Anda di halaman 1dari 34

CRITICAL BOOK REVIEW

Mk.Kepemimpinan

Prodi S1 P.ADP - FE

Skor/Nilai :

PRINSIP-PRINSIP KEPEMIMPINAN

( Marshall Sashkin dan MOLLY G.Saskhin 2011 )

NAMA MAHASISWA : DESI WULANDARI

NIM. : 7192444005

DOSEN PENGAMPU. : NELLY ARMAYANTI

MATKUL. : KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report
dengan baik dan tepat pada waktunya. Penyusunan Critical Book Report ini merupakan salah
satu tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik, yang diampukan oleh Ibu Nelly Armayanti
SP.M.SP dengan adanya tugas ini diharapkan dapat mempermudah saya dalam memahami
Kepemimpinan. Saya menyadari bahwa laporan kritik buku ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari Ibu sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
tugas ini.

Medan, 20September 2019

Desi Wulandari
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB. I PENDAHULUAN.................................................................................................................1

A. Rasionalisasi pentingnya CBR............................................................................................. 1

B. Tujuan penulisan CBR.............................................................................................................. 1

C. Manfaat CBR................................................................................................................................... 1

D. Identitas buku yang di review............................................................................................. 2

BAB. II RINGKASAN ISI BUKU.............................................................................. 3

A. Bab I.....................................................................................................................................................

B. Bab II................................................................................................................................................... 3

C. Bab III.................................................................................................................................................. 4

D. Bab IV.................................................................................................................................................. 5

E. Bab V................................................................................................................................................... 6

F. Bab VI.................................................................................................................................................. 7

G. Bab VII................................................................................................................................................ 8

H. Bab VIII.............................................................................................................................................. 9

BAB. III PEMBAHASAN.......................................................................................... 11

A. Pembahasan Isi Buku.............................................................................................................. 11

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku.................................................................................... 16

BAB. IV PENUTUP................................................................................................... 18

A. Kesimpulan.................................................................................................................................... 18

B. Rekomendasi................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 19

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Critical book adalah hasil kritik/bandingan tentang suatu topik materi yang pada umumnya
di perkuliahan terhadap buku yang berbeda. Penulisan critical book ini pada dasarnya adalah
untuk membandingkan buku Pendekatan dan model kepemimpinan karangan Prof.Dr.H.Syaipul
Sagala,S.Sos.,M.Pd dan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan dengan buku yang akan dijadikan sumber
referensi.Critical Book Report ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari
suatu buku yang ingin dikritik. Dan juga Critical Book Report ini merupakan pemenuhan salah
satu tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Mengkritik buku adalah kegiatan untuk melatih berpikir secara kritis dalam mencari
informasi yang diberikan buku. Di dalam mengkritik buku, mahasiswa memiliki metode masing –
masing dalam mengkritis buku dengan mudah dan yang baik. Mengkritik buku dapat membantu
mahasiswa untuk semakin dalam mengingat materi pelajaran yang ada dalam isi buku. Karena
kegiatan mengkritik buku membutuhkan pemikiran dan pemahaman yang mendalam tentang
suatu materi yang ada dalam buku. Mengkritik buku juga memerlukan pandangan yang luas
dalam keadaan nyata dilingkungan sekitar.
Dan dalam mengkritik buku (Critical Book Report) kita juga dapat membandingkan dua
buku yang terbaik sebagai bahan belajar. Membandingkan kualitas buku – buku baik dalam segi
perbandingan deskripsi materi, dan kelebihan serta kekurangan dari berbagai sudut pandangan
buku. Manusia dalam kedudukannya sebagai peserta didik haruslah diempatkan sebagai pribadi
yang utuh, yakni manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan sosial, sebagai kesatuan
jasmani dan rohani, dan sebagai makhuk Tuhan yang harus menempatkan hidupnya di dunia
sebagai persiapan akhirat.

Dilihat dari posisi dan peran pemimpin berada pada posisi kunci untuk
mempertahankan dan memajukan organisasi yang dipimpinnya. Secara konseptual,
pemimpin yang dapat mempertahankan dan memajukan organisasinya adalah didukung
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, komitmen, integritas,etika dan kemampuannya.
Gaya dan perilaku kepemimpinan diyakini akan memengaruhi kinerja anggota dan
produktivitas organisasi. Jika gaya dan perilaku kepemimponan terkombinasikan, ditambah
dengan kecakapan khisus dalam memimpin maka orang tersebut bisa mwnjadi pemimpin
yang andal.

Studi kepemimpinan juga menggali informasi untuk mengenal secara jelas siapa
pelanggan, pesaing, pemasok. Pemimpin yang sangat diperlukan dalam sebuah organisasi
dan perusahaan. Di dalam kepemimpinan jga diajarkan bagaimana cara menjadi pemimpin
yang berpengetahuan, cerdik, tanggap dan mampu mengatasi solusi yang timbul dalam
perusahaan dan organisasi
Meskipun fakta mengenai kebenaran hasil penyelidikan itu berla wanan dengan pendapatnya
sendiri. Ilmuwan secara objektif tetap sa memberikan data yang akurat dan teruji mengenai hubungan
yang ada di antara kejadian, kemudian berusaha menyatukan dan menyusun da menganalisis hasil hasil
penyelidikan secara sistematis dengan menem patkan hal-hal yang telah diketahui ke dalam suatu sistem
yang tertih Penyelidikan menggunakan metode penelitian yang sangat beragam sehingga muncul (1)
keberagaman paradigma menjadi fundamen atu titik tolak perumusan metode penelitian. Paradigma
yang ada telah kebenarannya.

Adapun kebijaksanaan (policy) merupakan suatu kesepakatan ber- sama oleh para anggota suatu
kelompok yang menjadikan tindakan tiap anggotanya dalam serangkaian situasi lebih dapat diperkirakan
oleh anggota lainnya. Terkait dengan kebenaran sejati Siswanto (2006.5) menyimpulkan filsafat berarti
hasrat, kemauan, atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati. Pengertian filsafat secara
umum sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji hakikat (sari/inti esensi) segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran. Dengan cara ini jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki,
yaitu sesual dengan arti filsafat menurut kata-katanya. Adapun filsafat manajemen adalah bagian
terpenting dari pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan dasar yang luas untuk menetapkan
pemecahan permasalahan.

Tujuan Penulisan

Ada beberapa tujuan dalam penulisan Critical Book Report ini, yaitu:

1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kepemimpinan


2. Dapat mengulas satu bab materi tentang Pendekatan dan Model Kepemimpinan dengan
menilai sebuah buku.
3. Mencari dan mengetahui informasi mengenai Kepemimpinan.
4. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam menilai informasi yang diberikan pada buku.
5. Membandingkan isi buku, dengan mencari kelemahan dan kelebihan dari buku yang telah di
kritik.

Manfaat Penulisan

Ada beberapa manfaat dalam penulisan Critical Book Report ini, yaitu:

1. Dapat memahami lebih dalam tentang Pendekatan dan model kepemimpinan


2. Melatih kita menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab dan bijak.
3. Melatih kita untuk menjadi pemimpin baik untuk diri sendiri maupun intuk orang lain di
organisasi.
4. Dapat mengetahui buku mana yang lebih baik digunakan sebagai sumber inti

BAB II

PEMBAHASAN

A.Identitas Buku

Buku Utama

Judul Buku : Pendekatan dan Model Kepemimpinan

Tim Penyusun. : Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, S.Sos., M.Pd

ISBN : 978-602-422-322-9

Penerbit : Prenadamedia Group

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2018

Jumlah Halaman : 435 halaman

Buku Pembanding 1

Judul Buku : Prinsip-Prinsip Kepemimpinan

Tim Penyusun : Marshall Sashkin

Molly G. Sashkin

ISBN : 978-979-518-826-1

Penerbit : PT. Rineka Cipta

Kota Terbit : Jakarta


Tahun Terbit : 2011

Jumlah Halaman : 235 halaman

B. Ringkasan Isi Buku

BAB I

KEPEMIMPINAN SEBAGAI INTI MANAJEMEN

Manajemen sebagai suatu seni menegaskan suatu keahlian, kemahiran, ke- mampuan, dan
keterampilan dalam aplikasi ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan. Adapun manajemen
sebagai suatu ilmu menegaskan bahwa akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasikan
dan diorganisasikan untuk menca- pai kebenaran umum (general purposes). Kajian mengenai
manajemen akan ditemui mazhab klasik yaitu manajemen ilmiah, dan teori organisasi klasik
Kepemimpinan yang efektif menggambarkan perilaku adalah temuan para manajer dalam
sistem manajemen menitikberatkan pada mengembangkan kekuatan dalam mengatasi
kelemahan dan permasalahan organisasi. Untuk efisiensi produksi dan keselarasan kerja
pemimpin memerlukan energi, perasaan yang kuat tentang arah dan visi yang jelas dan spesifik.
Keterampilan manajemen seorang pemimpin yang efektif tampak pada kemampuannya
menerapkan fungsi manajerial dalam tata kelola organisasi dan mengatasi masalah organisasi
yang dipimpinnya.

1. Manajemen Klasik

Manajemen Klasik Teori klasik berkembang menurut Hicks dan Gulelet (1996: 204) da- lam
tiga jalur yaitu birokrasi, teori administrasi, dan manajemen secara ilmiah. Jika ingin
mengetahuinya ketiga jalur ini dapat diperoleh pada asumsi yang sama. Ketiganya
dikembangkan dengan perkiraan waktu yang sama (kira-kira antara tahun 1900-1950).
Ketiganya dapat dianalisa secara bersama sebagai suatu pengembangan pada tingkatan yang
luas secara bebas. Asal mula studi manajemen sebagai suatu bidang disiplin ilmu sebagaimana
dituturkan oleh Massie (1983:15) yang terpisah dan tersendiri karya penulisannya pada tahun
1900-an dimulai oleh Fre- derick W. Taylor dan kawan-kawannya.

