Anda di halaman 1dari 13

AKAL DAN HATI PADA ZAMAN YUNANI KUNO

(THALES, ANAXIMANDER, HERACLIUS, ZENO, DAN


PROTAGORAS)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Cecep Hilman, M.Pd

Disusun oleh : Kelompok 3

A. Nabil Ihsan Ahmad 12018.0001

Ahmad Syihabuddin 12018.0030

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI
Jl. Lio Balandongan (Beugeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang
Kota Sukabumi
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat serta salam kami
curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Adapun tujuan dari makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, September 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR…………….......……………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………….……… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………….. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….. 3
A. Thales…………………………………………………..... 3
B. Anaximander...................................................................... 4
C. Heraclitus............................................................................ 4
D. Parmanides………………………….................................. 5
E. Zeno…………………………………................................. 6
F. Protogoras............................................................................ 7
BAB III PENUTUP………………………………………………….. 8
A. Simpulan…………………………………………………… 8
B. Saran……………………………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA….……………………………………………... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah,


hati pernah Berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya saling
menang. Di antara keduanya, dalam sejarah, telah terjadi pergumulan berebut
dominasi dalam mengendalikan kehidupan manusia.

Yang dimaksud dengan akal disini adalah akal logis yang bertempat di
kepala, sedangkan hati ialah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada.
Akal itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut filsafat,
sedngkan hati pada dasarnya menghasilkan supralogis yang disebut
pengetahuan mistik, seperti halnya iman.

Rivalitas di antara keduanya telah terjadi dalam sejarah peradaban.


Titik-titik merah yang di situ telah terjadi pertarungan hebat antara keduanya
mula-mula terjadi antara sofisme dan Socrates, yang kedua antara credo ut
intelligent-nya abad pertengahan dan Descrates, dan yang ketiga antara
sofisme modern di satu pihak dan Kant di pihak lain. Pada zaman Yunani
kuno, secara pukul rata akal menang, dihentikan oleh Socrates sehingga akal
dan hati sama-sama menang. Pada zaman skolastik Abad Pertengahan
kemenangan di pihak hati (iman), yang dihentikan oleh Descrates. Sejak
Descrates, iman kalah dan akal yang menang. Kant memenangkan keduanya,
dengan cara mengerem akal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemikiran Thales mengenai akal dan hati?
2. Bagaimana pemikiran Anaximander mengenai akal dan hati?

1
3. Bagaimana pemikiran Heraclitus mengenai akal dan hati?
4. Bagaimana pemikiran Parmanides mengenai akal dan hati?
5. Bagaimana pemikiran Zeno mengenai akal dan hati?
6. Bagaimana pemikiran Protogoras mengenai akal dan hati?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pemikiran Thales mengenai akal dan hati.
2. Mengetahui pemikiran Anaximander mengenai akal dan hati.
3. Mengetahui pemikiran Heraclitus mengenai akal dan hati.
4. Mengetahui pemikiran Parmanides mengenai akal dan hati.
5. Mengetahui pemikiran Zeno mengenai akal dan hati.
6. Mengetahui pemikiran Protogoras mengenai akal dan hati.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. THALES
Thales (624-546 SM), orang miltus itu, digelari bapak filsafat karena
dialah orang yang mula - mula berfilsafat (bijaksana). Ia adalah seorang
politikus, ahli geometri dan pemikir di pelabuhan miletus yang sangat ramai. Ia
juga berjasa dengan meramalkan secara tepat gerhana matahari pada tahun 585
sm. Ia tidak tertarik pada mitos tetapi pada pengetahuan mengenai dunia dan
bintang, ia adalah pemikir praktis. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan
pertanyaan yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang, juga orang
jaman sekarang : “what is the nature of the world stuff “. “Apa sebenarnya bahan
alam semesta ini” ? Terlepas dari apapun jawabannya, pertanyaan ini saja telah
dapat mengangkat namanya menjadi filosop pertama. Ia sendiri menjawab air.
Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas. Belum tuntas karena
dari apa air itu ? Thales mengambil air sebagai alam semesta barang kali karena
ia melihat nya sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan
menurut pendapatnya bumi ini terapung di atas air.

Lihatlah, jawabannya amat sederhana; pertanyaannya jauh lebih berbobot


ketimbang jawabannya. Masih adakah orang yang beranggapan bahwa bertanya
itu tidak penting? Thales menjadi filosof karena ia bertanya. Pertanyaannya itu
jawabannya dengan menggunakan akal, bukan menggunakan agama atau
kepercayaan lainnya. Alasannya adalah karena air penting bagi kehidupan. Disini
akal mulai digunakan lepas dari keyakinan.

