Anda di halaman 1dari 17

Tugas Farmakognosi

Kandungan Glikosida PadaTanaman


Mata Kuliah Farmakognosi
Dosen Mata Kuliah : Rabima, M.Farm., Apt.

DISUSUN OLEH:

1. Albert Andreas Natanael Gultom (1843050035)

2. Alrifat Imanuel Zebua (1843050037)

3. Marthius Putra Yehezkiel (1843050029)

4. Seftian Putra Dwijaya Marpaung (1843050013)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa , kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Farmakognosi tentang kandungan glikosida pada
tanaman (Cincau, Biduri, Kecipir, Kina, Kelor).

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang kandungan glikosida pada
tanaman (Cincau, Biduri, Kecipir, Kina, Kelor) ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 28 September 2019

Penyusun

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................................. 1

Daftar Isi ........................................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3

1.1 Latar belakang ....................................................................................................................... 3

1.2 Rumusan masalah ................................................................................................................. 5

1.3 Tujuan................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................... 6

2.1 Glikosida …………………………………………………………………………………………………………………………. 6

2.2 Tanaman Kunyit …………………………………………………………………………………………………...……….. 6

2.3 Tanaman Buah Naga …………………………………..………………………………………………………………. 11

2.4 Tanaman Meniran ……………………………………………………………………….……………………………… 15

2. 5 Tanaman Belimbing Wuluh ………………………………………………………………………………….……. 17

2.6 Tanaman Pala ……………………………………………………………………………………………….……….…… 20

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................... 24

Kesimpulan.................................................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………..………………. 25

2
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Tanaman merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan ekosistem. Dilihat dari
hasilnya, tanaman atau tumbuhan merupakan sumber kebutuhan kita baik sandang,
pangan maupun papan. Kita dapat makan yang merupakan sumber energi karena ada
tanaman. Kita dapat bernafas dengan baik dengan menghirup oksigen karena ada yang
merupakan hasil reaksi fotosintesis karena ada tanaman. Kita juga dapat meminum air
bersih dikarenakan jasa tumbuhan yang menyimpan cadangan air melalui akar-akarnya
yang itu semua merupakan hasil aktifitas menanam.

Ilmu farmakognosi menguraikan tentang pemeriksaan simplisia nabati dan identifikasi


tumbuhan obat berdasarkan kandungan kimianya, bentuk dan simplisianya, baik
makroskopik maupun mikroskopiknya. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari
pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat-zat aktif lainnya,
termasuk yang berasal dari dunia mineral dan hewan. Saat ini, peranan ilmu farmakognosi
sangat banyak diperlukan terutama dalam sintesis obat.

Salah satu zat aktif yang banyak ditemukan di alam dan juga di tumbuhan adalah
glikosida. Glikosida adalah zat aktif yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder.
Dalam dunia industri senyawa glikosida yang sering dipakai memiliki aglikon berupa
flavonoid atau steroid. Selain itu senyawa glikosida biasa dipakai untuk menyimpan
senyawa aktif agar tidak bereaksi sehingga tidak rusak sebelum dipakai. Secara umum,
arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas yang
beberapa diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal,
analgetikum dan penurunan tegangan permukaan. Oleh karena itu disusun makalah ini
untuk mengetahui definisi, sifat dan pembagian glikosida serta glikosida yang berkhasiat
sebagai obat dan tanaman penghasilnya.

Cincau adalah gel serupa agar-agar yang diperoleh dari perendaman daun (atau organ
lain) tumbuhan tertentu dalam air.

3
Gel terbentuk karena daun tumbuhan tersebut mengandung karbohidrat yang mampu
mengikat molekul-molekul air.Kata "cincau" sendiri berasal dari dialek Hokkian sienchau
yang lazim dilafalkan di kalangan Tionghoa di Asia Tenggara. Cincau sendiri di bahasa
asalnya sebenarnya adalah nama tumbuhan (Mesona spp.) yang menjadi bahan
pembuatan gel ini.

Biduri atau widuri adalah sejenis tumbuhan yang berupa perdu besar yang dapat
mencapai 4 m. Juga disebut Kapuk Duri. Bunganya berlapis lilin dengan warna putih atau
ungu. Daunnya berbentuk bulat telur, dengan warna khas hijau pucat dan batang yang
mengeluarkan lateks berwarna putih seperti susu.

