Anda di halaman 1dari 92

PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN

TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN


PADA AIR MINUM A3 FRESH O2 BONDOWOSO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai


Derajat Sarjana Ekonomi

Oleh :

Arie Kartika Dewi


201310160311473

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN
TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN
PADA AIR MINUM A3 FRESH O2 BONDOWOSO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai


Derajat Sarjana Ekonomi

Oleh :

Arie Kartika Dewi


201310160311473

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH KESEHATAN KERJA DAN KESELAMATAN KERJA


KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN

PADA AIR MINUM A3 FRESH O2 BONDOWOSO

Oleh :

Arie Kartika Dewi

201310160311473

Malang, September 2019

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Aniek Rumijati, M.M. Dra.Uci Yuliati, M.M.


PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN
TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA AIR MINUM A3
FRESH O2 BONDOWOSO

Arie Kartika Dewi


Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
Jalan Raya Tlogomas No.246 Malang 65144
Email: ariekartika11@gmail.com

ABSTRAK
Kesehatan kerja merupakan suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan
seseorang mempertahankan kondisi kesehatannya. Hal tersebut dilakukan
untuk mengantisipasi menurunnya semngat kerja yang diakibatkan sering
absen di tempat kerja karena sakit ataupun karena kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh stamina fisik pekerja kurang baik. Setiap perusahaan atau
industri memiliki tingkat resiko kecelakaan yang berbeda-beda, namun setiap
perusahaan selalu berusaha mencegah atau menghindari resiko tersebut.
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atu kerugian ditempat kerja.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Air Minum Merek A3 Fresh O2, dengan
tujuan untuk membuktikan kesehatan kerja dan keselamatan kerja berpengaruh
terhadap semangat kerja karyawan. Dalam penelitian ini tidak menggunakan
tekhnik pengambilan sampel, karena seluruh konsumen PT. Air Minum Merek A3
Fresh O2 merupakan populasi. Responden penelitian ini sebanyak 76 orang.
Analisis yang digunakan Uji Instrumen Data, Uji Asumsi Klasik, Regresi Linear
Berganda, Uji Hipotesis.
Hasil analisis uji hipotesis, menggunakan uji-t, menunjukkan bahwa secara
satu-persatu (parsial) kesehatan kerja dan keselamatan kerja berpengaruh terhadap
semangat kerja karyawan, kesehatan kerja (nilai koefisien sebesar 2,385, dan
tingkat signifikannya 0,020), dan keselamatan kerja (nilai koefisien sebesar 4,250,
dan tingkat signifikannya 0,000).

Kata Kunci : Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, dan Semangat Kerja


Karyawan.

i
PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN
TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA AIR MINUM A3
FRESH O2 BONDOWOSO

Arie Kartika Dewi


Management Studies Program of Economic and Business Faculty
University of Muhammadiyah Malang
Jalan Raya Tlogomas No.246 Malang 65144
Email: ariekartika11@gmail.com

ABSTRACT
Health of activity represent an conducive situation and effort of someone
maintain the condition of its health in. The mentioned conducted for to downhill
anticipation it the spirit of resulted kerjs often call the roll at work because pain
and or because accident of activity which because of unfavourable worker
physical stamina. Each;Every industry or company have risk of accident
storey;level which different each other, but each;every company always try to
prevent or avoid the risk. Working safety show at condition of safe or peaceful of
grief, loss or damage at work.
This research is conducted by at PT. Drinking Water Brand of A3 Fresh O2,
as a mean to prove health of working safety and activity have an effect on to spirit
of employees activity. In this research do not use tekhnik intake of sampel,
because entire/all consumer of PT. Drinking Water Brand of A3 Fresh O2
represent population. this Research responder counted 76 people. used by
analysis is Test Instrument Data, Classic Test Assumption, Doubled Linear
Regression, Test Hypothesis
Result of analysis test hypothesis, using uji-t, indicating that by partial health
of working safety and activity have an effect on to spirit of employees activity,
health of activity ( coefficient value equal to 2,385, and its storey;level it 0,020),
and working safety (coefficient value equal to 4,250, and its storey;level it 0,000).

Keywords : Health of Activity, Working Safety, and Spirit of Activity Employees

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat, hidayah serta ridho-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam proses
penulisan skripsi ini, serta peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis hingga mampu
menuntaskan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Karyawan Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada Air
Minum A3 Fresh O2 Bondowoso”. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Fauzan M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dr. Ida Zuhroh, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Malang
3. Dr. Marsudi, M.M., selaku Ketua Jurusan Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Malang
4. Dra. Aniek Rumijati, M.M. selaku pembimbing I dan Dra Uci Yuliati, M.M.
selaku pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing dan
memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang
yang telah membagi dan memberikan pengetahuan selama perkuliahan.
6. Kedua orang tua saya tercinta dan saya sayangi Ayahanda Edie Asto
Ariwibowo dan Ibunda N.S. Yani Utami serta kakak saya Arie Vebriyani
Permata Sary dan kembaran saya Arie Kartika Sari,S.E yang telah
memberikan bantuan dan dukungan baik do’a, materi serta kasih sayang dari
awal hinggal terselesainya skripsi ini.
7. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu hingga terselesainya skripsi ini.

iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karna
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Maka dari itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan demi menuju kesempurnaan. Semoga penulisan skripsi
ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan bagi penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, September 2019

Penulis,

Arie Kartika Dewi

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8

1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8


2. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ......... 10

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................... 10

B. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 12

1. Semangat Kerja ............................................................................... 12


2. Keselamatan Kerja .......................................................................... 15
3. Kesehatan Kerja .............................................................................. 16

C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 24

D. Hipotesis ................................................................................................. 26

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 28

A. Lokasi Penelitian .................................................................................... 28

B. Jenis Penelitian ....................................................................................... 28

v
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 28

1. Populasi ........................................................................................... 28
2. Sampel ............................................................................................. 28

D. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 29

E. Skala Pengukuran Data ........................................................................... 30

F. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 31

G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 32

H. Teknik Pengujian Instrumen .................................................................. 32

1. Uji Validitas .................................................................................... 32


2. Uji Reliabilitas ................................................................................ 33

I. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................ 34

J. Uji R ( Koefisien Determinasi ) ............................................................... 34

K. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 34

1. Uji Normalitas ................................................................................. 35


2. Uji Multikolinearitas ....................................................................... 35
3. Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 35

L. Uji Hipotesis ........................................................................................... 36

1. Uji f ................................................................................................. 36
2. Uji t ................................................................................................. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 37

A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................ 37

1. Sejarah Perusahaan .......................................................................... 37


2. Struktus Organisasi ......................................................................... 38

B. Uji Instrumen Penelitian ......................................................................... 45

1. Uji Validitas .................................................................................... 45


2. Uji Reliabilitas ................................................................................ 46

C. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 50

1. Uji Normalitas ................................................................................. 50

vi
2. Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 51
3. Uji Multikolinieritas ........................................................................ 52
4. Uji Autokorelasi .............................................................................. 53

D. Hasil Analisis Linier Berganda .............................................................. 54

E. Uji Kelayakan Model .............................................................................. 55

F. Koefisien Determinasi ............................................................................ 56

G. Uji Hipotesis ( Uji t ) .............................................................................. 56

H. Pembahasan ............................................................................................ 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ..................................................................................... 62
2. Saran ................................................................................................ 62

Daftar Pustaka ........................................................................................... 64

LAMPIRAN ............................................................................................... 66

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Pikir ................................................................................... 25

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ............................................................................. 39

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Tingkat Kecelakaan Kerja ............................................................... 6

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 11

Tabel 3 Sampel Penelitian ..................................................................................... 29

Tabel 3.1 Pengukuran Data Jawaban ..................................................................... 31

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas ................................................................................. 46

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas .............................................................................. 46

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kesehatan Kerja Karyawan ................................... 48

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Keselamatan Kerja Karyawan ............................... 49

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Semangat Kerja Karyawan .................................... 50

Tabel 4.6 Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Test .............................................. 51

Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 52

Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas ............................................................................... 53

Tabel 4.9 Uji Autokorelasi ..................................................................................... 53

Tabel 4.10 Output Analisis Regresi Berganda ....................................................... 54

Tabel 4.11 Uji f ...................................................................................................... 56

Tabel 4.12 Uji Koefisien Determinasi ................................................................... 56

Tabel 4.13 Uji t ...................................................................................................... 57

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner ............................................................................................ 66

Lampiran 2 Uji Validitas ....................................................................................... 68

Lampiran 3 Uji Reliabilitas .................................................................................... 71

Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 72

Lampiran 5 Koefisien Determinasi ........................................................................ 74

Lampiran 6 Analisis Regresi Berganda ................................................................. 74

Lampiran 7 Tabel r ................................................................................................. 75

Lampiran 8 tabel Durbin Watson ........................................................................... 76

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya menghasilkan suatu produk yang berkualitas tinggi dan sebagai


pemenuhan kebutuhan bagi konsumen menuntut untuk menggunakan teknologi
canggih berupa alat -alat yang modern. Penggunaan alat -alat canggih tentuny a akan
mendatangkan bahaya bagi operatornya atau bagi karyawan lain serta
memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Di
sinilah pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja yang maksimal diharapkan
dapat meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan dari sebuah proses
produksi, sehingga usaha efisiensi dan peningkatan semangat kerja karyawan
yang dilakukan perusahaan dapat terwujud (Anonim, 2007).
Cara agar meminimalkan terjadinya kesehatan kerja adalah pada
penerimaan karyawan diperusahaan yang diteliti. Calon karyawan harus memenuhi
persyaratan yaitu salah satunya adanya surat keterangan dari dokter bahwa yang
bersangkutan benar– benar tidak mempunyai penyakit. Kesehatan kerja
merupakan suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang itu
mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaannya diperusahaan
(Moenir, 2013:207). Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan pengertian kesehatan adalah suatu kondisi yang mengusahakan agar
sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial dengan usaha-usaha tertentu untuk
mewujudkannya. Jadi program kesehatan kerja sudah diperhatikan sejak dini,
sebelum mereka diterima sebagai karyawan di perusahaan ini. Hal tersebut
dilakukan untuk mengantisipasi menurunnya semangat kerja yang diakibatkan
sering absen di tempat kerja karena sakit ataupun karena kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh stamina fisik pekerja yang kurang baik (Moenir, 2013:207).
Pihak manajemen perusahaan menilai dengan masih banyaknya karyawan
sakit setiap triwulan, maka menunjukkan bahwa program Kesehatan dan

1
Keselamatan Kerja (K3) yang diterapkan masih belum maksimal. Dengan
tidak hadirnya karyawan yang diakibatkan sakit tersebut tentunya berpengaruh
terhadap kinerja karyawan pada perusahaan dimana indikator dari semangat kerja
adalah karyawan tidak ada yang absen pada saat bekerja sehingga pekerjaan
selesai tepat waktu (Mubarak dan Chayatin, 2011:101).
Setiap perusahaan atau industri memiliki tingkat resiko kecelakaan yang
berbeda-beda, namun setiap perusahaan selalu berusaha mencegah atau
menghindari resikotersebut. Anwar Prabu Mangkunegara, (2010:161)
mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang
aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Daryanto,(2013:146), yang mengemukakan
bahwa: “Keselamatan kerja ialah selamatnya karyawan, alat-alat kerja dan
perusahaan serta produksi dan daerah lingkungannya, sehingga perlu pada waktu
karyawan bekerja, topi, helm pengaman, sarung tangan, kaca mata pengaman,
masker pelindung muka”. Dari penjelasan beberapa ahli, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pengertian keselamatan adalah selamatnya karyawan, alat
produksi dan perusahaan serta lingkungannya dari kerusakan dan penderitaan.
A3 Fresh O2 adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang
diproduksi oleh PT Air Minum A3 Fresh O2 Bondowoso sejak tahun 2014. A3
Fresh O2 didirikan oleh Anggi Setyo Boedi warga asli Bondowoso yang setelah
keluar bekerja dari kontraktor mendirikan usaha keluarga AMDK. Banyak
tantangan dan rintangan dalam membangun bisnis tersebut, karena hubungannya
dengan kesehatan yang mengkonsumsi air ini, dan selalu berupaya untuk
mengedepankan kualitas produk agar konsumen tetap loyal dalam mengkonsumsi
A3 Fresh O2, tidak menuntut harga yang terlalu tinggi, berupaya agar harga dapat
dijangkau oleh masyarakat, dan pemasarannya masih di area kota Bondowoso
belum bisa untuk ke luar kota karena membutuhkan tambahan tenaga kerja, alat
transportasi, dan tempat untuk cabang.

