Anda di halaman 1dari 47

Penetapan Kadar Fenolik Total dan Nilai SPF (Sun Protection

Factor) Ekstrak Herba Akar kucing

Oleh :
Zulfikri Ramadhani
P2.31.39.0.16.045

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
2019
Penetapan Kadar Fenolik Total dan Nilai SPF (Sun Protection
Factor) Ekstrak Herba Akar kucing

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Ahli Madya Kesehatan Bidang Farmasi

Oleh :
Zulfikri Ramadhani
P2.31.39.0.1.045

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
2019
ii Poltekkes Kemenkes Jakarta II
iii Poltekkes Kemenkes Jakarta II
ABSTRAK

Penetapan Kadar Fenolik Total dan Nilai SPF (Sun Protection Factor)
Ekstrak Herba Akar Kucing (Acalypha indica L.)

Oleh
Zulfikri Ramadhani
P2.31.39.016.045

Pendahuluan: Akar kucing merupakan gulma yang banyak tumbuh liar di pinggir
jalan dan tanah kosong. Keberadaan tanaman ini sering dianggap mengganggu dan
penggunaannya sebagai kosmetika oleh masyarakat masih belum dioptimalkan.
Penelitian melaporkan bahwa campuran buah – bunga - biji akar kucing memiliki
kandungan senyawa fenolik berupa fenol, flavonoid, saponin, dan tannin yang dapat
berkhasiat sebagai tabir surya, serta memiliki nilai IC50 sebesar 79,14 ± 7,04 μg/ml
dan memiliki aktivitas sebagai antioksidan kuat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kadar fenolik total dan potensi tabir surya dari akar kucing sehingga
dapat dijadikan bahan tabir surya alami yang nantinya bisa dibuat sediaan farmasi
berupa sediaan lotion dan/atau krim tabir surya.
Metode: Penentuan nilai SPF dilakukan secara in vitro menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan kandungan fenolik total menggunakan metode folin
ciocalteu.

Hasil: Nilai SPF konsentrasi 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, dan 700 ppm
secara berturut-turut memiliki nilai SPF 6, 8, 9, 13, 21. Dan ekstrak herba akar
kucing memliki nilai fenolik total sebesar 244,5 mgGAE/g

Kesimpulan: Herba akar kucing memiliki kadar fenolik total sebesar 244,5
mgGAE/g. Herba akar kucing memenuhi syarat FDA dengan nilai SPF 21 pada
konsentrasi 700 ppm, sehingga herba akar kucing memiliki khasiat sebagai tabir
surya.

Kata kunci: tabir surya, herba akar kucing, total fenol, folin ciocalteu.

iv Poltekkes Kemenkes Jakarta II


ABSTRACT

Determination of Total Phenol Content and SPF (Sun protection Factor) Value of
Acalypha Indica

By
Zulfikri Ramadhani
P2.31.39.016.045

Introduction: Acalypha indica is a plant that grows wild on the side of the road
and empty land. The existence of these plants is often considered disturbing plant
and their use as cosmetics by the community is still not optimized. Research reports
that a mixture of fruit - flowers – seeds of acalypha indica contain phenolic
compounds in the form of phenols, flavonoids, saponins, and tannins that can be
efficacious as sunscreens, and have an IC50 value of 79.14 ± 7.04 μg / ml and have
activity as powerful antioxidants. This study aims to determine the total phenolic
content and spf value of sunscreen from acalypha indica so that it can be used as a
natural sunscreen which can be made in the form of pharmaceutical preparations
in the form of sunscreen lotion and / or sunscreen cream.

Methods: Determination of SPF value was carried out in vitro using a UV-Vis
spectrophotometer and total phenolic content using the folin ciocalteu method.

Results: SPF values of concentrations of 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm,
and 700 ppm respectively had SPF 6, 8, 9, 13, 21. Extracts of acalypha indica herbs
had total phenolic values of 244.5 mgGAE / g

Conclusions: Acalypha indica herbs have a total phenolic content of 244.5


mgGAE / g. Acalypha indica herbs reach FDA requirements with SPF 21 values
at a concentration of 700 ppm, so that the acalypha indica herbs can be use as a
sunscreen.

Keywords: sunscreen, acalypha indica herbs, total phenolic content, folin


ciocalteu.

v Poltekkes Kemenkes Jakarta II


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Penetapan Kadar Fenolik Total dan Nilai SPF (Sun Protection Factor) Ekstrak
Herba Akar Kucing (Acalypha indica L.).” Penulisan karya Tulis ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli
Madya farmasi.
Penulis menyadari banyaknya bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dari
awal kuliah sampai selesai penyusunan karya tulis ilmiah ini, merupakan sesuatu
penyemangat yang berharga bagi diri penulis. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Yusmaniar, M.Biomed,Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Jakarta II;
2. Ibu Dra.Harpolia Cartika, M.Farm,Apt selaku pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, nasihat, kritik dan
saran selama penyusunan KTI ini;
3. Ibu Dra.Gloria Murtini T, M.Farm,Apt selaku pembimbing akademik dan
pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, motivasi, nasihat,
kritik, dan saran selama penyusunan KTI ini;
4. Ibu Netty Thamaria Pakpahan, SH, MH, selaku Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.
5. Seluruh dosen dan staf karyawan Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta
II yang telah memberikan ilmu, pengalaman serta bimbingan selama ini;
6. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, motivasi,
dukungan baik moril maupun materil dan doa selama pembuatan KTI ini;
7. Teman satu peminatan: Divanadia Ayusti Siskinanti dan Nurul Izzah Samara
yang telah berjuang bersama-sama dan bertukar pikiran selama masa-masa
penelitian industri dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini;

vi Poltekkes Kemenkes Jakarta II


8. Tiara Nuur Haliimah yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah serta selalu menemani dan mendengarkan keluh kesah penulis
9. Sri Handayani, Alya juniasti, Muhammad Afnan Syahdila Disaka, Muhammad
Saputra, d.l.l yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu dan
saling memberikan semangat untuk melewati masa-masa penelitian;
10. Kak Meri Dayani, Kak Isnaini Luthfia, Kak Fiqri Ariyandi, Kak Andre
Perwira, Kak Asma Rizki Fauziah yang telah memberikan masukan dan ilmu
yang sangat bermanfaat kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini;
11. Para tamvan (Afnan, Iksan, Saputra, Andriyan) selalu memberikan dukungan,
keceriaan, rasa kekeluargaan dan persahabatan;
12. Lokal A dan seluruh teman-teman angkatan 2016 yang tidak bisa disebutkan
satu - persatu yang selalu memberikan hiburan, rasa kekeluargaan dan
kebersamaan dalam menjalani suka-duka selama proses perkuliahan tiga tahun
ini;
13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan semua pihak yang telah
membantu selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan kita semua selalu
mendapatkan rahmat dan karunia-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan KTI ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Semoga KTI ini dapat dilanjutkan untuk penelitian dan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.

