Referat Dislipidemia DR Arif
Referat Dislipidemia DR Arif
PENATALAKSANAAN
DISLIPIDEMIA
Oleh:
Fathia Rachmatina (030.08.099)
Edward Wijaya (030.08.089)
Vitya Resanindya (030.08.253)
Pembimbing :
Dr. Arif Gunawan SpPD ????
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
METABOLISME LIPID
1.3 Patofisiologi
Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
asam lemak bebas. Normalnya lipid ditranspor dalam plasma darah berikatan
dengan protein yang berbentuk lipoprotein. Ikatan protein dan lipid tersebut
menghasilkan 4 kelas utama lipoprotein : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL.
Peningkatan lipid dalam darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan
keduanya (hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau kombinasinya yaitu
dislipidemia campuran).
Kilomikron memiliki densitas dengan ukuran diameter yang paling besar
ini yang membuat kilomikron blablabla
3
Gambar 1. Tabel Karakteristik Lipoprotein
4
Gambar 3. Lipoprotein Metabolisme (Silbernagl, 2000)
5
Gambar 4. Metabolisme Lipoprotein Lanjutan (Silbernagl, 2000)
6
remnan (kilomikron yang kehilangan trigliseridanya tetapi masih memiliki ester
kolesterol). Kemudian asam lemak bebas masuk ke dalam endotel, jaringan lemak
dan sel otot yang selanjutnya akan diubah kembali menjadi trigliserida untuk
disimpan atau dioksidasi untuk menghasilkan energi (Ganiswarna, 2007).
Kilomikron remnan akan dibersihkan oleh hepar dengan mekanisme
endositosis dan lisosom sehingga terbentuk kolesterol bebas yang berfungsi
sintesis membran plasma, mielin dan steroid. Kolesterol dalam hepar akan
membentuk kolesterol ester atau diekskresikan dalam empedu atau diubah
menjadi lipoprotein endogen yang masuk ke dalam plasma (Ganiswarna, 2007).
Jika tubuh kekurangan kolesterol, HMG-CoA reduktase akan aktif dan terjadi
sintesis kolesterol dari asetat (Ganiswarna, 2007).
2. Jalur endogen
Trigliserida dan kolesterol ester dari hepar diangkut dengan bentuk VLDL ke
sirkulasi darah kemudian mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
(LPL) menjadi asam lemak dan gliserol. Sekali terekspos dengan LPL, VLDL
akan menjadi VLDL remnan. VLDL remnan terutama diambil oleh hati melalui
LDL reseptor dan sisa VLDL remnan akan membentuk lipoprotein yang lebih
kecil, yaitu IDL. IDL kemudian akan menjadi LDL yang merupakan lipoprotein
dengan kadar kolesterol terbanyak (60-70%). Peningkatan katabolisme LDL di
plasma dan hepar yang akan meningkatkan kadar kolesterol plasma. Peningkatan
kadar kolesterol tersebut akan membentuk foam cell di dalam makrofag yang
berperan pada aterosklerosis prematur (Ganiswarna, 2007).
3. Transpor reverse kolesterol
Jenis lipoprotein
1. Kilomikron
Lipoprotein dengan komponen 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester.
Kilomikron membawa makanan ke jaringan lemak dan otot rangka serta
membawa kolesterol kembali ke hepar. Kilomikron yang dihidrolisis akan
mengecil membentuk kilomikron remnan yang kemudian masuk ke hepatosit.
Kilomikronemia post pandrial mereda setelah 8 – 10 jam (Ganiswarna, 2007).
2. VLDL
Lipoprotein terdiri dari 60% trigliserida dan 10 – 15 % kolesterol. VLDL
digunakan untuk mengangkut trigliserida ke jaringan. VLDL remnan sebagian
akan diubah menjadi LDL yang mengikuti penurunan hipertrigliserida sedangkan
7
sintesis karbohidrat yang berasal dari asam lemak bebas dan gliserol akan
meningkatkan VLDL (Ganiswarna, 2007).
3. IDL
Lipoprotein yang mengandung 30% trigliserida, dan 20% kolesterol. IDL
merupakan zat perantara sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi IDL
(Ganiswarna, 2007).
4. LDL
Lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar (70%). Katabolisme LDL melalui
receptor-mediated endocytosis di hepar. Hidrolisis LDL menghasilkan kolesterol
bebas yang berfungsi untuk sintesis sel membran dan hormon steroid. Kolesterol
juga dapat disintesis dari enzim HMG-CoA reduktase berdasarkan tinggi
rendahnya kolesterol di dalam sel (Ganiswarna, 2007).
5. HDL
HDL diklasifikasikan lagi berdasarkan Apoprotein yang dikandungnya. Apo
A-I merupakan apoprotein utama HDL yang merupakan inverse predictor untuk
resiko penyakit jantung koroner. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok,
pasien diabetes yang tidak terkontrol, dan pemakai kombinasi estrogen-progestin.
HDL memiliki efek protektif yaitu mengangkut kolesterol dari perifer untuk di
metabolisme di hepar dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui
paraoksonase (protein antioksidan yang bersosiasi dengan HDL) (Ganiswarna,
2007).