2
PT. Air Minum A3 FRESH O2 merupakan salah satu industri yang memiliki
tingkat resiko kecelakaan kerja yang rendah terutama pada bagian-bagian tertentu
yang mengharuskan tenaga kerja untuk bersentuhan langsung dengan bahan
kimia maupun mesin produksi yang digunakan oleh perusahaan, sementara ini
hanya 72 karyawan dari total keseluruhan karyawan 168 orang yang mendapatkan
program kesehatan dan keselamatan kerja kayawan yaitu karyawan full time yang
bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan menganggap perlindungan terhadap
tenaga kerja sangat diperlukan agar perusahaan tidak kehilangan tenaga kerja
yang berakibat menghambat proses produksi yang akan merugikan perusahaan
akibat kecelakaan di tempat kerja. PT. Air Minum A3 FRESH O2 adalah sebuah p
erusahaan air minum y ang sudah menggunakan teknologi canggih meskipun ada
sebagian yang masih menggunakan tenaga manual. Kegiatan produksi ini
mengandung bahaya tinggi baik bagi kary awan maupun lingkungan. Oleh karena
itu, penting adanya pengelolaan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
hidup..

Perusahaan ini merupakan salah satu industri yang sudah menerapkan


keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup serta telah melakukan upaya
memberikan perlindungan kepada karyawan pada saat melaksanakan pekerjaan,
perusahaan menyediakan fasilitas – fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja,
antara lain alat pelindung diri (APD), induksi K3, inspeksi K3, safety meeting,
safety talk, penyelidikan kecelakaan, pendidikan dan latihan yang berkaitan
dengan K3, pemeriksaan kesehatan, pemasangan rambu–rambu keselamatan
kerja, safety patrol, pengadaan alat bantu untuk mengangkat kemasan air minum
A3 FRESH O2. Perusahaan juga mengadakan pelatihan tentang keselamatan
kerja dan juga mendatangkan tenaga ahli K3 (kesehatan dan keselamatan kerja)
dari dinas kesehatan dan tenaga kerja, menyediakan fasilitas tempat olahraga
seperti lapangan futsal dan bulu tangkis untuk mengantisipasi kejenuhan ataupun
ketegangan di tempat kerja dan setiap setahun sekali diadakan kegiatan sosial,
rekreasi dan ibadah umrah gratis.

3
Dari segi kesehatan karyawan, PT. A3 Fresh O2 memiliki fasilitas kerja yang
memadai untuk karyawan, tersedianya jaringan internet, peralatan kantor lengkap
(ATK) untuk bagian administrasi, peralatan mesin produksi cukup untuk bagian
produksi, gedung dengan segala sarana yang diperlukan, termasuk jalan, selokan,
air bersih, pembuangan air kotor tersedia, dan halaman parkir yang cukup luas,
sehingga dapat mempermudah karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat
waktu. Pemeriksaan kesehatan diadakan sebulan sekali, menggunakan checkup
memalui puskesmas terdekat, dibantu dengan diberikan BPJS Kesehatan bila
terdapat karyawan yang sakit, sehingga karyawan tidak mengeluarkan biaya
pribadi, karena sudah ditanggung perusahaan. Disaat jam istirahat perusahaan
juga memberikan konsumsi yang mengandung makanan 4 sehat kepada karyawan,
agar karyawan tetap sehat dan kompak dalam bekerja.
Dari segi keselamatan kerja, PT. A3 Fresh O2 memiliki ketersediaan alat
perlindungan diri, disediakan 2 karton masker untuk melindungi hidung dan
mulut, 72 buah helm untuk melindungi kepala agar tidak cidera, 72 pasang sepatu
boot untuk melindungi kaki, dan 2 karton sarung tangan untuk melindungi tangan,
agar karyawan aman dan nyawan dalam bekerja perusahaan juga memberikan
tunjangan kecelakaan kerja, dengan menggunakan BPJS yang sudah dibagikan ke
72 karyawan. Perusahaan juga menerapkan sistem kehati-hatian dengan
menempatkan rambu atau peringatan, sehingga karyawan aman dalam bekerja.
Dari segi semangat kerja karyawan, PT. A3 Fresh O2 memiliki karyawan
yang selalu ingin belajar dan mengembangkan diri menjadi yang terbaik dalam
perusahaan, contohnya Bahrul (24) bagian pemasaran (Sales Manajemen) di tahun
2018, beliau bersama timnya dapat bekerja menghasilkan penjualan dua kali lipat
dari tahun sebelumnya, sehingga perusahaan tahun 2018 mendapakan keuntungan
lebih besar dari tahun sebelumnya, untuk rewardnya Bahrul diumrohkan oleh
perusahaan. Perusahaan ini masih kurang mendisiplin karyawan, karena masih
terdapat karyawan sering absen, sakit, terlambat bekerja karena terdapat karyawan
di tahun 2018, total karyawan sakit 25 orang, total karyawan alfa 22 orang, dan 57
orang terlambat. Terdapat 24 karyawan tidak tepat waktu dalam menyelesaikan
tugas, serta kurangnya tanggung jawab terhadap pekerjaan,

4
Berdasarkan data perusahan angka kecelakaan kerja dari tahun ke tahun
mengalami penurunan. Pada tahun 2014 tercatat angka kecelakaan kerja sebanyak
4 orang, tahun 2015 menurun menjadi 1 orang, dan 2016 sebanyak 1 orang.
Angka kecelakaan kerja dari tahun 2014 sampai tahun 2016 di perkirakan
sebanyak 6 pekerja akibat rendahnya standar keselamatan kerja dan sebab lainnya.

5
Tabel 1.1
Data Tingkat Kecelakaan Kerja pada Perusahaan Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso
Tahun 2014-2016

No Tahun Jumlah Rata-rata Jumlah Keterangan


Karyawan hari kerja Kecelakaan
Karyawan
1 2014 168 22 4  Pada tahun 2014 satu orang mengalami cidera tangan karena tidak hati-hati dalam
bekerja, saat mengambil kemasan air untuk dipasarkan, tangannya salah tumpu
sehingga cidera.
 Terdapat dua orang mengalami cidera kaki dikarenakan kurang hati-hati sehingga
terpeleset dari bocornya kemasan air saat digudang.
 Satu orang mengalami sobek tangan saat memasukkan air pada kemasan,
dikarenakan tidak memakai sarung tangan saat bekerja.
2 2015 168 20 1  Satu orang mengalami patah tulang dikarekan terlalu banyak membawa kemasan air
melebihi standartnya, seharusnya menggunakan troli yang sudah disediakan oleh
perusahaan.
3 2016 168 22 1  Satu orang mengalami cidera di bagian kepala karena tertimpa mesin AMDK, karena
tidak memakai helm keselamatan saat bekerja.

6
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat kecelakaaan kerja karyawan masih
terjadi dari tahun ke tahunnya, sehingga dari data tersebut semakin memperjelas
bahwa angka kecelakaan kerja di PT Air Minum A3 FRESH O2 masih ada. Oleh
sebab itu upaya menerapkan program K3 diharapkan mampu menekan angka
kecelakaan kerja yang sering terjadi. Maka dari itu adanya upaya mencegah
kecelakaan ditempat kerja adalah pihak perusahaan sebagai pengguna tenaga kerja
wajib menyediakan alat perlindungan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja
sesuai dengan kebutuhannya, hal ini dimaksudkan agar tenaga kerja merasa
aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaanya. Selain itu, pihak tenaga
kerja hendaknya mematuhi dan manjalankan K3 serta peraturan yang telah dibuat
oleh perusahaan dalam upaya menerapkan K3 diperusahaan, sehingga akan
tercipta hubungan yang harmonis dan saling memahami peran masing-masing
dalam perusahaan, dan dengan begitu usaha dalam meningkatkan semangat
kerja karyawan akan berjalan sesuai dengan harapan.
Berdasarkan adanya fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang diatas
maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Karyawan terhadap Semangat Kerja Karyawan
pada Perusahaan Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan, maka penulis


merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana semangat kerja karyawan, kesehatan kerja, dan keselamatan kerja


pada Perusahaan Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso?
2. Apakah kesehatan kerja dan keselamatan kerja berpengaruh terhadap
semangat kerja karyawan pada Perusahaan Air Minum A3 FRESH O2
Bondowoso?

7
3. Manakah diantara kesehatan kerja dan keselamatan kerja yang paling
berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada Perusahaan Air Minum
A3 FRESH O2 Bondowoso?

C. Batasan Masalah

Supaya dalam pembahasan permasalahan yang ada tidak menyimpang dari


pokok masalahnya, maka obyek yang diteliti perlu adanya batasan sebagai
berikut:

1. Obyek penelitian ini adalah 72 karyawan full time Perusahaan Air Minum A3
FRESH O2 Bondowoso yang mengikuti program K3.
2. Adapun faktor-faktor yang dianalisis adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi semangat kerja karyawan yang meliputi: program kesehatan
kerja, dan kecelakaan kerja karyawan.

A. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini berdasarkan dari rumusan
masalah yang telah dibuat yaitu:
1. Mendiskripsikan semangat kerja karyawan dan kesehatan kerja dan
keselamatan kerja pada Perusahaan Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso.
2. Menganalisis pengaruh kesehatan kerja dan keselamatan kerja terhadap
semangat kerja karyawan pada Perusahaan Air Minum A3 FRESH O2
Bondowoso.
3. Menganalisis diantara kesehatan kerja dan keselamatan kerja manakah yang
paling berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada Perusahaan Air
Minum A3 FRESH O2 Bondowoso.

8
B. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian antara lain:
1. Bagi peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan akademik
dan dapat dijadikan sebagai landasan acuan dalam penelitian bidang manajemen
sumber daya manusia, khususnya keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan
semangat kerja karyawan.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian dapat berguna sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada
pemilik Perusahaan Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso dalam mengelolah
sumber daya dalam mempertimbangkan keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan
semangat kerja karyawan.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu merupakan landasan yang bisa dijadikan sebagai acuan
dan bahan pertimbangan untuk membandingkan suatu pengaruh variabel.
Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
berkaitan dengan pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja karyawan terhadap
semangat kerja karyawan pada perusahaan air minum A3 fresh O2 Bondowoso
dengan hasil sebagai berikut:

10
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian


Muhammad Fachru Pengaruh Motivasi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pendekatan kuantitatif dengan Seluruh variabel memiliki pengaruh positif dan signifikan
(2013) terhadap Kinerja Karyawan Lapangan (Studi Pada PT. pengukuran skala likert baik terhadap terhadap kinerja.
Amanah Anugerah Adi Mulia)
Doni Yulianto Triadityo Hubungan Antara Keselamatan Kerja dengan Semangat Pendekatan kuantitatif dengan Keselamatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan
(2009) Kerja Karyawan Bagian Produksi Cahaya Timur Offset pengukuran skala likert baik terhadap semangat kerja karyawan.
Yogyakarta
Liana Ambarsari Pengaruh Lingkungan Kerja dan Keselamatan Kesehatan Pendekatan kuantitatif dengan Lingkungan kerja dan keselamatan kesehatan kerja memiliki
(2015) Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Total Bangun pengukuran skala likert pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Persada Tbk
M. Fauzi Syafi’i Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan (K3) Pendekatan kuantitatif dengan Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki pengaruh positif
(2008) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT. PG. Rajawali pengukuran skala likert dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.
1 Unit PG. Krebet Baru Bululawang Malang
Lestari dan Erlin Hubungan Keselamatan dan Kesehatan (K3) dengan Kinerja Pendekatan kuantitatif dengan Hubungan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
(2007) Karyawan (Studi Kasus: Bagian Pengolahan PTPN VIII pengukuran skala likert dengan kinerja karyawan adalah positif, sangat nyata dan
Gunung Mas, Bogor) berkorelasi kuat
Novi Pengaruh Penerapan Manajemen Keselamatan dan Pendekatan kuantitatif dengan SMK3 memiliki pengaruh positif dan signifikan baik
(2008) Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Melalui pengukuran skala likert terhadap motivasi maupun terhadap kinerja, namun salah
Motivasi Pada Perusahaan Garmen di Kawasan Industri satu elemen SMK3 yaitu analisis tempat kerja tidak
Rancaekek‖ memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi.
Sumber: Data diolah tahun 2018

11
Berdasarkan data penelitian terdahulu, kedua dan ketiga mengunakan metode penelititian
kuantitatif sedangkan pada penelitian terdahulu pertama mengunakan metode penelitian
deskritif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dahulu pertama, ketiga, kelima dan keenam
kinerja karyawan sebagai variable pembahasan dan peneliti dahulu keempat produktivitas
kerja karyawan sebagai variabel pembahasan.
Sementara pada penelitian saat ini objek dan judul yang diambil berbeda lebih
difokuskan terhadap semangat kerja karyawan. Metode yang digunakan pada penelitian saat
ini mengunakan metode kuantitatif dengan pengukuran skala likert.

D. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Semangat Kerja
Menurut Nitisemito (2010 : 105) semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara
lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih
baik. Meskipun semangat kerja tidak mesti disebabkan oleh kegairahan kerja, tetapi
kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja.Oleh
karena itulah antara semangat dan egairahan kerja sulit untuk dipisah-pisahkan, sehingga
orang lebih senang menggunakan istilah semangat dan kegairahan kerja.Jadi apabila suatu
perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja, maka mereka itu akan dapat banyak
memperoleh keuntungan. Dengan meningkatnya semangat kerja, maka pekerjaan akan lebih
cepat dapat diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, absensi akan dapat diperkecil,
kemungkinan perpindahan kayawan atau pegawai dapat diperkecil seminimal mungkin dan
sebagainya.
Semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang
memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih
tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak
mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka
itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya
untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin
(Hasley, 2011; 22).
Menurut Alex S. Nitisemito, (2010: 105) semangat kerja adalah melakukan pekerjaan
secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan
lebih baik. Oleh karena itulah antara semangat dan kegairahan kerja sulit untuk dipisah-

12
pisahkan, sehingga orang lebih senang menggunakan istilah semangat dan kegairahan kerja.
Jadi apabila suatu perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja, maka mereka itu akan
dapat banyak memperoleh keuntungan, dengan meningkatnya semangat kerja, maka
pekerjaan akan lebih cepat dapat diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, absensi akan
dapat diperkecil, kemungkinan perpindahan kayawan atau pegawai dapat diperkecil
seminimal mungkin dan sebagainya.
Ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi semangat kerja, yaitu (Loteiner dan Tohardi,
2012: 36):
a. Kebanggaan atau kecintaan pekerja pada pekerjaannya dan kepuasan dalam
menjalankan pekerjaan dengan baik.
b. Sikap terhadap pimpinan.
c. Hasrat untuk maju.
d. Perasaan telah diperlukan dengan baik.
e. Kemampuan untuk bergaul dengan teman sekerjanya.
f. Kesadaran akan tanggung jawab terhadap penyelesaian pekerjaannya
2. Indikator Semangat Kerja

Indikator yang digunakan untuk mengukur semangat kerja menurut (Lateiner dan
Tohardi, 2012 : 15):
a. keinginan untuk belajar dan mengembangkan diri
b. disiplin karyawan
c. berkompetisi dengan karyawan
d. bertanggung jawab terhadap pekerjaan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Semangat Kerja
Ada 5 (lima) faktor yang menimbulkan semangat kerja, yaitu Menurut (Nawawi,
2013), faktor – faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja adalah
a. Minat seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan.
b. Faktor gaji atau upah tinggi akan meningkatkan semangat kerja seseorang.
c. Status sosial pekerjaan. Pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dapat
menjadi faktor penentu meningkatnya semangat kerja.
d. Suasana kerja dan hubungan dalam pekerjaan. Penerimaan dan penghargaan dapat
meningkatkan semangat kerja.
e. Tujuan pekerjaan. Tujuan yang mulia dapat mendorong semangat kerja seseorang.

13
4. Program K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Manusia sebagai sumber daya memiliki peran yang sangat penting di perusahaan.
Kehadiran manusia menjadi penting karena manusia tidak dapat digantikan oleh kecanggihan
mesin. Oleh sebab itu kesehatan manusia sudah selayaknya diperhatikan agar tidak
mengganggu proses produksi. Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2011: 101)
mengemukakan bahwa: “sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan
fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan”.
Sedangkan Anwar Prabu Mangkunegara (2010: 161), mengemukakan bahwa: “kesehatan
kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa
sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”.
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, “kesehatan adalah
keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial ekonomis. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal”. Sedangkan Suma’mur (2011: 1) mengemukakan bahwa:
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif
dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor–faktor pekerja dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit
umum.
Sedangkan Moenir, A.S (2013: 207) mengemukakan bahwa, “kesehatan kerja merupakan
suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi
kesehatannya dalam pekerjaannya”. Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan pengertian kesehatan adalah suatu kondisi yang mengusahakan agar sejahtera
baik secara fisik, mental, dan sosial dengan usaha-usaha tertentu untuk mewujudkannya.
Setiap perusahaan atau industri memiliki tingkat resiko kecelakaan yang berbeda-beda,
namun setiap perusahaan selalu berusaha mencegah atau menghindari resiko tersebut. Anwar
Prabu Mangkunegara (2010: 161) mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
ditempat kerja”. Pendapat lain dikemukakan oleh Daryanto 2013: 146), yang mengemukakan
bahwa: “Keselamatan kerja ialah selamatnya karyawan, alat-alat kerja dan perusahaan
serta produksi dan daerah lingkungannya, sehingga perlu pada waktu karyawan bekerja, topi,
helm pengaman, sarung tangan, kaca mata pengaman, masker pelindung muka”. Dari

14
penjelasan beberapa ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian keselamatan
adalah selamatnya karyawan, alat produksi dan perusahaan serta lingkungannya dari
kerusakan dan penderitaan.
5. Pengertian Keselamatan Kerja
Menurut Suma‘mur (2011:1), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja berada dalam
segala tempat kerja, baik di darat, dalam tanah, permukaan air di dalam air maupun di udara.
Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya adalah
penerapan teknologi, terutama teknologi tinggi dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas
semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja
serta orang lainnya, dan masyarakat pada umumnya.
Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja dan memelihara sumber
produksi dan dipergunakan secara aman dan efisien. Keselamatan kerja adalah sarana
utama pencegahan kecelakaan, cacad, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-
kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses
produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Biaya-biaya
sebagai akibat kecelakaan kerja, baik langsung atau tidak langsung cukup bahkan kadang-
kadang sangat atau terlampau besar.
Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai ancaman disekitarnya dan
pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.
Jadi sangat jelas bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga
kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik
fisik dan mental dari pekerjanya harus dikendalikan.
Menurut Suma‘mur (2011:3) 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia.
Maka dari itu, usaha-usaha keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga harus
memperhatikan secara khusus aspek manusiawi. Dalam hubungan ini, pendidikan dan
penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga kerja merupakan sarana penting. Sekalipun
upaya-upaya pencegahan telah maksimal, kecelakaan masih mungkin terjadi, dan dalam hal

15
inilah, adalah besar peranan kompensasi kecelakaan sebagai suatu segi jaminan sosial bagi
meringankan beban penderita.
Setiap perusahaan atau industri memiliki tingkat resiko kecelakaan yang berbeda-beda,
namun setiap perusahaan selalu berusaha mencegah atau menghindari resiko tersebut. Anwar
Prabu Mangkunegara (2010: 161) mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja menunjukkan
pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat
kerja”. Pendapat lain dikemukakan oleh Daryanto (2013: 146), yang mengemukakan bahwa:
“Keselamatan kerja ialah selamatnya karyawan, alat-alat kerja dan perusahaan serta
produksi dan daerah lingkungannya, sehingga perlu pada waktu karyawan bekerja, topi, helm
pengaman, sarung tangan, kaca mata pengaman, masker pelindung muka”.
Pengertian program kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2010:161): “Keselamatan
kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau
kerugian di tempat kerja.” Sedangkan menurut Suma’mur (2011:1), “Keselamatan kerja
adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara–cara melakukan
pekerjaan.”
Dari penjelasan beberapa ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
keselamatan adalah selamatnya karyawan, alat produksi dan perusahaan serta lingkungannya
dari kerusakan dan penderitaan.
6. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita untuk menikmati
hidup, baik dirumah maupun ditempat kerja. Tanpa kesehatan kita tidak dapat
melakukan aktivitas yang produktif dalam suatu organisasi. Fakta ini dinyatakan oleh Health
and Safety Executive (HSE) atau pelaksana keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
‗Good Health is Good Business‘ (kesehatan yang baik menunjang bisnis yang baik).
(Ridley, 2008).
Menurut (Mangkunegara, 2010:161), program kesehatan kerja menunjukkan pada
kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang
bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress
emosi atau gangguan fisik.
Menurut (Bennet dan Rumondang, 2011:139), penyakit akibat kerja atau yang lebih
dikenal sebagai man made diseases, dapat timbul setelah seorang karyawan yang tadinya
terbukti sehat memulai pekerjaannya. Memang tidak seluruh pekerjaan menimbulkan

16
penyakit, yang jelas adalah ada pekerjaan yang menyebabkan beberapa macam penyakit,
dan ada pula yang mencetuskannya. Baik penyebab maupun pencetus dapat dicegah sedini
mungkin. Pencegahan dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin pengganggu
kerja dan kesehatan. Gangguan ini terdiri dari:
a. Beban kerja (ringan/sedang/berat atau fisik/mental/sosial)
b. Beban tambahan oleh faktor-faktor lingkungan kerja seperti faktor fisik, kimia,
biologis, dan psikologis
c. Kapasitas kerja, atau kualitas karyawan itu sendiri yang mencangkup kemahiran, umur,
daya tahan tubuh, jenis kelamin, gizi, ukuran tubuh, dan motivasi kerja
Keadaan lingkungan yang dapat menimbulkan keadaan tidak sehat dan berbahaya
a. Suhu dan kelembaban udara
b. Kebersihan udara.
c. Penerangan dan kuat cahaya
d. Kekuatan bunyi.
e. Cara kerja dan proses kerja
f. Udara, gas-gas yang bertekanan.
g. Keadaan mesin, perlengkapan dan peralatan kerja bahan-bahan
h. Keadaan lingkungan setempat
Menurut (Ranupandojo dan Husnan, 2002:263), program kesehatan fisik yang dibuat oleh
perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau keseluruhan elemenelemen berikut ini :
a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja.
b. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal) secara periodik
c. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara periodik.
d. Tersedianya peralatan dan staf media yang cukup
e. Pemberian perhatian yang sistematis yang preventif masalah ketegangan.
f. Pemeriksaan sistematis dan periodik terhadap persyaratan-persyaratan sanitasi yang
baik.
Manusia sebagai sumber daya memiliki peran yang sangat penting di perusahaan.
Kehadiran manusia menjadi penting karena manusia tidak dapat digantikan oleh kecanggihan
mesin. Oleh sebab itu kesehatan manusia sudah selayaknya diperhatikan agar tidak
mengganggu proses produksi. Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2011: 101)
mengemukakan bahwa: “sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan
fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan”.
Sedangkan Anwar Prabu Mangkunegara (2010: 161), mengemukakan bahwa: “kesehatan

17
kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa
sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”.
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, “kesehatan adalah
keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial ekonomis. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan
semangat kerja yang optimal”. Sedangkan Suma’mur (2011: 1) mengemukakan bahwa:
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif
dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor–faktor pekerja dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit
umum.
Sedangkan Moenir, A.S (2013: 207) mengemukakan bahwa, “kesehatan kerja merupakan
suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi
kesehatannya dalam pekerjaannya untuk mewujudkan semangat kerja yang tinggi”.
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal penting dan perlu diperhatikan oleh pihak
pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para
karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan
lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu
bekerja lebih lama. Menurut Werner (2009:267) istilah kesehatan dan keselamatan kerja
mengacu pada kondisi psikologis fisik dan psikologis pekerja yang merupakan hasil dari
lingkungan yang diberikan oleh perusahaan.Jika suatu perusahaan melakukan pengukuran
keamanan dan kesehatan yang efektif, semakin sedikit pegawai yang mengalami dampak
penyakit jangka pendek atau jangka panjang akibat bekerja di perusahaan tersebut.
Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan pengertian
kesehatan adalah suatu kondisi yang mengusahakan agar sejahtera baik secara fisik, mental,
dan sosial dengan usaha-usaha tertentu untuk mewujudkannya.
7. Maksud dan Tujuan Program Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemerintah turut ikut dalam meningkatkan produktivitas karyawan salah satunya dengan
mengusahakan kesejahteraan baik secara fisik maupun mental sebagaimana tertuang dalam
GBHN (1993): “Pengembangan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan
ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja berkualitas,
produktif, efisien, efektif dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan,
dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja. Peningkatan kesadaran akan

18
produktivitas, efektifitas, efisiensi dan kewiraswastaan serta etos kerja produktif dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan motivasi, penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan kualitas berdasarkan rencana ketenagakerjaan”.
Anwar Prabu. M (2010: 161) mengemukakan tentang tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja, yaitu:
1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik fisik,
sosial, dan psikologis.
2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seefektif
mungkin.
3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dengan meningkatkan kesehatan gizi pegawai.
5) Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan dan kondisi
kerja.
7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson dalam Abdul Rasyid (2013: 197)
mengemukakan tentang tujuan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut:
Jika kecelakaan kerja dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan kerja,
penyakit, dan hal-hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu meningkatkan kualitas
kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan akan semakin efektif. Peningkatan-peningkatan
terhadap hal ini akan menghasilkan (1) meningkatnya produktivitas karena menurunnya
jumlah hari kerja yang hilang, (2) meningkatnya efisien dan kualitas pekerja yang
berkomitmen, (3) menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi, (4) tingkat kompensasi
pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim,
(5) fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya
partisipasi dan rasa kepemilikan, dan (6) rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena
meningkatnya citra perusahaan.
Suma’mur (2011: 27) mengemukakan bahwa tujuan keselamatan kerja pada tingkat
perusahaan adalah:
1) Mencegah terjadinya kecelakaan.
2) Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.
3) Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat kerja.
4) Pengamanan material, pesawat-pesawat, instalasi- instalasi, dan lain-lain.
5) Peningkatan produktivitas atas dasar tingkat keamanan kerja yang tinggi.