Kecipir adalah tumbuhan merambat anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Pucuk dan
polong mudanya dimanfaatkan sebagai sayuran. Di Sumatra dikenal sebagai kacang botol
atau kacang belingbing, dan kacang embing (Palembang). Nama-nama lainnya adalah
jaat, cipir, cicipir, kěcipir ; kělongkang , serta biraro (Manado, Ternate),kacang botor, k.
botol, dan k. kumbotor (Ptk.). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Winged bean,
Winged pea, Four-angled bean (mengacu pada bentuk buahnya); namun juga dinamai
Goa bean dan Asparagus pea.

Pohon kina ini kulitnya berasa pahit. Tanaman ini tergolong tanaman yang menyerbuk
silang dan sangat hetezigot. Oleh karena itu hasil penyerbukan dengan bijinya sangat
beragam. Tanaman kina kalisaya ini tumbuh liar dihutan basah dan hutan berlumut, di
pegunungan Andes, pada ketinggian 1050 m – 1500 m diatas permukaan laut, terutama
di Peru bagian selatan dan Bolivia. Tanaman herbal Kina ini tumbuh baik pada lereng
gunung dengan curah hujan diatas 2000 mm setahun dan tersebar merata sepanjang
tahun, dengan iklim yang lembab dan suhu antara 12 – 21 derajat celcius. Dari daerah
asalnya dipegunungan Andes tanaman ini menyebar ke Indonesia dan India. Di pulau
Jawa tanaman ini dibudidayakan didaerah pegunungan dengan ketinggian antara 800 –
1600 m diatas permukaan laut.

Kelor atau merunggai adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae. Tumbuhan ini
dikenal dengan nama lain seperti, limaran, moringa, ben-oil (dari minyak yang bisa
diekstrak dari bijinya), drumstick (dari bentuk rumah benihnya yang panjang dan
ramping), horseradish tree (dari bentuk akarnya yang mirip tanaman horseradish), dan
malunggay di Filipina.
4
Kelor adalah tanaman yang bisa tumbuh dengan cepat berumur panjang, berbunga
sepanjang tahun, dan tahan kondisi panas ekstrim. Tanaman ini berasal dari daerah
tropis dan subtropis di Asia Selatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah tanaman Cincau mengandung glikosida?
2. Apakah tanaman Biduri mengandung glikosida?
3. Apakah tanaman Kecipir mengandung glikosida?
4. Apakah tanaman Kina mengandung glikosida?
5. Apakah tanaman Kelor mengandung glikosida?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah tanaman Cincau mengandung glikosida
2. Untuk mengetahui apakah tanaman Biduri mengandung glikosida
3. Untuk mengetahui apakah tanaman Kecipir mengandung glikosida
4. Untuk mengetahui apakah tanaman Kina mengandung glikosida
5. Untuk mengetahui apakah tanaman Kelor mengandung glikosida

5
Bab 2
Pembahasan

2.1 Glikosida
Glikosida merupakan zat kompleks yang mengandung gula yang ditemukan pada beberapa
tumbuhan. Berbagai tumbuhan mengandung zat farmakologis aktif, seperti digitalis dari
kecubung ungu (digitalis). Glikosida dibentuk oleh eliminasi air antara hidroksil anomerik dari
monosakarida siklik dan gugus hidroksil dari senyawa lain. Glikosida tidak mengalami mutarotasi
tanpa adanya katalis asam, sehingga mereka tetap terkunci pada konfigurasinya. Gugus hidroksil
pada karbon anomerik dapat mengalami perubahan orientasi dari posisinya. Perubahan ini
disebut mutarotasi. Obligasi glikosidik sangat umum dalam jaringan tanaman dan hewan. Banyak
glikosida dikenal. Beberapa, seperti ouabain atau amygdalin sangat beracun. Lainnya, seperti
oligosakarida umum dan polisakarida yang ditemukan dalam sel-sel tubuh. Glikosida banyak
digunakan sebagai obat. Glikosida ditemukan pada kebanyakan jaringan tumbuhan dengan
jumlah yang sangat sedikit. Selain pada pada sel tumbuhan, glikosida juga terdapat pada sel
jamur, bakteri, dan hewan. Glikosida ini dibentuk dari reaksi biokimia yang membuat senyawa
yang lebih polar daripada air terlarut dalam molekul. Tanaman dengan kandungan glikosida tinggi
digunakan sebagai suatu obat dengan suatu efek terapi karena memiliki efek bioaktif. Glikosida
memiliki efek terapi pada dosis yang rendah dan memiliki dosis toksik dengan dosis tinggi
sehingga dapat disimpulkan bahwa glikosida ini memiliki indeks terapi yang sempit.