Menurut beliau, problematik administrasi telah menjadi perhatian para ilmuwan dan
praktisi sejak zaman Yunani Kuno dan zaman Al-Kitab. Misalnya, problem organisasi yang
dihadapi Nabi Musa dalam membimbing umat dan bangsanya, kemudian kekaisaran Romawi
dan kekaisaran Cina memuat informasi tentang bagaimana problem organisasi ditangani. Pada
masa itu, tidak ada analisis sarana manajerial yang dikem bangkan sampai abad kegelapan (Dark
Ages) ketika perdagangan mu- lai berkembang di daerah mediteriania. Dalam abad ketiga belas
dan keempat belas, kamar dagang Italia memerlukan semacam cara untuk mengendalikan
laporan transaksi niaga.

Guna memenuhi keperluan ini, pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping)


untuk pertama kalinya diuraikan Pacioli dalam tahun 1494. Fakta ini menunjukkan bahwa
accounting modern telah berakar sejak 4 abad yang lalu yang menunjukkan aktivitas
manajemen secara sistematis telah dimulai, terus berkembang dan menjadi pengetahuan para
manajer sampai abad modern sekarang ini. Sejalan dengan analisis Massie tersebut Ivancevich,
Konopaske, dan Matteson (2005: 8) menuturkan bahwa studi manajemen yang modern dimulai
sekitar tahun 1900-an. Namun terdapat kemungkinan bahwa awal mula proses mana- jemen
dimulai dari organisasi keluarga, yang kemudian berkembang ke suku, yang akhirnya
memengaruhi unit politik formal seperti yang ditemukan di awal Babilonia (5000 SM). Fakta ini
menunjukkan bahwa manajemen telah ada dan telah dipraktikkan sejak manusia ada dalam
bentuk keluarga maupun adat istiadat yang berlaku di masyarakat meskipun belum
diformulasikan secara sistematis menurut kaidah ilmu pengetahuan. Pada kondisi yang lebih
kompleks lagi, manajemen telah ada yang digerakkan oleh pemerintahan seperti bangsa Mesir.

Tokoh manajemen klasik berikutnya adalah Charles Babbage hidup pada tahun 1792-1871
seorang profesor dan ilmuwan ahli matematika Inggris terkemuka di Universitas Cambridge dari
tahun 1828-1839. Peker- jaan keilmuwannya sebelum dan sesudah kedudukan tetapnya sebagai
profesor mencurahkan perhatiannya yang terus-menerus kepada toko dan pabrik, baik di Inggris
maupun di Eropa. Penemuan Babbage tahun 1822 berupa kalkulator mekanis, yang disebutnya
mesin penambah dan pengurang (difference machine). Prinsip-prinsip dasarnya dipakai pada
mesin mesin hitung hampir seabad kemudian, dan mesin hitung tersebut teknologi dan
penggunaannya terus berkembang. Babbage menyusun sebuah mesin analitis (analytical
machine) pada tahun 1833, yaitu sebuah komputer yang menuruti instruksi instruksi secara
otomatis dan mempunyai segala unsur dasar dari komputer modern.

Yakni alat memori, sistem input memakai kartu berbolong (a punch card input system), unit
ilmu hitung (an arithmetic unit), dan sistem memori eksternal (an external memory system)
melalui penyimpanan kartu berbolong, sehingga beliau dikenal sebagai bapak komputer.
Dipandang dari sudut manajemen Babbage paling dikenang karena bukunya yang terkenal On
the Economy of Machinery and Manufactu res yang diterbitkan pada tahun 1832, sehingga
beliau dijuluki seorang ilmuwan manajemen matematik. Babbage tertarik pada prinsip efisiensi
pembagian tugas dan perkembangan prinsip-prinsip ilmiah untuk me- nentukan bagaimana
seorang manajer atau pemimpin harus memakai fasilitas, bahan, dan tenaga kerja supaya
mendapat hasil yang sebaik- baiknya, baik pekerjaan manual, maupun aktivitas mental.
Semuanya oleh Babbage diperhitungkan dengan baik.

2.Manajemen Ilmiah

Manajemen klasik atau manajemen tradisional terus berkembang menjadi manajemen


modern di mana para praktisi dan expert manajemen terus mengkaji secara science melalui
penelitian, sehingga menjadi manajemen ilmiah yang merupakan suatu pembaruan dalam
manajemen. Dalam abad ketiga belas dan keempat belas oleh Massie (1983) kamar dagang
kamar dagang Itali memerlukan semacam cara untuk mengendalikan laporan-laporan transaksi
niaga. Guna memenuhi keperluan ini, pembukuan berpasangan (double entry bookeeping),
untuk pertama kalinya diuraikan oleh Picoli dalam tahun 1494 M. Jadi, accounting modern telah
berakar sejak 4 abad yang lalu. sebelum merupakan bidang pengetahuan yang penting bagi
manajer modern.

Taylor menyatakan prinsip manajemen ilmiah yaitu

(1) mengembangkan ilmu untuk setiap elemen dari pekerjaan karyawan, menggantikan
prinsip umum yang berdasarkan pengalaman sebelumnya;
(2) secara ilmiah memilih dan kemudian melatih, mengajarkan, dan mengembangkan
pekerja, padahal masa lalu memilih pekerjaan dan melatih dirinya sendiri
(3) dengan sepenuh hati bekerja dengan prinsip ilmiah.

(4) menyediakan pembagian pekerjaan dan tanggung jawab yang hampir sama antara
manajemen dan non manajemen.

Penerapan manajemen ilmiah dalam mengelola SDM agar meme- nuhi keterampilan dan
pengetahuannya dilakukan program melatih, mengajarkan, dan mengembangkan pekerja
dengan memastikan semua pekerjaan dilakukan seusai dengan prinsip ilmiah. Pengelolaan SDM
menganut prinsip-prinsip ilmiah berarti menggunakan kaidah ilmu pengetahuan dan
menggunakan langkah-langkah yang spesifik, jelas, terukur sehingga diperoleh SDM yang
memiliki kompetensi, keteram- pilan, dan pengetahuan sesuai yang dibutuhkan oleh
perusahaan atau organisasi. Produktivitas menurut Taylor merupakan jawaban lebih tinggi dan
sama memastikan semua pekerjaan dilakukan yang sesuai.
Studi yang dilakukan para praktisi manajemen dan expert manaje- men menganalisis
perilaku menggunakan ilmu psikologi dan ilmu yang menyumbang sangat penting bagi
perkembangan manajemen ilmiah adalah ilmu ekonomi, ilmu psikologi, ilmu jiwa, ilmu sosial,
ilmu antropologi, ilmu hukum, matematika, dan lainnya.Perkembangan modern ilmu
manajemen dapat ditelusuri sampai ke pekerjaan teoretis seorang praktisi eksekutif dalam
organisasi bisnis, organisasi pemerintahan, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi nirlaba.
Penguatan dan perubahan mental pemimpinnya melakukan perbaikan dan perubahan terus-
menerus, menunjukkan posisi dan peran kepemimpinan menjadi inti dalam manajemen ilmiah.

BAB II

ARTI DAN MAKNA KEPEMIMPINAN

Menurut Buku Utama

Pemimpin terjadi karena situasi yang memungkinkan untuk ia ada dan ada kelompok-
kelompok/ orang-orang yang mengondisikannya menjadi pemimpin, sehingga ia dapat
melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Setiap pemimpin memiliki pemahaman tersendiri
dengan orang-orang yang berbeda di lingkungan organisasi yang dipimpinnya, apakah
pemahaman yang dimaksud dimiliki secara alamiah maupun diperoleh dari pendidikan,
pelatihan maupun pengalaman yang ia jalani. Pemimpin yang memiliki kapasitas intelektual dan
kualitas emosional yang baik merupakan penggerak, pendorong, penentu dan sekaligus
pembimbing dalam penyelenggaraan kehidupan organisasi.

Pemimpin memberikan inspirasi kepada anggotanya dan menolong ang- gotanya


merealisasikan potensinya lebih baik dengan menunjukkan bahwa potensinya bisa dioptimalkan
dengan lebih baik. Kecakapan profesional pemimpin dan keterampilannya mengatasi masalah
sebagai kekuatan dinamis untuk memotivasi, mengoordinasikan organisasi, dan menggerakkan
orang- orang dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan pada organisasi tersebut Pemimpin
yang efektif dapat menganalisis isu dan menyusun rancangan yang rumit, dan menerapkannya
sebagai respons tanggung jawab pemimpin untuk memecahkan masalah secara tepat dengan
memahami konteks yang lebih luas dari organisasi yang dipimpinnya.

Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi orang lain agar mau diarahkan
untuk memcapai suatu tujuan. Dimana cara seorang pemimpin itu juga merupakan hal yang
perlu untuk mempengaruhi orang lain. Untuk menjadi seorang pemimpin itu dia harus bisa
memimpin dari lingkungan yang kecil yaitu dirinya sendiri, keluarga, perusahaan hingga di
linkungan yang besar yaitu Negara. Dengan kritikal buku ini kita lebih dapat membandingkan
antara dua buku tentang kepemimpinan dengan penulis yang berbeda guna untuk menambah
wawasan serta pengalaman dalam sikap berkepemimpinan.