19
6) Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat, dan sumber produksi lainnya
sewaktu bekerja.
7) Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman, dan aman.
8) Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan pembangunan.
Dari beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan dari
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan semangat
kerja, efektivitas dan efisiensi perusahaan serta menciptakan kondisi kerja yang nyaman dan
aman bagi semua pihak dalam perusahaan.
8. Indikator Keselamatan Kerja
Indikator-indikator variabel kesehatan kerja adalah sebagai berikut : Basir Barthos (2012:
138)
a. Fasilitas pekerja yang memadai
b. Pemeriksaan kesehatan
c. Konsumsi yang layak
9. Ruang Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki ruang lingkup, Basir Barthos (2012: 138)
mengemukakan bahwa:
1) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berlaku disetiap tempat kerja yang
mencakup 3 (tiga) unsur pokok (tenaga kerja, bahaya kerja, dan usaha baik bersifat ekonomis
maupun sosial)
2) Ketentuan K3 berkaitan dengan perlindungan:
(1) Tenaga kerja
(2) Alat, bahan, dan mesin
(3) Lingkungan
(4) Proses produksi
(5) Sifat pekerjaan
(6) Cara kerja
3) Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan sejak perencanaan,
pembuatan, pemakaian barang ataupun produk teknis dan seterusnya.
4) Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab semua pihak,
khususnya pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan suatu usaha.
John (2014: 108) mengemukakan bahwa: “… usaha keselamatan kerja ditujukan pada
tiga sub-sistem dalam sistem mikro atau lingkungan intern perusahaan yang meliputi usaha
yang diarahkan pada lingkungan fisik, pada manusia sebagai karyawan, dan yang ketiga

20
diarahkan pada sistem manajemen”. Sedangkan Ronald (2014: 139) mengemukakan bahwa:
“Lingkup manajemen keselamatan dan kesehatan kerja tidak terbatas pada penanganan
kecelakaan atau tindakan kuratif lainnya, tetapi yang utama adalah menciptakan suatu
lingkungan kerja yang aman dan sehat”.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa ruang lingkup program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja meliputi semua aspek yang ada dalam perusahaan dan sekitar perusahaan.
10. Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Upaya untuk memaksimalkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan
membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik karyawan, perusahaan maupun
pemerintah. Oleh sebab itu pihak perusahaan beserta karyawan harus mengetahui syarat-
syarat Keselamatan Kerja sesuai dengan Undang-undang No 1 Tahun 1970 yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, yaitu:
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2) Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5) Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6) Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja.
7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu
kotoran, asap, uap, gas, hembusan, angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10) Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
11) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12) Memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban.
13) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerja.
14) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman dan
barang.
15) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.

21
17) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah lagi
Daryanto (2013: 1) mengemukakan bahwa: “pencegahan kecelakaan dalam industri tidak
hanya terpusat pada keahlian, kita harus mengetahui bagaimana bekerja tanpa melukai diri
sendiri atau membahayakan rekan kerja yang lain”.
Dari pendapat yang telah dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat-
syarat keselamatan dan kesehatan kerja. Secara umum harus dapat melindungi tenaga
kerja serta mesin dan lingkungan perusahaan dalam menunjang produksi perusahaan.
11. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Penggunaan teknologi dalam proses produksi pada perusahaan memiliki
kecenderungan mengakibatkan kecelakaan bagi penggunanya, oleh sebab itu penerapan dan
pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu lebih diperhatikan sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi para pekerjanya. Namun hal
tersebut bukan semata-mata menjadi kewajiban pihak perusahaan saja, semua pihak yang
terkait dalam perusahaan harus melaksanakan perannya masing-masing dalam
mengoptimalkan K3 sehingga angka kecelakaan ditempat kerja dapat dihindari.
Randall (2013: 207) mengemukakan bahwa “kecelakaan bergantung pada perilaku
pekerja, tingkat bahaya dalam lingkungan pekerjaan, dan semata-mata nasib sial”.
Sedangkan Sumanto Imam Khasani (2010: 7) mengemukakan bahwa “sikap dan tingkah
laku pekerja yang lalai, menganggap remeh setiap kemungkinan bahaya dan enggan
memakai alat pelindung diri menempati urutan pertama penyebab kecelakaan”.
Tasliman (2011: 8) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja dibedakan menjadi dua, yaitu: “… faktor pertama adalah
kecelakaan yang disebabkan kesalahan manusia (human error) seperti kelalaian, hilangnya
konsentrasi waktu kerja, dan sikap mental kerja. Faktor kedua penyebab kecelakaan adalah
faktor lingkungan kerja seperti alat dan mesin perkakas yang berbahaya, sistem kerja
yang tidak aman, bahan dan material yang berbahaya, dan bahaya dari panas dan api”.
Menurut Suma’mur (2011: 96) penyakit kerja dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya,
antara lain: “…1) golongan fisik seperti suara, radiasi sinar radioaktif, suhu yang tinggi,
tekanan yang tinggi, penerangan lampu yang kurang baik. 2) Golongan chemist, yaitu
seperti debu, uap, gas, larutan. 3) golongan infeksi, seperti bibit penyakit dan brucella. 4)
golongan fisiologis seperti kesalahan- kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang
baik, dan cara melakukan pekerjaan. 5) golongan mental-psikologis, seperti hubungan kerja

22
yang tidak baik”.
Pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja perlu dilakukan sedini mungkin dan
secermat mungkin, oleh sebab itu perlu diperhatikan terlebih dahulu faktor-faktor
pengganggu kerja dan kesehatan.
Dalam usaha tersebut Susilo (2012: 67) mengemukakan bahwa hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja antara lain:
1) Menjaga kesehatan karyawan dari gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan dan
sebagainya (pengendalian suara bising, pengaturan penerangan tempat kerja, pengaturan
suhu udara, pengaturan warna, fasilitas istirahat dan sebagainya).
2) Penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan dan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan
dengan berbagai kemudahan, sehingga terjangkau bagi setiap karyawan yang memerlukan
(termasuk penyediaan dokter dengan segenap aparatnya).
Dari uraian tersebut diatas jelas bahwa program Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan
terlaksana dengan baik manakala semua pihak di perusahaan mengetahui serta mematuhi
peran dan kewajiban masing-masing dalam perusahaan.
12. Hubungan Kesehatan Kerja dengan Semangat Kerja Karyawan
Kesehatan kerja yang baik adalah dengan mengadakan pemeriksaan jasmani kepada
semua karyawan, pemeriksaan jasmani secara berkala kepada semua karyawan, menyiapkan
fasilitas klinik dan peralatan, menyiapkan tenaga dokter dan spesialis, kerjasama dengan
psikiater. Menurut Moenir, A.S (2010: 207) jika semua hal-hal tersebut dipenuhioleh
perusahaan, maka karyawan akan bekerja dengan tenang tanpa ada rasa takutakan terjadinya
kecelakaan atau terganggunya kesehatan mereka akibat pekerjaan, sehingga hal ini dapat
memacu semangat kerja karyawan dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Penelitian mengenai kesehatan kerja berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.
Didukung oleh peneltian trdahulu yang dilakukan oleh Fachru (2013) yang menjelaskan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kesehatan kerja dengan semangat kerja
karyawan.
13. Hubungan Keselamatan Kerja dengan Semangat Kerja Karyawan
Menurut Khasani (2010:7) menyatakan bahwa perusahaan harus mengerti bahwa
keselamatan kerja yang baik adalah dengan memberikan karyawan alat pelindung diri,
memperhatikan kondisi alat kerja, melakukan perawatan alat, menyediakan bahan baku yang
baik, memberikan penerangan/ pencahayaan yang baik di lokasi kerja, serta kebersihan dan
ketertiban yang terjaga. Jika perusahaan dapat memenuhi hal-hal tersebut maka karyawan

23
akan bekerja dengan lebih nyaman tanpa ada rasa khawatir akan terjadi kecelakaan kerja,
sehingga karyawan lebih semangat lagi dalam bekerja.
Penelitian mengenai keselamatan kerja terhadap semangat kerja karyawan sangat
berpengaruh. Seperti peneltian yang dilakukan oleh Doni (2009) yang menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara keselamatan kerja dengan semangat kerja karyawan.

E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir merupakan alur penlitian yang akan dilakukan, dimana dalam penelitian
ini akan dilakukan analisis mengenai pengaruh kesehatan, dan keselamatan kerja terhadap
semangat kerja karyawan PT Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso. Perrusahaan
menyediakan fasilitas–fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja, antara lain alat pelindung
diri (APD), induksi K3, inspeksi K3, safety meeting, safety talk, penyelidikan kecelakaan,
pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan K3, pemeriksaan kesehatan, pemasangan
rambu–rambu keselamatan kerja, pengadaan alat bantu untuk mengangkat kemasan air
minum A3 FRESH O2.
Menurut Moenir, A.S (2010: 207) jika semua hal-hal tersebut dipenuhioleh perusahaan,
maka karyawan akan bekerja dengan tenang tanpa ada rasa takutakan terjadinya kecelakaan
atau terganggunya kesehatan mereka akibat pekerjaan, sehingga hal ini dapat memacu
semangat kerja karyawan dalam mengerjakan tugas-tugasnya, dan perusahaan harus mengerti
bahwa keselamatan kerja yang baik adalah dengan memberikan karyawan alat pelindung diri,
memperhatikan kondisi alat kerja, melakukan perawatan alat, menyediakan bahan baku yang
baik, memberikan penerangan/ pencahayaan yang baik di lokasi kerja, serta kebersihan dan
ketertiban yang terjaga, sehingga karyawan lebih semangat lagi dalam bekerja (Sumanto,
2010:7). Kerangka pikir penelitian dapat disajikan pada gambar 2.2

24
Gambar 2.2
Hubungan Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja dan Semangat Kerja Karyawan

Kesehatan Kerja (X1)


Menurut Barthos (2012; 138)
Indikator:
a. Fasilitas pekerja yang
memadai Semangat Kerja Karyawan (Y)
b. Pemeriksaan kesehatan Menurut Lateiner dan Tohardi
c. Konsumsi yang layak (2012: 15)
Indikator:
a. Keinginan untuk belajar dan
mengembangkan diri
Keselamatan Kerja (X2) b. Disiplin karyawan
Menurut Daryanto (2013; 1) c. Bertanggung jawab terhadap
Indikator: pekerjaan
a. Ketersediaan alat
perlindungan diri
b. Tunjangan kecelakaan
kerja
c. Penempatan rambu atau
peringatan

Dari kerangka pemikiran diatas, peneliti berpendapat bahwa kesehatan meliputi fasilitas
pekerja yang memadai, pemeriksaan kesehatan, dan konsumsi yang layak (Basir, 2012: 138),
dan keselamatan kerja meliputi ketersediaan alat perlindungan diri, tunjangan kecelakaan
kerja, penempatan rambu atau peringatan (Daryanto, 2013: 1) berpengaruh terhadap
semangat kerja meliputi keinginan untuk belajar dan mengembangkan diri, disiplin karyawan,
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan (Lateiner dan Tohardi, 2012: 15). Menurut Moenir,
A.S (2010: 207) jika semua hal-hal tersebut dipenuhioleh perusahaan, maka karyawan akan
bekerja dengan tenang tanpa ada rasa takutakan terjadinya kecelakaan atau terganggunya
kesehatan mereka akibat pekerjaan, sehingga hal ini dapat memacu semangat kerja karyawan
dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Dan Sumanto Imam Khasani (2010:7) menyatakan
bahwa perusahaan harus mengerti bahwa keselamatan kerja yang baik adalah dengan
memberikan karyawan alat pelindung diri, memperhatikan kondisi alat kerja, melakukan
perawatan alat, menyediakan bahan baku yang baik, memberikan penerangan/ pencahayaan
yang baik di lokasi kerja, serta kebersihan dan ketertiban yang terjaga. Jika perusahaan dapat
memenuhi hal-hal tersebut maka karyawan akan bekerja dengan lebih nyaman tanpa ada rasa
khawatir akan terjadi kecelakaan kerja, sehingga karyawan lebih semangat lagi dalam
bekerja.

