Gangguan-Konversi PDF
Gangguan-Konversi PDF
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami Gangguan Konversi dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Jiwa, RSJ
Provinsi Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan.
1.3. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar mengetahui dan memahami Gangguan Konversi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gangguan konversi adalah suatu ditandai oleh hilangnya atau
ketidakmampuan dalam fungsi motoric yang volunteer atau fungsi sensoris , namun
tidak ada penyebab organis yang jelas. DSM-IV mendefiniskan gangguan konversi
sebagai suatu gangguan yang ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis
(sebagai contoh, paralisis, kebutuan, dan parestesia) yang tidak dapat dijelaskan oleh
gangguan neurologis atau medis yang diketahui. Di samping itu, diagnosis
mengharuskan bahwa faktor psikologis berhubungan dengan awal atau eksaserbasi
gejala.1,2,3
2.2. Epidemiologi
Data insidens gangguan konversi sangat bervariasi, antara 11/ 100,000 sampai
500/ 100,000 populasi umum.1 Factor budaya mungkin memainkan peran yang sangat
penting dalam kejadian gangguan konversi. Kejadian gangguan konversi terdapat
lebih sering pada wanita daripada pada laki-laki, dengan ration wanita terhadap laki-
laki adalah sekurnagnya 2:1 dan sebanyaknya 10:1.1 laki-laki dengan gangguan
konversi sering kali terlibat dalam kecelakaan perkerjaan atau militer.1, 2 Gangguan
konversi dapat muncul pada umur berapapun, dari masa anak-anak sampai lanjut usia,
tetapi pada umumnya mulai dari masa anak-anak akhir sampai awal dewasa, jarang
terjadi pada usia sebelum 10 tahun atau setelah usia 35 tahun.1 Data menyatakan
bahwa gangguan konversi lebih sering terjadi di populasi pedesaan, orang dengan
sosial ekonomi rendah, orang dengan pendidikan rendah, mereka dengan nilai
inteligensia yang rendah dan anggota militer yang mengalami situasi peperangan.
Gangguan konversi sering disertai dengan diagnosis komorbid gangguan depresif
berat, gangguan kecermasan, dan skizofrenia.1,2
3
2.3. Etiologi
Faktor psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik, gangguan konversi adalah disebabkan oleh
represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan ke dalam suatu gejala
fisik. Konflik adalah antara impuls instinctual (sebagai contoh, agresif atau seksual)
dan penghalangan terhadap ekspesinya. Gejala memungkinkan ekspresi sebagian
keinginan atau dorongan yang dilarang tetapi tersembunyi, sehingga pasien tidak
perlu secara sadar berhadapan denganimpuls mereka yang tidak dapat diterima; yaitu,
gejala gangguan konversi memiliki hubungan simbolik dengan konflik bawah sadar.
Gejala gangguan konversi juga memungkinkan pasien mengomunikasikan bahwa
mereka membutuhkan perhatian khusus dan pengobatan khusus. Gejala tersebut dapat
berfungsi sebagai cara nonverbal untuk mengendalikan atau memanipulasi orang
lain.2,4
Faktor biologis
Semakin banyak data yang melibatkan faktor biologis dan neuropsikologis
dalam perkembangan gejala gangguan konversi. Penelitian pencitraan otak awal telah
menemukan hipometabolisme di hemisfer dominan dan hipermetabolisme di hemisfer
nondominan dan telah melibatkan gangguan komuniksasi hemisferik di dalam
penyebab gangguan konversi. Gejala mungkin disebabkan oleh kesadaran kortikal
tang berlebihan yang mematikan loop umpan balik negative antara korteks serebral
dan formasi retikularis batang otak. Peningkatkan tingkat keluaran kortikofugal,
sebaliknya, menghambat kesadaran pasien akan sensasi tubuh, di mana beberapa
pasien gangguan konversi, uji neuropsikologis menemukan gangguan cerebral yang
samar-samar dalam komunikasi verbal, daya ingat, kewaspasaan, ketidaksesuaian
afek, dan perhatian.2
Sosiokultural
Formulasi sosiokultural dari gangguan konversi mengamati bahwa dalam
beberapa budaya ekspresi langsung dari emosi yang intens dilarang. Seperti
disebutkan di atas, hal ini dapat mempengaruhi orang untuk menunjukkan gejala
4
konversi sebagai bentuk yang lebih dapat diterima komunikasi. Gangguan konversi
dengan demikian akan mewakili komunikasi non-verbal dari ide dilarang atau
perasaan. Larangan tersebut dapat diperkuat oleh peran gender, keyakinan agama dan
pengaruh sosial budaya. Ekspresi emosi yang intens dalam ritual budaya
didefinisikan dapat menjadi bagian dari proses penyembuhan.4
Gejala Sensorik. Pada gangguan konversi, anesthesia dan parestesia adalah sering
ditemukan, khususnya pada anggota gerak. Distribusi gangguan sensorik biasanya
tidak konsisten dengan yang ditemukan pada penyakit neurologis sentral atau perifer.