Jakarta, Juli 2019


Penulis

vii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................ ii


PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ........................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................... 3
1.4.2 Bagi Akademik ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 Tanaman Akar kucing .................................................................................. 4
2.1.1. Klasifikasi Tanaman ............................................................................... 4
2.1.2. Deskripsi Tanaman ................................................................................. 4
2.1.3. Khasiat Tanaman .................................................................................... 5
2.1.4. Kandungan Kimia Tanaman ................................................................... 5
2.2 Ekstrak.......................................................................................................... 5
2.3 Senyawa Fenolik .......................................................................................... 6
2.4 Asam Galat ................................................................................................... 7
2.5 Folin Ciocalteau ........................................................................................... 7
2.6 Kulit ............................................................................................................. 7
2.6.1 Jenis-jenis Kulit ...................................................................................... 8

viii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


2.7 Sinar Ultraviolet ........................................................................................... 8
2.7.1. UVA ................................................................................................................... 8
2.7.2. UVB ................................................................................................................... 9
2.7.3. UVC ................................................................................................................... 9
2.8 Tabir Surya ................................................................................................... 9
2.9 Sun Protection Factor (SPF) ...................................................................... 10
2.10 Spektrofotometri UV-Vis .......................................................................... 10
2.11 Uji Total Fenol .......................................................................................... 10
2.12 Uji SPF (Sun Protecting Factor)................................................................ 10
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................................. 12
3.1 Metode Penelitian ........................................................................................... 12
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 12
3.3 Alat dan Bahan ............................................................................................... 12
3.3.1 Alat ................................................................................................................... 12
3.3.2 Bahan ............................................................................................................... 12
3.4 Prosedur Kerja ................................................................................................ 12
3.4.1 Pemeriksaan Bahan Baku ..................................................................... 12
3.4.2 Preparasi Ekstrak .................................................................................. 13
3.4.3 Pembuatan Larutan Induk..................................................................... 13
3.4.4 Pembuatan Larutan Uji ......................................................................... 13
3.5 Prosedur Penelitian......................................................................................... 14
3.6 Cara Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 17
4.1 Hasil ................................................................................................................. 17
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 22
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 22
5.2 Saran................................................................................................................. 22
LAMPIRAN .......................................................................................................... 25

ix Poltekkes Kemenkes Jakarta II


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Acalypha indica Linn ........................................................... 4


Gambar 4.1 Panjang Gelombang Maksimum Asam galat ....................... 19
Gambar 4.2 Grafik Nilai SPF Ekstrak Herba Akar Kucing ..................... 21

x Poltekkes Kemenkes Jakarta II


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Normalized Product Function .............................................. 16


Tabel 4.1 Pemeriksaan Organoleptis dan nilai rendemen Simplisia
Herba Akar kucing ............................................................... 17
Tabel 4.2 Uji Identifikasi Ekstrak Herba Akar Kucing ........................ 18
Tabel 4.3 Kategori Penilaian SPF ........................................................ 18
Tabel 4.4 Absorbansi Asam Galat ....................................................... 19
Tabel 4.5 Hasil Kadar Fenolik Total Herba Akar Kucing ................... 20

xi Poltekkes Kemenkes Jakarta II


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Determinasi


Lampiran 2 Proses Preparasi Ekstrak
Lampiran 3 Uji Skrining Fitokimia
Lampiran 4 Proses Pengujian SPF
Lampiran 5 Hasil Pengujian SPF
Lampiran 6 Panjang Gelombang Asam Galat
Lampiran 7 Kurva Asam Galat
Lampiran 8 Hasil Kadar Total Fenol

xii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


DAFTAR SINGKATAN

UV : Ultraviolet
UVA : Ultraviolet A
UVB : Ultraviolet B
WHO : World Health Organisation
SPF : Sun Protection Factor
IC50 : Inhibitor Concentration 50

xiii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia adalah salah satu negara tropis dunia, sehingga Indonesia
menerima banyak cahaya matahari setiap harinya. Cahaya matahari merupakan
sumber cahaya terbesar dan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan di bumi,
namun cahaya matahari mengandung sinar (ultraviolet) yang dapat menimbulkan
efek negatif bila terlalu lama terpapar cahaya secara langsung. Radiasi sinar UVA
dan sinar UVB dapat menimbulkan berbagai kerusakan pada kulit, seperti penuaan
dini, kekeringan, hiperpigmentasi, sampai kanker kulit.1
Setiap jamnya, satu orang meninggal karena kanker kulit (melanoma) dan
sekitar 90% kanker kulit dihubungkan dengan pemaparan radiasi sinar UVA dan
sinar UVB dari matahari.2 Bahkan Badan Penelitian Kanker Internasional yang
berhubungan dengan WHO mengelompokkan, penyinaran sinar UV, plutonium,
rokok dan radiasi sinar UV dari matahari menjadi kelompok pemicu kanker yang
paling berbahaya. Selain kanker kulit, penuaan kulit pun menjadi masalah yang
sering dihadapi sebagian wanita di dunia, sekitar 90% perubahan penuaan kulit
disebabkan oleh paparan cahaya matahari.2
Perlindungan khusus dibutuhkan untuk melindungi kulit dari dampak
negatif sinar UV, yaitu sediaan tabir surya baik yang berupa sunscreen atau
sunblock. Tabir surya merupakan suatu sediaan yang mengandung zat yang dapat
menyaring atau bahkan menahan radiasi sinar UV, sehingga energi radiasi yang
berpenetrasi ke kulit dapat dikurangi.2 Hal ini membuat tabir surya mampu
mengurangi efek-efek negatif yang disebabkan oleh paparan sinar matahari.
Penelitian juga menunjukkan, orang-orang yang menggunakan tabir surya secara
teratur mengalami kelambatan penuaan kulit sebesar 24%, dibandingkan dengan
yang tidak menggunakan tabir surya secara teratur.2
Salah satu bahan herbal yang diduga dapat dijadikan tabir surya adalah
adalah herba akar kucing. Tanaman akar kucing (Acalypha indica L.) merupakan
tanaman dari keluarga Euphorbiaceae. Tanaman akar kucing merupakan gulma
yang sering ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan rumput, maupun