Dalam menyiapkan sintesis, kami mengambil sejumlah besar kontribusi penting bagi
pemahaman tentang kepemimpinan yang dibuat oleh beragam kalangan terpelajar dan praktisi
sclama lebih dari ratusan tahun lalu. Kami alan membangun sintesis baru ini secara bertahap
dalam beberapa bab berikutnya Untuk sampai pada sintesis ini, pertama-tama kami harus
melihat tempat kita berada. Ini berarti menclaah temuan-temuan utama penelitian dari ratusan
tanun lalu pada masing-masing tiga bidang yang dimaksud. Inilab yang nejadi isi dari Bab Dua.
Dalam bab ini, kami melihat kembali akumulasi penelitian pengetahuan yang relevan dengan
sifat-sifat kepemimpinan, perilaku kepemimpinan, dan konteks situasional kepemimpinan Kami
menemukan bahwa sementara masing-masing fokus menyediakan "irisan pengertian" tidak ada
satu pun yang memberikan suatu penjelasan yang melampaui irisannya sendiri.

Fokus utama teori hubungan manusia adalah pada kebutuhan individual dan bukan pada
kebutuhan organisasi. Pemimpin mem- butuhkan data dan informasi mengenai perilaku orang
dan kualitas keterampilan SDM dalam organisasi dengan membangun komunikasi baik dan
harmonis. Pemimpin berfungsi menggerakkan orang lain de- ngan merancang suatu strategi
dalam menciptakan perubahan secara efektif. Penerapan fungsi pemimpin ini secara sadar
anggota organisasi maupun orang lain mau melakukan apa yang dikehendaki pemimpin. Dalam
proses hubungan antarpemimpin dengan anggota yang dipimpin terjadi suatu hubungan antara
pengaruh dan kewibawaan yang dibe- rikan secara tidak merata pada suatu landasan yang legal.

Pemimpin memperoleh kewibawaan dengan kesepakatan anggota didukung oleh


peraturan dan perundang undangan yang berlaku terkait dengan organisasi yang dipimpinnya.
Pemimpin melaksanakan aktivitasnya dilandasi definisi yang relevan dengan karakter dan misi
organisasi yang dipimpinnya. Pengaruh dilakukan untuk membimbing, membuat struktur,
memfasilitasi aktivitas dan hubungan dalam kelompok atau organisasi
BAB III

STUDI KEPEMIMPINAN

Studi dan penelitian mengenai kepemimpinan tetap saja menarik perhatian dan terus
dilakukan oleh para praktisi dan ahli untuk dipel- ajari, dikaji, dan diteliti. Hasil penelitian itu
dapat menjelaskan model kepemimpinan yang diinginkan yaitu kepemimpinan yang efektif,
dapat memecahkan dan menyelesaikan masalah organisasi. Ilmuwan perilaku organisasi dan
kepemimpinan dalam mengatasi masalah or- ganisasi menggunakan langkah-langkah ilmiah
dengan menggunakan landasan ilmiah membangun pengetahuan untuk memecahkan dan
menyelesaikan masalah organisasi. Tanpa penelitian ilmiah, tidak akan ada pengetahuan yang
mendalam mengenai kepemimpinan yang efektif guna diterapkan dalam pemecahan dan
penyelesaian masalah.

Studi Kepemimpinan di Universitas Para praktisi, pakar, ahli atau ilmuwan manajemen dan
kepemimpin an antara lain Paul Hersey dan Ken Blanchard (1992), Gary Yukl (2010) Harold
Koontz, Cyril O'Donnell, dan Heinz Weihrich (1984). James L. Gibson, John M. Ivancevich, dan
James H. Donnelly (1997). Herben G. Hicks dan G. Ray Gullet (1975) Sutarto (1991), Miftah
Thoha (2006) dan pakar kepemimpinan lainnya telah mengulas dan membahas studi
kepemimpinan yang merupakan hasil penelitian dikenal dengan model kepemimpinan studi
lowa, model kepemimpinan studi Ohio, dan model kepemimpinan studi Michigan.

Penelitian di Universitas ini merupakan studi kepemimpinan yang monumental dan


dipelajari oleh berbagai perguruan tinggi. Hasil dan temuan penelitian ini terus-menerus dikaji
efektivitas penerapannya oleh para ahli dan praktisi kepemimpinan pada berbagai organisasi.
Pada dasarnya, hasil dan temuan penelitian ini telah memberi kontribusi dalam penerapan
kepemimpinan yang efektif, yang tentu saja penerapannya menggunakan strategi yang se suai
dengan kebutuhan organisasi dan sesuai pula dengan situasi iklim organisasi di mana gaya
kepemimpinan itu diterapkan.

 Gaya Kepemimpinan Autokratis Gaya kepemimpinan autokratis adalah kemampuan


pemimpin memengaruhi orang lain dengan cara memegang kekuasaan secara nenuh.
Kekuasaannya bersifat sentralistik, menekankan kekuasaan jabatan, dilaksanakan selalu
dengan cara-cara paksaan serta memegang system pemberian hadiah dan hukuman
bagi yang berprestasi atau vang gagal. Likert dan Stoner (1978) menyatakan bahwa
dalam model kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu sistem
otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif. Sistem otoriter (sangat
otokratis), pimpinan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan,
dan memerintahkan semua bawahan untuk menjalankannya.
 Kepemimpinan Gaya Liberal (Laissez Faire) Kepemimpinan gaya liberal (laissez faire)
adalah kemampuan m mengaruhi orang lain melakukan berbagai kegiatan dengan
partisipasi yang minim dari pimpinan. Kegiatan organisasi lebih banyak diserah kan
kepada bawahan, melimpahkan wewenang kepada bawahan atau kebebasan bagi
bawahan melaksanakan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Peran
pemimpin tidak terlalu menonjol, tetapi peran bawahan menjadi cukup dominan.
 3Kepemimpinan Gaya Demokratis Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan
pemimpin memengaruhi orang lain atau anggota organisasi agar bersedia bekerja sama
dengan cara keputusan dan kebijakan dibuat bersama pimpinan dan bawahan di mana
tanggung jawab keberhasilan organi- sasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan
dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersama. Kepemimpinan
demokratis memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawah
dukungan yang cukup dari anggotanya. Perilaku demokratis memberi ruang yang cukup
bagi aspirasi anggota organisasi, pemimpin demokratis senang menerima saran,
pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan disini bahwa pemimpin secara
terbuka menerima masukan dari anggota melalui diskusi dan keputusan yang diambil
telah memenuhi aspirasi kelompok atau aspirasi bersama. Hal terjadi jika bawahan
dimotivasi dengan tepat.

Sistem kepemimpinan tergambar pada penetapan target atau sasaran organisasi yang
cenderung bersifat konsultatif dan memung- kinkan diberikannya wewenang pada bawahan
pada tingkat tertentu. Pada sistem partisipatif, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang
lebih menekankan pada kerja kelompok sampai tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut,
pemimpin biasanya menunjukkan keter- bukaan, memberdayakan dan memberikan
kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan
penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem ini pun, pola komunikasi
yang terjadi adalah pola dua arah dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk
mengungkapkan seluruh ide ataupun permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan
BAB IV

STUDI MODEL KEPEMIMPINAN

1. Model Kepemimpinan Kontingensi Fiedler

Model situasional pertama oleh Fred Edward Fiedler (1964) dosen di University of Illinois
dan sebagai Professor di University of Washington, Fiedler mendirikan Organizational Research
Group dan memimpin Group Effectiveness Research Laboratory. Fiedler dan teman-temannya
dari Universitas Ilinois telah mengajukan teori kontingensi (contingency theory) dalam
kepemimpinan menegahi hubungan antara efektivitas kepemimpinan dengan suasana kerja
yang produktif. Bukti-bukti em- piris model kepemimpinan Fiedler didasarkan lebih dari 50 studi
dari bermacam-macam pemimpin dan situasinya. Dasar mengklasifikasi situasi kepemimpinan
adalah sampai seberapa tinggi situasi menyediakan pengaruh pemimpin. Sampai seberapa
tinggi pemimpin dapat memprediksi dan menentukan apa yang akan dilakukan kelompok dan
keluaran apa dari tindakan pemimpin dan seperti apa keputusan yang akan diambilnya. Jika
pemimpin menginginkan sesuatu untuk dilakukan, maka pemimpin dapat memprediksi dengan
kepastian apa yang akan terjadi atas tindakannya.Terdapat 3 dimensi empiris yaitu :