3
B. ANAXIMANDER
Hidup sekitar 546 SM berada dalam tradisi yang sama. Ia berpendapat
bahwa bumi secara lepas bergantung di ruangan, ia juga berpendapat bahwa
dulunya ada satu substansi tunggal pertama dan suatu hukum alam yang berlaku
di dunia, untuk mempertahankan keseimbangan antara unsur – unsur yang
berbeda. Anaximander mencoba menjelaskan bahwa subtansi pertama itu bersifat
kekal dan ada dengan sendirinya (mayer,1950 :19). Anaximanes mengatakan itu
udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan, Pembicaraan filosof ini saja
telah memperlihatkan bahwa didalam filsafat dapat terdapat lebih dari satu
kebenaran tentang satu persoalan. Sebabnya ialah bukti kebenaran teori dalam
filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang digunakan, bukan terletak
pada kongkulasi. Disini sudah kelihatan bibit relativisme yang kelak
dikembangkan dalam filsafat sofisme. Pada kata”sofis" itu sendiri terkandung
pengertian tipuan, hipkret dan sinis. Menurut para filosof, meraka adalah orang
yang kurang terpelajar di dalam sains maupun di dalam filsafat. Mereka itu orang
– orang yang menjual kebajikan untuk memperoleh materi. Pemikiran sofis itu
mempunyai ciri berupa pandangan yang saling bertentangan. Dalam moral pun
mereka di katakan menganut moral yang relatif, jadi buruk dan baik itu adalah
relatif. Bagi orang – orang sofis tidak ada generalisasi dengan kata lain tidak ada
kebenaran umum, semua kebenaran itu relatif. Biasanya orang-orang sofis itu
disenangi oleh para filosof. Sifat mereka itu amat ditentang oleh Socrates dan
plato. Sebagian fisof menentangorang – orang sofis karenamereka mau menerima
uang dari ajaran mereka. Kebanyakan orang- orang sofis dating dari kelas rendah
di dalam masyarakat karena itu mereka memerlukan uang. Sementara filsof
mengatakan bahwa filsafat itu di senangi bukan untuk alat mencari uang.

C. HERACLITUS
Paham relativisme semakin mempunyai dasar heraclitus (544-484 SM)
Menurut heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang

4
dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti
bila kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa
kosmos itu dinamis. Kosmos tidak pernah berhenti (diam) ia selalu bergerak, dan
bergerak berarti berubah. Tak ada sesuatu yang tetap dikatakanya semua itu
dalam keadaan menjadi. Untuk dasar atau arche dunia semesta adalah api, karena
sifat api itu selalu bergerak berubah dan tidak tetap, bahkan ditarik kesimpulan
secara lanjut yang menjadi sebab atau keterangan yang sedalam-dalam nya
adalah gerak perubahan. Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan. Itulah
sebabnya ia sampai pada kongklusi bahwa yang mendasar dalam alam semesta
ini bukanlah bahan (stuff)-nya seperti yang dipertanyakan oleh filosof pertama
itu, melainkan prosesnya (warner,1961:28). Pendapatnya dirumuskan dengan
istilahnya “panta rhei” artinya semuanya mengalir Pertanyaan “semua mengalir”
berarti semua berubah bukanlah pertanyaan yang sederhana. Ia juga menyatakan,
“you can not step twice into the same river; for the fress waters are ever flowing
upon you” (engkau tidak dapat terjun kesungai yang sama dua kali karena air
sungai itu selalu mengalir) (Warnwer,1961:26). Pengetahuan yang benar baginya
tentu saja pengetahuan yang sesuai realitas. Pengetahuan yang sifatnya berubah
adalah benar. Satu – satunya realitas ialah berubah, tidak ada yang tetap
semuanya berubah menjadi, makanya heraclitus di sebut “filsafat menjadi.

D. PARMANIDES
Parmanides adalah salah seorang tokoh relatifisme yang penting.
Parmanides lahir kira kira pada tahun 450 SM di Elea. Dikatakan sebagai
logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama
dalam pengertian modern. Parmenides mengakui adanya pengetahuan yang
bersifat tidak tetap dan berubah- ubah, pengetahuan indra dan pengetahuan budi,
tetapi menurutnya pengetahuan yang bersifat indra itu tidak dapat di percaya
karena banyak orang yang tidak mempercayai kebenaran setelah mengikuti
indranya. Sebab itu yang merupakan realitas adalah bukan yang berubah dan

5
bergerak serta beralih dan bermacam – macam.melainkan tetap, realitas bukanlah
menjadi melainkan ada oleh karena itu filsafatnya disebut juga “filsafat ada” .
Parmenides membuktikannya sebagai berikut

1. Di luar ada tentu hanya tak- ada. Tak ada ini juga bukan tentu realitas, juga
tak mungkin kita kenal dan kita ketahui. Hanya ada-lah yang dapat dipahami ,
bagi parmenides ada dan berfikir itu sama. Oleh karena itsu ada itu tetap , tak
mungkin ia beralih, tak mungkin bergerak, tak mungkin ada permacamnya,
yang ada hanya satu saja ada.
2. Kalau ada itu satu maka ia tak berawal, sebab dari manakah kiranya ia harus
timbul. Bagi ada tak terdapat dahulu dan kemudian . ada itu hanya ada belaka,
sekarang yang baka.
3. Ada itu tak mungkin terbagi- bagi, sebab sekiranya mungkin terbagi, maka
terdapatlah bermacam-macam (lebih dari satu) ada.

Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak


seperti heraclitus, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Plato amat
menghargai metode Parmenides dibandingkan dengan dari filosof lain
pendahuluinya.

Pertentangan antara heraclitus dan parmenides adalah antara ada dan tiada,
nilai pengetahuan indra dan pengetahuan budi merupakan soal yang maha penting
bagi ahli pikir selanjutnya. pengetahuan budi dan pengetahuan indra memang
tidak mungkin dilalui belaka, keduanya harus diakui adanya.

E. ZENO
Zeno (menurut Plato ia lahir pada tahun 490 SM) mulai memperlihatkan
konsekuensi rumus tersebut. Ia dapat merelatifkan kebenaran yang telah mapan.
Perhatikanlah:

6
1. Anda tidak pernah mencapai garis finis dalam suatu balapan. Untuk
mencapai garis finis itu mula-mula anda harus menempuh jarak, lalu
setenngah dari separuh jarak, kemudian setengah dari sisa, dan kerja anda
menghabiskan sisa yang tidak pernah akan habis. Anda tidak penah
mencapai garis finis padahal secara empiris anda telah lama mencapai garis
finis itu. Ini adalah penyelesaian matematika ; matematika itu logis.
2. Anak panah yang meluncur dari busurnya, apakah bergerak atau diam? Kata
zeno, diam. Diam ialah bila suatu benda pada suatu saat berada pada suatu
tempat. Anak panah itu diam. Ini khas logika, padahal mata kita jelas-jelas
menyaksikan bahwa anak panah itu bergerak atau yang mengatakan diam?
Itu relatif, kedua-duanya benar, bergantung pada cara membuktikannya.

F. PROTOGORAS
Ia adalah salah satu tokoh sofisme, yang menyatakan bahwa manusia
adalah ukuran kebenaran (mayer,1950:84). Pernyataan ini merupakan tulang
punggung humanisme. Pertanyaan yang muncul ialah apakah yang
dimaksudkannya manusia individu ataukah manusia pada umumnya. Memang
dua hal itu menimbulkan konsekuensi yang sungguh berbeda. Akan tetapi, tidak
ada jawaban yang pasti, mana yang di maksud Protagoras. Yang jelas ialah ia
menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat pribadi (private). Akibatnya ialah tidak
akan ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama. Bahkan
teori-teori matematika tidak juga di anggapnya mempunyai kebenaran yang
absolut (mayer, 1950:84).

7
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Thales ialah pemikir praktis dan tidak tertarik kepada mistis. Ia tertarik
kepada ilmu pengetahuan yang secara sederhana ia mencari tahu bahan
dasar dari alam ini. Ia jawab adalah air. Karena hal inilah, ia dikenal
sebagai seorang filosop pertama.
2. Ia berpendapat bahwa bumi secara lepas bergantung di ruangan, ia juga
berpendapat bahwa dulunya ada satu substansi tunggal pertama dan suatu
hukum alam yang berlaku di dunia, untuk mempertahankan keseimbangan
antara unsur – unsur yang berbeda. Anaximander mencoba menjelaskan
bahwa subtansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya.
Anaximanes mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber segala
kehidupan.
3. Pengetahuan yang benar baginya tentu saja pengetahuan yang sesuai
realitas. Pengetahuan yang sifatnya berubah adalah benar. Satu – satunya
realitas ialah berubah, tidak ada yang tetap semuanya berubah menjadi,
makanya heraclitus di sebut “filsafat menjadi.
4. Parmenides mengakui adanya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan
berubah- ubah, pengetahuan indra dan pengetahuan budi, tetapi
menurutnya pengetahuan yang bersifat indra itu tidak dapat di percaya
karena banyak orang yang tidak mempercayai kebenaran setelah
mengikuti indranya.
5. Zeno (menurut Plato ia lahir pada tahun 490 SM) mulai memperlihatkan
konsekuensi rumus tersebut. Ia dapat merelatifkan kebenaran yang telah
mapan.

8
6. Protogoras. Ia adalah salah satu tokoh sofisme, yang menyatakan bahwa
manusia adalah ukuran kebenaran.
B. Saran
1. Sebagai Mahasiswa, sebaiknya kita lebih dalam mempelajari khususnya
pada mata kuliah Filsafat Umum.
2. Memperbanyak membaca buku, khususnya pada mata kuliah Filsafat
Umum.

9
DAFTAR PUSTAKA

AtTaqwa. 2012. Akal dan Hati Pada Zaman Yunani Kuno.


http://stitattaqwa.blogspot.com/2012/06/akal-dan-hati-pada-zaman-yunani-
kuno.htmn?m=1 (diakses 29 September 2019, pukul 11.00 WIB)

Tafsir, A. 2015. FILSAFAT UMUM Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra.
Bandung: REMAJA ROSDAKARYA

10

Anda mungkin juga menyukai