25
F. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2012) berpendapat bahwa “hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
berdasarkan teori dan relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta empiris yang diperoleh dari
pengumpulan data”. Hipotesis yang diperoleh dari uraian yang berdasarkan teori dan
peneitian terdahulu diatas adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan
Kesehatan merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita untuk menikmati
hidup, baik dirumah maupun ditempat kerja. Tanpa kesehatan kita tidak dapat
melakukan aktivitas yang produktif dalam suatu organisasi. Fakta ini dinyatakan oleh Health
and Safety Executive (HSE) atau pelaksana keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
‗Good Health is Good Business‘ (kesehatan yang baik menunjang bisnis yang baik).
(Ridley, 2008).
Hubungan kesehatan kerja terhadap semangat kerja karyawan adalah : Setiap perusahaan
perlu memelihara kesehatankerja para karyawannya, yaitu yang menyangkut kesehatan fisik
maupun mental, Kesehatan para karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecendrungan
tingkat absensi yang tinggi dan produksi yang rendah. Apabila pegawai dapat dipenuhi
kebutuhan gizinya dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja, karyawan yang kuat
bekerja pasti memiliki samangat kerja yang tinggi didalam perusahaan. Penelitian yang
dilakukan Fachru (2013) menyebutkan bahwa variabel kesehatan kerja berpengaruh positif
terhadap semangat kerja pada PT. Amanah Anugerah Adi Mulia.
Berdasarkan telaah teoritis yang disampaikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan suatu
hipotesis yang mewakili pengaruh antara kesehatan kerja dengan semangat kerja
karyawan pada perusahaan air minum merek A3 Fresh O2, sebagai berikut :
H1 : Kesehatan Kerja berpengaruh positif terhadap Semangat Kerja Karyawan. Semakin
tinggi kesehatan kerja maka semakin tinggi semangat kerja karyawan.
2. Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan
Menurut Suma‘mur (2011:1), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja berada dalam
segala tempat kerja, baik di darat, dalam tanah, permukaan air di dalam air maupun di udara.
Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya adalah
penerapan teknologi, terutama teknologi tinggi dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas

26
semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja
serta orang lainnya, dan masyarakat pada umumnya.
Hubungan keselamatan kerja terhadap semangat kerja karyawan adalah : Keselamatan
yang tinggi dapat menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan dalam
kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan dengan partisipasi pengusaha dan
karyawan akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja, selain itu juga dengan
adanya program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan akan merasa aman dan nyaman
dalam melalukan pekerjaan karena adanya pelindung diri dan pengamanan pada mesin
sehingga akan terhindar dari kecelakaan yang fatal dan merugikan karyawan maupun
perusahaan itu sendiri. Penelitian yang dilakukan Iriyanti (2016) menyebutkan bahwa
keselamatan kerja berpengaruh positif semangat Kerja Karyawan Bagian Produksi Cahaya
Timur Offset Yogyakarta.
Berdasarkan telaah teoritis yang disampaikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
suatu hipotesis yang mewakili pengaruh antara keselamatan kerja dengan semangat
kerja karyawan pada perusahaan air minum merek A3 Fresh O2, sebagai berikut :
H2 : Keselamatan Kerja berpengaruh positif terhadap Semangat Kerja Karyawan. Semakin
tinggi keselamatan kerja maka semakin tinggi semangat kerja karyawan.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso, Kabupaten


Bondowoso, Jawa Timur.

2. Jenis Penelitian

Penelitian survey adalah jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, seperti
yang dkemukakan oleh Singarimbun (2001), penelitian survey adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data.

3. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Air Minum A3


FRESH O2 Bondowoso berjumlah 168 karyawan.

b. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini digunakan Purposive sampling, yaitu teknik penentuan


sampel dengan berdasarkan kriteria-kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2012; 117). Dalam penelitian ini menentukan sampel sebanyak 72 orang merupakan
karyawan fulltime yang sudah mengikuti program pelaksanaan K3. Pengambilan
sampel penelitian ini digambarkan tabel dibawah ini :

28
Tabel 3
Sampel Penelitian
Kriteria sampel Jumlah
Total seluruh karyawan PT. Air Mnum A3 Fresh 168
O2
Karyawan part time (tidak berhak mendapatkan 96
BPJS)
Jumlah Sampel (Karyawan fulltime (berhak 72
mendapatkan BPJS))
Sumber: Data penelitian diolah, tahun 2017

4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel adalah merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atas
operasi yang lengkap tentang yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan
memiliki rujukan-rujukan empiris. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam
melaksanakan penelitian dilapangan maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang
menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009).
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Variabel juga
merupakan objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untuk
memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan.
Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
a. Variabel Bebas (X)
Variabel Bebas (Independen Variabel) adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
1. Kesehatan Kerja (X1) adalah kondisi seseorang dalam keadaan sehat dalam bekerja,
dan adapun upaya-upaya yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh keadaan
pekerja yang sempurna baik fisik maupun mental sehingga memungkinkan mereka
untuk bekerja secara optimal.
Indikator-indikator variabel kesehatan kerja adalah sebagai berikut: Barthos (2012;
138)
a. Fasilitas pekerja yang memadai, gedung dengan segala sarana yang
diperlukan, termasuk jalan, selokan, air bersih, pembuangan air kotor, dan
halaman parkir.

29
b. Pemeriksaan kesehatan diadakan sebulan sekali, menggunakan checkup
memalui puskesmas terdekat.
c. Konsumsi yang layak diberikan kepada pekerja mengandung makanan 4
sehat.
2. Keselamatan Kerja (X2) adalah kondisi seseorang dalam keadaan selamat karena hati-
hati dalam bekerja, dan adapun upaya yang dilakukan perusahaan untuk menghindari
dari kecelakaan kerja yang tidak diinginkan ketika melakukan suatu pekerjaan.
Indikator-indikator variabel Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut: (Daryanto
2013; 1)
a. Ketersediaan alat perlindungan diri, disediakan masker, sepatu boot, dan
sarung tangan.
b. Tunjangan kecelakaan kerja, menggunakan BPJS yang sudah dibagikan ke
karyawan.
c. Penempatan rambu atau peringatan

b. Variabel Terikat (Y)


Variabel Terikat (Dependen Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:
Semangat Kerja (Y) adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk
melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik didalam perusahaannya. Indikator-indikator
variabel semangat kerja adalah sebagai berikut : (Lateiner dan Tohardi, 2012 : 15)
a. Keinginan untuk belajar dan mengembangkan diri menjadi yang terbaik
dalam perusahaan.
b. Disiplin karyawan tidak pernah telat dalam menyelesaikan tugas, dan selalu
ontime
c. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan

5. Skala pengukuran Data


Skala Pengukuran adalah acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval dalam alat
ukur. Alat ukur tersebut jika digunkan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Dalam hal ini skala yang digunakan adalah skala Likert. Rentang skala yang digunakan
untuk mengukur drajat sangat rendah ataupun sangat tinggi untuk setiap indikator variabel
dalam penelitian ini adalah 1 (satu) sampai 5 (lima), yaitu dengan tingkat pembobotan
sebagai berikut:

30
Tabel 3.1
Pengukuran Data Jawaban dari Variabel Penelitian

Kriteria sampel Jumlah


Total seluruh karyawan PT. Air Mnum A3 Fresh 168
O2
Karyawan part time (tidak berhak mendapatkan 96
BPJS)
Jumlah Sampel (Karyawan fulltime (berhak 72
mendapatkan BPJS))

Keterangan :
a. Skor 5, sebagai jawaban dari kesehatan, keselamatan kerja, dan semangat keja
memiliki indikasi yang sangat baik.
b. Skor 4, sebagai jawaban kesehatan, keselamatan kerja, dan semangat keja memiliki
indikasi yang baik.
c. Skor 3, sebagai jawaban dari kesehatan, keselamatan kerja, dan semangat keja
memiliki indikasi yang cukup baik.
d. Skor 2, sebagai jawaban dari kesehatan, keselamatan kerja, dan semangat keja
memiliki indikasi yang tidak baik.
e. Skor 1, sebagai jawaban dari kesehatan, keselamatan kerja, dan semangat kerja
memiliki indikasi yang sangat tidak baik.

6. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah :


a. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan wawancara dengan pemilik
PT. Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso, informasi lain yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Dimana data kualitatif merupakan data bukan dalam
bentuk angka dan tidak dapat dihitung.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat
dihitung, diperoleh dari kuesioner yang dibagikan dan berhubungan terhadap masalah
yang diteliti.

31
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari obyek yang diteliti, diawali
dan di catat untuk pertama kalinya (Uma Sekaran, 2011). Dalam hal ini data
diambil dari responden melalui kuisioner pengisian dilakukan oleh karyawan PT
Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari sumber yang bukan aslinya atau diperoleh dari
pihak lain. Data yang dimaksud seperti literatur yang mendukung penelitian
penulis. (Uma Sekaran, 2011).

7. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kuesioner
Pengumpulan data dengan membagikan daftar pertanyaan kepada responden,
penyebaran kuesioner ini dapat dijadikan sebagi bukti tertulis dalam pengolahan data
yang dilakukan peneliti (Sugiyono, 2012). Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
b. Wawancara

Yaitu proses memperoleh keterangan dengan tanya jawab langsung antara


peneliti dengan responden meliputi deskripsi kerja karyawan PT Air Minum A3
FRESH O2 Bondowoso.

8. Teknik Analisis data

1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam mengukur apa
yang ingin di ukur (Priyatno, 2008:16). Uji validitas sebuah data bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Dalam penelitian ini

32
menggunakan metode Pearson Product Moment. Dalam pengujian ini digunakan asumsi
bahwa nilai korelasi dengan metode Pearson Product Moment tinggi maka dapat dikatakan
valid. Adapun rumus Product moment adalah sebagai beriku:

n∑xy−(∑x)∑y)
r= √(n(∑x2−∑x)2)(n∑y2−∑y)2

Dimana :
r = koefisien korelasi product moment pearson’s
X = nilai indikator variabel
Y = nilai total variabel
n = jumlah sampel

Kriteria pengujian yang digunakan untuk menentukan setiap item kuesioner


dinyatakan valid atau tidak adalah jika r hitung yang merupakan nilai dari Correlated Item-
Total Correlation lebih besar dari r tabel dan nilainya positif. Sebaliknya jika r hitung kurang
dari r tabel berarti instrumen pengukuran tersebut tidak valid (Ghozali, 2010).

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah
baik.Sebuah instrumen harus reliabel, dalam arti bahwa instrument tersebut cukup baik
sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya (Arikunto, 2006:169). Uji reliabilias
dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS. Uji reliabilitas dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach’s, suatu instrument dikatakan reliabel apabila nilai
alpha lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2006:42).
(K)Cov/Var
𝒂=
1 + (K − 1)Cov/Var
Dimana:
α = alpha
K = jumlah butir dalam skala
Cov = rerata kovarians di antara butir
Var = rerata varians dari butir

33
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda
(multiple regression), yaitu alat analisis untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen (X1, dan X2) terhadap variabel dependen (Y). Teknik pengolahan data
menggunakan program aplikasi Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 21.

Model regresi yang digunakan adalah :


Y = a + b1X1 + b2X2 +e

Keterangan:

Y : Semangat Kerja
X1 : Kesehatan
X2 : Keselamatan
a : konstanta
b 1 - 3: koefisien regresi

e : kesalahan (error)

2. Uji R2 (Koefisien Determinasi)


Koefisien determinasi adalah data untuk mengetahui seberapa besar prosentase
pengaruh langsung variabel bebas yang semakin dekat hubungannya dengan variabel
terikat atau dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut bisa dibenarkan.
Koefisiensi determinasi (R2) dapat diperoleh suatu nilai untuk mengukur besarnya
sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y (Prayitno,
2010).
Keterangan :
R2 = Koefisien determinasi berganda
Y = Variabel terikat (dependent)
X = Variabel bebas (Independent)
B = Koefisien regresi linier

4 Uji Asumsi Klasik


Untuk mengetahui apakah parameter yang dihasilkan bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimation), artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut tidak terjadi

34
penyimpangan-penyimpangan yang berarti, maka dilakukan uji asumsi klasik yang
terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,variabel
dependen dan independennya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali,
2010 : 17).pada prinsipnya normalitas data dapat diketahui dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik atau histogram dari
residunya. Data normal dan tidak normal dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogramnya, menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya, tidak menunjukkan pola terdistribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Asumsi pokok yang lainnya dari model regresi linier yang baik adalah tidak
adanya korelasi secara sempurna atau mendekati sempurna antara variabel independen
(bebas) yang satu dengan variabel yang lain dalam model regresi. Menurut Wijaya
(2010:83), adanya multikolinieritas akan mengakibatkan koefisien regresi tidak dapat
ditentukan secara akurat dan standar deviasi (simpangan baku) akan menjadi tidak
terhingga.
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan beberapa
cara (Santoso, 2008:206). Salah satunya adalah dengan menggunakan Value Inflation
Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 5 maka terjadi multikolinearitas. Sebaliknya apabila
VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinearitas. VIF merupakan pengukur adanya
multikolinieritas antara variabel-variabel independen.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variace dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Imam
Ghozali, 2010:125-126).