Sifat glikosia adalah, Mudah larut dalam air yang bersifat netral, Dalam keadaan
murni;berbentuk kristal tak berwarna, pahit, Larut dalam alkali encer, Mudah terurai dalam
keadaan lembab, dan lingkungan asam.

Glikosida yang berkhasiat obat dapat digolongkan menjadi: Karidioaktif(glikosida


jantung), antrakinon, saponin, sianofor, tiosianat, flavonol, alcohol, aldehid, lakton, fenol, dan
lainnya (Midian Sirait, 2007).

6
Cincau

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom Tracheobionta (Tumbuhan)

Super divisi Spermatophyta (Menghasilkan Biji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua)

Sub kelas Asteridae

Ordo Lamiales

Famili Lamiaceae

Genus Mesona

Spesies Mesona Palustris BL


Tanaman cincau hijau (Premna oblongifolia Merr) yang tidak merambat (perdu), daun
mengandung banyak klorofil, tanin, alkaloid, dan steroid glikosida. Tanaman ini merupakan bahan
dasar pembuatan cincau hijau jelly yang biasa digunakan sebagai bahan minuman. Selain diolah
jadi jelly cincau, tanaman cincau hijau juga dapat mengatasi gangguan pencernaan dan demam.
Cincau yang dihasilkan juga mengandung antioksidan tinggi.

Mesona adalah satu genus dari familia/suku (Lamiaceae).Contoh spesies dari genus ini
adalah Mesona procumbens Hemsley dan Mesona chinensis, yang juga dikenal sebagai xiancao (
仙草) dalam bahasa Mandarin, sian-chháu dalam bahasa Taiwan serta leung fan cao (涼粉草)
dalam bahasa Kanton. Tanaman ini memiliki khasiat peluruh atau diuretik dan digunakan dalam
masakan Taiwan sebagai minuman yang panas dan kental. Dapat juga disajikan di atas es
sebagai cincau (grass jelly).

Di Indonesia, daun dari Mesona palustris Bl. digunakan sebagai bahan cincau hitam. Satu
industri di Indonesia telah berhasil mengembangkan pengemasa cincau hitam dalam bentuk
bubuk siap pakai seperti pada agar-agar.
https://www.google.com/search?safe=strict&q=gambar+mikroskopis+tanaman+cincau&tbm=is
ch&source=univ&sa=X&ved=2ahUKEwjgxPPw4PfkAhXMV30KHT03DGkQ4216BAgJECM&biw=1366&bih=
657#imgrc=fcDB1Je7uy6RgM: cincau pengeringan dan mikroskopis

https://www.google.com/search?q=serbuk+daun+cincau&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&
sa=X&ved=0ahUKErbjx3-z64ffkAhWfILcAHb9EAfwQ_AUIESgB&biw=1366&bih=608#imgrc=KK-
dgi9EicMSqM: serbuk cincau
Kecipir

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom Viridiplantae

Super divisi Embryophita

Divisi Tracheophyta

Kelas Magnoliopsida

Super Ordo Rosanae

Ordo Fabales
Famili Fabaceae

Genus Psophocarpus

Spesies Psophocarpus tetragoolobus (L.) DC

Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C.) adalah tumbuhan


merambat anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Pucuk dan polong mudanya dimanfaatkan
sebagai sayuran. Di Sumatra dikenal sebagai kacang botol atau kacang belingbing (pantai barat
Sumatra, dan Mnk.), dan kacang embing (Palembang). Nama-nama lainnya adalah jaat (Sd.):
cipir, cicipir, kěcipir (Jw.); kělongkang (Bl.), serta biraro (Manado, Ternate), kacang botor, k.
botol, dan k. kumbotor (Ptk.). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Winged bean, Winged
pea, Four-angled bean (mengacu pada bentuk buahnya); namun juga dinamai Goa
bean dan Asparagus pea.
Tumbuhannya merambat, memanjat atau membelit, membentuk perdu, atau semak yang
menahun. Dalam budidaya biasanya diberi penyangga, tetapi jika dibiarkan akan menutupi
permukaan tanah. Batangnya silindris, beruas-ruas, jarang mengayu, hingga 4 m panjangnya.
Berakar banyak, dengan akar samping yang panjang, menjalar datar dekat permukaan tanah,
sebagian di antaranya menebal, membentuk umbi.

