Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

SMF: BEDAH DIGESTIF


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014
Prolapsus Rectal (ICD: C23.0)
1. Pengertian (Definisi) Suatu keadaan dimana dimana dinding rectum keluar pada
saluran anal. Penurunan tonus otot spinkter
2. Anamnesis Konstipasi, tenesmus, perdarahan, mucus discharge, anus
patulous, fekal inkontinentia, Inkomplit evaluasi
3. Pemeriksaan Fisik Regio anal
I. Protusi rectum, mucus discharge

4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis


2. Defecografi
3. Endoscopy
5. Diagnosis Prolapsus Rectal (ICD: C23.0)

6. Diagnosis Banding 1. Hemorrhoid


2. Prolaps polip
3. Anorectal anoplasia
7. Pemeriksaan 1. Anorectal physiology test
Penunjang
2. Defecografi
3. Endoskopi lower GI
8. Terapi 1. Operasi Perbaikan prolaps :
- Perabdominal (rectopexy atau resection)
- Trans anal
9. Edukasi Diet tinggi serat
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
5-10 % recurency
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004
Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014
Hemorrhoid (ICD: I84.9)
1. Pengertian (Definisi) Pelebaran vena di dalam pleksus hemorrhoidalis yang tidak
merupakan keadaan patologis
2. Anamnesis Nyeri, perdarahan, prolaps, pruritus ani, perasaan tidak
nyaman di anus, pengeluaran lendir
3. Pemeriksaan Fisik Digital examination
RT : HS: Darah lendir (+)
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Rectal toucher
4. Anuskopi
5. Proktoskopi

5. Diagnosis Hemorrhoid (ICD: I84.9)

6. Diagnosis Banding 1. Karsinoma kolorectum


2. Penyakit diverikel
3. Polip
4. Kolitis ulserative
7. Pemeriksaan 1. Anuscopy
Penunjang 2. Protoscopy
3. Colonoscopy
4. Laboratorium: Darah rutin
8. Terapi 1. Non invasive treatment: Nasehat + diet tinggi serat, obat-
obat vasotropik topikal
2. Ambulatory treatment: Sklero terapi Infra red coagulation,
bipolar diathermi, cryo therapy dan Rubber band ligation
3. Pembedahan: dilatasi atau hemorrhoidektomi
9. Edukasi 1. Diet tinggi serat
2. Hindari makanan yang membuat kotoran menjadi keras:
kopi, teh, keju, coklat, cola, beer, kacang
10. Prognosis Bonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Surgical treatment of haemorhoids((2nd ED).
Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.
Palembang, 20 Maret 2014
Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004
Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Colitis Ulseratif (ICD: K51.0)


1. Pengertian (Definisi) Penyakit inflamasi mukosa yang membentuk abses di kripta
liberkunn yang bergabung menjadi tukak. Kebanyakan
ditemukan di rectum
2. Anamnesis Diare bercampur darah, nanah atau lendir. Kejang perut/
tenesmi, anemia defesiensi besi, penurunan berat badan, demam.
3. Pemeriksaan Fisik Vital sign: T > 37,5 ‘C
N > 90 x/ mnt

4. Kriteria Diagnosis Mild Severe Fulminan


1. Diare (perhari) <4 >6 >10
2. BAB darah intermiten frequen continuous
3. Temperatur N >37,5 ‘C
4. Nadi N >90
5. Hb N <75% N Perlu tranfusi
6. LED <30mm/jam >30mm/jam
5. Diagnosis Colitis Ulseratif (ICD: K51.0)

6. Diagnosis Banding 1. Karsinoma kolon 5. Tuberkulosis


2. Divertikulitis 6. Amubiasis (dysentri)
3. Demam tifoid 7. Shigelosis
4. Morbus crohn 8. Crohn colitis
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium: Leukositosis, LED meningkat, hipoalbumin,
Penunjang
gangguan keseimbangan elektrolit
2. Colonoscopi
3. Colon in loop
4. CT Scan dengan kontras
8. Terapi 1. Terapi konservatif : Istirahat, diet yang tidak merangsang
Dilatasi colon  Rectal Tube