 Leader member relationship, yaitu hubungan pribadi pemimpin dengan anggota


kelompok merupakan variabel paling kritis dalam menentukan situasi menyenangkan
yang memengaruhi gaya kepemim- pinan paling efektif dan menggambarkan kualitas
hubungan pemimpin dengan anggota kelompok (lebih hangat dan bersahabat, maka
situasi lebih menguntungkan). Dimensi hubungan pemimpin dengan anggota (leader
member relations) dipandang sebagai hal yang paling penting ditinjau dari sudut
pemimpin, karena kuasa posisi dan struktur tugas boleh jadi sebagian besar
dikendalikan oleh perusahaan atau organisasi. Seberapa besar anggota mendukung dan
loyal kepada pemimpin yaitu dukungan pengikut pada pemimpin dan hubungan di
antara pengikut, perbedaan pendapat dan konflik. Dimensi ini berkaitan dengan situasi
sejauh mana anggota kelompok menyukai dan mempercayai pemimpin serta mau
mengikutinya.
 Degree of Task Structure Degree of task structure, yaitu struktur tugas merupakan
input penting kedua terhadap situasi yang menyenangkan menggambarkan kadar
struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilak- sanakan yaitu susunan
tugas yang dilaksanakan oleh bawahan lebih tersusun, lebih menguntungkan. Seberapa
rinci tugas menyatakan tujuan, prosedur, dan pedoman melaksanakan tugas
 Leader Position Power Leader position power,yaitu kekuasaan posisi dicapai melalui
otorita formal merupakan dimensi situasi kritis ketiga. Kekuasaan pemimpi (lebih
berkuasa, maka situasi bagi pemimpin itu lebih menguntungkan sedangkan bagi
bawahan helum tentu menguntungkan). Kekuasaan posisi (position power) merupakan
tingkat seberapa jauh kekuasaan po sisi, yang dibedakan dari sumber kuasa lainnya
seperti kuasa karismati atau keahlian, kemungkinan pemimpin menimbulkan
kepatuhan dan anggota kelompok terhadap pengarahan, dalam hubungannya dengan
manajer, kekuasan ini berasal dari wewenang organisasi. Seberapa besar posisi atau
jabatan memberikan otoritas kepada pemimpin untuk memberi imbalan, menghukum,
memutasikan, mempromosikan, dan sebagainya kepada pengikut atau bawahan.
Fiedler mengemukakan, seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan posisi yang jelas
dan cukup dapat lebih mudah memperoleh kepengikutan dibandingkan dengan
pemimpin yang tidak memiliki kekuasaan. Dengan tugas dan wewenang yang jelas
maka kualitas prestasi dapat dikendalikan dengan mudah. Dengan demikian, anggota
atau pengikut menyukai dan memper cayai pemimpin, sehingga pemimpin menjadi
efektif.

2. Path Goal Theory of Leadership

Leadership Path goal theory of leadership menjelaskan bagaimana perilaku nemimpin


memengaruhi motivasi bawahan dan pelaksanaan kerjanya dalam situasi kerja yang berbeda.
Robbins mengemukakan teori path snal adalah suatu model kepemimpinan kontingensi
kepemimpinan vang dikembangkan oleh Robert House, yang menyaring elemen-ele- men dari
penelitian Ohio state tentang kepemimpinan pada initiating structure dan consideration serta
teori pengharapan motivasi. Pada intinya, teori path goal menjelaskan dampak perilaku
pemimpin pada motivasi bawahan, kepuasan, dan kinerjanya. Path goal theory mem- bantu
memahami dan meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Teori tersebut
menurut Martin G. Evans (1970) dan Robert J.House (1971) dikembangkan dari teori motivasi
"expectancy di mana motivasi pekerja sangat ditentukan oleh harapannya, bahwa suatu usaha
mencapai tingkat pelaksanaan kerja terbaik akan menjadi alat mendapatkan hasil-hasil yang
positif dan menghindarkan hasil yang negatif. Path goal theory menjelaskan bagaimana perilaku
pemimpin memengaruhi dampak perilaku, dan kinerja yang pada gilirannya memengaruhi
pelaksanaan kerja bawahan, dan motivasi individu ber- dasarkan pengharapannya atas imbalan
yang menarik.
BAB V

KEPEMIMPINAN BERBASIS

TEORI X, Y, Z

1.Kepemimpinan Berbasis Teori X

Individu berbeda dalam banyak hal, termasuk kepribadian, nilai- nilai, sikap, gaya berpikir,
budaya, dan cara pengambilan keputusan. Pendekatan manajemen tradisional yang
menekankan kontrol dan kepatuhan, secara khusus manajer atau pemimpin membuat sejumlah
asumsi, seperti: bawahan atau pengikut tidak suka bekerja dan akibatnya akan menghindarinya,
mereka tidak atau tidak akan menerima tang- gung jawab, mereka tidak ambisius dan ingin
dipimpin, dan mereka harus diawasi ketat jika tujuan organisasi akan dicapai secara efektif.
Douglas Murray McGregor (1960) seorang Professor of Psychology in Sloan School of
Management Harvard University melakukan studi yang hasilnya menyimpulkan bahwa jenis
organisasi birokrasi yang dirumuskan oleh para teoretisi klasik mencerminkan pandangan yang
sangat negatif terhadap manusia yang diberi nama teori X. Teori ini merupakan terobosan teori
manajemen yang dikembangkan McGregor tahun 1950-an masih dipakai memasuki abad ke-21.

2. Kepemimpinan Berbasis Teori Y

Partisipasi karyawan atau anggota organisasi telah menjadi isu sentral dalam
kepemimpinan selama bertahun-tahun. Nilai-nilai lebih manusiawi dalam manajemen pada
abad ke-20 yaitu memperlakukan manusia lebih sederajat, lebih bermartabat, lebih beradab,
lebih murah hati terhadap karyawan dalam perusahaan. Kata "nilai" merupakan kata jenis yang
meliputi segenap macam kebaikan dan sejumlah hal lain yang bernilai baik memanusiakan
manusia dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

Nilai-nilai manusiawi dalam organisasi maupun dalam perusahaan mengurangi


pertentangan antara karyawan dengan majikan, memper- haiki lingkungan kerja dan
memberikan kesejahteraan yang lebih baik Perubahan ini menimbulkan asumsi mengenai
manusia yang oleh Mc- Gregor (1966) mengusulkan suatu pandangan yang sama sekali berbeda
mengenai sifat-sifat manusia (human nature) yang ia namakan "teori Y". Teori ini beranggapan
bahwa bekerja merupakan kegiatan yang alami atau rekreasi. Orang bekerja mempunyai
kebutuhan-kebutuhan lain di samping kelangsungan hidupmya. Kebutuhan itu merupakan suatu
keinginan bahwa usaha mengarah pada suatu hasil pelaksanaan kerja sebagai wujud dari
kemampuan mengatasi kesulitan dalam bekerja, kepercayaan diri didukung keterampilan, dan
pengetahuan yang cukup dalam mengatasi masalah menjurus pada penguatan dalam
organisasi.

3.Kepemimpinan Berbasis Teori Z

Berdasarkan perbedaan-perbedaan dari teori X dan teori Y, di sam- ping adanya pengertian
teori Zoleh Lyndall F. Urwick lahir 3 Maret 1891, dikenal adanya teori Z yang dikemukakan oleh
William G. Ouchi (lahir tahun 1943 di Honolulu) seorang Professor Business Administration di
Stanford University. Pandangan Urwick adalah spesialisasi yang mem- beri kontribusi pada
terkonsentrasinya para karyawan dalam bekerja dengan sungguh-sungguh untuk lebih produktif
sesuai kemampuan.

 pengambilan keputusan secara kolektif


 sistem evaluasi kinerja yang tidak formal dan pengamatan jangka beberhasilan usaha.
 promosi yang lambat.
 perhatian yang menyeluruh.

Tidak ada lembaga atau organisasi yang dapat bertahan hidup tanpa kepercayaan, baik
internal maupun eksternal di mana mereka mampu hidup bersama yang serasi dalam jangka
panjang, kelembutan dalam pergaulan yang baik dalam hubungan antarpribadi maupun
kelompok, dan keakraban antarsesama dalam organisasi. Upaya me- ningkatkan kualitas
keefektifan organisasi dalam mengambil keputusan dan mencapai tujuan telah banyak
dibantu menggunakan analisis te- ori X. teori Y, dan teori Z untuk meningkatkan
produktivitas lembaga, perusahaan, atau organisasi. Dalam organisasi laba dan nirlaba hal ini
sangat memberikan suatu kontribusi, di mana kita tau bahwa organisasi bisnis dan non bisnis
adalah suatu yang memengaruhi orang-orang dan membentuk karakter seseorang untuk
berkepribadian.

Diharapkan seorang pemimpin yang menerapkan teori Z dapat memfasilitasi untuk


memecahkan permasalahan yang ada di lingkungan organisasi, sehingga ia akan dapat
memecahkan persoalan dengan memperhatikan seluruh komponen yang ada dalam
organisasi. Pada akhirnya, pemimpin dan anggota dapat memiliki suatu kepribadian yang
menjawab tantangan organisasinya di masa akan datang, dan mampu melakukan perubahan
ke arah lebih baik, berkualitas, dan membawa kesejahteraan.
BAB VI

PENDEKATAN KEPEMIMPINAN

1.Pendekatan Sifat dalam Kepemimpinan

Satu pendekatan paling awal digunakan untuk penelitian kepemimpinan adalah


pendekatan sifat (trait approach). Sifat-sifat yang dimiliki pribadi seorang pemimpin, studi yang
dilakukan para ahli menyatakan keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin banyak
dipengaruhi oleh sifat bawaan dari seorang pemimpin. ditentukan atau Fokus riset
kepemimpinan pada tahun 1920-an dan 1930-an menurut Robbins dan Coulter (2010:147)
terletak pada memahami sifat pemim- pin yaitu, karakteristik yang dapat membedakan antara
pemimpin dan nonpemimpin. Analisis ilmiah mengenai pendekatan kepemimpinan dimulai
dengan memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri vaitu pendekatan.

2.Pendekatan Kekuasaan dalam Kepemimpinan Kekuasaan (power)

faktor penentu dari hakikat penting rapan bahwa melalui organisasi mereka akan
memperoleh manfaat Kekuasaan merupakan penggerak, pendorong, pelaku perubahan dan
peradaban umat manusia. Kekuasaan oleh Hicks dan Gulet (1996:371) adalah faktor penentu
dari hakikat penting dan kualitas interaksi, dan dapat menentukan apakah interaksi tersebut
dapat mempertahankan kelanjutan hidupnya. Secara sederhana, James D. Mooney (1947)
mengemukakan dapat dipahami bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk melaksanakan
sesuatu. Artinya, kekuasaan adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang
dinginkan oleh pihat lainnya. Kekuasaan meliputi hubungan dua atau lebih orang dan Mar
Weber (1947) percaya bahwa kekuasaan meliputi kekuatan dan paksaan.

