Tokoh Art Deco dalam desain grafis yang terkenal, khususnya di Prancis diantaranya AM,
Cassandre dan Jean Calu
Art Deco sendiri tidaklah terwujud dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi aliran kubisme
dan Fauvisme serta juga gaya primitive Afrika, Mesir dan Indian Aztec, Maya di Amerika
Selatan. Jeff Hoffman, Frank Lioyd, Adolf Loos yang merupakan pedisain Modernisme awal
banyak diserap kedalam Art Deco. Tersebar di dipenjuru Eropa, Perancis sebagai pusat Art
Deco telah memiliki sekolah seni dokaratif yaituh The Martine School yang berdiri sejak
1911. Gaya geometris Bauhaus dari Jerman dibangunkan dengan bentuk-bentuk yang
ekspresif banyak dimanfaatkan oleh para desainer.
Art Deco dikarakterkan dengan penggunaan bahan-bahan seperti aluminum, stainless
steel, pernis, inlaid wood (kayu hias) , kulit hiu, dan kulit zebra. Penggunaan yang tegas dari
bentuk bertingkat, sapuan kurva (tidak berliku-liku seperti Art Nouveau), pola-pola chevron ,
dan motif pancaran matahari.
Istilah Art Deco berkembang sepanjang kemunculannya pada tahun 1925 tetapi tidak dipakai
lebih luas sampai tahun 1960. Gaya art deco diangap sebagai gaya yang berwawasan luas
tentang pandangan dekorasi modern yang dipengaruhi oleh berbagai macam sumber,
contohnya: :
Ciri khas Art Deco yang berbentuk pola cevron atau zigzag dan motif pancaran matahari
yang. Yang dapat kita lihat memiliki kesamaan dengan kaya tradisional suku Maya di
Amerika Selatan. Pengunaan material Stainess Stell pada bagian luar gedung menegaskan
karakter Art Deco yang tegas dan kuat yang mereprestasikan kemajuan peradaban Amerika
Serikat dimasa perang.
Pengaruh Art Deco Terhadap dunia fesyen di Amerika dan Eropa sangatlah kuat di era
1920’an namun istilah “Art deco” sendiri tidak dikenal.
Beberapa brand ternama mengusung konsep “Art Deco” pada motif pakaian, perhiasan,
sepatu, bandana, warna cat kuku, sepatu, dan lain sebaginya. Dari era “Art Deco” sendiri
hinga kini dianggap sebagai gaya vintage namun dunia fesye mode dewasa ini mengangkan
kembali trend mode zaman dahulu khususnya “Art Deco”.
Villa
Kawasan Isola Upi Bandung
Braga, Bandung
KESIMPULAN
Bahwa Art Deco adalah sebuah maha karya yang dapat dikategorikan prestigius dan sama
seperti aliran seni rupa lainnya Art Deco memiliki masa kejayaan dimulai dari tahun 1920
hingga 1930 –an. Yang dimulai dari Perancis yang hancur karena perang dan membangun
ulang negaranya dengan mengunakan konsep baru. Konsep tersebut ingin menunjukan bahwa
Perancis sebagai pelopor perubahan zaman yang dimulai dari seni desain bangunan hingga
tata busana. Art Deco sampai ke Amerika Serikat dan melahirkan budaya baru yaitu budaya
modern jazz dan meghasilkan broadway. Di Indonesia sendiri Art Deco pernah memiliki
masa keemasannya dan mayoritas bangunan terdapat di Kota Bandung yang nota bene pernah
sengaja dihancurkan untuk mengelabui para tentara Belanda yang ingin menguasai kota
Bandung. Hal ini dapat kita lihat di area Braga, Villa Isola Universitas Pendidikan Indonesia,
dan banyak tempat lainnya. Dan di Ibu kota pun masih dapat kita jumpai bangunan jadul
yang bernuasa Art Deco seperti dikawasan Kota Tua DKI Jakarta. Art deco sendiri memiliki
ciri khusus seperti yang telah disebutkan didalam materi paper dan cenderung mengunakan
warna halus dan menonjolkan kilauan. Dan Art Deco sendiri masih diterapkan pada desain
bangunan rumah minimalis dan juga dalam pembuatan beberapa mobil sport
SARAN
Art Deco dapat dikatakan warisan sejarah yang berharga hingga saat ini, dan di republik ini
banyak terdapat peninggalan seni art deco dalam bentuk bangunan yang memiliki nilai
historis. Baiknya kita menjaga sisa peninggalan sejarah yang menjadi monumen perjalanan
sejarah negera ini agar tidak lenyap dimakan zaman.
Didesain oleh arsitek William van Alen dan selesai dibangun pada tahun 1930, dulunya
gedung ini adalah gedung tertinggi di dunia.
Chrysler building merupakan sebuah pencakar langit 77 lantai tertinggi di dunia antara tahun
1930-1931, sampai diresmikannya Emperial State yang mempunyai 100 lantai. Namun
sampai saat ini masih merupakan gedung tertinggi dengan material bata.
Gedung yang beraliran Art Deco Karya William Van Alen ini terasa menonjol dibandingkan
dengan pencakar langit yang telah ada di New York pada saat itu.