Corticosteroid: Hidrocortison (100-300 mg/ hr)


Metilprednison (20-80 mg/hr)
Antibiotik spektrum luas
Terapi Operatif diindikasikan pada:
- Perforasi colon
- Gagal terapi medikamentosa
- Jika ada kecurigaan carsinoma
9. Edukasi Penjelasan mengenai komplikasi:
- Perforasi colon (3%)
- Perdarahan massive
- Insiden meningkat 1% untuk menjadi Ca colon atau
rectum setelah 10 tahun
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Surgical treatment of haemorhoids((2nd ED).
Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Short bowel sindrom (ICD: K90.4)


1. Pengertian (Definisi) Suatu sindrom berkurangnya kemampuan absorbsi usus halus

2. Anamnesis Diare, malnutrisi progresif, craping abdominal pain, bloating,


heartburn, kelemahan dan fatique
3. Pemeriksaan Fisik Tergantung lama dan beratnya malabsorbsi
Kehilangan berat badan
4. Kriteria Diagnosis 1. Panjang dan ukuran intestine yang disekresi
2. Adanya ileocaecal valve
3. Terjadi setelah reseksi usus halus karena trauma, trombosis
mesenterium, Enteritis regional, Enteropati radiasi, obstruksi,
strangulasi usus halus atau keganasan malnutrisi, hipersekresi
gaster, diare
5. Diagnosis Short bowel sindrom (ICD: K90.4)

6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium ( darah lengkap, albumin, prealbumin, enzim
Penunjang
hepar, bilirubin, elektrolit serum, BUN, Kreatinin, kalsium,
magnesium, fosfat serum, faktor koagulasi
2. Radiologis (Rontgen Thorak, Foto polos abdomen, Upper GI
series small bowel follow-through, Ct Scan abdomen, USG
abdomen
8. Terapi 1. Diet tinggi kalori
2. Pemberian Vitamin dan mineral
3. Penatalaksanaan anemia
4. Immobilisasi usus dengan obat-obat yang memperlambat
intestinal transit
5. Tube feeding/ Gastrotomy tube untuk parenteral nutrisi
6.Surgical opsi untuk mengembalikan fungsi usus
9. Edukasi 1. Keadaan penyakit pasien
2. Rencana tindakan
3. penyulit yang mungkin timbul
4. Prognosis
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Surgical treatment of haemorhoids((2nd ED).
Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014
Fistula Ani (ICD: K60.3)
1. Pengertian (Definisi) Saluran antara anorectum dan perianal yang mengalami
granulasi
2. Anamnesis Nyeri daerah anal, perdarahan daerah perianal, pruritus ani
3. Pemeriksaan Fisik Regio Perianal
I : Terdapat eksternal opening
P : Didapatkan intra anal akibat abses kronis, fistula dapat diraba
karena adanya fibrosis dan indurasi disekeliling anus

RT: meraba arah indurasi

4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri daerah anal


2. Pengeluaran bahan purulen kronik dari lobang perianal
3. Fistel dapat dapat diraba pada colok dubur
4. Fistel mungkin dapat disonde
5. Diagnosis Fistula Ani (ICD: K60.3)

6. Diagnosis Banding 1. Pilonidal sinus


2. Periuretral fistula
3. Bartholinitis kronis yang terinfeksi
7. Pemeriksaan 1. Fistulografi
Penunjang 2. MRI
8. Terapi 1. Fistulotomi
2. Fistulektomi
9. Edukasi 1. Perawatan pasca operasi
2. Nutrisi yang baik
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Surgical treatment of haemorhoids((2nd ED).
Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014
Appendisitis Akut (ICD: K35)
1. Pengertian (Definisi) Suatu peadangan akut appndik yang ditandai oleh adanya
obstruksi parsial lumen atau tejadinya proses inflamasi aku dari
jaringan sekitar appendiks
2. Anamnesis Nyeri perut kanan bawah
Mual, muntah, nyeri epigatrium pindah dan menetap di abdomen
kanan bawah
Demam
Nafsu makan bekurang
3. Pemeriksaan Fisik  Nyeri tekan titik Mc. Burney
 Rebound of pain
 Demam sub febris
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis
2. Pemeriksaan fisik
3. Laboratorium
4. USG
5. Diagnosis Appendicitis Akut (ICD: K35)