Daun-daun majemuk dengan tiga anak daun, duduk daun berselang-seling; daun penumpu
bentuk bundar telur-lanset, panjang lk. 1 cm, tidak rontok; tangkai daun 3–12 cm, rakis 1,5–
5,5 cm. Anak-anak daun berbentuk bundar telur hingga segitiga, 4–15 cm × 3.5–12 cm,
membundar atau terpangkas di pangkalnya, meruncing di ujungnya; pertulangan menyirip,
warna hijau. Bunga tipe kupu-kupu, dalam karangan berisi 2–10 kuntum yang tumbuh dari
ketiak daun, tangkai karangan bunga 5–15 cm, rakisnya 1–10 cm, agak berbulu. Bunga
berkelamin dua, bertangkai hingga 5 mm; kelopaknya dengan tabung sepanjang 4–6 mm,
bertaju tidak seragam, hingga 2 mm, hijau hingga merah-ungu gelap; mahkota biru, biru pucat,
krem, atau kemerahan, dengan bendera hampir bundar atau lonjong-lebar, hingga 4 cm ×
3.5 cm, sayap-sayap dan lunasnya sedikit lebih pendek; benang sari 10, dalam dua tukal (9 + 1);
bakal buah menumpang. Buah polong bentuk garis atau lonjong memanjang, berbentuk
segiempat dengan sudut bersayap yang beringgit, 6–40 cm × 2–3,5 cm, berwarna hijau sewaktu
muda dan menjadi hitam dan kering bila tua, berbiji 5–21 butir. Karena bentuknya yang
bersayap mirip atau bahkan menyerupai sedikit dengan belimbing, di Sumatra tumbuhan ini
dikenal dengan nama kacang bělingbing (Mink.). Bijinya bulat dengan diameter 5–10 mm,
berwarna kuning, cokelat hingga hitam, kadang-kadang putih, kadang-kadang berbintik.

Cinchona

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom Viridiplantae

Super divisi Embryophita

Divisi Tracheophyta

Kelas Magnoliopsida

Super Ordo Rosanae


Ordo Fabales

Famili Fabaceae

Genus Psophocarpus

Spesies Psophocarpus tetragoolobus (L.) DC

Cinchona adalah genus beranggotakan sekitar 25 spesies dari suku Rubiaceae yang berasal
dari Amerika Selatan tropika. Anggota genus ini berupa tanaman perdu besar
atau pohon kecil hijau abadi yang tumbuh hingga ketinggian 5—15 meter.
Kulit pohonnya merupakan sumber dari berbagai jenis alkaloid, yang paling dikenal
adalah kuinina, suatu senyawa antipiretik (penawar demam) yang terutama digunakan dalam
pengobatan malaria. Dari banyak penghasil kuinina, hanya C. officinalis dan C.
pubescens (syn. C. succirubra) yang dibudidayakan dalam perkebunan. C.
officinalis subsp. ledgeriana yang dipakai sebagai batang bawah. Kedua jenis ini dikenal dalam
perdagangan sebagai tumbuhan kina.
Kina merupakan pohon dengan genus Chinchona sp. yang berasal dari Pegunungan Andes. Kina
merupakan pohon dengan genus Chinchona sp. yang berasal dari Pegunungan Andes. Pohon ini
tumbuh pada ketinggian 1050 hingga 1500 meter diatas permukaan laut. Di Indonesia, pohon
ini dapat hidup di daerah dengan ketinggian 800 hingga 2000 mdpl, dengan ketinggian
optimum untuk budidaya sekitar 1400 hingga 1700 mdpl. Curah hujan yang ideal untuk
budidaya kina adalah 2000 hingga 3000 mm/tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik
pada temperatur 13.5 hingga 21 derajat Celcius, dengan kelembaban relatif harian minimum
dalam satu tahun sekitar 68% hingga 97%. Karakteristik tanah yang cocok untuk budidaya Kina
bersifat subur, gembur, tidak bercadas dan berbatu, banyak mengandung bahan organik, serta
memiliki derajat keasaman (pH) sekitar 4.6 hingga 6.5 dengan pH optimum sebesar 5.8
Kelor