3. Pendekatan Pengaruh Kepemimpinan

Pemimpin membutuhkan kekuasaan agar dapat efektif, tetapi tid berarti bahwa memiliki
kekuasaan yang besar selalu lebih baik. Besa nya kekuasaan keseluruhan yang sangat penting
untuk kepemimpina yang efektif dan campuran dari berbagai tipe pendekatan kekuasaa menjadi
pertanyaan yang penting dijawab oleh para peneliti. Besamy kekuasaan yang diperlukan
tergantung pada apa yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan dan keterampilan
pemimpin da menggunakan kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan yang tidak terlalu besar
dibutuhkan oleh pemimpin yang mempunyai keterampilan menggunakan kekuasaan secara
efektif dan yang mengetahui pentine nya konsentrasi pada tujuan organisasi. Bauer (1968)
menjelaskan can bijaksana menggunakan kekuasaan secara selektif dan hati-hati untul
menyelesaikan suatu yang penting dengan mempertahankan saluran kebaikan untuk
menyelesaikan pekerjaan organisasi. Beberapa situas kepemimpinan membutuhkan lebih
banyak kekuasaan daripada da lam situasi lainnya, kekuasaan ini yang lebih banyak ini agar
seorang pemimpin dapat efektif dalam mengambil keputusan.

Kepemimpinan merupakan motor penggerak dari semua sumber sumber dan alat-alat
(resources yaitu human resources dan non human resources) yang tersedia bagi organisasi.
Kepemimpinan merupakan tugas manajerial yang penting di dalam setiap organisasi khususnya
dalam pengambilan kebijakan dan keputusan sebagi inti dari kepentingan.Keberhasilan seorang
pemimpin juga dipengaruhi pende- katan yang digunakannya dan bagaimana menggunakan
kekuasaan vang melekat pada dirinya. Pemimpin yang efektif akan menggunakan kekuasaan
dengan cara yang halus, hati-hati, sehingga dapat meminimalkan perbedaan status dan
menghindari ancaman terhadap harga diri pengikut.

Pendekatan kekuasaan dan perilaku memengaruhi dapat diperlakukan secara terpisah,


meskipun keduanya saling berhubungan secara kompleks. Pendekatan dalam kepemimpinan
untuk memastikan kesesuaian perilaku para pengikut dengan nilai-nilai,prinsip, visi, dan misi
organisasi memiliki dua dimensi primer yang sama pentingnya yaitu kesesuaian dan
kemampuan adaptasi. Kepemimpinan organisasi yang memiliki kesesuaian antara visi dengan
perilaku semua individu dalam organisasi, akan berhasil mencapai tujuan organisasi, karena
semua usaha individu dalam organisasi oleh pimpinannya dipusatkan pada tujuan yang sama
dan membawa kemajuan bagi organisasi.

Penting bagi pemimpin untuk memastikan bahwa semua orang dalam organisasi
memahami mengenai apa sebenarnya bisnis yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi.
Pendekatan pengaruh sehingga pengikut mau dan bersedia mengerjakan apa yang diminta
pimpinan dengan ketentuan pemimpin dan pengikut mengetahui apa yang akan dilakukan yang
berguna bagi organisasi dalam mencapai tujuan. Drucker berpandangan budaya perusahaan
atau organisasi memiliki sifat yang mirip dengan budaya negara di mana perusahaan itu
dijalankan. Penting dipahami oleh pemimpin bahwa tujuan dari bisnis adalah menciptakan,
mempertahankan pelanggan, dan apa yang bisa diukur bisa ditingkatkan dengan terus
melakukan perbaikan.
BAB VII

KEPEMIMPINAN KARISMATIK

TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

1.Kepemimpinan Karismatik

Kepemimpinan karismatikwarisan dari konsepsi kepemimpinan lama telah ada sejak zaman
Yunani kuno. Dengan kekuatan personalnya, seorang pemimpin mampu memiliki efek yang luar
biasa terhadap pengikutnya. Kepemimpinan karismatik sebagai hasil kajian dan ide-ide dari Max
Weber dalam mengkaji ilmu ilmu sosial. Weber (1947) mengemukakan charismaadalah kata
dalam bahasa Yunani yang berarti "berkat yang terinspirasi secara agung" seperti kemampuan
melakukan keajaiban atau memprediksikan peristiwa masa depan. Kepemimpinan karismatik
adalah kemampuan untuk memengaruhi pengikut berda- sarkan pada bakat supernatural dan
kekuatan yang menarik. Pengikut menikmati karismanya pemimpin karena mereka merasa
memperoleh inspirasi, kebenaran, dan penting. Kekuasaan yang tidak dapat dijelaskan dengan
jelas oleh cara yang logis disebut karismatik. Midel (1992) mengatakan tidak ada jawaban
definitif yang telah diberikan pada apa yang membentuk perilaku kepemimpinan karismatik.

2. Kepemimpinan Transformasional

Dua dekade terakhir ditemukan perspektif baru yaitu kepemimpinan tranformasional yang
inspiratif memberi motivasi pada pengikut. Kepemimpinan transformasional yang
dikembangkan oleh James Mc-Gregor Burns (1978) adalah kemampuan pemimpin
memberdayakanKepemimpinan transformasional sebagai kepe- mimpinan yang sejati
mengubah potensi menjadi energi dengan cara eningkatkan mutu proses untuk mencapai
tujuan, target dan sasaran organisasi. Pemimpin yang menyenangkan, membangun inspirasi,
dan pendorong aktualisasi diri dianggap sebagai transformasional. Kepemimpinan
transformasional atau inspirasional didasarkan pada ide dari Burns (1978). Tetapi menurut Bass
(1985 dan 1996) telah ada lebih banyak penelitian empiris mengenai versi dari teori yang
dikemukakan oleh para ahli daripada versi lainnya.
3 Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transformasional lebih meningkatkan motivasi dan kinerja pengikut


dibandingkan dengan kepemimpinan transaksional. Pemimpin yang efektif menggunakan
kombinasi dari kedua jenis kepemimpinan tersebut. Kepemimpinan transformasional dibangun
sebagai tambahan atas kepemimpinan transaksional (transactional leadership) tradisional oleh
McGregor dan Burns mencakup hubungan pertukaran antara pemimpin dan pengikut. Bass
menyimpulkan kepemimpinan transaksional adalah resep bagi keadaan seimbang.
Kepemimpinan transaksional berasumsi bahwa kepemimpinan merupakan kontrak Osal antara
pemimpin dan pengikut yang merupakan pihak-pihak yang independen, di mana masing-masing
mempunyai tujuan, kebutuhan.

Kepemimpinan transaksional mengenalkan apa yang diinginkan atau disenangi para


pengikut dan membantu mereka mencapai tingkat pelaksanaan. Sehingga pengikut dalam
kepemimpinan transaksional menghasilkan penghargaan yang memuaskan mereka. Hubungan
antara pemimpin dan pengikut dalam kepemimpinan transaksional merupa kan hubungan
transaksi yaitu menukarkan sesuatu yang dibutuhkan pemimpin dengan sesuatu yang
dibutuhkan pengikutnya. Pertukaran peran pemimpin telah diacu sebagai transaksional,
pemimpin yaitu membantu para pengikut mengenali apa yang harus dilakukan agar mencapai
hasil yang diinginkan seperti mutu hasil lebih baik, penjualan semakin banyak, mutu layanan
yang semakin baik, efisiensi biaya produksi dan lain sebagainya.

Manajemen perusahaan banyak melaksanakan kepemimpinan transaksional dengan para


pekerjanya dalam suatu perjanjian kesepakatan kerja. Agar pekerja mempunyai kekuatan,
mereka mendirikan serikat pekerja, demikian juga pengusaha mendirikan asosiasi pengusaha.
Jika transaksi antara manajemen dengan pekerja tidak berlangsung dengan baik akan terjadi
konflik dalam bentuk pemogokan yang merugikan kedua belah pihak. Pemimpin yang semata-
mata karismatik dapat menginginkan pengikut agar mengadopsi pandangan dunia karismatik
dan tidak beranjak lebih jauh. Dalam kepemimpinan transaksional para peneliti mengungkapkan
bahwa masih diperlukan penelitian mendalam mengenai pertukaran sosial.

BAB VIII
ETIKA DAN MORAL KEPEMIMPINAN

1.Kepemimpinan Autentik

Pemimpin yang dapat dipercaya, objektif, mengetahui dengan baik misi organisasi yang
dipimpinnya, berpikir positif, mampu dan sap mengatasi masalah organisasi merupakan bagian
dari tanda-tanda kepemimpinan autentik. Luthans (2005: 566) mengungkapkan studi 1.
Kepemimpinan Autentik yarng dilakukan William Gardner, Douglas May dan rekan-rekan bekera
sama dengan Gallup Leadership Institute di University of Nebraska meyakini bahwa
kepemimpinan autentik adalah pendekatan yang penting Secara spesifik kepemimpian autentik
(authentic leadership berasal dari kapasitas psikologis positif dan konteks perkembangan or
ganisasi yang menghasilkan kesadaran diri dan perilaku positif, regulasi diri yang tinggi pada
kepemimpinannya dan terhadap rekan-rekannya membantu perkembangan diri positif.
Pemimpin yang autentik terliht percaya diri, penuh harapan, optimis, ulet, tangguh, transparan,
ber. moral, berdedikasi tinggi, etis, berorientasi masa depan, dan memberi prioritas pada
perkembangan rekan kerja untuk menjadi pemimpin yang memiliki integritas dan komitmen
tinggi pada kepemimpinannya.