6. Diagnosis Banding  Adenitis mesentrik


 Gastroentriti akut
 Divertikulitis meckel
 Intusepsi
 Ilues akut atau enteritis reginal
 Ilkus peptik perforasi
 PID,KET, Kista, ovarium torsi
 Torsio testis, epidedimis
7. Pemeriksaan Pemeriksaan darah. ( HB, leukosit, trombosit, hematokrit, diff
Penunjang count
USG
8. Terapi  Appendiktomi
9. Edukasi 1. diet
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
Palembang, 20 Maret 2014
Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004
Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

CHOLELITHIASIS (ICD. K80).


1. Pengertian (Definisi) Merupakan penyakit yang sering ditemukan pada sistem
pencernaan
Pravelensi batu empedu dari otopsi 11-36%
Patognesisi pasti batu empedu belum diketahui tetapi
faktor resikonya antara lain obesitas, kehamilan, fakto diet,
penyakit crohn
2. Anamnesis Nyeri dan rasa tidak nyaman di epigastrium atau perut
kanan atas yang menjalar ke punggung dan bahu kanan
3. Pemeriksaan Fisik Nyeri tekan di perut kanan atas
Kadang Murphy sign (+)
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis
2. Laboratorium
3. USG

5. Diagnosis CHOLELITHIASIS (ICD. K80)

6. Diagnosis Banding Gastritis


Tukakpeptik
Pankreatitis
Kolangio karsinoma
Karsinoma pankreas
7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium ( bilirubin, kolesterol, alkali fosfatase)
USG
CT scan (bila perlu)
ERCP (bila perlu)
8. Terapi 1. Open cholecystectomy
2. Cholecystectomi pelaparoskopi
9. Edukasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Tokyo Guide

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Koledokolithiasis (K82.8)
1. Pengertian (Definisi) Merupakan batu pada duktus koledokus

2. Anamnesis Badan kuning, sklera ikterik, BAB feses warna dempul, BAK
warna teh pekat, nyeri perut kanan atas
3. Pemeriksaan Fisik Nyeri dan atau teraba massa di RUQ
demam

RT : Feses warna dempul

4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis


2.Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium, USG, MRCP)

5. Diagnosis Koledokolithiasis (K82.8)

6. Diagnosis Banding Pankreastitis akut


Kolesistitis akut
Sirosis alkholik
Kolangitis
Kolestasis akibat obat, kehamilan, hepatitis kronik aktif, sirosis
bilier primer
7. Pemeriksaan Laboratorium,
Penunjang USG,
MRCP
8. Terapi Antibiotik sistemik
Bedah (open atau laparoskopi)
9. Edukasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Tokyo guidelines

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004
Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Kolesistitis kronis (ICD K81.1)


1. Pengertian (Definisi) Merupakan penyakit kandung empedu paling sering ditemui dan
hampir selalu berkaitan dengan batu empedu

2. Anamnesis Nyei perut didareah ulu hati, terutama setelah makan


Mual, muntah, kembung

3. Pemeriksaan Fisik Murphy sign (+)


4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. USG

5. Diagnosis Kolesistitis Kronik (ICD K81.1)

6. Diagnosis Banding 1. tukak duodenum/peptik


2. hernia hiatus
3.pankreatitis
4.infark miokard
5.nyeri radikuler
6. tumor lambung
7. Pemeriksaan  USG
Penunjang  Cholecystography oral bila USG meragukan
 ERCP
8. Terapi  Cholesistektomi (open atau laparoskopi)
9. Edukasi 1. Diet rendah lemak