35
Dasar analisis :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar, atau menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
5 Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah variabel kesehatan kerja dan keselamatan kerja
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Semangat Kerja Karyawan PT Air
Minum A3 FRESH O2 Bondowoso, maka digunakan analisis regresi berganda dengan
menggunakan uji-F dan uji-t
a. Uji signifikansi simultan (uji statistik F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen kesehatan kerja dan
keselamatan kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen
semangat kerja karyawan, dengan kriteria uji sebagai berikut:

1. Jika F hitung memiliki nilai sig < 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
variabel kesehatan kerja dan keselamatan kerja tidak mempunyai pengaruh
signifikan secara bersama-sama terhadap variabel semangat kerja karyawan.
2. Jika F hitung memiliki nilai sig > 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
variabel kesehatan kerja dan keselamatan kerja mempunyai pengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel semangat kerja karyawan..
b. Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
Uji t di digunakan untuk apakah variabel independen kesehatan kerja dan keselamatan
kerja secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen semangat kerja karyawan,
dengan kriteria uji sebagai berikut:
1. Jika t hitung memiliki nilai sig ≤ 0,05, maka Ho ditolak berarti ada pengaruh
dari masing-masing variabel bebas, yaitu variabel kesehatan kerja dan
keselamatan kerja terhadap variabel semangat kerja karyawan.
2. Jika t hitung memiliki nilai sig > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada
pengaruh dari masing-masing variabel bebas, yaitu variabel kesehatan kerja
dan keselamatan kerja terhadap variabel semangat kerja karyawan.

36
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan


4.1.1. Sejarah PT Air Minum A3 Fresh O2
Perusahaan Air Minum adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang
diproduksi oleh PT Air Minum A3 Fresh O2 Bondowoso sejak tahun 2014. A3 Fresh O2
didirikan oleh Anggi Setyo Boedi warga asli Bondowoso. Saham Perusahaan tersebut milik
keluarga besar Bapak Anggi di Bondowoso. Dengan jumlah karyawan 110 pekerja, dan
konsumen semakiin meningkat tiap tahunnya, jumlah konsumen tahun 2016 sebanyak 3000
konsumen. Berdasarkan nomor SIUP 503.510/124-183/430.9.13/2017, berdiri mulai tahun
2014 tentang pendirian sebuah perusahaan air minum telah yang berdomisili di Kelurahan
Pocogati, Kecamatan Curahdami, Kabupaten Bondowoso, Jalan Letnan Rantam No.78.
Perusahaan ini merupakan salah satu industri y ang sudah menerap kan keselamatan,
kesehatan kerja dan lingkungan hidup serta telah melakukan upaya memberikan
perlindungan kepada karyawan pada saat melaksanakan pekerjaan, perusahaan menyediakan
fasilitas – fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja, antara lain alat pelindung diri (APD),
induksi K3, inspeksi K3, safety meeting, safety talk, penyelidikan kecelakaan, pendidikan dan
latihan yang berkaitan dengan K3, pemeriksaan kesehatan, pemasangan rambu–rambu
keselamatan kerja, safety patrol, pengadaan alat bantu untuk mengangkat kemasan air
minum A3 FRESH O2. Perusahaan juga mengadakan pelatihan tentang keselamatan kerja
dan juga mendatangkan tenaga ahli K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) dari dinas
kesehatan dan tenaga kerja, menyediakan fasilitas tempat olahraga seperti lapangan futsal
dan bulu tangkis untuk mengantisipasi kejenuhan ataupun ketegangan di tempat kerja dan
setiap setahun sekali diadakan kegiatan sosial, rekreasi dan ibadah umrah gratis.
Dari segi kesehatan karyawan, PT. A3 Fresh O2 memiliki fasilitas kerja yang memadai
untuk karyawan, tersedianya jaringan internet, peralatan kantor lengkap (ATK) untuk bagian
administrasi, peralatan mesin produksi cukup untuk bagian produksi, gedung dengan segala
sarana yang diperlukan, termasuk jalan, selokan, air bersih, pembuangan air kotor tersedia,
dan halaman parkir yang cukup luas, sehingga dapat mempermudah karyawan untuk
menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Pemeriksaan kesehatan diadakan sebulan sekali,
menggunakan checkup memalui puskesmas terdekat, dibantu dengan diberikan BPJS
Kesehatan bila terdapat karyawan yang sakit, sehingga karyawan tidak mengeluarkan biaya
pribadi, karena sudah ditanggung perusahaan. Disaat jam istirahat perusahaan juga

37
memberikan konsumsi yang mengandung makanan 4 sehat kepada karyawan, agar karyawan
tetap sehat dan kompak dalam bekerja.
Dari segi keselamatan kerja, PT. A3 Fresh O2 memiliki ketersediaan alat perlindungan
diri, disediakan 2 karton masker untuk melindungi hidung dan mulut, 72 buah helm untuk
melindungi kepala agar tidak cidera, 72 pasang sepatu boot untuk melindungi kaki, dan 2
karton sarung tangan untuk melindungi tangan, agar karyawan aman dan nyawan dalam
bekerja perusahaan juga memberikan tunjangan kecelakaan kerja, dengan menggunakan
BPJS yang sudah dibagikan ke 72 karyawan. Perusahaan juga menerapkan sistem kehati-
hatian dengan menempatkan rambu atau peringatan, sehingga karyawan aman dalam bekerja.
Dari segi semangat kerja karyawan, PT. A3 Fresh O2 memiliki karyawan yang selalu
ingin belajar dan mengembangkan diri menjadi yang terbaik dalam perusahaan, contohnya
Bahrul (24th) bagian pemasaran (Sales Manajemen) di tahun 2018, beliau bersama timnya
dapat bekerja menghasilkan penjualan dua kali lipat dari tahun sebelumnya, sehingga
perusahaan tahun 2018 mendapakan keuntungan lebih besar dari tahun sebelumnya, untuk
rewardnya Bahrul diumrohkan oleh perusahaan. Perusahaan ini masih kurang mendisiplin
karyawan, karena masih terdapat karyawan sering absen, sakit, terlambat bekerja karena
terdapat karyawan di tahun 2018, total karyawan sakit 25 orang, total karyawan alfa 22
orang, dan 57 orang terlambat. Terdapat 24 karyawan tidak tepat waktu dalam menyelesaikan
tugas, serta kurangnya tanggung jawab terhadap pekerjaan.

4.1.2. Struktur Organisasi PT. A3 Fresh O2


Di dalam menyajikan aktivitas sehari-harinya, semua tenaga kerja yang ada telah
diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang tertuang dalam bentuk struktur organisasi.
Adapun struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan yaitu berbentuk line (garis).
Untuk lebih jelasnya dari masing-masing bagian dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:

38
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI
PT Air Minum A3 Fresh O2

DIREKTUR

WAKIL MANAJEMEN

MANAJ. KEU MANAJ.ADM/HR MANAJ.QC MANAJ. MANAJ. MANAJ.


D PEMBELIAN PEMASARAN PRODUKSI

PELAKSANA

PELAKSAN
A
KABAG
LOGISTIK
MAINTENAN
CE

PELAKSANA
PRODUKSI

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Air Minum A3 Fresh


O2Jember
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian yang terdapat dalam
struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Direktur adalah seseorang yang ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga perusahaan
yang secara garis besar bertanggung jawab mengatur perusahaan secara keseluruhan.
b. Wakil Manajemen adalah jembatan antara karyawan dan pimpinan puncak dalam
organisasi (direksi). Diantara wewenang dan tanggung jawab wakil maajemen adalah
:

39
1) Memastikan semua Policy/ Prosedur/ Instruksi Kerja dijalankan dengan baik,
sehingga semua berjalan sesuai dengan apa yang sudah disepakati di dalam
dokumen sisitem manajemen.
2) Mempromosikan pentingnya kepuasan pelangga di semua bagian sehingga
masing-masing karyawan paham akan kontribusi pekerjaan mereka terhadap
kepuasan pelanggan.
3) Mendevelop dan mengembangkan sistem manajemen yang diimplementasikan
di dalam organisasi sehingga sistem bisa berjalan dengan baik guna menopang
kelancaran dan kemajuan organisasi.
4) Memberikan laporan dan masukan terhadap manajemen perihal implementasi
ISO di dalam organisasi, sekaligus menjadi jembatan penghubung arah
kebijakan manajemen terhadap implementasi ISO.
5) Melaksanakan Internal Audit, untuk melihat implementasi ISO dilapangan,
mengawal dan memonitor tindakan perbaikan yang diambil dan sekaligus
melaporkan kepada top manajemen mengenai hasil internal audit dan tindak
lanjutnya.
6) Sebagai koordinator dalam Rapat Tinjauan Manajemen yang diselenggarakan
secara periodic dan dengan agenda yang sudah ditetapkan oleh standard ISO.
7) Menjadi penghubung antara pihak badan sertifikasi dan organisasi, untuk
pengaturan jadwal audit, kekurangan dokumen dll.
c. Manajemen Keuangan yaitu membantu perencanaan bisnis dan pengambilan
keputusan dengan memberi nasihat keuangan yang sesuai. Adapun tugas dari manajer
keuangan yang lainnya adalah sebagai berikut:
1) Bekerja sama dengan manajer lainnya untuk merencanakan serta meramalkan
beberapa aspek dalam perusahaan termasuk perencanaan umum keuangan
perusahaan.
2) Menjalankan dan mengoperasikan roda kehidupan perusahaan se-efisien dan
se-efektif mungkin dengan menjalin kerja sama dengan manajer lainnya.
3) Mengambil keputusan penting dalam investasi dan berbagai pembiayaan serta
semua hal yang terkait dengan keputusan tersebut.
4) Menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana perusahaan
dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.

40
d. Manajemen ADM/HRD
Adapun tugas Manajer HRD. Di antaranya sebagai berikut:
1) Merencanakan dan mengkordinasikan tenaga kerja perusahaan yang hanya
mempekerjakan karyawan yang berbakat
2) Menjadi penghubung antara Manajemen dengan karyawannya
3) Melakukan pelayanan karyawan
4) Memberi masukan pada manajer mengenai kebijakan perusahaan, seperti
kesempatan yang sama pada karyawan atau apabila terjadi pelecehan seksual.
5) Mengkordinir dan mengawasi pekerjaan para pegawai khusus dan staf
pendukung
6) Mengawasi proses perekrutan, wawancara kerja, seleksi, dan penempatan
karyawan baru.
7) Menangani isu-isu ketenagakerjaan, seperti memediasi pertikaian dan
mengarahkan prosedur kedisiplinan.
e. Manajemen QC
Quality control memiliki kewenangan untuk menerima atau menolak produk yang
yang akan dipasarkan. Ketika mereka menemukan cacat pada hasil produksi mereka
berwenang dan dapat mengirimkan produk yang cacat kembali untuk perbaikan. Inti
dari tugas mereka adalah menguji, memeriksa, meneliti, menganalisi kualitas produk
sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan standar perusahaan dan layak
diedarkan di pasaran.
f. Pelaksana QC
Tanggung jawab Quality Control
1) Memantau perkembangan semua produk yang diproduksi oleh perusahaan.
2) Bertanggung jawab untuk memantau, menganalisis, meneliti, menguji suatu
produk.
3) Memverifikasi kualitas produk
4) Quality Control bertanggung jawab memonitor setiap proses yang terlibat
dalam produksi produk.
5) Memastikan kualitas barang produksi sesuai standar.
6) Merekomendasikan pengolahan ulang produk-produk berkualitas rendah.
7) Bertanggung jawab untuk dokumentasi inspeksi dan tes yang dilakukan pada
produk dari sebuah perusahaan.

41
8) Membuat analisis catatan sejarah perangkat dan dokumentasi produk
sebelumnya untuk referensi di masa mendatang.
g. Manajemen Pembelian
Tugas dan taunggung jawab bagian pembelian, di antaranya adalah :
1) Mencari pemasok, bagian pembelian harus pandai dalam mencari pemasok
untuk perusahaan.
2) Menerima purchase requisition, PQ adalah sarana untuk membuat permintaan
pembelian, agar pihak purchasing dapat melakukan proses pengadaan barang
yang diminta.
3) Melaksanakan Pembelian, bagian pembelian langsung terjun ke dalam proses
pembelian.
4) Memeriksa Laporan
5) Melaksanakan market survey untuk memonitor harga, dengan melaksanakan
market survey maka bagian pembelian akan lebih tepat dalam tawar menawar
ktika membeli barang.
6) Mengadakan kontrak Pembelian
7) Membuat laporan kepada manajemen
8) Membuat spesifikasi pembelian
9) Memonitor situasi ekonomi, politik, kejadian-kejadian, yang mempengaruhi
ekonomi.
10) Mengadakan pertemuan secara berkala internal unit kerja untuk
mengoptimalkan kinerja.
h. Manajemen Pemasaran
Tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut:
1) Manajer pemasaran bertanggung-jawab terhadap manajemen bagian
pemasaran
2) Manajer pemasaran bertanggung-jawab terhadap perolehan hasil penjualan
dan penggunaan dana promosi
3) Manajer pemasaran sebagai koordinator manajer produk dan manajer
penjualan
4) Manajer pemasaran membina bagian pemasaran dan membimbing seluruh
karyawan dibagian pemasaran
5) Manajer pemasaran membuat laporan pemasaran kepada direksi

42
i. Pelaksana Pemasaran
Tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut:
1) Mengembangkan kampanye pemasaran
2) Melakukan penelitian dan menganalisis data untuk mengidentifikasi dan
menentukan khalayak
3) Merancang dan menyajikan ide dan strategi
4) Melakukan aktivitas promosi
5) Mengorganisir acara dan pameran produk
6) Mengkoordinasikan pemasaran internal dan budaya organisasi
7) Mengelola kampanye di media sosial
j. Kabag. Logistik
Tanggung jawab Administrative Logistic (Admin logistik)
1) Pengambilan data penerimaan barang (GRN) ke dalam Sistem ERP
2) Melakukan tugas administratif (termasuk dokumen pendistribusian / collection
/ filling).
3) Kompilasi laporan ketidaksesuaian dan ekspirmasikan penutupan dari
perbedaan produk.
4) Perbarui dan kompilasi laporan bulanan terkait logistik.
5) Memelihara dan memperbarui catatan persediaan persediaan dan lokasi
barang.
6) Membantu menjawab panggilan masuk dan pengambilan pesan.
7) Tugas logistik terkait lainnya yang ditugaskan.