1 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


2

lereng gunung. 3 Tanaman akar kucing memiliki banyak khasiat untuk kesehatan,
namun penggunaan tanaman akar kucing sebagai kosmetika belum dioptimalkan.7
Berdasarkan uji skrining fitokimia tanaman akar kucing memiliki kandungan
senyawa fenolik berupa flavonoid, tanin, dan alkaloid yang dapat ditemukan di
batang, daun, buah-bunga-biji. 3
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustina Novia dkk mengungkapkan
bahwa ekstrak metanol dari campuran buah-bunga-biji akar kucing memiliki nilai
IC50 sebesar 79,14 ± 7,04 μg/mL dan termasuk dalam kategori antioksidan kuat.
Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh adanya kandungan senyawa fenolik seperti
fenol, flavonoid dan tanin.4 Selain itu senyawa fenolik mengandung beberapa gugus
fenol berupa gugus hidroksil yang terikat pada cincin aromatik yang mampu
menangkal sinar UV yang dapat menyebabkan efek buruk terhadap kulit, seperti
kemerahan, noda hitam, penuaan dini, kekeringan, keriput, sampai pada kanker
kulit.1
Tanaman dengan nilai antioksidan tinggi diduga juga punya potensi sebagai
tabir surya namun belum ada penelitian mengenai potensi tabir surya akar kucing
sebagai tabir surya. Potensi tabir surya dari tanaman akar kucing dapat diketahui
dengan mengukur serapan ekstrak tanaman akar kucing menggunakan
Spektrofotometer Ultraviolet. Serapan diukur di spektrum panjang gelombang sinar
UV (200-400 nm) untuk mendapatkan nilai SPF. Berdasarkan hal-hal tersebut
penulis tertarik untuk melakukan penelitian penetapan kadar total fenolik dan nilai
spf ekstrak herba akar kucing.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ekstrak herba Akar kucing memiliki aktivitas sebagai tabir surya
dan berapa nilai SPFnya.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Ingin mengetahui kadar fenolik total dari ekstrak herba akar kucing
(Acalypha indica L.).
2. Ingin mengetahui nilai tabir surya ekstrak herba akar kucing (Acalypha
indica L.).

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


3

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Mengaplikasikan mata kuliah yang didapat selama kuliah di Poltekkes
Kemenkes Jakarta II serta dapat meningkatkan pengetahuan bagi peneliti mengenai
ilmu kimia analisis dan fisika farmasi yang telah didapat.

1.4.2 Bagi Akademik


1. Sebagai tambahan referensi untuk Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta
II dalam pembuatan sediaan topikal dari bahan alam.
2. Sebagai bahan penelitian lanjutan mengenai bahan alam potensial untuk
dijadikan sediaan kosmetik perawatan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Akar kucing


2.1.1. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tumbuhan akar kucing (Acalypha indica L) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Acalypha
Spesies : Acalypha indica L.3

Gambar 2.1 Acalypha indica Linn.18

2.1.2. Deskripsi Tanaman


Berikut ini adalah ciri-ciri tanaman akar kucing sebagai berikut:
a. Hibistus : Semak, tinggi ± 1,5 m.
b. Batang : Tegak, masif, bulat, berambut, halus, hijau.
c. Daun : Tunggal, tersebar, bentuk belah ketupat, ujung runcing, pangkal
membulat tipis, tapi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang 3-4

4
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
5

cm, lebar 2-3 cm, tangkai silindris, panjang 3-4 cm, hijau.
d. Bunga : Majemuk bentuk bulir, berkelamin satu, di ketiak daun dan ujung
cabang, bulir betina lebih pendek dan lebih tegak dan lebih jorong
dari bulir jantan, daun pelindung menjari, terbagi dalam 5-15 taju
yang sempit, bunga jantan duduk dalam gelendong sepanjang
sumbu bulir, bakal buah beruang tiga berambut, tangkai putik
silindris, putih kehijauan atau merah pucat, mahkota bulat telur,
merah bertaju, berambut, merah.
e. Buah : Kotak, bulat, hitam.
f. Biji : bulat panjang, coklat.
g. Akar : tunggang, putih kotor.3,7

2.1.3. Khasiat Tanaman


Seluruh bagian tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat dalam bentuk
segar atau sudah dikeringkan. Tumbuhan ini berkhasiat sebagai antiradang,
antibiotik, diuretika, pencahar, dan hemostatis. 3,7

2.1.4. Kandungan Kimia Tanaman


Herba akar kucing mengandung akalifin, β-sitosterol, kaemferol,
aurantiamid, 2-metil antrakuinon, kuebrakitol, saponin, tanin, flavonoid, asam
askorbat, kalsium oksalat dan minyak atsiri. Daun akar kucing mengandung asam
askorbat, aurantiamid, 2-metil antrakuinon, kuebrakitol, kalsium oksalat, dan tanin
dan minyak atsiri. Batangnya mengandung flavonoid, saponin dan tanin, dan
akarnya mengandung senyawa alkaloid, tanin, sterol dan flavonoid 3,7,19

2.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi standar baku yang telah
ditetapkan.8
Metode Ekstraksi
Secara umum metode ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu:

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


6

1. Cara dingin
Metode ekstraksi cara dingin berlangsung tanpa perlu pemanasan, contohnya
maserasi dan perkolasi.
2. Cara panas
Metode ekstraksi cara panas berlangsung dengan pemanasan, contohnya
refluks, sokhlet, digesti, infus dan dekok.8

Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana tanpa pemanasan. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat akan larut dan adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi yang didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut
lain.9
Keuntungan dari maserasi adalah pengerjaan dan peralatannya mudah,
murah dan sederhana. Sedangkan kekuranganya antara lain waktu yang diperlukan
untuk mengekstraksi bahan cukup lama, penyarian kurang sempurna, pelarut yang
digunakan jumlahnya banyak.9

2.3 Senyawa Fenolik


Fenolik merupakan kelompok senyawa yang sangat luas yang terjadi secara
alami yang mempunyai struktur yang bervariasi serta mempunyai sedikitnya satu
gugus fenolik dalam strukturnya. Senyawa fenolik merupakan metabolit sekunder
tanaman serta komponen penting dalam kualitas sensoris dan nutrisi buah, sayuran,
dan tanaman lainnya. Senyawa ini memiliki cincin aromatik yang membawa satu
atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenolik yang hanya mempunyai satu gugus
fenol adalah asam fenolik, sedangkan yang memiliki banyak gugus fenol disebut
polifenol. Kelompok utama polifenol meliputi flavonoid, fenil propanoid, kumarin,
tanin dan lignan. Semua senyawa fenol berupa senyawa aromatik sehingga