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Tokya Guideline for the management cholangitis and
cholecystitis

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014
Fistula Enterokutan (K63.2)
1. Pengertian (Definisi) Fistula : Hubungan yang tidak normal antara dua permukaan
epitel.
Fistula enterokutan : Fistula yang menghubungkan rongga organ
viscus dengan kulit
2. Anamnesis Demam, nyeri perut, adanya tanda infeksi luka, keluar feses dari
dinding abdomen.
Adanya riwayat operasi sebelumnya (appendicitis, divertikulitis,
anastomosis)
3. Pemeriksaan Fisik Regio Abdomen
I : Keluar bowel konten dari dinding abdomen

Drainase berisi bowel konten


4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis
2. Laboratorium : Gangguan elektrolit, hipoalbumin,
leukositosis
3. Radiologis : Fistulografi
4. Berdasarkan out put : Low < 200 cc/24 jam, Moderate : 200 –
500 cc/24 jam, High > 500 cc/24 jam
5. Diagnosis Fistula Enterokutan (ICD:K63.2) )

6. Diagnosis Banding 1. Leak anastomosis


2. Perforasi organ viscus
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium
Penunjang 2. Radiologis : Fistulografi
8. Terapi 1. Stabilisasi : Terapi cairan, antibiotik, skin care protection
2. Konservatif : Evaluasi penutupan fistula spontan
3. Operatif (Gagal konservatif setelah 4-6 minggu)
9. Edukasi Diet tinggi kalori dan protein
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Peritonitis Primer (K65)


1. Pengertian (Definisi) Infeksi peritoneum yang terjadi secara spontan, tidak
disebabkan oleh adanya perforasi organ gastrointestinal.
Penyebab utamanya adanya penyebaran atau invasi bakteri
secara hematogen ke rongga peritoneum
2. Anamnesis Demam, nyeri perut menyeluruh, malnutrisi, perut kembung
3. Pemeriksaan Fisik Abdomen : datar/cembung. Defans muskuler
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis (demam, defans muskuler)
2. Laboratorium : Leukositosis
3. Hitung jenis leukosit dari cairan ascites > 500/mikroliter,
PMN > 250 cell/mm3

5. Diagnosis Peritonitis Primer (ICD: K65)

6. Diagnosis Banding 1. Perforasi organ viscus


7. Pemeriksaan 1. Laboratorium : Jumlah leukosit
Penunjang
2. Kultur Bakteri dari ascites
8. Terapi 1. Antibiotik
2. Pembedahan: Laparotomi
9. Edukasi 1. Diet tinggi kalori dan protein
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.
Palembang, 20 Maret 2014
Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Adenokarsinoma Kolorektal (D37.4)


1. Pengertian (Definisi) Keganasan pada kolon dan rektum

2. Anamnesis Perubahan pola defekasi, perdarahan peranal, BAB darah. Nyeri


perut, kembung, penurunan berat badan
3. Pemeriksaan Fisik Massa pada abdomen
Tanda obstruksi
RT: Teraba massa pada tumor
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis
2. Pemeriksaan penunjang

5. Diagnosis Adenokarsinoma Kolorektal (D37.4)

6. Diagnosis Banding 1. Batu empedu 5. Hemorrhoid


2. Peptik ulcer 6. Colitis Ulceratif
3. Appendicitis 7. Crohn Colitis
4. Diverticular disease
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium : CEA
Penunjang 2. Colonoscopy + Biopsi (PA)
3. Colon in Loop
4. CT Scan
8. Terapi A. Operatif procedure
B. Kemoterapi
C. Radioterapi
D. Paliatif Prosedur

9. Edukasi 1. Diet tinggi kalori dan protein


10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

BENDA ASING DI TRAKTUS GASTROINTESTINAL (GI) (ICD: T18.1)