Kepemimpinan autentik mencakup nilai-nilai positif dalam ke- pemimpinan, kesadaran diri
pemimpin, dan kepercayaan pengikut pada pemimpin. Yukl (2010: 344) mengatakan "authentic
leadership is primarily a normative theory that describes an ideal leader for orga- nizations
pernyataan ini menunjukkan bahwa dari perspektif teori normatif kepemimpinan autentik
adalah pemimpin yang ideal untuk organisasi. Perilaku pemimpin autentik menganut nilai-nilai
yang konsisten dengan nilai-nilai yang sebenarnya, pemimpin autentik bukan mencari posisi
membenarkan dan memenuhi kebutuhan akan harga dan status, kekuasaan, dan kekuasaan
melainkan untuk mengekspresikan dan memberlakukan nilai-nilai yang mereka yakini. Teori ini
berusaha mengintegrasikan ide-ide sebelumnya mengenai kepemimpinan yang efektif dan
kepemimpinan yang etis dalam diri seorang pemimpin autentik.

2. Eika Kepemimpinan

Pada umumnya, orang menginginkan agar pemimpin mereka dapat dipercaya perkataanya
bertindak etis. bermoral, bukan pencitraan. Maka penting sekali bag pemimpin mengambil-
langkah langkah konstruktif menjaga etika dalam ua tindakan kepemimpinannya. Dalam
bertindak maupuh mem- berikan informasi akan lebih dipercaya jika apa yang disampaikan oleh
pemimpin itu konsisten, akurat, dan dapat dipercaya. Meskipun dapat dipahami bahwa
pemimpin membutuhkan waktu untuk membangun Arpercayaan dan kredibilitasnya sebagai
pemimpin yang berhasil, berprestasi, dan bereputasi. Pemimpin dalam mengembangkan
kepercayaan memerlukan tindakan lahir dan batin, tindakan yang sesuai dengan niat dan kata-
Lata, serta memenuhi etika sehingga menjadi pemimpin yang dapat dipercaya.

3 Nilai-nilai Moral dalam Kepemimpinan

Kepemimpinan bermoral menunjukkan seorang pemimpin berkualitas yang mengerjakan


sesuatu dengan baik. Moralitas atau moral adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin: mos
(jamak: mores) berarti cara hidup atau kebiasaan. Secara harfiah, istilah moral berarti sama
dengan istilah etika, tetapi dalam praktiknya istilah moral atau moril sebenar nya telah jauh
berbeda dari arti harfiahnya.Moral diwujudkan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan yang
berinteraksi satu dengan lainnya memenuhi nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakat.

Moral atau moralitas dilandasi nilai-nilai tertentu yang diyakini seseorang atau organisasi
tertentu sebagai sesuatu yang baik atau buruk, sehingga dapat membedakan mana yang patut
dilaku- tan dan mana yang tidak sepatutnya dilakukan. Moralitas cenderung lebih merujuk
kepada nilai-nilai yang diyakini dan menjadi semangat dalam diri seseorang atau sesuatu
organisasi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Di sisi lain konsep moralitas,
dimaksudkan untuk menentukan seberapa kuat dorongan dalam diri seseorang untuk
melakukan tindakan sesuai prinsip-prinsip etika moral. Tindakan yang memenuhi aturan
normatif secara sengaja baik oleh pemimpin maupun anggota organisasi yang bersinggungan
dengan aktivitas organisasi.

Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat moralitas seseorang antara lain latar belakang
budaya, pendidikan, pengalaman, karakter individu, keinginan yang kuat memperoleh
keberhasilan, kebermanfatan dirinya bagi orang lain dan lingkungan. Pemahaman mendalam
tentang moralitas berarti sangat kontekstual, sifatnya tidak dapat diungkapkan dengan ucapan
aau dalil sekalipun. Konteks moralitas oleh Makmur (2007: 78) adalah yang menyenangkan,
memandu ke jalan yang benar, dan sarana hikmat dalam kehidupan manusia.

BAB IX
PEMIMPIN BERORIENTAS

PELAYANAN PUBLIK

1. Layanan Kepemimpinan yang Mendorong Anggota Menjadi Puas

Semakin besar kesenjangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang diharapkan anggota
organisasi dari pekerjaannya, maka menurut Sweeney dan McFarlin (2002) semakin tidak puas
yang mereka asakan. Anggota atau pegawai cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaannya,
ketika apa yang mereka miliki sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Demikian juga halnya
dengan pelanggan seperti masyarakat pengguna produk atau jasa organisasi, mereka cenderung
akan merasa puas apabila layanan dan kualitas produk yang diterimanya sesuai dengan apa
yang pelanggan harapkan. Artinya, semakin besar kesenjangan antara apa yang diterima dengan
apa yang diharapkan, maka semakin tidak puas yang mereka rasakan. Sebelum membahas lebih
mendalam mengenai hal kepuasan pelanggan, maka sebagai ba- han perbandingan ada baiknya
dibahas pemicu kepuasan pelanggan pada perusahaan (corporate) atau organisasi dan
disesuaikan dengan bagaimana aplikasinya pada organisasi atau lembaga. Adapun pertanyaan
yang fundamental adalah apa sebenarnya yang membuat pelanggan puas? Selama dua
dasawarsa ini, driver dari kepuasan pelanggan ini tidak habis-habisnya dibahas dan terus-
menerus.

2. Pemimpin Memiliki Kedudukan Strategis dala Layanan Publik

Strategi pemimpin menurut pandangan Fiedler (1996), Holme das Watt, (2000) akan efektif
jika mampu menyesuaikan untuk memenuhi volatilitas meningkat dan pergolakan (furbulence)
dari kebutuhan yang selahu berubah dari lingkungan bisnis mengglobal kompetitif. Pemim
memiliki kedudukan strategis, karena pemimpin memiliki kesempatan yang luas menyusun dan
melaksanakan program manajemen perubabas untuk menjawab kebutuhan nyata. Perubahan
ini tidak dapat dihindari karena akan terjadi perubahan melalui program-program yang masu
akal, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan. Jika kompetensi kepe mimpinan tidak jelas
dalam menjalankan organisasi, menurut Mgbere (2009) tidak mungkin terjadi perubahan dari
waktu ke waktu, dan tidak mungkin pula untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi
dalam upaya memenuhi kebutuhan organisasi.
Kemampuan kepemimpinan strategi kepemimpinan yang digunakan dan gaya secara luas
dianggap sebagai variabel penting dalam keberhasilan memberikan layanan publik
memenangkan persaingan pasar sebagai upaya memajukan organisasi. Layanan publik yang
mendapat kepercayaan dari publik tentu mampu memberi inspirasi, mempertahankan
fleksibilitas, dan memberdayakan orang lain untuk menciptakan perubahan strategis yang
diinginkan.Karakteristik Publik Perusahaan atau organisasi yang reputasinya mendapat
pengakuan publik adalah perusahaan atau organisasi yang memperoleh keberhasilan hidang
keuangan, hubungan industri yang baik dan sehat, pencipta Inangan kerja dalam jumlah yang
besar, kesediaan memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya.

Perusahaan atau organisasi yang memiliki jumlah anggota yang besar dan banyak unit
organisasi, tentu akan menemukan berbagai perangai dan perilaku anggota yang menunjukkan
citra perusahaan atau organisasi. Untuk menjaga citra perusahaan atau organisasi tentu perlu
diberi tahu pada publik kekhasan perusahaan atu organisasi antara lain dengan pakaian seragam
yang digunakan, posisi dan desain kantor tempat publik ber komunikasi dengan perusahaan
atau organisasi, ciri khas dan kualitas produk yang diterima oleh publik, dan lain yang
menunjukkan sesuatu yang spesifik dan unik.

4. Kesalahan Melakukan Pengukuran

Kepuasan masyarakat atas layanan yang diperolehnya. Namun dalam melakukan penelitian
tersebut selalu hasilnya kurang maksimal, karena kurang cermat, pendekatan yang kurang
sesuai, atau selalu terdapat kesalahan dalam mengukurnya. Hasil penelitian Irawan (2003) dala
berbagai perusahaan menemukan bahwa kesalahan melakukan pengukuran dapat dibagi dalam
2 kelompok, yakni kelompok pertama adalah jenis kesalahan fundamental konsekuensi dari
kesalahan jenis pertama adalah dihasilkan data yang benar-benar tidak berguna. Dalam hal ini
lebih baik untuk tidak menggunakan data hasil riset tersebut.

Kelompok kedua adalah jenis kesalahan yang sifatnya minor hingga moderat Ada beberapa
kesalahan yang masuk dalam jenis kesalahan fun damental. Pertama adalah kesalahan dalam
menentukan populasinya. Masalah populasi ini menjadi penting terutama institusi tertentu yang
melakukan riset pasar atau riset kepuasan pelanggan tidak dengan cara sensus tetapi dengan
cara sampling, yaitu hanya mengambil sebagian dari anggota populasi sebagai responden. Hasil
sampling ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang cukup akurat terhadap populasi
yang diukur tingkat kepuasannya. Oleh karena itu, metode riset kebutuhan masyarakat yang
baik haruslah dimuat dalam menentukan populasinya secara jelas. Misalnya, sebuah
perusahaan air minum ingin menentukan kepuasan dari para pelanggannya
BAB X

PEMIMPIN DAN MANAJER

DALAM ORGANISASI

1.Manajemen dan Kepemimpinan

Secara umum, manajemen (management) dan kepemimpinan (lea- dership) pada dasarnya
sering dipandang sebagai dua konsep yang sama keduanya merupakan pendekatan yang
penting dan penuh semangatterhadap penelitian, analisis, dan pemecahan masalah manajemen
dan kepemimpinan pada organisasi bisnis dan nonbisnis, organisasi pemerintah dan non
pemerintah, maupun organisasi kemasyarakatan. Manajemen dan kepemimpinan menurut
Koontz, O'Donnell, dan We- thrich (1986) sering kali dianggap mempunyai pengertian yang
sama. Meskipun benar, seorang manajer yang efektif tentulah seorang pemimpin yang efektif.
Memimpin adalah fungsi pokok seorang mana- jer, tetapi sebenarnya lebih banyak harus
dilakukan seorang manajer, bukan hanya memimpin saja. Perintah, arahan, dan ide seorang pe-
mimpin akan diikuti oleh anggotanya disebabkan seorang pemimpin itu memiliki kekuasaan atas
jabatan yang melekat pada dirinya. Jabatan sebagai sumber kekuasaan bagi seseorang tidak
cukup untuk memberi keberhasilan bisnis yang dikelolanya, bagi seorang pemimpin meskipun
telah menduduki jabatan masih diperlukan keterampilan memimpin dan menggerakkan orang-
orang dalam organisasi agar bekerja dengan penuh dedikasi.