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


7

semuanya menunjukkan serapan kuat di daerah spectrum UV. Selain itu, secara
khas senyawa fenol menunjukkan geseran batokrom pada spektrumnya bila
ditambahkan basa. Karena itu, cara spektrofotometri dapat digunakan untuk
identifikasi dan analisis kuantitatif senyawa fenol.13,14

2.4 Asam Galat


Asam galat (Gallic acid) adalah senyawa fenolik yang diekstrak dari
tanaman, seperti teh hijau, anggur dan daun ek, yang secara luas digunakan dalam
makanan, obat-obatan, dan kosmetik. Asam galat mempunyai rumus molekul
C7H6O5 dan merupakan senyawa golongan asam fenolik C6-C1 atau
hidroksibenzoat. yaitu asam 3,4,5-trihidroksibenzoat. Kristal asam galat berbentuk
seperti jarum atau prisma, tak berwarna atau agak kekuningan yang diperoleh dai
tanin atau peragian dari penicilium notatum.15

2.5 Folin Ciocalteau


Folin-Ciocalteau adalah pereaksi anorganik yang dapat membentuk larutan
kompleks dengan senyawa golongan fenol. Folin-Ciocalteu merupakan larutan
kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam fosfomolibdat dan asam
polifosfotungstat. Prinsip metode Folin-Ciocalteau adalah reaksi oksidasi dan
reduksi kolorimetrik untuk mengukur semua senyawa fenolik dalam sampel uji.
Pereaksi Folin Ciocalteau mengoksidasi fenolat (garam alkali) dan mereduksi asam
heteropoli sehingga menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W).
Selama reaksi belangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-
Ciocalteau, membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru
dengan struktur yang belum diketahui dan dapat dideteksi dengan spektrofotometer.
Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion
fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka
semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli sehingga warna
biru yang dihasilkan semakin pekat.6
2.6 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 𝑚2 dengan berat

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


8

kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ tubuh yang essensial dan vital
serta merupakan cermin kesehatan..5 Kulit sebagai selimut yang menutupi
permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai
macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui
sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-
menerus (keratinasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan
pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen
melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai
peraba dan perasa, serta pertahanan tekanan dan infeksi dari luar.1
2.6.1 Jenis-jenis Kulit
Kulit umumnya terdiri dari 7 jenis, yaitu :
a. Kulit Normal
Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar dan
elastik dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
b. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan
sehingga tampak mengkilap, kotor dan kusam, biasanya pori-pori kulit lebar
sehingga kesannya kasar dan lengket.
c. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau sedikit
sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan kulit yang
lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.
d. Kulit Campuran atau Kombinasi, yaitu kulit seseorang yang sebagian normal
sebagiannya lagi kering atau berminyak.
e. Kulit Sensitif, yaitu, kulit yang peka terhadap aplikasi zat kimia di atasnya.
f. Kulit Berjerawat, yaitu kulit yang disertai adanya jerawat, biasanya minyak.
g. Kulit hiperpigmentasi, yaitu kulit dengan bercak hitam.1,5

2.7 Sinar Ultraviolet


Sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian :
2.7.1. UVA

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


9

Sinar dengan panjang gelombang antara 320-400, radiasi dapat mencapai


lapisan epidermis dan dermis lebih dalam dan menyebabkan kulit mengalami
penuaan dini.

2.7.2. UVB
Sinar dengan panjang gelombang antara 280-320 nm, radiasi tidak
sepenuhnya tersaring oleh lapisan ozon dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit
akibat sengatan sinar matahari.

2.7.3. UVC
Sinar dengan panjang gelombang 190-280 nm, dapat merusak jaringan
kulit, tetapi sebagian besar telah disaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer.16

2.8 Tabir Surya


Tabir surya adalah sediaan yang mengandung senyawa yang dapat
melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV. Senyawa dalam tabir surya mampu
melindungi kulit karena adanya ikatan yang dapat saling berkonjugasi sehingga
ikatan tersebut akan beresonansi saat terpapar sinar UV sehingga akan menurunkan
energi dan melindungi kulit.
Ada 2 macam tabir surya yang dibedakan berdasarkan cara kerjanya, yaitu:
a. Tabir surya kimia

Tabir surya kimia mengabsorpsi hampir 95% radiasi sinar UVB yang
dapat menyebabkan sunburn (eritema dan kerut) namun hampir tidak dapat
menghalangi UVA penyebab direct tanning, kerusakan sel elastin, actinic skin
damage dan timbulnya kanker kulit.

b. Tabir surya fisik


Tabir surya yang dapat memantulkan sinar. Tabir surya fisik dapat
menahan UVA maupun UVB. Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya
sering dilakukan kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik.5

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


10

2.9 Sun Protection Factor (SPF)


Kemampuan menahan sinar UV dari tabir surya dinilai dalam faktor
proteksi sinar (Sun Protecting Faktor/SPF) yaitu perbandingan antara dosis
minimal yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang terlindungi
tabir surya dengan kulit yang tidak terlindungi tabir surya. Nilai SPF berkisar antara
0 sampai 100 dan kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada di atas 15.5
Berdasarkan tingkat perlindungan dan nilai SPF dibagi menjadi berikut:
1. Perlindungan minimal: memiliki nilai SPF 2-4
2. Perlindungan sedang: dengan nilai SPF 4-6
3. Perlindungan ekstra: dengan nilai SPF 6-8
4. Perlindungan maksimal: memiliki nilai SPF 8-15
5. Perlindungan ultra: memiliki nilai SPF di atas 15.5

2.10 Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Jangkauan
panjang gelombang yang tersedia untuk pengukuran membentang dari panjang
gelombang pendek ultraviolet sampai ke infra merah. daerah gelombang ultraviolet
(190 nm – 380 nm), daerah cahaya tampak (380 nm – 780 nm), daerah infra merah
dekat (780 nm – 3000 nm). Penggunaan spektrofotometri terutama untuk analisa
kuantitatif.18

2.11 Uji Total Fenol


Penentuan kadar fenolik total menggunakan metode folin ciocalteu dengan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pada pengujian total fenol menggunakan
baku standar asam galat dan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang
maksimum asam galat. Pelarut yang digunakan adalah aquadest dan etanol 70% (1
: 1) dan sampel diukur pada pengenceran 10.000 ppm. Persamaan regresi pada
pengujian total fenol adalah y = bx+a.6
2.12 Uji SPF (Sun Protecting Factor)
Penentuan nilai SPF (Sun Protecting Factor) tabir surya dengan cara in
vitro menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pengukuran absorbansi pada panjang

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


11

gelombang 290-320 nm dan di ukur setiap 5 nm dengan ketebalan A = 1 cm.16


Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret s.d Mei 2018 di Laboratorium
Fitokimia, Kimia Farmasi, Fisika Farmasi, Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Jakarta II Jurusan Farmasi.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : Grinder, mesh no 16, pompa
vakum, pipet filler, pipet volume, spektrofotometri UV + VIS, beaker glass, gelas
ukur, spatula, waterbath, cawan, batang pengaduk, kertas saring, tabung reaksi,
alumunium foil.