1. Pengertian (Definisi) Adanya benda asing didalam traktus gastrointestinal baik oleh
karena di sengaja ataupun tidak.

2. Anamnesis Tertelan benda asing baik sengaja atau tidak sengaja


Rasa tidak nyaman di bagian saluran pencernaan
Nyeri abdomen, mual, muntah, demam
3. Pemeriksaan Fisik Asimtomatik
Sensasi benda asing
Rasa tidak nyaman
Hipersalvasi
Disfagia
Gangguan jalan napas
Mual muntah
Nyeri abdomen
demam

4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis

2. Radiologi

5. Diagnosis BENDA ASING DI TRAKTUS GASTROINTESTINAL (GI)


(ICD: T18.1)

6. Diagnosis Banding Benda asing di Traktus Gastrointestinal


7. Pemeriksaan Laboratorium darah lengkap
Penunjang
Laringoskopi indirektanasofaringoskopi

Foto thorak

BNO

Endoskopi

Ct scan

Barium follw trough

8. Terapi - Pengangkatan secara endoskopi

- Observasi

- Pengangkatan dengan kateter foley

- Relaksasi sfingter menggunkan medikamentosa


(glukagon)

- Bougienage

9. Edukasi 1. Observasi isi feses tiap BAB


2.
3.
4.
5.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Hernia Insisional (K43.9)


1. Pengertian (Definisi) Penonjolan peritoneum melalui bekas operasi yang baru
maupun lama. Biasanya setelah operasi laparatomi
2. Anamnesis Adanya riwayat operasi sebelumnya disertai benjolan
didaerah luka operasi
3. Pemeriksaan Fisik Tampak benjolan pada daerah/ luka operasi sebelumnya
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis : Benjolan pada Scar operasi
Infeksi luka operasi
2. Laboratorium : Leukositosis bila dalam keadaan
strangulata

5. Diagnosis Hernia Insisional (K43.9)

6. Diagnosis Banding 1. Hernia umbilikalis


7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium
2. USG
8. Terapi Repair hernia secara:
- Penutupan primer (defek kecil)
- Menggunakan Mesh
- Perlaparascopy
9. Edukasi 1. Hindari mengedan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.
Palembang, 20 Maret 2014
Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP19581004198503100

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Kanker Pankreas ( C25.9 )


1. Pengertian (Definisi) Tumor ganas pankreas yang berasal dari kelanjar eksokrin
pankreas
2. Anamnesis Penurunan berat badan, nyeri dalam bersifat tumpul, ngilu mid
epigastrium dan punggung yang berkurang jika duduk,
anoreksia, badan kuning, pruritus, BAK warna teh tua
3. Pemeriksaan Fisik Sklera Ikterik
Regio Abdomen
Hepar teraba, cuovoirser sign (+),
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis
2. Laboratorium : Faal hati, amilase, lipase dan gula darah
meningkat. Ca 19.9 meningkat
3. Radiologis : USG, CT Scan Abdomen, Cholangiografi
4. Biopsi
5. Laparoskopi
5. Diagnosis Tumor Ganas Pankreas ( C25.9 )

6. Diagnosis Banding 1. Neoplasma peri ampulari


2. Tumor distal CBD
3. Tumor ampula vater
4. Tumor duodenum
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium
Penunjang 2. Radiologis
8. Terapi 1. Resektable : Pankreatikoduodenektomi
2. Non resektable : Cholesistojejunostomi,
choledokojejonustomi, gastrojejunostomi
9. Edukasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.
Schwartz ; Principle of Surgery

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Burst Abdomen (T21)


1. Pengertian (Definisi) Suatu keadaan terpisahnya sebagian atau seluruh dari
penutupan luka abdomen ditandai dengan penonjolan atau
pengeluaran isi abdomen setelah operasi
2. Anamnesis Dapat terjadi tanpa peringatan 7-8 hari
Peregangan atau terlepasnya jahitan
Adanya ripping sensation
Adanya cairan sero-sanguineous dari luka
3. Pemeriksaan Fisik Regio Abdomen
I : Tampak luka operasi terbuka

