Seiring adannya kemajunaan teknologi, media televisi mengalami perkembangan yang
sangat pesat dan semakin menarik untuk dinikmati, baik dari desain media maupun konten media itu sendiri. Televisi merupakan salah satu media yang paling mudah diakses dan hampir setiap keluarga memiliki pesawat televisi, bahkan dengan perkembangan teknologi saat ini kita dapat menerima siaran televisi melalui telepon seluler (Handphone). Sayang, secara kualitas tayangan yang ditampilkan di televisi saat ini dapat dikatakan sangat minim. Menurut tim TIFA disebabkan beberapa hal: 1. Industri televisi padat teknologi yang tentunya membutuhkan peralatan yang canggih dan itu membutuhkan biaya yang sangat mahal. 2. Sebagian industri program acara di televisi sengaja dibuat untuk meraih keuntungan. 3. Semua tayangan televisi sengaja diciptakan dengan kreatifitas dan aturan pengelola televisi, melalui pemilihan, pengulangan, penonjolan audio visual (suara dan gambar). 4. Industri televisi bisa terus berlangsung karena didukung pendapatan dari iklan. Salah satu ukuran dari perusahaan iklan untuk menempatkan iklannya di program siaran televisi adalah rating pemirsa, yaitu siaran yang paling banyak ditonton pemirsa (yang datanya didapat berdasarkan sampel survei). Maka, industri televisi bersaing agar siaran- siarannya memperoleh rating tinggi, untuk mendapatkan masukkan iklan yang banyak. Risikonya, yang menjadi prioritas adalah program siaran yang diperkirakan menarik untuk ditonton. Tujuannya untuk mendongkrak rating, bukan siaran bermutu yang bermanfaat bagi public 5. Bisnis televisi adalah bisnis waktu. Di dalam bisnis waktu ini, faktor kecepatan diutamakan. Konsekuensinya, acara-acara yang diproduksi seperti sinetron, variety show seringkali sifatnya kejar tayang dan mengabaikan ketepatan informasi serta dampak yang ditimbulkannya. Saat ini, betapa banyak tayangan televisi terutama sinetron maupun iklan yang tidak mendidik bagi anak-anak. Hal tersebut berdampak pada prilaku atau karakter anak. Adapun dampak yang ditimbulkan dari tayangan televisi terhadap karakter anak, antara lain: 1. Meniru adegan yang ditonton seperti melakukan kekerasan, memaki, berkata kasar/menghina 2. Meniru gaya hidup mewah (hedonis) 3. Konsumtif karena mudah terpengaruh “rayuan” iklan. 4. Tidak empati atau tidak peka saat melihat kekerasan dan kejahatan, karena sudah terbiasa menonton kekerasan 5. Anak-anak dan remaja cenderung lebih cepat dewasa seperti mengenal seks dan perselingkuhan 6. Menghabiskan waktu untuk menonton televisi 7. Anak didik menjadi pasif, tidak kreatif dan kurang bersosialisasi dengan teman sebaya 8. Gangguan penglihatan akibat warna televisi 9. Tidak kritis dan kecanduan karena penasaran melihat lanjutan sinetron yang ditonton 10. Semangat belajar menurun dan menunda-nunda pekerjaan karena menunggu tayangan selesai 11. Merenggangkan hubungan keluarga karena rebutan remot TV, dan sebagainya. Melihat banyaknya dampak yang ditimbulkan dari tayangan televisi, maka penting bagi para orang tua untuk melakukan perhatian pada anak. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua antara lain: 1) Mendampingi anak saat menonton televisi. Anak terutama usia TK dan SD, pada dasarnya belum mampu menyaring informasi yang mereka peroleh baik dari penglihatan ataupun dari pendengaran. Jika tidak ada pendampingan, dikhawatirkan informasi negatif yang didapatkan dari televisi akan dicerna tanpa ada penyaringan, baik prilaku maupun bahasa 2) Selektif memilih tayangan televisi yang mendidik, hal ini dikarenakan tidak semua tayangan televisi baik untuk ditonton oleh anak-anak, baik kartun maupun sinetron ataupun yang lainnya 3) Membuat aturan menonton televisi seperti membuat jadwal, menentukan tayangan yang boleh ditonton dan yang tidak boleh ditonton, dan tentunya aturan yang dibuat harus konsisten 4) Mengalihkan perhatian anak dari menonton televisi dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat, seperti; mendongeng, membaca buku, bersepeda, jalan-jalan ke pameran buku, mengajak anak memasak dll. Ungkapkan di atas hanyalah salah satu usaha dalam mengatasi dampak negatif televisi. Dukungan dari semua pihak juga diperlukan, baik orangtua, lembaga pendidikan, pemerintah, masyarakat dan pertelevisian itu sendiri. Kaidah Kebahasaan 1. Huruf kapital sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya: Seiring adannya kemajuan teknologi. 2. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya: bahkan dengan perkembangan teknologi … melalui telepon seluler (Handphone). 3. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Misalnya: Televisi dan Dampak Terhadap Karakter Anak. 4. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: Menurut tim TIFA disebabkan beberapa hal 5. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: Anak terutama usia TK dan SD 6. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Bisnis televisi adalah bisnis waktu 7. Prefiks atau awalan adalah imbuhan yang diikatkan di depan bentuk dasar. Misalnya: Menghabiskan waktu untuk menonton televisi 8. Infiks atau sisipan adalah imbuhan yang diikatkan di tengah bentuk dasar. Misalnya: Semangat belajar menurun 9. Sufiks atau akhiran adalah imbuhan yang diikatkan di belakang bentuk dasar. Misalnya: Merenggangkan hubungan keluarga karena rebutan remot TV, dan sebagainya 10. Konfiks adalah imbuhan yang dilekatkan di depan-belakang bentuk dasar secara bersamaan. Misalnya: Industri televisi bisa terus berlangsung karena didukung pendapatan dari iklan 11. Partikel -lah, -kah dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Ungkapkan di atas hanyalah 12. Kata depan ke, di dan dari. Misalnya: Di dalam bisnis waktu 13. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya. misalnya: variety show seringkali sifatnya kejar tayang 14. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya dengan makna ‘banyak taktentu’. Misalnya: Selektif memilih tayangan … ditonton oleh anak-anak. 15. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya dengan makna ‘agak atau melemahkan sesuatu’. Misalnya: Semangat belajar menurun dan menunda-nunda pekerjaan 16. Kata majemuk jenis kata benda. Misalnya: Anak didik menjadi pasif 17. Pemenggalan kata pada kata dasar jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: perkembangan teknologi sa-at ini 18. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal. Misalnya: datanya didapat berdasarkan sampel sur-vei 19. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya: membutuhkan peralatan yang cang-gih 20. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya: Dukungan dari semua pihak … ma-sya-ra-kat dan pertelevisian itu sendiri 21. Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. Misalnya: Saat ini, betapa ba-nyak tayangan televisi 22. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan. Misalnya: Hal tersebut berdampak pada prilaku atau karakter anak. 23. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: 2. Meniru gaya hidup mewah (hedonis) 24. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya: mendongeng, membaca buku, bersepeda, jalan-jalan ke pameran buku, mengajak anak memasak dan lain-lain 25. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Misalnya: Sayang, secara kualitas tayangan yang ditampilkan 26. Tanda hubung untuk menyambungkan Suku Kata yang Terpenggal Saat Pergantian Baris Misalnya : industri televisi bersaing agar siaran- siarannya memperoleh 27. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan. Misalnya : Menurut tim TIFA disebabkan beberapa hal: 1. Industri televisi padat teknologi.... 28. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian Misalnya :1) Mendampingi anak saat menonton televisi 29. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan Misalnya : Meniru gaya hidup mewah (hedonis) 30. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan Misalnya :penonjolan audio visual (suara dan gambar). 31. Kata ulang dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan Misalnya : jalan-jalan 32. Kata ulang pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan Misalnya : menunda-nunda 33. Konjungsi perbandingan setara Misalnya : Tidak empati atau tidak peka 34. Konjungsi subordinatif atributif, yaitu konjungsi yang menghubungkan kata atau klausa utama dengan klausa penjelas Misalnya : media televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat 35. Konjungsi subordinatif tujuan, yaitu konjungsi yang menerangkan adanya hubungan tujuan diantara dua klausa atau kalimat Misalnya :industri televisi bersaing agar siaran-siarannya 36. Konjugsi Koordinatif adalah kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang mempunyai status sederajat Misalnya : media yang paling mudah diakses dan hampir setiap keluarga memiliki pesawat televisi, 37. Konjungsi subordinatif hubungan penyebaban Misalnya : kecanduan karena penasaran melihat lanjutan sinetron 38. Konjungsi subordinatif hubungan cara Misalnya : ,melalui pemilihan 39. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap Misalnya: berkata kasar/menghina 40. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Misalnya :hal ini dikarenakan tidak semua tayangan televisi baik untuk ditonton oleh anak-anak, baik kartun maupun sinetron ataupun yang lainnya 41. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik. Misalnya : mengajak anak memasak dll. 42. Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum Misalnya : secara kualitas tayangan yang ditampilkan 43. Kata turunan ( kata berimbuhan) Misalnya :menonton ( kata dasarnya tonton) 44. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus Misalkan : terpengaruh “rayuan” iklan 45. Penulisan awal paragraf yg menjorok ke kanan Misalnya : Seiring adannya kemajunaan teknologi (pada awal kalimat) 46. Terdapat kata yang besifat ilmia Misalnya: sampel survei 47. Penulisan kata -di yang dipisah karena diikuti kata penunjuk lokasi Misalnya: di atas 48.