Gedung Chrysler tidak sekedar beraliran Art Deco, namun bangunan ini merupakan pencakar
langit bercorak baru. Bentuknya yang menggairahkan seolah merangkum energi dan
keflamboyannan kawasan Manhattan pada akhir tahun 1920-an. Seluruh keinginan untuk
mencapai ketinggian dan segenap gairah teatrikal tampak ditampilkan pada bagian puncak
bangunan yang megah tersebut.
Romantisme Gedung Chrysler tampaknya merupakan gambaran yang paling pas tentang
bentuk perkembangan pencakar langit yang diinginkan New York daripada pencakar langit
bercorak historis maupun gaya International Style. Dengan
segenap keanehannya, kualitas rancangan Gedung Chrysler
sebagai suatu karya arsitektur berasal dari kemampuannya
untuk menjadi romantis dan irasional maupun tidak terlihat
bodoh sehingga dapat menjadi bahan tertawaan.
Data Teknis
Lokasi = perpotongan 42nd street dan Lexington Avenue, Midtown, Manhattan, New
York City, U.S.A
Biaya = $ 20 juta
Lokasi yang telah disediakan oleh owner memang dirasa tepat, karena memang berada pada
zone diperbolehkannya bangunan tinggi. Letaknya yang berada di persimpangan jalan 42nd
street dan Lexington Avenue membuat bangunan dapat lebih terekspose dan dapat dinikmati
secara langsung dari dua arah yang berbeda.
Van Alen yang sangat ingin meraih gelar tersebut kemudian menambahkan puncak atap yang
dirakit secara diam-diam dalam cerobong lift Gedung Chrysler, dan memasangnya sesaat
sebelum bangunan secara keseluruhan selesai selama 90 menit. Tambahan ini menjadikan
Gedung Bank of Manhattan Company tertinggal jauh pada urutan kedua.
Kejadian ini mewakili “kegialaan” akan pencapaian ketinggian bangunan yang merasuki para
arsitek dan developer pada tahun menjelang pergantian dekade.
Struktur yang dipakai pada Chysler building adalah struktur rigid frame dengan konstruksi
beton bertulang dengan baja dan bata. Pemilihan struktur tepat karena memang sesuai
perhitungan struktur yang mampu menahan segala beban bangunan tinggi.
Hingga menjadikan Chrysler building mendapat gelar bangunan struktur tertinggi di dunia
sebelum Menara Eifell selesai dibangun.
Salah satu hotel di Kota Bandung yang masih mempertahankan ciri khas bangunan kuno
berdesain art deco adalah hotel Grand Hotel Preanger. Sebuah hotel yang terletak di jalan
Asia-Afrika yang bergaya art deco geometric.
Grand Hotel Preanger pada awalnya merupakan sebuah toko hingga kemudian mengalami
beberapa kali renovasi dan berubah fungsi menjadi hotel. Grand Hotel Preanger terletak di
Jalan Asia Afrika No. 81, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung. Hotel berada
padalokasiyang strategisdengan batas utara: Jalan Naripan, batas Timur: Jalan Tamblong,
batas Selatan: Jalan Asia Afrika, batas barat: Dinas Pekerjaan Umum. Kini kawasan tersebut
telah menjadi kawasan perkantoran dan pusat perdagangan.
Grand Hotel Preanger didirikan pada tahun 1897 oleh W. H.C Van Deertekom dengan gaya
arsitektur Baroq. Pada tahun 1930an Hotel Preanger mengalami perluasan dan perombakan
oleh arsitek ternama Prof. Ir. C. P. Wolff Schoemaker dengan gaya arsitektur modern
fungsional stream line dengan art deco Geometrik. Pada bagian muka hotel tampak hiasan
yang mirip gaya Indian di Amerika Selatan. Pada tahun 1980-an bangunan ini kembali
mengalami perluasan, terutama pada bagian timur sisi timur. Gaya arsitektur yang
ditampilkan saat ini banyak mendapat pujian sebagai karya baru yang serasi dengan
bangunan lama.
Rancangannya yang baru sangat memperhatikan gaya dan desain bangunan lama yang
menjadi acuan utama. Hotel ini di desain ulang oleh C.P. Wolff Schoemaker pada tahun 1929
dibantu oleh seorang muridnya sebagai juru gambar yang tak lain adalah Ir. Soekarno, yang
kemudian menjadi presiden pertama Indonesia. Hotel Preanger menghadap ke arah Selatan ke
Jalan Asia Afrika, dengan luas bangunan ± 1638 m², dan berdiri diatas tanah seluas ± 2572
m².
Sekitar lima meter sebelah barat hotel (dimuka gedung PU) terdapat patok sebagai tanda 0
(nol) Km Kota Bandung, yang dibuat oleh oleh Gubernur Jendral Daendels pada tahun 1894,
pada waktu pembuatan Jalan Pos. Hotel ini dijadikan sebagai objek wisata budaya karena
berada berdekatan dangan bangunan-bangunan kuno di sekitar kawasan alun-alun. Hotel ini
relatif banyak diketahui keberadaannya oleh masyarakat.
Meskipun telah beberapa kali direnovasi, Grand Hotel Preanger tetap menampakkan eksterior
klasiknya yang bersejarah. Masih dipertahankannya bentuk bangunan kuno tersebut,
membuat Grand Hotel Preanger memiliki nilai lebih. Banyaknya bermunculan hotel-hotel
baru di Bandung tak membuat Grand Hotel Preanger tergeser dari persaingan.