2. Pemimpin dan Manajer

Secara teoretis untuk memahami kepemimpinan tentu penting sekali memahami apa itu
manajemen di mana aktivitas manajemen diperankan oleh manajer dan aktivitas organisasi
diperankan oleb pemimpin. Semua peran mereka ini untuk mencapai tujuan, sasaran.Untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi, tentu saja pemimpin dan semua manajer sesuai
kewenangannya dalam organisasi atau perusahaan melakukan kerja dengan pemangku
kepentingan, manajemen keselamatan kerja, kesehatan kerja, program pelayanan karyawan,
audit kinerja SDM, konsultasi SDM, dan kegiatan manajemen lainnya dalam organisasi.

Keahlian profesional pemimpin oleh Hoesada (2013: 174) menjadi lebih penting dari
kemampuan menyediakan modal awal, menyebabkan peralihan kekuasaan pemodal kepada
manajemen manajemen profesional bukan pemilik, manajemen amat diwarnai unsur
kepemimpinan (leadership) Pemimpin berfungsi melakukan inovasi pada segala bidang atau
aspek manajemen, produk, atau jasa utama perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya.

3.Fungsi dan Kedudukan Pemimpin dalam Organisasi

Pemimpin dengan kedudukan yang tinggi seperti pemimpin pupct (presiden direktur,
direktur utama dan para direktur) oleh sejumlah ahli disebut juga CEO pada suatu perusahaan
atau sebutan yang spesifit bagi suatu organisasi sering berada pada posisi yang menguntungkan
untuk membantu orang lain juga membantu masyarakat. Oleh karena itu, menurut Dubrin
(2002: 5) pernimpin merasa senang dengan peker jaan dan kedudukannya. Rasa senang ini
tumbuh karena menghadapi tantangan dan menentukan sendiri seni maupun strategi
menghadapi tantangan.

Kedudukan pemimpin sangat prestisius dan membangga kan, terlebih memimpin


perusahaan atu organisasi yang berprestasi dan bereputasi. Pemimpin menurut Kartono (2016:
187) suatu bentuk dominasi yang didasari oleh kapabilitas atau kemampuan pribadi, yang
mampu mendorong dan mengajak orang lain berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama.
Pemimpin yang terlahir dengan bakat alam, didukung pengalaman memimpin organisasi,
didukung pendidikan yang cukup, memperoleh ilmu yang diperlukan, dan sikap yang sesuai
dengan pengenalan formal tentang peranan manajer yang kompleks. Maka pemimpin tersebut
akan lebih cepat lagi menjadi pemimpin yang sukses dan manajer yang superior.

Manajemen merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber dari alat-alat, manusia,


sumber daya lainnya dalam suatu organisasi. Manajemen juga menjadi bagian terpenting dari
penerapan ilmu pengetahu secara interdisipliner untuk kerja sama menguntungkan yang sifatna
dinamis dan memberi tantangan. Hierarki dalam manajemen sesai asas efektivitas dan efisiensi
organisasi di mana pengambilan keputus an berdasar visi dan manfaat jangka panjang. Dalam
manajemen ada organisasi, dan dalam organisasi kepemimpinan yang merupakan inti dari
manajemen. Posisi dan kedudukan pemimpin dan manajer dalam diri seorang pemimpin puncak
sulit dibedakan. Pemimpin puncak yang bertindak sebagai pemimpin dalam mengambil
keputusan strategis Sebelum mengambil keputusan seorang pemimpin lebih dulu menerima
masukan dan pandangan dari para manajer bawahannya yang menjalani tugas yang diberikan
atasan.
BAB XI

MENUMBUH KEMBANGKAN

KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA

1.Sikap Wirausaha Pemimpin

Dalam rangka memperoleh mutu dan kepuasan pelanggan, maka hagi seorang pemimpin
perusahaan atau organisasi mau tidak mau harus memiliki sikap wirausaha atau berjiwa
wirausaha berdasarkan pendirian dan keyakinan dalam dirinya tumbuh semangat yang luar
biasa di dukung kerja keras untuk memperoleh keberhasilan yang gemilang. Perasaan, pikiran,
kecenderungan pemimpin, dan dalam keadaan siap melakukan tindakan mengenai bisnis yang
dijalankannya yang memiliki konsekuensi atas tindakannya memberi warna yang
menggambarkan gaya kepemimpinan.

Sikap ini adalah penting, meskipun pemimpin tersebut tidak merisikokan hartanya, tetapi ia
akan merisikokan peng- hidupannya dan penghidupan orang lain demi perolehan mutu dan
kepuasan pelanggan serta pengakuan masyarakat. Pemimpin sebagai seorang manajer
melaksanakan pekerjaan profesionalnya temotivasi untuk memperoleh mutu produk dan
menghadapi risiko. Pendapat ini sejalan dengan Soesarsono Wijandi (1988:24) yang mengatakan
berjiwa wirausaha adalah sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan dan semangat yang
bersumber dari kekuatan sendiri baik dalam kekaryaan pemerintahan maupun kegiatan apa saja
di luar pemerintahan dalam arti yang menjadi pangkal keberhasilan.

2. Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola kehidupan insani
tertentu melalui proses latihan dan kajian dal suatu sistem yang teratur. Menurut Webster's
New World Dictionary (1962), pendidikan adalah "proses pelatihan dan pengembangan pe-
ngetahuan, keterampilan, pikiran, karakter, dan seterusnya, khususnya lewat persekolahan
formal". Pemahaman mengenai pendidikan menurut Sagala (2013:1) mengacu pada konsep
tersebut menggambarkan bahwa pendidikan memiliki sifat dan sasarannya yaitu manusia.
Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa, raga, dan dibekali dengan akal dan pikiran yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keberadaannya berguna pula bagi orang
lain. Sebagai individu manusia merupakan kesatuan jasmani dan rohani yang mencirikan
otonomi dirinya,
3. Proses Kewirausahaan Kepemimpinan

Strategis dan operasional, wirausahawan adalah menentukan suatu perencana strategis


tanpa menyadari apa yang dilakukannya, tetapi sebagai pemimpin ia membuat semua
keputusan strategis d operasional, menciptakan bisnis dengan serangkaian percobaan dan
kegagalan, ketekunan dan kerja keras. Mencapai keberhasilan men jadi dorongan yang kuat
tumbuh dari dalam dirinya. Kepemimpinan wirausaha menurut Pinchot (1988) adalah
kepemimpinan yang meng integrasikan bakat para rekayator dan pemasar dalam menciptakan
proses dan produk jasa baru.

Secara esensial, memang ada perbeda an seseorang yang bekerja keras untuk memenuhi
nafkah hidupnya dengan jalan bekerja di perusahaan atau organisasi, dengan orang yang diberi
peluang mengembangkan kreativitas meningkatkan mutu seakaligus berkontribusi terhadap
kesejahteraannya. Jiwa wirausaha bagi pemimpin, manajer, staf ahli, profesional, karyawan, dan
pekerja lainnya menjalankan usaha dengan menggunakan modal dan tenaga Pengembangan
jiwa wirausaha ini memang mengandung risiko b datangnya dari sistem yang tidak mendukung,
dan juga datangnya dan lingkungan yang tidak familiar dengan jiwa wirausaha diterapkan
perusahaan atau organisasi.

Dilihat dari proses, maka dapat didefinisikan kepemimpinan yang berjiwa wirausaha
diartikan sebagai proses wirausaha mentransformasi mengorganisasi dan mensinergikan
sumber-sumber usaha untuk mendirikan usaha atau program-program baru memajukan
perusaha- an atau organisasi dalam hal kualitas dan memenangkan persaing Untuk memenuhi
kepuasan publik, maka perlu ada kriteria pemimpin berjiwa wirausaha, karakteristik
kepemimpinan berjiwa wirausaha tentu saja memiliki ciri yang khusus dan spesifik.

