catat besar tegangan dan besar %THD-v pada bus1 dan bus2
16. Catat besar tegangan dan arus pada tiap orde dan hitung %IHD-nya
17. Bandingkan hasil yang diperoleh lalu lihat bagaimana sistem tersebut berjalan
sesuai standar atau tidak, tulis hasil pengamatan pada lembar data
18. Variasikan sumber sesuai lembar percobaan dan catat %THD-v & %THD-i

B. Perancangan Filter Harmonik


1. Melakukan kembali Analisa load flow
2. Catatlah besar daya semu dan PF di Bus1 pada lembar data.

38
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

3. Lalu lakukan perhitungan perhitungan berikut untuk mendapatkan parameter


parameter filter tersebut
a. Kapasitansi Filter/Kapasitor

Dimana, Xc = Reaktansi kapasitor, V = tegangan Bus filter dipasang

Qcomp = Daya yang dikompensasi kapasitor yang dapat dicari dengan rumus

b. Menjalankan harmonic analysis, geser harmonic order slider dan cari orde
harmonic dominan (n)
c. Mencari besar dari reaktansi inductor dengan rumus

d. Menentukan quality factor dimana nilai ini biasanya berada pada range dari
40 sampai 60 (sesuai asisten)
4. Pasang Harmonic Filter pada Rangkaian
5. Masukkan parameter-parameter yang didapatkan ke dalam inputan filter yang ada
sesuai gambar berikut

39
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

6. Jalankan harmonic load flow dan catat besar %THD untuk besar tegangan dan arus
7. Selain menggunakan perhitungan, ETAP 12.6.0 dapat mendesain filter harmonic
dengan cara mengklik Size Filter pada tab parameter filter harmonic, lalu mengisi
parameter berikut :

8. Jalankan harmonic load flow dan catat besar %THD untuk besaran tegangan dan
arus.

40
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

MODUL 8

MICROGRID

1. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari dan mengerti konfigurasi microgrid.
2. Mempelajari komponen pembangkitan penunjang microgrid.
3. Mempelajari aliran beban sistem akibat energi intermittent microgrid.

2. Dasar Teori
2.1 Microgrid
Microgrid merupakan sistem yang terdiri dari minimal satu sumber energi yang
terkoneksi dengan beban pada daerah yang relatif kecil. Dalam microgrid, sumber energi
dan beban bisa terhubung maupun terputus ke jaringan distribusi (grid).

Gambar 8.1 Diagram Konsep Microgrid


Microgrid tidak harus terhubung dengan jala-jala dan dapat berdiri sendiri (Stand
Alone) selama Microgrid mendapatkan energi dari pembangkitan pada microgrid. Hal ini
menyebabkan penggunaan microgrid menjadi salah satu skema paling baik kepada daerah
yang belum terelektrifikasi dengan baik.

Pembangkitan pada Microgrid:

1. PLTS
2. PLTD
3. PLTB
4. PLTMH

41
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

5. Grid Energy Storage


6. Biomassa
7. Pembangkit Listrik Konvensional

2.2 PLTS
Suatu sistem tenaga listrik yang menggunakan pembangkitan dari sel surya. Suatu
sistem tenaga listrik sel surya dapat berkonfigurasi:

Combiner
9 paralel

Panel

Gambar 8.2 Konfigurasi PLTS sederhana P. Distribusi


Secara garis besar berdasarkan komponen PLTS terdapat:
1. Sel Surya
Suatu perangkat yang mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik
2. Solar Charge Controller
Suatu perangkat yang merupakan mengatur tegangan DC keluaran PV, SCC dapat
dibagi menjadi MPPT dan PWM.
3. Inverter
Peralatan elektronika daya yang mengubah suatu arus listrik DC menjadi AC, jenis
Inverter dapat dibagi menjadi Square sine Inverter, Modiied Sine Wave Inverter
dan Pure Sine Wave Inverter.
4. Bidirectional Battery Converter
42
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

Peralatan elektronika yang menyesuaikan suatu besaran listrik agar sesuai dengan
kebutuhan baterai
5. Battery
6. kWh Exim

Secara garis besar berdasarkan konfigurasi PLTS dapat dibagi menjadi:


1. On Grid
2. Off Grid
3. Hybrid

Parameter yang mempengaruhi output PV:


• Sudut Sinar
Sudut memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan nilai keluaran PV yang
dapat digunakan, besaran maksimal pada saat tegak lurus sinar matahari.

• Shading
Penggelapan terhadap PV dapat terjadi, hal ini dapat mengakibatkan pengurangan
output.