Tugas Admin Logistik secara umum


1) Lakukan proses untuk mengirimkan tagihan kode dan cek permintaan.
2) Log data yang berkaitan dengan administrasi logistik ke dalam sistem
pengiriman.
3) Menyiapkan dokumentasi pengiriman dan mengembangkan hubungan yang
baik dengan agen pengiriman (transportasi/ pengangkutan).
4) Terlibat secara umum dalam pengadaan, pemrosesan pesanan.
5) Berinteraksi dengan pelanggan sehubungan dengan jadwal bagian dan
pengiriman yang mempertahankan basis data klien.
6) Mempertahankan faktur database kinerja vendor.

43
7) Menyiapkan catatan pengiriman untuk agen di lapangan untuk memastikan
pengiriman dan korespondensi yang tepat waktu.
8) Berinteraksi dengan pemasok eksternal yang terkait dengan pengiriman
sampel untuk rekan departemen organisasi saat cuti atau tidak hadir.
9) Mengembangkan dan memelihara hubungan dengan departemen teknik untuk
pergerakan barang atau barang perbaikan.
10) Berinteraksi dengan pemasok eksternal dan internal sehubungan dengan
penyampaian catatan umum bersamaan dengan tugas kantor.
11) Berpartisipasi dalam administrasi catatan penjualan internal dan prosedur.
12) Menerima pengiriman dan memastikan kualitas dan kuantitas
13) Melacak dan memperlancar proses pembelian
14) Membuat dan memelihara kontak dengan vendor dan pelanggan untuk
memastikan pengiriman barang secara tepat waktu
15) Berinteraksi dengan penyedia layanan logistik pihak ketiga
k. Manajemen Produksi
Tugas pekerjaan manajer produksi meliputi:
1) Melakukan perencanaan dan pengorganisasian jadwal produksi.
2) Menilai proyek dan sumber daya persyaratan.
3) Memperkirakan, negosiasi dan menyetujui anggaran dan rentang waktu
dengan klien dan manajer.
4) Menentukan standar kontrol kualitas.
5) Mengawasi proses produksi.
l. Maintenance
1) Tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut:
Menyusun rencana pemeliharaan peralatan dan mesin produksi yang meliputi
prefentive maintenance, overhoule dan perbaikan peralatan mesin yang rusak
2) Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan peralatan dan mesin untuk menjaga
kelancaran proses produksi, mengurangi peralatan dan mesin berhenti
(stoppage) karna rusak (break down), menjaga konsistensi kwalitas dan
memperpanjang umur peralatan dan mesin.
3) Mengajukan rencana kebutuhan spare part, suku cadang, pelumas dan bahan
pembantu lainnya.

44
4) Mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dengan menekan absensi,
peningkatan disiplin dan tata tertib serta konsistensi dalam menerapkan
metode kerja dan keselamatan kerja.
5) Mengatur pembuatan laporan, analysis dan evaluasi pemeliharaan mesin
produksi yang meliputi absensi, pemakaian suku cadang, spare part, dan bahan
pembantu lainnya..
m. Pelaksana Produksi
Tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut:
1) Memastikan kinerjanya sesuai dengan yang telah ditentukan oleh perusahaan
sesuai hasil briefing pagi
2) Memastikan segala sesuatu dikerjakan sesuai SOP ( standard operational
procedure)
3) Memastikan target yang ditentukan perusahaan tercapai dengan baik
4) Memastikan lingkungan kerja terjaga kerapihan dan kebersihannya
5) Memastikan shift selanjutnya memahami tugas yang disampaikan saat briefing
6) Menjaga Safety
7) Memastikan Laporan kerja dibuat sebagai bahan pertanggung jawaban
nantinya

4.1.3. Hari Kerja dan Jam kerja Perusahaan

Hari kerja yang berlaku pada PT Air Minum A3 Fresh O2 tersebut dalam seminggu
sebanyak 5 (lima) hari kerja atau sebanyak 300 hari kerja dalam setahun. Hari kerja dimulai
pada hari senin sampai dengan jumat. Sedangkan, pada hari Minggu dan hari besar nasional
karyawan diliburkan. Jam kerja yang berlaku dalam sehari yaitu karyawan bekerja selama 10
jam, dengan perincian:
a. Karyawan masuk kerja pukul : 07.00 – 12.00 WIB
b. Istirahat pada Pukul : 12.00 – 13.00 WIB
c. Masuk kerja kembali pada pukul : 13.00 – 16.00 WIB

45
4.2. Analisis Hasil Penelitian
4.2.1. Uji Validitas
Kriteria pengujian yang digunakan untuk menentukan setiap item kuesioner
dinyatakan valid atau tidak adalah jika r hitung yang merupakan nilai dari Correlated Item-
Total Correlation lebih besar dari r tabel dan nilainya positif. Sebaliknya jika r hitung kurang
dari r tabel berarti instrumen pengukuran tersebut tidak valid (Ghozali, 2006). Sedangkan
nilai r tabel diambil dengan menghasilkan rumus df=n-2, yaitu df=72-2=70, sehingga
menghasilkan r tabel sebesar 0,2319. Dasar pengambilan keputusan untuk menguji validitas
kuesioner adalah:

 Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel, maka variabel tersebut valid.
 Jika r hitung negatif serta r hitung < r tabel maka variabel tersebut tidak valid.
Untuk hasil lengkap dari uji validasi dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas
No. Variabel/indikator R Hitung R Tabel Keterangan
1. Kesehatan Kerja
Item 1 0,782 0,2319 Valid
Item 2 0,867 0,2319 Valid
Item 3 0,748 0,2319 Valid
2. Keselamatan Kerja
Item 1 0,942 0,2319 Valid
Item 2 0,796 0,2319 Valid
Item 3 0,818 0,2319 Valid
3. Semangat Kerja
Item 1 0,759 0,2319 Valid
Item 2 0,560 0,2319 Valid
Item 3 0,707 0,2319 Valid
Sumber: Lampiran 2

Uji Reliablitas

Uji reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah
baik.Sebuah instrumen harus reliabel, dalam arti bahwa instrument tersebut cukup baik
sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya (Arikunto, 2006:169). Uji reliabilias
dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS. Uji reliabilitas dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach’s, suatu instrument dikatakan reliabel apabila nilai

46
alpha lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2009:42). Hasil lengkap uji reliabilitas dapat dilihat pada
tabel 4.2:
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
Kesehatan Kerja (X1) 0,716 Reliabel
Keselamatan Kerja (X2) 0,808 Reliabel
Semangat Kerja (Y) 0,665 Reliabel

Sumber: Lampiran 3
4.3. Deskripsi Jawaban Responden
Deskripsi jawaban responden menjelaskan mengenai jawaban responden terhadap
masing-masingpernyataan yang terdapat dalam kuesioner penelitisn ini. Deskripsi jawaban
responden diperoleh dengan menggunakan frekuensi jawaban responden dengan indeks
persepsional. Skala jawaban yang digunakan yaitu 1 sampai 5. Skor yang diberikan
responden pada masing-masing pernyataan menggambarkan bagaimana persepsi mereka
terhadap variabel penelitian. Rumus perhitungan indeks persepsional yaitu:
(%F1 x 1) + (%F2 x 2) + (%F3 x 3)
Nilai Indeks =
5

Keterangan:
F1 = frekuensi responden yang menjawab 1 dari skor yang digunakan dalam kuesioner
F2 = frekuensi responden yang menjawab 2 dari skor yang digunakan dalam kuesioner
F3 = frekuensi responden yang menjawab 3 dari skor yang digunakan dalam kuesioner
Total dari nilai indeks adalah 100 dengan menggunakan kriteria tiga kotak (three box
method), maka rentang 100 akan menghasilkan rentang sebesar 30 yang akan digunakan
sebagai dasar interpretasi nilai indeks. Penggunaan tiga kotak (three box method) yaitu
sebagai berikut (Ferdinand, 2006):
10,00 – 40,00 = rendah
40,01 – 70,00 = sedang
70,01 – 100 = tinggi
Berikut ini merupakan perhitungan nilai indeks persepsional pada masing-masing
variabel.

47
1. Analisis Indeks Jawaban Responden terhadap Variabel Kesehatan Kerja
Berikut adalah perhitungan rumus indeks persepsional pada variabel kesehatan kerja
(X1);
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerjs 1 2 3 4 5 Total Nilai
Indeks
X1.1 Fasilitas F 0 9 47 16 0 72 61,94
pekerja %F.s 0 12,5 65,3 22,2 0 309,7/5
X1.2 Pemeriksaan F 0 7 47 18 0 72 63,06
kesehatan %F.s 0 9,7 65,3 25 0 315,3/5
X1.3 Konsumsi F 0 5 42 25 0 72 65,5
yang layak %F.s 0 6,9 58,3 34,7 0 327,5/5
Total Nilai Indeks 190,5
Rata-rata Nilai Indeks 63,5
Sumber: Lampiran 1

Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa variabel kesehatan kerja diukur dengan
menggunakan 5 pertanyaan. Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa kesehatan kerja yang
dimiliki karyawan PT. A3 Fresh O2 ada pada kategori sedang, dilihat dari rata-ratanilai
indeks sebesar 63,5. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kesehatan kerja penting
untuk karyawan.
Nilai indeks tertinggi ada pada X1.3 dengan perolehan nilai, dan disusul oleh variabel
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan membutuhkan makanan yang mengandung
4 sehat, agar kondisi fisiknya tetap fit.
2. Analisis Indeks Jawaban Responden terhadap Variabel Keselamatan Kerja
Berikut adalah perhitungan rumus indeks persepsional pada variabel keselamattan
kerja (X2);

48
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerjs 1 2 3 4 5 Total Nilai
Indeks
X2.1 Ketersediaan F 0 16 39 17 0 72 60,28
alat %F.s 0 22,2 54,2 23,6 0 301,4/5
perlindungan
diri
X2.2 Tunjangan F 0 1 54 17 0 72 64,16
kecelakaan %F.s 0 1,4 75 23,6 0 320,8/5
kerja
X2.3 Penempatan F 0 0 30 42 0 72 71,66
rambu atau %F.s 0 0 41,7 58,3 0 358,3/5
peringatan
Total Nilai Indeks 196,1
Rata-rata Nilai Indeks 65,36
Sumber: Lampiran 1
Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa variabel kesehatan kerja diukur dengan
menggunakan 5 pertanyaan. Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa keselamatan kerja
yang dimiliki karyawan PT. A3 Fresh O2 ada pada kategori sedang, dilihat dari rata-rata
nilai indeks yaitu. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa keslamatan kerja penting
untuk karyawan.
Nilai indeks tertinggi ada pada X2.3 dengan perolehan nilai .disusul oleh variabel
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa penempatan rambu atau peringatan yang tepat agar
dapat terlihat oleh karyawan.
3. Analisis Indeks Jawaban Responden terhadap Variabel Semangat Kerja
Berikut adalah perhitungan rumus indeks persepsional pada variabel semangat kerja
karyawan (Y);

49
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Semangat Kerja
Semangat Kerja Karyawan 1 2 3 4 5 Total Nilai
Indeks
Y1 Keinginan F 0 16 39 17 0 72 60,28
untuk %F.s 0 22,2 54,2 23,6 0
belajar
Y2 Disiplin F 0 1 54 17 0 72 64,16
karyawan %F.s 0 1,4 75 23,6 0
Y3 Bertanggung F 0 0 30 42 0 72 71,66
jawab %F.s 0 0 41,7 58,3 0
Total Nilai Indeks 196,1
Rata-rata Nilai Indeks 65,36
Sumber: Lampiran 1
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa variabel semangat kerja karyawan diukur
dengan menggunakan 5 pertanyaan. Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa semangat
kerja karyawan yang dimiliki karyawan PT. A3 Fresh O2 ada pada kategori sedang,
dilihat dari rata-rata nilai indeks yaitu. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa
semangat kerja karyawan penting untuk karyawan.
Nilai indeks tertinggi ada pada Y3 dengan perolehan nilai .disusul oleh
variabel lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan sangat bertanggungjawab
terhadap tugas yang sudah diberikan untuk mencapai visi dan misi perusahaan.