4. Kepemimpinan Wirausaha

Istilah entrepreneurship berasal dari kata entrepreneuryang padan- annya dalam bahasa
Indonesia disebut wirausaha. Ada yang menggunakan wiraswasta, karena swasta dalam bahasa
Indonesia berarti bukan milik pemerintah, maka dalam tulisan ini memilih menggunakan istilah
wirausaha. Wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang melihat adanya peluang, kemudian
mengorganisasi dan mensinergikan peluang itu dengan semua sumber-sumber daya usaha
untuk mendirikan usaha.
BAB XII

KEPEMIMPINAN VISIONER

1.Visi Kepemimpinan

Masalah yang selalu dihadapi sebuah organisasi secara empirik adalah masalah
kepemimpinan, yaitu kegagalan memiliki pemimpin yang unggul di setiap sektor mulai dari
pemimpin pemerintahan.pe- mimpin dunia usaha, maupun pemimpin lembaga nirlaba.
Pengalaman empiris ini menunjukkan tidak mudah menjadi pemimpin yang berhasil 1. Visi
Kepemimpinan dan berkarakter. Maxwell (2001: 13) mengilustrasikan kita tidak dapat memilih
orangtua kita, kita tidak bisa memilih keadaan dan lokasi kelahiran kita, serta di mana kita
dibesarkan. Kita tidak dapat memilih talenta-talenta atau intelligence quotient (IQ) atau ukuran
kemampuan intelektualitas, analisis, dan kemampuan logika Kita. Namun menurut Maxwell kita
dapat memilih karakter kita dengan cara setiap kali kita membuat berbagai pilihan seperti
menghadapi atau menghindari situasi sulit, memberngkokkan kebenaran atau teguh
mendukungnya, mengambil jalan pintas atau membayar harganya, memilih orang yang patuh
atau memilih orang yang terbaik, kredibel dan sebagainya.

Melalui proses memilih yang demikian dan memutuskan pilihan yang diambil inilah
menggambarkan karakter seseorang yang melekat dalam diri pribadinya. Seorang pemimpin
yang membuat pilihan pilihan hari ini, maka pemimpin itu terus-menerus menciptakan
karakternya. Pada dasarnya, para pengikut tidak percaya pada pemimpin yang ka rakternya tidak
baik, dan mereka tidak selamanya mau mengikutinya Maxwell mengangkat pandangan Steven
Berglas seorang psikolog di Harvard Medical School dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa
kunci dari orang-orang bertalenta tinggi tiba-tiba jatuh ketika menca- pai sukses tertentu adalah
dikarenakan orang itu tidak memiliki dasar karakter yang kuat. Steven Berglas meyakini salah
satu yang membu- atnya jatuh adalah perilakunya yang memperlihatkan kecongkakan. perasaan
sendirian yang menyakitkan, suka cari gara-gara, dan selalu melakukan perselingkuhan.

2. Tanggung Jawab Kepemimpinan dan Sikap Positif

Sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu SDM
yang memiliki keterampilan, pengetahuan, kapasitas dan kemampuan tumbuh dalam dirinya
kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement). SDM yang memiliki keterampilan,
pengetahuan, dan kapasitas sangat dimungkinkan tumbuh sebagai pemimpin yang mendapat
dukungan dari berbagai pihak terkait dengan kepemimpin- an itu. Pemimpin yang demikian ini
mampu membangun kerja sama baik dengan pengikut maupun mitra yang akhirnya menjadi
pemimpin berhasil membuat mereka mengerjakan hal-hal mereka tidak kerjakan sebelumnya.
Untuk memperoleh kesuksesan bagi seorang pemimpin penting sekali menonjolkan tangggung
jawab, daripada menonjolkan hak-hak yang harus diperolehnya. Pemimpin yang bertanggung
jawab terus-menerus mengembangkan kapasitas kepemimpinannya Pemimpin itu dalam
mengembangkan kapasitas menguasai kaidah atau prinsip (1) bertukar pikiran dengan orang
yang ingin dipengaruhi agar orang itu bertindak sesuai yang diinginkan pemimpin itu sendiri.

Pemimpin sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai pemimpin memiliki
hak asasi untuk berbuat, bertindak, dan berperilaku sesuai kehendak dan kebebasannya dengan
menjunjung tinggi norma, nilai-nilai, peraturan, dan hukum yang berlaku dalam organisasi
maupun dalam masyarakat. Kebebasan seperti ini adalah kebebasan yang bertanggung jawab,
yaitu kesadaran akan tanggung jawab yang diwujudkan dalam diri seorang pemimpin
ditampakkan pada diri pemimpin. Karakteristik pemimpin bertanggung jawab me miliki jiwa
kewiraan yaitu keberanian, kejujuran, dan disiplin, sehingga memperoleh keberhasilan yang
membanggakan.

3 Kemampuan Pemimpin Memecahkan Masalah

Problematik adminsitratif dan manajemen yang menjadi prob- lematik kepemimpinan


telah menjadi perhatian para ilmuwan sejak dahulu. Itulah sebabnya para ilmuwan dan praktisi
kepemimpinan terus-menerus melakukan studi dan penelitian mengenai problematik
manajemen organisasi. Problem organisasi telah ada sejak organisasi itu ada. Setiap zaman para
ilmuwan dan praktisi dunia usaha melakukan analisis problematika manajemen dan organisasi
untuk menemukan solusi terbaik bagi organisasi itu sendiri, dan menemukan model ke-
pemimpinan yang efektif. Munculnya problematik administrasi dan manajemen secara terus-
menerus sesuai zamannya.

4. Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan visioner menunjukkan kepemimpinan berkualitas den memiliki integritas


pribadi, antusiasme terhadap organisasi yang dipimpinnya, membanguin iklim organisasi yang
kondusif, dan tegas dalam mengambil tindakan maupun keputusan. Kepemimpinan visioner
menurut Komariah dan Triatna (2005:82) adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta,
merumuskan, mengomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan, dan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil
interaksi sosial di an- tara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita cita
organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personel.
Kepemimpinan visioner ditandai oleh kemampuan pemimpin membuat perencanaan yang jelas
dengan rumusan visi menggambarkan sasaran pokok apa yang ingin dicapai. Visi pemimpin
menggambarkan mengenai masa depan organisasi yang dipimpinnya, yaitu daya pandang jauh
ke depan, mendalam, dan luas menerobos batas-batas fisik, waktu, dan tempat. Gerak dimensi
waktu tersebut tergantung daya imajinasi pemimpin itu sendiri dan kemampuan pemimpin itu
menginspirasikan pada anggotanya.

Visi masa depan sifatnya terbuka dan melihat pada potensi-potensi yang mungkin terjadi
tanpa memiliki kepastian mengenai hasilnya. Masa depan adalah masa kini yang sedang
diarahkan oleh manusia itu sendiri, namun demikian menurut Komariah dan Triatna (2005) visi
masa depan ini penting dimiliki pemimpin dan para manajernya, karena masa depan itu
diusahakan akan diwujudkan. Visi masa depan ini dikembangkan oleh pemimpin menjadi
referensi mengontrol kekuatan kekuatan yang dapat dijadikan sebagai banchmarkuntuk
menentukan posisi organisasi dalam persaingan yang menantang.

Komariah dan Triatna (2005) mengutip pandangan Gisela Hageman (1993) menyatakan
bahwa visi tidak dibatasi oleh kemungkinan investigasi secara ilmiah, tetapi juga merangsang
citra kejiwaan, fantasi, dan intuisi yang memberanikan pemimpin itu menjelaskan sasaran dan
memperkuat keyakinan akan kemampuannya mencapai sasaran. Kepercayaan utama muncul
dalam diri pemimpin visioner adalah Danwa kehidupan memiliki kedalaman wawasan yang
tiada akhir yang terus dikejar. Adapun kebenaran dan realitas merupakan hal yang bersifat
relatif bagi persepsi seseorang.

Pemimpin visioner tidak hanya visinya baik, tetapi terampil mengatur organisasi mengikuti
irama visi pemimpin. Pemimpin visioner, hebat, bereputasi dan berhasil mengetahui dengan
jelas arah dan tujuannya, nemikir jangka panjang dapat melihat jauh ke depan, melebihi hari
hari krisis yang sedang dihadapi. Penelitian dan studi para pakar dan praktisi menunjukkan
hukum kepemimpinan sejati menegaskan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin sejati,
tangguh, hebat, dan dicintai pengikutnya membutuhkan waktu atau tidak ada yang instan.
Terus- menerus memperbaiki cara kerja kepemimpinannya, mencari cara-cara belajar dan
bertumbuh, melakukan instrospeksi, bertanya apa yang terbaik saya lakukan, dan menelaah
perkembangan kepemimpinan sendiri sampai pada keberhasilan mengagumkan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari penjelasan diatas dapat ditangkap suatu
pengertian bahwa jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain, maka kegiatan kepemimpinan itu telah dimulai, pengaruh dan kekuasaan dari seseorang
pemimpin mulai tampak. Demikian pula peranan pemimpin didalan mengatasi konflik, oleh
karena itu seringkali kepemimpinan dikaitkan dengan manajemen. Ada dua hal yang biasa
dilakukan oleh pemimpin terhadap pengikutnya yaitu mengarahkan dan mendukung. Oleh
karena itu fungsi kepemimpinan adalah membuat keputusan, gaya kepemimpinan itu tampak
pada saat ia mengambil sebuah keputusan yang bijak dan baik. Buku ini secara lintas
memperlengkapi pemimpin dalam mengatasi konflik yang terjadi dalam organisasi yang
dipimpinnya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas diharapkan mahasiswa bisa menjadi seorang


pemimpin yang baik dan bijaksana. Menerapkan beberapa gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan seseorang sangat mempengaruhi perilaku maupun kinerja seorang individu atau
kelompok. Kepemimpinan kini sangat penting bagi mahasiswa untuk menyambung aspirasi
masyarakat . dengan mempelajari kepemimpinan mahasiswa mampu menargetkan sebuah
target yang sudah dia rencana kan sebelumnya ingin menjadi seorang pemimpin, jadi jika sudah
mempelajari ilmu kepemimpinan dari awal maka dia akan mengerti seperti apakah pemimpin
yang ideal itu.

Anda mungkin juga menyukai