• Suhu
Temperatur sel sangat mempengaruhi output sinar, saat temperatur naik, maka akan
meningkatkn resistansi internal sel dan membatasi arus yang dapat keluar.

Gambar 8.3 Kurva IV Perubahan Arus Ketika Irradiance Tertentu

43
LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FT UI

Gambar 8.4 Kurva IV Perubahan Tegangan Ketika Temperature Tertentu

44
MODUL IX

PENYIMPANAN ENERGI LISTRIK

1. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui dan mengerti jenis-jenis penyimpanan energi listrik
2. Mempelajari karakteristik penyimpanan energi

2. Dasar Teori

Penyimpanan energi listrik adalah usaha untuk mensimpan suatu besaran energi
listrik dengan cara tertentu agar energi listrik tersebut dapat digunakan kembali. Dalam
suatu penyimpanan energi listrik

2.1 Kepentingan ESS:

a. Bagi Utilitas:

1. Time Shifting
Dapat membantu kurva beban sistem lebih landai

2. Kualitas Daya
Suatu utilitas memiliki kewajiban dalam membuat suatu besaran kualitas daya
tertentu kepada pelanggan, dalam hal ini ESS dapat berkontribusi dalam
mengkompensasi voltage drop sistem.

3. Congestion
Dapat merendahkan kemungkinan congestion pada titik yang dibutuhkan,
dengan mengingjeksi daya.

b. Bagi Konsumen:
1. Time shifting/ Cost Savings
Time Varying Electricity dapat membuat suatu penghematan sistem apabila
diatur dengan bijak. Dengan penggunaan baterai dapat dilakukan penghematan
pada harga listrik yang tinggi dan charge pada saat harga rendah.
2. Emergency Power Supply
3. Penyimpanan Energi Terbarukan
Dalam suatu sistem energi terbarukan penggunaan baterai adalah suatu yang
integral dalam khususnya sistem off grid

45
ESS dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu Mechanical, Electrochemical, Chemical Electrical
dan Thermal

2.2 Baterai Elektrokemikal dibagi menjadi

1. Baterai Primer

2. Baterai Sekunder

a. Lead Acid

Baterai aki ini memiliki dua jenis baterai yaitu untuk starting dan deep cycle.
Aki sendiri dapat digolongkan menjadi FLA danVRLA. Merupakan
teknologi yang sudah dewasa. Kekurangannya adalah rendahnya DoD,
rendahnya kerapatan energi, buruknya life cycle, buruknya untuk lingkungan.
Keuntungannya adalah murah dan ketahanan yang tinggi.

b. NiCd dan NiMH

Densitas energi yang lebih tinggi dibandingkan Lead Acid, life cycle yang
lebih tinggi, resistansi intenal yang rendah, tegangan yang stabil saat
discharge, temperatur yang stabil. Kerugiannya memiiki memory effect,
beracun.

c. Li-Ion

Tegangan sel yang tinggi sebesar 3.7 volt. Densitas Energi yang besar dan
DoD yang besar sehingga lebih efisien, self discharge yang rendah.
Kekurangannya adalah harga yang mahal, proteksi sangat dibutuhkan dan
teknologi yang masih muda. Untuk menjaga performa baterai Li-Ion
digunakan BMS.

46
2.3 Parameter Baterai

1. Kapasitas Baterai
Satuan kapasitas baterai dapat berupa Ah atau Wh. Besar actual kapasitas
baterai bergantung pada beban, temperatur, dll.
2. Tegangan Baterai
3. DoD
Adalah suatu besaran yang digunakan untuk mnghitung besaran persentase
penggunaan suatu baterai.
4. Battery Life Cycle
Banyaknya cycle yang ada sebelum kapasitas yang berkurang
sampai 80% dari kapasitas awal.
5. Self Discharge
Kapasitas yang hilang pada saat baterai tidak digunakan.
6. Karakteristik Temperatur
Temperatur untuk baterai sangat harus dijaga, dikarenakan suhu yang rendah
dapat membekukan elektrolit sehingga menurunkan kapasitas secara
permanen pada anoda dan apabila suhu tinggi maka reaksi kimia dapat rusak.
7. Voltage Cut Off

47
MODUL X

POST TEST

Modul ini berisi post test mengenai materi yang telah diujikan dalam praktikum Sistem Tenaga
Listrik. Seluruh praktikan wajib untuk mengikuti Post Test, karena termasuk dalam
komponen penilaian. Waktu dan tempat pelaksanaan akan diberi tahu lebih lanjut.

48

Anda mungkin juga menyukai