4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis


5. Diagnosis Burst Abdomen (T21)

6. Diagnosis Banding -
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium darah rutin dan kimia klinik
2. Kultur cairan burst dan test resisitensi
8. Terapi 1. Packing + plester
2. Packing jahit sekunder

3. Repair burst

9. Edukasi Perawatan luka operasi


Diet Tinggi kalori Tinggi Protein
Personal Hygiene
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.
Schwartz ; Principle of Surgery

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Fistula Ani
1. Pengertian (Definisi) Suatu keadaan yang terjadi pada daerah anus

2. Anamnesis Benjolan di daerah anus, Keluar darah dari anus, feses yang
keras dan nyeri saat defekasi, pruritus ani.
3. Pemeriksaan Fisik Colok dubur teraba benjolan di daerah anal

4. Kriteria Diagnosis 1. Benjolan daerah anus


2. Nyeri
3. Keluar darah dari anus
4. Pruritus
5. Diagnosis Fistula ani

6. Diagnosis Banding 1. Hemoroid eksterna


2. Hemoroid interna yang prolaps
3. Prolaps rectum
4. Ca rectum yang meluas ke anal
7. Pemeriksaan 1. Anoskopi
Penunjang 2. Proktoskopi
3. USG pararectal
8. Terapi 1. Eksisi local untuk tumor ukuran kecil
2. Eksisi luas bila tumor telah invasive tanpa perluasan ke
daerah lokaregional
3. Bila tumor bersifat residif berikan radiasi
9. Edukasi Hegienis
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
5-10 % recurency
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Hirschprung
1. Pengertian (Definisi) Obstruksi colon yang disebabkan oleh aganglion colon distal

2. Anamnesis Riw keluarga dengan penyakit hirschprung


Mekonium tidak keluar 24-48 jam setelah lahir pada bayi
Konstipasi kronik pada anak-anak
Pertumbuhan terhambat
Distensi abdomen, muntah hijau
3. Pemeriksaan Fisik Regio Abdomen pada inspeksi abdomen buncit seluruhnya
Colok dubur ujung jari terjepit lumen rectum yang sempit
4. Kriteria Diagnosis 1. Gangguan defekasi yang dapat timbul 24 jam pertama
setelah lahir
2. Perut buncit
3. Muntah hijau
4. Enema barium didapatkan daerah transisi dari lumen senpit
ke daerah yang melebar
5. Diagnosis Hirschprung

6. Diagnosis Banding 1. Konstipasi


2. Ileus
3. Irritable Bowel Syndrom
4. Intestinal Peseudoobstruksi
5. Akut mega kolon
6. Kronik mega kolon
7. Toksik mega kolon
7. Pemeriksaan 1. BNO
Penunjang
2. Barium Enema
8. Terapi 1. Konservatif (dekompresi nasogastrik, rehidrasi )
2. Operatif (double step )
- Kolostomi dilanjutkan
- Swenson prosedore, Duhamel procedure, anorectal
mymectomi
9. Edukasi 1. Memberi pengertiakiy tersebutan tentang peny
2. Rencana tindakan yang akan dilakukan
3. Penyakit lain yang mungkin timbul.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Pelayannan medic spesialis bedah RSMH

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014
HERNIA UMBILIKALIS (K.42)
1. Pengertian (Definisi) Terjadinya kantung hernia karena masuknya omentum, usus
besar atau keupi umbilikaliscil melalui cincin umbilikalis karena
jaringan sikatrik yang menut
2. Anamnesis a. Keluhan utama dan pemeriksaan kilinis
 Timbulnya penonjolan pada daerah umbilikalis
 Timbulnya nyeri tajam bila batuk atau mengedan
 Pada hernia umbilikalis yg besar tersa nyeri yang terus
menerus
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
Ditemukan penonjolan pada daerah umbilikalis
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis
5. Diagnosis Hernia umbilikalis (ICD K.42)