kelor atau merunggai (Moringa oleifera) adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae.
Tumbuhan ini dikenal dengan nama lain seperti: limaran, moringa, ben-oil (dari minyak yang bisa
diekstrak dari bijinya), drumstick (dari bentuk rumah benihnya yang panjang dan
ramping), horseradish tree (dari bentuk akarnya yang mirip tanaman horseradish), dan malunggay di
Filipina.
Kelor adalah tanaman yang bisa tumbuh dengan cepat, berumur panjang, berbunga sepanjang
tahun, dan tahan kondisi panas ekstrim. Tanaman ini berasal dari
daerah tropis dan subtropis di Asia Selatan. Tanaman ini umum digunakan untuk menjadi pangan
dan obat di Indonesia. Biji kelor juga digunakan sebagai penjernih air skala kecil.
Tanaman Kelor memiliki ketinggian 7-11 meter, berbatang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih
kotor, kulit tipis, permukaan kasar; percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring,
cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun kelor memliki ciri berupa: majemuk, bertangkai
panjang, tersusun berseling, beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna
hijau muda. Buah berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20 - 60 cm; buah muda berwarna hijau -
setelah tua menjadi cokelat, bentuk biji bulat - berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah berumur
12 - 18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak.
Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah
maupun dataran tinggi sampai di ketinggian 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau
pagar di halaman rumah atau ladang.
Penelitian terhadap manfaat tanaman mulai dari daun, kulit batang, buah sampai bijinya, sejak awal
tahun 1980-an telah dimulai. Ada sebuah laporan hasil penelitian, kajian dan pengembangan terkait
dengan pemanfaatan tanaman kelor untuk penghijauan serta penahan penggurunan di Etiopia,
Somalia, dan Kenya oleh tim Jerman, di dalam berkala Institute for Scientific Cooperation, Tubingen,
1993. Laporan tersebut dikhususkan terhadap kawasan yang termasuk Etiopia, Somalia, dan
Sudan, karena sejak lama sudah menjadi tradisi penduduknya untuk menanam pohon kelor,
mengingat pohon tersebut dapat menjadi bagian di dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan
sayuran, bahan baku obat-obatan, juga untuk diperdagangkan. Di kawasan Arba Minch dan Konso,
pohon kelor justru digunakan sebagai tanaman untuk penahan longsor, konservasi tanah, dan
terasering. Sehingga pada musim hujan walau dalam jumlah yang paling minimal, jatuhan air hujan
akan dapat ditahan oleh sistem akar kelor, dan pada musim kemarau “tabungan” air sekitar akar
kelor akan menjadi sumber air bagi tanaman lain. Juga karena sistem akar kelor cukup rapat,
bencana longsor jarang terjadi.
Periset dari Anna Technology University, Tamilnadu, India, C Senthil Kumar, membuktikan bahwa
daun kelor memang berkhasiat sebagai hepatoprotektor alias pelindung hati. Menurut dokter
sekaligus herbalis di Yogyakarta, dr Sidi Aritjahja, kelor mengandung antioksidan yang sangat tinggi
dan sangat bagus untuk penyakit yang berhubungan dengan masalah pencernaan, misalnya luka
usus dan luka lambung. “Bagian apa pun yang dipakai aman asal memperhatikan caranya,” ujar
alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Minumlah rebusan daun kelor selagi air hangat. Sebab, efek
antioksidan masih kuat dalam keadaan hangat
BAB 3
Penutup

KESIMPULAN

Glikosida adalah senyawa asal gula dengan zat lain yang dapat terhidrolisis menjadi
penyusunnya. Terbentuknya busa pada hasil uji menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai
kemampuan membentuk Tumbuhan Obat Hasil Uji Sampel Tanaman Kunyit (rimpang) Curcumma
longa Linn buih dalam air. Glikosida berfungsi sebagai gugus polar dan gugus steroid dan
terpenoid sebagai gugus nonpolar. Dalam tanaman buah naga mengandung antosianin yang
memiliki sifat mudah larut dalam air dan merupakan suatu gugusan glikosida yang terbentuk dari
gugus aglikon dan glikon. Hasil penelitian terhadap kandungan kimia herba meniran
menunjukkan adanya kandungan kimia minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, arbutin, glikosida,
antrakuinon, senyawa golongan fenol, dan tannin. Saponin yang merupakan salah satu metabolit
sekunder belimbing wuluh adalah glikosida yang tersusun dari gula yang berikatan dengan
aglikon. Aglikon, (disebut juga sapogenin) memiliki struktur yang terdiri dari rantai triterpenoid
atau steroid dan bersifat non polar. Hasil uji fitokimia ekstrak biji pala menggunakan pelarut yang
berbeda-beda yaitu dengan ekstrak methanol biji minyak pala menunjukkan adanya alkaloid,
steroid dan glikosida.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Cincau

https://id.wikipedia.org/wiki/Biduri

https://id.wikipedia.org/wiki/Kecipir

http://baitulherbal.com/912/tanaman-herbal-indonesia-kina.php

https://id.wikipedia.org/wiki/Kelor

https://id.wikipedia.org/wiki/Glikosida

https://bibitbunga.com/product/tanaman-cincau-hijau/

Anda mungkin juga menyukai