3.3.2 Bahan
Simplisia herba Akar kucing (Acalypha Indica L). Herba Akar kucing di
dapatkan di daerah Pademangan Timur, Jakarta Utara. Herba yang telah didapat
lalu di ekstraksi menggunakan cara maserasi dengan etanol 70% untuk didapatkan
ekstrak kental.. Untuk pengujian total fenol dan SPF menggunakan etanol 70%,
aquadest, reagen folin ciocalteau, Na2CO3, Asam galat.

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 Pemeriksaan Bahan Baku

Sebelum digunakan, herba Akar kucing (Acalypha Indica L) di determinasi


terlebih dahulu di LIPI Bogor. Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui
jenis tanaman yang diambil oleh penulis sesuai dengan tanaman yang diinginkan
dengan melihat hasil sertifikat analisa.

12
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
13

3.4.2 Preparasi Ekstrak

Herba akar kucing di dapatkan di sekitar wisma atlet Kemayoran.


Pengambilan herba dilakukan dengan mencabut tanaman dari akarnya sehingga
didapatkan seluruh bagian tanaman. Herba akar kucing yang telah dikumpulkan
dipotong menjadi bagian yang lebih kecil lalu dicuci dengan air hingga bersih
kemudian diangin-anginkan di udara terbuka. Lalu simplisia yang telah kering
dihaluskan sampai menjadi serbuk menggunakan grinder, serbuk disaring
menggunakan mesh no 16 dan ditimbang sebanyak 150 gram. Hasil penimbangan
dimasukkan kedalam bejana maserasi, kemudian ditambahkan etanol 70%
sebanyak 1 liter lalu didiamkan selama 3 hari (setiap hari diaduk). Ekstrak
kemudian disaring menggunakan kertas saring dan pompa vakum lalu hasil
disimpan di lemari pendingin (filtrat 1) lalu residu ekstrak dimasukkan kedalam
bejana maserasi dan ditambahkan etanol 70% sebanyak 500 mL dan didiamkan
selama 3 hari. Ekstrak kemudian disaring kembali dengan kertas saring (filtrat 2).
Selanjutnya filtrat 1 dan filtrat 2 dikumpulkan dan diuapkan diatas water bath pada
suhu 50°-60° C hingga menjadi ekstrak kental.20 Ekstrak etanol herba Akar kucing
dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 10
Bobot ekstrak yang diperoleh
Rendemen = Bobot simplisia yang ditimbang x 100%

3.4.3 Pembuatan Larutan Induk

Larutan induk 10000 ppm dibuat dengan menimbang 1 gram ekstrak kental
kemudian larutkan dengan sedikit etanol lalu ekstrak yang sudah larut dalam sedikit
etanol dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan etanol sampai 100 mL.
Larutan inilah yang akan menjadi larutan induk.

3.4.4 Pembuatan Larutan Uji

Larutan uji yang diperlukan adalah larutan ekstrak dengan konsentrasi 300,
400, 500, 600, 700 ppm. Pembuatan larutan uji dilakukan dengan cara memipet
larutan induk dengan volume yang sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan, lalu
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL kemudian ditambahkan etanol sampai
tanda batas.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


14

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Pengujian Identifikasi Ekstrak

a. Identifikasi Fenol

Ekstrak di masukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ke dalam tabung


reaksi ditambahkan 2 tetes FeCl3 1% berwarna hijau, merah-ungu, biru atau hitam
yang kuat.12

b. Identifikasi Flavonoid

Ekstrak ditambahkan 10 mL etanol, kemudian panaskan dalam waterbath


selama 10 menit, saring dan tambahkan air secukupnya, lalu kocok. Masukkan
dalam tabung reaksi dan tambahkan kloroform. Ambil lapisan bawah lalu
tambahkan serbuk Mg dan HCl pekat, jika terbentuk warna merah hingga jingga
maka positif terdapat flavonoid.12

c. Identifikasi Tanin
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 mL air
panas, dipanaskan diatas waterbath pada suhu 100°C selama 30 menit, saring lalu
tambahkan FeCl3 1% terbentuk warna hijau tua sampai biru atau hitam. 12

d. Identifikasi Alkaloid
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan beberapa
tetes pereaksi dragendorf dan pereaksi meyer pada tabung yang lain. Reaksi positif
bila terbentuk endapan merah pada tabung yang diberi pereaksi dragondorf dan
endapan putih pada tabung yang diberikan pereaksi meyer. 16

e. Identifikasi Saponin
Ekstrak kental dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
10 mL air panas, kemudian dinginkan lalu kocok kuat-kuat. Jika terdapat buih
diamkan selama 2 menit, kemudian tambahkan HCL 2 N, kocok lagi hingga
terbentuk buih yang mantap.12

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


15

3.5.2 Pengujian Kadar Fenolik Total Sampel Uji Dengan Metode Folin
Ciocalteu.

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Larutan standar asam galat 500 ppm diukur serapannya pada panjang
gelombang 400-800 nm dengan interval tertentu. Hasil yang diperoleh dibuat dalam
bentuk kurva, dimana absorbansi sebagai sumbu y dan panjang gelombang cahaya
sebagai sumbu x. Dari kurva tersebut dapat ditentukan panjang gelombang yang
memberikan serapan maksimum. 6

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Galat


Ditimbang 0,1 gram asam galat tambahkan 5 mL etanol 70 % tambahkan
aquadest sampai 100 mL, sehingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm. Dari larutan
dibuat konsentrasi 300, 400, 500, 600, 700 ppm asam galat. Dari masing-masing
konsentrasi diatas dipipet 0,2 mL tambah 15,8 mL aquadest + 1 mL Reagen Folin
Ciocalteu kocok. Diamkan selama 8 menit tambah 3 mL larutan Na2CO3 20%
kocok homogen. Diamkan selama 1 jam pada suhu kamar. Ukur serapan pada
panjang gelombang serapan maksimum menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Kurva standar diperoleh dari hubungan antara konsentrasi asam galat (mg/L) dan
absorbansi dengan persamaan regresi y = bx+a. 6