Kehilangan sensorik atau distorsi sering tidak sesuai ketika diperiksa lebih dari satu
kali dan berrtentangan dengan saraf perifer dan distribusi asal. Anesthesia yang
dikarakteristik dengan stocking- and glove atau hemianestesia pada tubuh yang tepat
dimulai di garis tengah. Gejala sensorik gangguan konversi sering melibatkan pada
organ indera, yang menyebabkan kebutaan, ketulian dan sebagainya. Gejala tersebut
boleh unilateral atau bilateral. Pada pemeriksaan neurologis biasanya menemukan
hasil yang utuh. 2,5,6,7
5
gangguan konversi adalh astasia-abasia, yaitu gaya berjalan yang sangat ataksik dan
sempoyongan yang disertai oleh gerakan batang tubuh uang menyentak, irregular,
kasar dan gerakan lengan yang menggelepar dan bergelombang. Pasien dengan
gangguan tersebut biasanya dapat berjalan dengan normal jika mereka berfikir
mereka tidak sedang diamati. Terkadang bila sedang diamati, pasien secara aktif
berusaha untuk jatuh. Hal ini bertentangan dengan pasien dengan penyakit organic
yang akan berusaha untuk melindungi diri sendiri. Kelemahan biasanya melibatkan
seluruh gerakan daripada kelompok otot tertentu. Kelemahan otot pada ekstremitas
bawah lebih sering jika dibandingkan pada ekstremitas atas atau di wajar.6,7
Gejala kejang. Kejang semu (pseudoseizure) adalah gejala lain pada gangguan
konversi.2 selama serangan, ditandai keterlibatan otot-otot truncal dengan
opistotonuus dan kepala atau badan berputar kea rah lateral. Semua ekstremitas
mungkin menunjukkan gerakan meronta-ronta, yang mungkin akan meningkatkan
intensitas jika engekangan diterapkan. Sianosis jarang terjadi kecuali pasien dengan
sengaja menahan nafas mereka. Menggigit lidah atau inkontenensia jarang terjadi
kecuali pasien memiliki beberapa tingkat pengetahuan medis tantang penyakit. Gejala
ini berbeda dengan kejang yang sebenarnya, pseudoseizures terutama terjadi di
hadapan orang lain dan bukan ketika pasien sendirian atau tidur.2,6
2.5. Diagnosis
Mendiagnosis gangguan mungkin adalah agak sulit. Kemungkinan penyebab
organic harus disingkirkan lebih dahulu dan hal ini dapat berakibat pemeriksaan yang
lebih ekstensif. Hal-hal ini perlu di pertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-
buatnya gejala tersebut.1,2,3
6
dibuat dengan sengaja untuk mendapatkan perawatan medis, sedangkan pada
berpura-pura untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Satu atau lebih gejala yang mempengaruhi motorik atau fungsi sensorik
Kemiripan dengan penyakit neurologis atau medis
Keterlibatan faktor psikologis
Gejala-gejala yang tidak disengaja atau dibuat-buat
7
F Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak
terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat
diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
Dengan gejala atau defisit motoric
Dengan gejala atau defisit sensorik
Dengan kejang atau konvulsi
Dengan gambaran campuran
Tabel 2. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Konversi dari DSM-IV. 1,2
Gangguan psikotik
Gangguan mood
Gangguan buatan atau berpura-pura
Gangguan somatisasi
8
2.7. Penatalaksanaan
Setiap pendekatan terhadap pasien dengan konversi gangguan adalah penting
mendirikan sebuah terapi aliansi dan untuk memungkinkan pemulihan dengan
martabat dan tanpa kehilangan mukanya. Adalah penting bahwa keperawatan dan staf
medis menghindari pelabelan-orang sebagai manipulatif, tergantung atau melebih-
lebihkan mereka kesulitan.4,6,7
2.8. Prognosis
Hasil beberapa studi prognosis adalah bervariasi, dengan tingkat pemulihan
anatra 15-74%. Sebahagian besar pasien, kemungkinan 90-100%, dengan gangguan
konversi mengalami pemulihan gejala pertanmanya dalam beberapa hariu atau
9
kurang dari satu bulan. Dalam suatu 15 tahun studi yang tentang tindak laju, sekitar
25% pasien mengalami rekuren dengan gejala konversi yang sama atau berbeda.
Faktor yang terkait prognosis yang baik adalah jenis kelamin pria, onset yang tiba-
tiba, stressor yang mudah dikenali, penyesuaian premorbid yang baik, dan tidak
adanya gangguan organik atau kejiwaan, tidak ada tuntutan yang terus menerus dan
intelijen yang tinggi.2,6,7
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12