Gambar 2. Klasifikasi
lipoprotein
1.4 Klasifikasi
1. Klasifikasi Fenotipik ???
a. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society) (Anwar, 2004).
Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis Society)
(Anwar, 2004).
8
b. Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program) (Anwar,
2004).
Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan NECP (National Cholesterol Education
Program) (Anwar, 2004).
9
2. Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan atas ada atau tidaknya penyakit dasar
yaitu primer dan sekunder. Dislipidmia primer memiliki penyebab yang tidak
jelas sedangkan dislipidemia sekunder memiliki penyakit dasar seperti
sindroma nefrotik, diabetes melitus, hipotiroidisme (Sudoyo, 2006). Contoh
dari dislipidemia primer adalah hiperkolesterolemia poligenik,
hiperkolesterolemia familial, hiperlipidemia kombinasi familial, dan lain-lain
(Anwar, 2004).
1.5 Gejala
Klinis
Kebanyakan
pasien adalah
asimptomatik selama bertahun-tahun sebelum penyakit jelas secara klinis, dan
biasanya ditemukan pada saat pasien melakukan pemeriksaan rutin kesehatan
(medical check-up). Pasien mungkin terdapat obesitas atau memiliki gejala awal
nyeri dada. Gejala-gejala lain yang mungkin bisa tampak diantaranya berkeringat,
jantung berdebar, nafas pendek dan cemas.
1.6 Diagnosis
1. Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor risiko seperti
kegemukan, diabetes mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok dan faktor
risiko lainnya.
2. Pada pemeriksaan fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali
jika didapatkan riwayat penyakit yang menjadi faktor risiko dislipidemia.
Selain itu, kelainan mungkin didapatkan bila sudah terjadi komplikasi
lebih lanjut seperti penyakit jantung koroner.
3. Pemeriksaan Laboratorium
10
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserid (Anwar, 2004).
a. Persiapan
Pasien sebaiknya berada dalam keadaan metabolik yang stabil tanpa
adanya perubahan berat badan, pola makan, kebiasaan merokok, olahraga,
tidak sakit berat ataupun tidak ada operasi dalam 2 bulan terakhir. Selain
itu, sebaiknya pasien tidak mendapatkan pengobatan yang mempengaruhi
kadar lipid dalam 2 minggu terakhir. Apabila keadaan ini tidak
memungkinkan, pemeriksaan tetap dilakukan dan disertai dengan catatan
(Anwar, 2004).
b. Pengambilan Bahan Pemeriksaan
Pengambilan bahan dilakukan dengan melakukan bendungan vena
seminimal mungkin dan bahan yang diambil adalah serum. Pengambilan
bahan ini dilakukan setelah pasien puasa selama 12-16 jam (Anwar, 2004).
c. Analisis
Analisis kadar kolesterol dan trigliserida dilakukan dengan metode
enzimatik sedangkan analisis kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL
dilakukan dengan metode presipitasi dan enzimatik. Kadar kolesterol LDL
dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan rumus Friedewaid jika
didapatkan kadar trigliserida < 400mg/d menggunakan rumus sebagai
berikut (Anwar, 2004):
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian
jumlah faktor resiko koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol-LDL yang
harus dicapai. Berikut ini adalah tabel faktor resiko (selain kolesterol LDL) yang
menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasarkan NCEP-ATP
III (Sudoyo, 2006):
Tabel 5. Faktor Risiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
11
Faktor Risiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
- Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun.
- Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah
usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun.
- Kebiasaan merokok
- Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat
antihipertensi)
- Kolesterol HDL rendah ( <40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol
HDL ≥60mg/dl maka mengurangi satu faktor risiko
Setelah menemukan banyaknya faktor risiko pada seorang pasien, maka
pasien dibagi kedalam tiga kelompok risiko penyakit arteri koroner yaitu risiko
rendah, risiko sedang dan risiko tinggi. Hal ini digambarkan pada tabel berikut ini
(Sudoyo, 2006) :
Tabel 6. Tiga Kategori Resiko yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin
Dicapai berdasarkan NCEP (Sudoyo, 2006)
12
Gambar 3. Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko tinggi
13
diet memiliki tujuan untuk menurunkan risiko PKV dengan mengurangi asupan
lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan keseimbangan kalori, sekaligus
memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan kalori biasanya memerlukan
peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta pembatasan
asupan kalori (Anwar, 2004)
2. Penatalaksanaan Non- Farmakologi
a. Terapi Nutrisi Medis
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi
makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa
sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk
menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya
membutuhkan bantuan ahli gizi. Penilaian pola makan penting untuk
menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet
tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu
dan kemudian setelah 3 bulan (Anwar, 2004). Pada pasien dengan kadar
kolesterol LDL atau kolesterol total yang tinggi sebaiknya mengurangi asupan
lemak jenuh. Namun pada pasien ini sebaiknya banyak mengkonsumsi lemak
tak jenuh rantai tunggal dan ganda. Asupan karbohidrat, alkohol dan lemaak
perlu dikurangi pada pasien dengan trigliserid yang tinggi (Sudoyo, 2006).