3. Penentuan Kandungan Fenol Total dengan Metode Folin –Ciocalteu


Ditimbang 0,2 gram ekstrak herba Akar kucing kemudian dilarutkan sampai
100 mL dengan dengan etanol 70 % : aquadest (1:1) hingga konsentrasinya 2000
ppm. Kemudian dipipet 25 mL dan dilarutkan dengan etanol 70 % : aquadest (1:1)
sampai volume nya 50 mL sehingga diperoleh kadar 1000 ppm. Dari konsentrasi
1000 ppm dipipet 0,2 mL larutan sampel dan tambahkan 15,8 mL aquadest, lalu
tambahkan 1 mL reagen Folin–Ciocalteau kocok. Diamkan selama 8 menit
kemudian ditambahkan 3 mL Na2CO3 20 % kedalam campuran, diamkan larutan
selama 1 jam pada suhu kamar. Diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang serapan maksimum yang akan memberikan komplek
biru. Lakukan 3 kali pengulangan sehingga kadar fenolik total yang didapat sebagai
mgGAE/g sampel.6

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


16

3.5.3 Uji SPF (Sun Protection Factor)

Penentuan nilai SPF dengan cara in vitro menggunakan spektrofotometri


UV/Vis. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 290-320 nm dan pada interval
5 nm dengan ketebalan A= 1 cm.16 Pelarut yang digunakan adalah etanol 70 %.

a. Nilai SPF Ditentukan Dengan Rumus:

SPF = CF X X EE (λ) X I (λ) X Absorbansi

Dimana CF = faktor koreksi (10) , EE= Efisiensi Eritermal, I = Spektrum


Simulasi sinar surya. 16

Tabel 3.1 Normalized product function. Digunakan pada Kalkulasi SPF


λ (nm) EE X I
290 0,015
295 0,0817
300 0,2784
305 0,3278
310 0,1864
315 0,0839
320 0,0180

Total 1

Spektrum simulasi sinar surya yang menimbulkan Efisiensi Eritermal (EE)


dimana Nilai EE X I adalah konstan, dimana nilainya sudah ditetapkan. 16

3.6 Cara Pengolahan dan Analisis Data


Data yang didapat pada penelitian dari identifikasi ekstrak, pengujian total
fenol dan nilai SPF. Analisis data dilakukan dengan cara melihat hasil kadar total
fenol dan nilai SPF. Setelah selesai melakukan analisis terhadap data, maka akan
didapat beberapa kesimpulan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Determinasi Tanaman
Hasil identifikasi tumbuhan yang dideterminasi oleh Laboratorium Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, Jawa Barat menyataka bahwa sampel adalah
herba akar kucing (Acalypha indica L.)

4.1.2 Pemeriksaan Organoleptis Simplisia Herba Akar kucing


Penelitian dilakukan menggunakan ekstrak etanol herba akar kucing. Hasil
ekstraksi dari 150 gram simplisia herba akar kucing diperoleh ekstrak kental,
berwarna hijau kehitaman dan dengan berat sebesar 24,45 gram dengan nilai
rendemen 16,30 %.

Tabel 4.1 Pemeriksaan Organoleptis dan nilai rendemen Simplisia Herba


Akar kucing
Pemerian Pengamatan
Bau Khas daun
Warna Hijau muda
Bentuk Serbuk halus
Berat simplisia kering 150 gr
Berat ekstrak kental 24,45 gr
Rendemen ekstrak 16,30 %

Pemeriksaan organoleptis Simplisia Herba Akar kucing yang bersifat subyek


menggunakan panca indera.

17
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
18

4.1.3 Uji Kandungan Kimia Ekstrak Herba Akar Kucing


Tabel 4.2 Uji Identifikasi Ekstrak Herba Akar Kucing
Keterangan* : S =sampel. Tabel 4.2 adalah Sampel
Indikator Warna
Zat Reaksi Pengamatan Hasil
(+)

Hijau, merah-ungu,
Fenol S + FeCl3 5% Hijau kotor +
biru, hitam

S + C2H5OH + H2O
Kuning
Flavonoid + CHCl3 + Mg + Merah - jingga -
kehiijauan
HCl pekat

Hijau tua –
Tanin S + H2O + FeCl3 1% Hijau +
biru/hitam

S + Mayer Endapan putih Endapan putih


Alkaloid +
S + Dragendorf Endapan merah Endapan merah

Saponin S + H2O + HCl Terbentuk buih Terbentuk buih +

Menunjukkan bahwa sampel mengandung fenol, alkaloid, saponin, dan tannin.

4.1.4 Uji SPF Ektrak Herba Akar Kucing


Setelah data dianalisis dan menjadi hasil, lalu hasil penilaiannya
dikategorikan. Hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Kategori Penilaian Nilai SPF


Konsentrasi Nilai SPF Kategori
300 ppm 6,3 Sedang
400 ppm 7,6 Sedang
500 ppm 9,1 Maksimal
600 ppm 12,5 Maksimal
700 ppm 20,5 Ultra

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


19

4.1.5 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Standar Asam Galat

Panjang Gelombang Maksimum


0,7

0,6

0,5
Absorbansi

0,4

0,3

0,2

0,1

0
400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650 675 700 725 750 775 800
panjang gelombang

Gambar 4.1 Panjang gelombang maksimum asam galat

Dari hasil pengukuruan serapan maksimum larutan standar Asam Galat 500
ppm dengan menggunakan spektrofotomoter UV-Vis diperoleh serapan maksimum
pada panjang gelombang 770 nm.

4.1.6 Absorbansi Standar Asam Galat

Tabel 4.4 Absorbansi Asam Galat


Konsentrasi As 1 As 2 As Rata-Rata

300 ppm 0.1320 0.1322 0.1321

400 ppm 0.1500 0.1510 0.1505

500 ppm 0.1787 0.1791 0.1789

600 ppm 0.2010 0.2012 0.2011

700 ppm 0.2205 0.2209 0.2207

Keterangan* : As = Absorbansi. Tabel 4.4 adalah Hasil Absorbansi Standar Asam


Galat Pada Panjang Gelombang 770 nm.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


20

4.1.7 Absorbansi Sampel Untuk Kandungan Total Fenolik

Tabel 4.5 Hasil Kadar Fenolik Total Ekstrak Herba Akar Kucing

As Rata Total Fenolik


Sampel As 1 As 2 As 2
Rata mgGAE/g sampel

Ekstrak 0,1145 0.1169 0,1135 0.1149 241,4

Keterangan : As = Absorbansi. Tabel 4.5 adalah nilai kadar fenolik total yang
dihasilkan dari ekstrak herba akar kucing

4.2 Pembahasan
4.1.1 Hasil Identifikasi Kimia
Ekstrak herba akar kucing yang dihasilkan memiliki kandungan senyawa
fenolik hal itu dilihat dari pengujian dengan FeCl3 5% memberikan warna hijau
kotor dan pengujian tanin dengan air panas dan FeCl3 1 % menghasilkan warna
hitam kehijauan, sedangkan untuk pengujian flavonoid pada ekstrak dengan
menggunakan serbuk kloroform, serbuk Mg dan HCL menghasilkan warna
kuning sehingga tidak mengandung flavonoid. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
ekstrak herba akar kucing memiliki senyawa fenolik seperti fenol, dan tanin
meskipun pada pengujian flavonoid tidak terdeteksi.