6. Diagnosis Banding Tumor di daerah umbilical


7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi - Mutlak memberkan pengertian pada pasien dan keluarga
tentang penyakit tersebut
Recana tindakan selanjutnya
Penyulit yang kemungkinan akan timbul sera prognosis
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Surgical treatment of haemorhoids((2nd ED).
Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.
Palembang, 20 Maret 2014
Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Hernia inguinalis (ICD K40.0)


1. Pengertian (Definisi) Suatu penonjolan dari isi rongga abdomen melalui kanalis
inguinal
2. Anamnesis Benjolan dilipat paha yang timbul bila melakukan kegiatan
yang menaikan tekanan intra abdominal.
Benjolan hilang bila berbaring
Bila sudah ireponibel, benjolan tidak hilang kembali.
Bila telah terjadi hernia inkarserata keluhannya nyeri
hebat, mual muntah , tidak dapat defekasi.

3. Pemeriksaan Fisik - Dilakukan pada keadaan berdiri dan berbaring


- Dengan melakukan valsava test
- Pada inspeksi : pasien pada saat berdiri hernia direk akan
terlihat simetris dgn tonjolan yg sikuler di cincin externa,
tonjolan akan menghilang saat pasien berbaring, pada
hernia inguinalis lateral tonjolan susah menghilang sat
berbaring
- Pada paloasi : Penekan melalui cincin interna ketika
pasien mengedan dapat membedakan hernia direk dan
hernia inguinalis lateralis
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis : Benjolan pada lipat paha

5. Diagnosis Hernia inguinalis (ICD K40.0)

6. Diagnosis Banding 1. Hernia Ektopia testis


2. Aneurisma Femoral
3. Kista
4. Seroma femoralis
5. Lipoma, lyphadenoparti
6. Abses hepatoma, hydrokel, Varikokel, Massa testicular
7. Torsio testis, epididimitis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : Pemeriksaan darah didapat lekositosis
pada keadaan strangulata

8. Terapi Operatif
9. Edukasi

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
5-10 % recurency
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.

Palembang, 20 Maret 2014


Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF: BEDAH DIGESTIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012-2014

Hernia Femoralis (ICD K41.0)


1. Pengertian (Definisi) Suatu penonjolan abdominal dari kanalis femoralis di bawah
ligamentum inguinalis
2. Anamnesis Benjolan dilipat paha yang timbul bila melakukan kegiatan yang
menaikan tekanan intra abdominal.
Benjolan hilang bila berbaring
Bila sudah ireponibel, benjolan tidak hilang kembali.
Bila telah terjadi hernia strangulata keluhannya nyeri hebat,
mual muntah , tidak dapat defekasi.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Klinis : Benjolan pada inguinal
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis : Benjolan pada inguinal
2. Lab. Lekositosis pada keaqdaan strangulate
5. Diagnosis Hernia inguinalis (ICD K40.0)

6. Diagnosis Banding 1. Hernia Inguinalis lateralis


2. Hernia Inguinalis Medial
3. Limfadenitis inguinal
4. Lipoma

7. Pemeriksaan 1. Laboratorium : Pemeriksaan darah didapat lekositosis pada


Penunjang
keadaan strangulate
8. Terapi Operatif
9. Edukasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Adosis sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
5-10 % recurency
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan Current diagnosis and treatment surgery 13rd ED.
Palembang, 20 Maret 2014
Kepala Departemen Bedah Ketua Divisi Bedah Digestif

dr. Sarup Singh, SpB(K)BD dr. Sarup Singh, SpB(K)BD


NIP195810041985031004 NIP195810041985031004

Mengetahui
Ketua Komite Medik

Dr. dr. Zulkhair Ali, SpPD-KGH FINASIM


Nip. 196104211987101002

Anda mungkin juga menyukai