Tabel 6. Komposisi Tahap I dan Tahap II
b. Aktivitas Fisik
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan
kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan
sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida
dan LDL, dan menurunkan berat badan (Azwar, 2004).
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1. Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
14
2. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung
maksimal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
3. Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama
5-10 menit. Frekuensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan
seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama
latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.
Pada prinsipnya pasien dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan kondisi dan kemampuan pasien agar aktivitas ini berlangsung terus-
menerus (Sudoyo, 2006).
3. Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan farmakologi dilakukan bila terjadi kegagalan dengan
pengobatan non-farmakologis. Saat ini didapat beberapa golongan obat yaitu
golongan resin, asam nikotinat, golongan statin, derivat asam fibrat, probutol dan
lain-lain namun obat lini pertama yang danjurkan oleh NCEP-ATP III adalah
HMG-CoA reductase inhibitor (Azwar, 2004). Apabila ditemukan kadar
trigliserida >400mg/dl maka pengobatan dimulai dengan golongan asam fibrat
untuk menurunkan trigliserida. Menurut kesepakatan kadar kolesterol LDL
merupakan sasaran utama pencegahan penyakit arteri koroner sehingga ketika
telah didapatkan kadar trigliserida yang menurun namun kadar kolesterol LDL
belum mencapai sasaran maka HMG-CoA reductase inhibitor akan
dikombinasikan dengan asam fibrat. Selain itu, terdapat obat kombinasi dalam
satu tablet (Niaspan yang merupakan kombinasi lovastatin dan asam nikotinik)
yang jauh lebih efektif dibandingkan dengan lovastatin atau asam nikotinik sendiri
dalam dosis tinggi (Sudoyo, 2006).
Pada pengobatan hiperkolesterolemia terdapat target kolesterol yang harus
dicapai. Berikut ini adalah tabel target kadar kolesterol LDL:
Tabel 7. Target kolesterol LDL (mg/dl):
Kadar LDL untuk
Kadar LDL untuk
Kategori Resiko Target LDL mulai terapi
mulai PGH
farmakologis
PJK atau yang < 100 100 130
disamakan PJK
Faktor resiko 2 < 130 130 130
Faktor resiko 0-1 < 160 160 190
15
Terapi hiperkolesterolemia untuk pencegahan primer, dimulai dengan
statin atau sekuestran asam empedu atau nicotic acid. Pemantauan profil lipid
dilakukan setiap 6 minggu. Bila target sudah tercapai, pemantauan dilanjutkan
setiap 4-6 bulan. Bila setelah 6 minggu terapi target belum tercapai,
intensifkan/naikkan dosis statin atau kombinasi dengan yang lain (PDT, 2009).
KLASIFIKASI OBAT-OBAT HIPERKOLESTEROLEMIA
Penghambat
Penghambat Sekueastran Asam
Asam Fibrat Absorpsi
HMGCoA Reduktase Asam Empedu Nikotinat
Kolesterol
Simvastatin
Lovastatin Fenofibrat
Pravastatin Kolestiramin Bezafibrat Acipimox Ezetimib
Fluvastatin Kolestipol Clofibrat
Atorvastatin Gemfibrozil
Rosuvastatin
16
Simvastatin (Cholexin, Ethicol, Lesvatin, Lipinorem, Mersivas, Normofat)
Efficacy Suitability Cost
Safety
+++ + +++ +
17
Efficacy Suitability Cost
Safety
Farmakokinetik:
A: absorbsi oral (25%)
D: protein binding 95%
M: di hepar
E: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan
ginjal
T ½ 1 ½ - 2 jam
Fluvastatin (Lescol)
Efficacy Suitability Cost
Safety
Farmakokinetik:
A: absorbsi oral (25%)
D: protein binding 95%
M: di hepar
E: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan
ginjal
T ½ 1 ½ - 2 jam
18
Efficacy Suitability Cost
Safety
+++ ++ +++ ++
Farmakokinetik:
A: absorbsi oral (25%)
D: protein binding 95%
M: di hepar
E: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan
ginjal
T ½ 1 ½ - 2 jam
Kolestiramin
Efficacy Suitability Cost
Safety
19
+++ +++ +++ ++
Acipimox (Olbetam)
Efficacy Suitability Cost
Safety
20
++ + +++ ++
BAB III
KESIMPULAN
21
4. Derivat sekuestran asam empedu yang dipilih adalah Kolestiramin. Jika
Kolestiramin tidak ada, bisa diganti dengan Kolestipol yang memiliki
efikasi, tingkat keamanan, serta harga yang tidak jauh berbeda dengan
Kolestiramin.
5. Derivat asam nikotinat yang dipilih adalah Acipimox, karena obat ini
membantu menurunkan lemak darah dan meningkatkan HDL pada pasien
hiperlipidemia tipe II. Selain itu, interaksinya dengan obat lain serta efek
sampingnya lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
22
23