4.1.2 Hasil Pengujian SPF


Hasil pengujian nilai SPF dengan menggunakan alat spektrofotometer,
didapatkan nilai SPF terendah ektrak herba akar kucing ada pada konsentrasi 300
dengan nilai spf sebesar 6,6 dan nilai SPF tertinggi ada pada konsentrasi 700 ppm
dengan nilai sebesar 20,50. Menurut Food and Drug Administration (FDA). Tabir
surya yang efektif harus memiliki nilai spf diatas 15. Di dalam penelitian ini, nilai
SPF yang memenuhi syarat tersebut adalah sampel dengan konsentrasi 700 ppm
dengan nilai SPF sebesar 20,5. Sedangkan, sampel dengan konsentrasi 300 ppm,
400 ppm, 500 ppm, 600 ppm tidak memenuhi syarat karena memiliki nilai SPF
kurang dari 15.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


21

Nilai SPF
20,5

12,6
9,1
7,7
6,3

300 400 500 600 700

Gambar 4.2 Nilai SPF Ekstrak Herba Akar Kucing

4.1.3 Hasil Pengujian Total Fenol


Pengujian kadar total fenolat dilakukan dengan menggunakan metode Folin
Ciocalteu dimana Asam Galat digunakan sebagai standar untuk memperoleh
persamaan kurva kalibrasi yang akan di plotkan dengan serapan ekstrak
menggunakan spektrofotometri. Pengujian kadar fenolik total dimulai dengan
penentuan panjang gelombang maksimum oleh larutan standar asam galat di
konsentrasi 500 ppm dihasilkan puncak serapan pada panjang gelombang 770 nm,
sehingga panjang gelombang maksimum tersebut digunakan selanjutnya untuk
penentuan kadar total senyawa fenolat.
Hasil dari pengukuran absorbansi sejumlah standar asam galat dengan seri
konsentrasi 300 - 700 ppm pada panjang gelombang 770 nm diperoleh persamaan
regresi y = 0.0002x + 0.0628 dengan R2 = 0.9957. Penentuan kadar total senyawa
fenolat pada ekstrak herba akar kucing ditentukan dengan memplotkan absorbansi
sampel pada persamaan regresi linear kurva kalibrasi standar asam galat. Nilai total
fenolat pada ekstrak menunjukkan angka 241,4 mgGAE/gram sampel.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak herba akar kucing memiliki aktivitas sebagai tabir surya
2. Konsentrasi 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, dan 700 ppm berturut-turut
memiliki nilai SPF sebesar 6,8,9,12,21.
3. Konsentrasi 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm tidak memenuhi syarat FDA
karena memiliki nilai SPF dibawah 15, sedangkan konsentrasi 700 ppm
memenuhi syarat FDA karena memiliki nilai SPF diatas 15
4. Nilai total fenol ekstrak herba akar kucing sebesar 241,4 mgGAE/g sampel

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas tabir surya dan penetapan kadar
total fenol dengan metode ekstraksi dan konsentrasi yang berbeda.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan berupa formulasi sediaan farmasi berupa
lotion dan/atau krim tabir surya.

22
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
DAFTAR PUSTAKA

1. Iswari R. Latifah Fatma. Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik, Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama; 2007.

2. Skin Cancer Foundation Facts 2015


https://www.skincancer.org/skin-cancer-information/skin-cancer-facts
Diakses pada 2 Januari 2019

3. DR. Johnny Ria Hutapea. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. 2nd ed. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
1993.

4. Agustina Novia, Asih PY, Hartanto Nugroho L. Antioxidant Activity and


Histochemical Analysis of Acalypha indica L. and Acalypha wilkesiana Muell.
Arg. Vegetative and Generative Organs. Yogyakarta. Universitas Gadjah
Mada.

5. Wasiaatdmadja SM. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Depok: UI-Press; 1997.

6. Agbor Gabriel A; Vinson Joe A; Donnelly Patrick E. Folin Ciocalteu Reagent


for Polyphenolic Assay. J Food Sci Nutr Diet. 2014.

7. dr. Setiawan Dalimartha. Atlas Tumbuhan Indonesia jilid 2, Jakarta: Trubus


Agriwidya; 2000

8. Depkes RI. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan. Jakarta: Dirjen


POM; 2000.

9. BPOM RI. Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak Vol. 2.


Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI; 2013. 10 p.

10. Depkes RI. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia; 1986. 10 p.

23
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
24

11. Benbasyar E. Serial Buku Ajar Farmasi Fitokimia. Jakarta: Poltekkes Jakarta
II; 2013.

12. Depkes RI. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 1995.

13. Harbone J. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.


Terjemahan K. Padmawinata. II. Bandung: ITB Press; 1987.

14. D. Sarker Satyajit. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Kimia Organik,
Alam dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009. 512 p.

15. Pratiwi Putri, Meiny Suzery, Bambang Cahyono. Total Fenolat dan Flavonoid
dari Ekstrak dan Fraksi Daun Kumis Kucing (Orthosipon stamineus L.).
Semarang : Universitas Diponegoro Jurusan Kimia FMIPA; 2010

16. Elizângela A, A D. Determination of sun protection factor ( SPF ) of sunscreens


by ultraviolet spectrophotometry. 2004;40.

17. Indian Medicinal Plants


https://indianmedicinalplants.info/medicinalplants-
gallery/index.php/Medicinal-plants-of-Africa/Acalypha-indica-plant-06
Diakses pada 2 Maret 2019

18. Farmakope Indonesia 5th ed. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2014

19. Duke J. Phytocemical


https://phytochem.nal.usda.gov/phytochem/plants/show/18?qlookup=Acalyph
a+indica&offset=0&max=20&et=
Diakses pada 2 maret 2019

20. Cheryl Kawatu, Widdhi bodhi, Jeane Mongi. Uji Ekstrak Etanol Daun Kucing-
Kucingan (Acalypha indica L.) Terhadap Kadar Gula Darah Tikus Jantan Galur
Wistar (Rattus novergicus). Manado: UNSRAT; 2013.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Determinasi

25
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
26

Lampiran 2
Proses Preparasi Ekstrak

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


27

Lampiran 3
Uji Skrining Fitokimia

Identifikasi Fenol Identifikasi Saponin

Identifikasi Flavonoid Identifikasi Tannin

Identifikasi Alkaloid (Mayer) Identifikasi Dragendorf

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


28

Lampiran 4
Proses Pengujian SPF

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


29

Lampiran 5
Pengenceran Larutan Induk
 Pengenceran 300 ppm
Memipet 3 mL larutan induk masukan ke dalam labu ukur 100 mL tambahkan
etanol70% ad 100 mL.
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10000 ppm = 100 mL x 300 ppm
V1 = 3 mL
 Pengenceran 400 ppm
Memipet 4 mL larutan induk masukan ke dalam labu ukur 100 mL tambahkan
etanol 70% ad 10 mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10000 ppm = 100 mL x 400 ppm
V1 = 4 mL
 Pengenceran 500 ppm
Memipet 5 mL larutan induk masukan ke dalam labu ukur 100 mL tambahkan
etanol 70% ad 100 mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10000 ppm = 100 mL x 500 ppm
V1 = 5 mL
 Pengenceran 600 ppm
Memipet 3 mL larutan induk masukan ke dalam labu ukur 50 mL tambahkan
etanol 50 70% ad 50 mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10000 ppm = 50 mL x 600 ppm
V1 = 3 mL
 Pengenceran 700 ppm
Memipet 7 mL larutan induk masukan ke dalam labu ukur 10 mL tambahkan
etanol p.a 70% ad 10 mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10000 ppm = 100 mL x 700 ppm
V1 = 7 mL

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


30

Lampiran 6
Hasil pengujian SPF

Absorbansi 300 ppm


λ (nm) A B c Rata-rata EE X I SPF
290 0,6537 0,6529 0,6540 0,6535333 0,015 0,009803
295 0,6375 0,6373 0,6372 0,6373333 0,0817 0,052070
300 0,6310 0,6307 0,6313 06631 0,2784 0,175670
305 0,6278 0,6279 0,6285 0,6280667 0,3278 0,205880
310 0,6302 0,6297 0,6304 0,6301 0,1864 0,117450
315 0,6306 0,6305 0,6309 0,63055 0,0839 0,052903
320 0,6232 0,6203 0,6203 0,6202 0,018 0,011164

Total 0,624940
SPF = 0,625 x 10
= 6,25

Absorbansi 400 ppm


λ (nm) A B c Rata-rata EE X I SPF
290 0,8041 0,8030 0,8034 0,8035 0,015 0,012053
295 0,7822 0,7810 0,7815 0,7815667 0,0817 0,063854
300 0,7742 0,7730 0,7730 0,7734 0,2784 0,215315
305 0,7695 0,7690 0,7686 0,7690333 0,3278 0,252089
310 0,7729 0,7719 0,7720 0,7722667 0,1864 0,143951
315 0,7738 0,7719 0,7722 0,7726333 0,0839 0,064824
320 0,7570 0,7623 0,7676 0,7623 0,018 0,013721

Total 0,765807
SPF = 0,766x 10
= 7,66

Absorbansi 500 ppm


λ (nm) A B c Rata-rata EE X I SPF
290 0,9587 0,9587 0,9579 0,9584333 0,015 0,014376
295 0,9324 0,9323 0,9304 0,9317 0,0817 0,076120
300 0,9209 0,9208 0,9199 0,9205333 0,2784 0,256277
305 0,9150 0,9162 0,9155 0,9155667 0,3278 0,300123
310 0,9185 0,9186 0,9175 0,9182 0,1864 0,171153
315 0,9185 0,9184 0,9185 0,9184667 0,0839 0,077059
320 0,9039 0,9112 0,9154 0,9101667 0,018 0,016383

Total 0,911491
SPF = 0,912 x 10
= 9,12

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


31

Absorbansi 600 ppm


λ (nm) A B c Rata-rata EE X I SPF
290 1,3184 1,3195 1,3183 1,3187333 0,015 0,019781
295 1,2824 1,2836 1,2839 1,2833 0,0817 0,104846
300 1,2713 1,2715 1,2706 1,2711333 0,2784 0,353884
305 1,266 1,2632 1,2662 1,2651333 0,3278 0,414711
310 1,2695 1,2669 1,268 1,2681333 0,1864 0,236380
315 1,2703 1,269 1,2678 1,2690333 0,0839 0,106472
320 1,2533 1,2577 1,2548 1,2552667 0,018 0,022595

Total 1,258669
SPF = 1,259x 10
= 12,59

Absorbansi 700 ppm


λ (nm) A B c Rata-rata EE X I SPF
290 2,2059 2,1881 2,2085 2,20083333 0,015 0,0330125
295 2,1114 2,1204 2,1132 2,115 0,0817 0,1727955
300 2,0748 2,0765 2,0561 2,06913333 0,2784 0,57604672
305 2,0791 2,0577 2,0595 2,06543333 0,3278 0,677049047
310 2,0595 2,0462 2,0570 2,05423333 0,1864 0,382909093
315 2,0560 2,0346 2,0860 2,05886667 0,0839 0,172738913
320 2,3011 1,9454 2,4003 2,2155 0,018 0,039879

Total 2,05443077
SPF = 2,054x 10
= 20,54

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


32

Lampiran 7
Kurva Asam Galat

0,25

0,2
y = 0,0002x + 0,0628
R² = 0,9957
Absorbance

0,15

0,1

0,05

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
concentration (mg/L)

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


33

Lampiran 8
Hasil Kadar Total Fenol

Ekstrak Herba Akar Kucing


Absorbansi = 0.1140
Faktor Pengenceran = 1
Volume sampel yang digunakan = 100 mL (0.1L)
Berat sampel = 0.2026 gram
Persamaan regresi : Y = 0.0002x + 0.0628
Konsentrasi Fenolik (Nilai X)
Y = 0.0002x + 0.066
0.1149 = 0.0002x + 0.066
0.0002 x = 0.1149 – 0.066
0.0002x = 0.0489
X = 0.0489 / 0,0002
X = 244,5 mg/L
Fenol Total = 244,5 mg/L x 2 (FP) x 0.1 (VS) / 0.2026 gram (BS)
= 241,36229 mg ekivalen asam galat / gram sampel

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Anda mungkin juga menyukai