4.3.1. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi ganda. Untuk memenuhi hasil
regresi yang baik maka terlebih dahulu akan dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya
pelanggaran asumsi klasik. Dalam uji asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heterokesdastisitas dan uji autokorelasi. Model regresi linier berganda
dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memnuhi asumsi normalitas data
dan bebas dari asumsi klasik statistik.
a. Uji Normalitas
Dilakukannya uji normalitas dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk menguji apakah
data penelitian baik variabel dependen dan variabel independen mempunyai data yang

50
bertrisbusi normal atau tidak. Karena model regresi yang baik adalah distribusi data
penelitian normal atau mendekati normal. Uji normalitas yang dilakukan terhadap sampel
dilakukan dengan menggunakan kolmogrov-smirnov test dengan menetapkan signifikan (α)
sebesar 0,05 (5%). Adapun kriteria pegambilan keputusan dalam pengujian menggunakan
kolmogrov-smirnovtest menurut Sujarweni (2015) adalah sebagai berikut :
1. Jika signifikan > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal
2. Jika signifikan < 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal

Tabel 4.6
Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Test
Variabel Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Semangat Kerja

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual Keterangan
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,950 Berdistribusi Normal
Sumber: Lampiran 4

Hasil data yang diolah menggunakan SPPS yang ditunjukkan pada tabel 4.6
menunjukkan bahwa nilai uji kolmogrov-smirnov test dari variabel Kesehatan Kerja,
Keselamatan Kerja, Semangat Kerja Karyawan memperoleh signifikan sebesar 0,950
sehingga data sampel penelitian berdistribusi normal karna memenuhi kriteria pengambilan
keputusan kolmogrov-smirnov pada uji normalitas dengan signifikan 0,950 > 0,05.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu
periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain (Suwarjeni, 2015). Cara mengetahui
ada tidaknya geteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat metode spearman. Metode
spearman dilakukan dengan cara mengkorelasikan nilai absolute residual dengan masing-
masing variabel independen penelitian.Uji heteroskedastisitas yang dilakukan terhadap
sampel dilakukan dengan menggunakan metode spearman menetapkan signifikan (α) sebesar
0,05 (5%).Adapun kriteria pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas dengan metode
spearman yaitu sebagai berikut :
1. Jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas
2. Jika nilai Sig (2-tailed) < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.

51
Tabel 4.7
Uji Heteroskedastisitas
Variabel Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Semangat Kerja

Spearman’s Rho
Correlation Sig. (2-
Variabel N Keterangan
Coefficient tailed)
Kesehatan Kerja 0,001 0,993 31 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Keselamatan Kerja 0,019 0,872 31 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
UR 1,000 - 31 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber: Lampiran 4

Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas model spearman rho’s variabel
independen Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Semangat Kerja bahwa nilai sig. (2-tailed)
masing-masing variabel independen penelitian terhadap absolute residual lebih besar dari
0,05 sehingga tidak terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pegamatan ke
periode pengamatan yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen
penelitian tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal tersebut ditunjukkan dengan
terpenuhinya kriteria uji heteroskedastisitas metode spearman dengan sig. (2-tailed) > 0,05.
c. Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan variabel
independen dengan variabel independen lainnya (Sujarweni, 2015). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinieritas antar variabel, dapat diliat dari varian inflation factor (VIF) dan tolerance
value dari masing-masing variabel. Adapun kriteria pengambilan keputusan untuk uji
multikolinieritas dengan meliat varian inflation factor (VIF) dan tolerance value yaitu
sebagai berikut :
1. Jika angka tolerance value diatas 0,1 dan VIF < 10 dikatakan tidak terdapat
gejala multikolinieritas
2. Jika angka tolerance value dibawah 0,1 dan VIF > 10 dikatakan terdapat gejala
multikolinieritas

52
Tabel 4.8
Uji Multikolinieras
Variabel Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Semangat Kerja
Collinearity Statistics
Model Keterangan
Tolerance VIF
Kesehatan Kerja 0,947 1,056 Tidak Terjadi Multikolineritas
Keselamatan Kerja 0,947 1,056 Tidak Terjadi Multikolineritas
Sumber: Lampiran 4

Pada tabel 4.8 Uji multikolinieritas variabel Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja,
Semangat Kerja memenuhi kriteria uji multikolinieritas dengan angka tolerance value semua
variabel independen penelitian lebih besar dari 0,1 dan nilai variance inflation value (VIF)
lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen
penelitian tidak memiliki kesamaan variabel satu dengan yang lainnya atau terbebas dari uji
multikolinieritas.
i. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier terdapat
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
sebelumnya. Jika terdapat korelasi maka akan ditemukan problem autokorelasi (Ghozali,
2016), dilakukannya uji autokorelasi yaitu untuk mengetahui apakah dalam model regresi
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode sebelumnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi penelitian ini
menggunakan nilai Durbin Watson dibandingkan dengan tabel Durbin Watson. Kriteria Jika
du > d hitung < 4-du maka tidak terjadi autokorelasi (Sujarweni 2015).

Tabel 4.9
Uji Autokorelasi Run Test
Variabel Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Semangat Kerja

Durbin Watson Durbin Watson


Keterangan
Tabel Hitung
1,5611 1,247 Tidak Terjadi Autokorelasi
Sumber: Lampiran 4
Dapat dilihat pada tabel 4.9 uji autokorelasi dengan menggunakan nilai durbin watson,
sesuai dengan kriteria pemenuhan autokorelasi didapat nilai durbin watson sebesar 1,6751 >
1,247 < 1,5611. Sehingga disimpulkan tidak terdapat autokeralasi.

53
4.3.2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mendapat koefisien regresi yang akan
menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak. Dengan menentukan
tingkat signifikan regresi linier berganda sebesar 0,05 (5%).

Tabel 4.10
Output Analisis Regresi Berganda
Variabel Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Semangat Kerja

Koefisien
Variabel Penelitian Regresi α Signifikan
(Beta)
(Constant) 7,885 0,000
Kesehatan Kerja 0,157 0,246 0,020
Keselamatan Kerja 0,276 0,439 0,000
Sumber: Lampiran 5
Hasil tabel 4.10 yang telah diolah maka dapat disusun dalam bentuk persamaan regresi
sebagai berikut :
Y = α + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + e
Semangat Kerja=7,885+0,157X10,276X2
Keterangan :
Y = Semangat Kerja Karyawan
α = Konstanta
𝑏1 = Koefisien Regresi untuk Kesehatan Kerja Karyawan
𝑏2 = Koefisien Regresi untuk Keselamatan Kerja Karyawan
𝑋1 = Kesehatan Kerja Karyawan
𝑋2 = Keselamatan Kerja Karyawan
e = Error term

Dari persamaan regresi linier di atas, maka dapat diartikan sebagai berikut :
a. Y merupakan Semangat Kerja Karyawan yang nilainya diprediksi oleh Kesehatan Kerja
Karyawan (𝑋1 ) dan Keselamatan Kerja Karyawan (𝑋2).
b. Persamaan regresi pada variable Semangat Kerja Karyawan memiliki nilai konstanta
7,885. Dapat diartikan apabila variable Kesehatan Kerja Karyawan dan Keselamatan Kerja
Karyawan bernilai nol, maka Semangat Kerja Karyawan tidak ada atau belum terbentuk.

54
c. Kesehatan Kerja Karyawan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,157. Maka dapat
diartikan bahwa Kesehatan Kerja Karyawan berpengaruh positif terhadap Semagat Kerja
Karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa jika variable Kesehatan Kerja Karyawan (𝑋1)
mengalami peningkatan akan berdampak pada peningkatan Semangat Kerja Karyawan.
Maka semkain baik Kesehatan Kerja Karyawan PT.Air Minum A3 FRESH O2, semakin
tinggi pula Semangat Kerja Karyawan yang dimiliki karyawan terhadap PT.Air Minum
A3 FRESH O2.
d. Keselamatan Kerja Karyawan memiliki nilai koefisien sebesar 0,276. Maka dapat diartikan
bahwa Keselamatan Kerja Karyawan berpengaruh positif terhadap Semangat Kerja
Karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa jika variable Keselamatan Kerja Karyawan (𝑋2)
mengalami peningkatan akan berdampak pada peningkatan Semangat Kerja Karyawan.
Maka semakin baik Semngat Kerja Karyawan PT.Air MInum A3 FRESH O2, semakin
tinggi pula Semangat Kerja Karyawan yang dimiliki pelanggan terhadap PT.Air Minum
A# FRESH O2.
4.3.3. Uji Kelayakan Model
Uji kelayakan model digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam
menaksir nila aktualnya.Uji kelayakan model ini diukur melalui Uji F (Ghozali, 2016).
Menurut Sujarweni (2015) Uji statistik F digunakan untuk menguji model regresi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan atau keseluruhan.Uji ini
dapat dilihat pada nilai F-test. Berikut adalah perumusan hipotesisnya :
1. Apabila Fhitung> Ftabel, dengan tingkat signifikan < dari α = 0,05 maka hipotesis
dapat diterima.
2. Apabila Fhitung< Ftabel, dengan tingkat signifikan > dari α = 0,05 maka hipotesis
ditolak.
Ho : tidak terdapat pengaruh variabel independen kesehatan kerja, dan
keselamatan kerja terhadap semangat kerja karyawan.

Ha : terdapat pengaruh variabel kesehatan kerja, dan keselamatan kerja terhadap


semangat kerja karyawan n

55
Tabel 4.11
Uji F
Variabel Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Semangat Kerja

Model Ftabel Fhitung Α Sig. Keterangan


Regression 3,13 15,004 0,000a 0,000a Berpengaruh Simultan
Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan tabel 4.11 hasil dari pengujian data menunjukkan bahwa Fhitung lebih besar
dari Ftabel, yaitu 15,004 > 3,13 dan signifikan 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima bahwa terdapat pengaruh variabel independen kesehatan kerja, dan keselamatan
kerja terhadap semangat kerja karyawan. Dapat disimpulkan bahwa uji regresi ini dapat
dikatakan layak.
4.3.4. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nila R square dari model regresi
digunakan untuk mengetahui besarnya indeks pengungkapan sosial yang dapat dijelaskan
oleh variabel-variabel bebasnya. Menurut Gozhali (2016) apabila R2 sama dengan 0, maka
variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikit pun variabel
dependen. Apabila R2sama dengan 1, maka variabel independen yang digunakan menjelaskan
100% variabel dependennya.
Tabel 4.12
Uji Koefisien Determinasi
Variabel Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Semangat Kerja

Model R R Square Adjusted R Square


1 0, 551a 0,303 0,283
Sember : Lampiran 5
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai koefiien determinasi yang ditunjukkan
pada nilai adjusted R square diperoleh sebesar 0,283. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel kesehatan kerja, dan keselamatan kerja secara bersama-sama memberikan kontribusi
sebesar 28,3% terhadap semangat kerja karyawan, sedangkan sisanya 71,7% disebabkan oleh
faktor variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.

4.3.6 Uji t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh satu variabel indipenden dalam menjelaskan
variabel dependen secara individual. Koefisien regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. (Sujarweni, 2015)
Untuk hipotesis adalah sebagai berikut :

56
1. Ha diterima, apabila tingkat signifikan α < 0,05, thitung> ttabel dan β (+)
2. Ha ditolak, apabila α > 0,05, thitung< ttabel dan β (+/-)

Tabel 4.13
Uji t
Variabel Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Semangat Kerja
Koefisien
Variabel Penelitian
Regresi Α Signifikan ttabel thitung Keterangan
(Beta)
Constant 7,885 0,000 - 10,034 -
Kesehatan Kerja 0,157 0,246 0,020 1,9944 2,385 Signifikan
Keselamatan Kerja 0,276 0,439 0,000 1,9944 4,250 Signifikan
Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen. Hasil output dari tabel 4.14 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaruh Kesehatan Kerja terhadap Semangat Kerja Karyawan
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa β koefisien Kesehatan Kerja yaitu sebesar 0,157
nilai thitung sebesar 2,385 dengan signifikan 0,020. Nilai signifikan 0,020 < 0,05 dan thitung >
ttabel yaitu 2,385 > 1,9944. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa Kesehatan Kerja berpengaruh positif signifikan terhadap
Semangat Kerja Karyawan. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) diterima.
2. Pengaruh Keselamatan Kerja terhadap Semangat Kerja Karyawan
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa β koefisien Keselamatan Kerja yaitu sebesar 0,276
nilai thitung sebesar 4,250 dengan signifikan 0,005. Nilai signifikan 0,000 < 0,05 dan thitung >
ttabel yaitu 4,250 > 1,9944. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa Keselamatan Kerja berpengaruh positif signifikan terhadap
Semangat Kerja Karyawan. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) diterima.

4.4. Pembahasan

4.4.1. Bagaimana Semangat Kerja Karyawan, Kesehatan Kerja, dan Keselamatan


Kerja pada Perusahaan Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso.

Semangat Kerja (Y) adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk
melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik didalam perusahaannya. Indikator-indikator

57
variable semangat kerja adalah sebagai berikut: (Lateiner dan Tohardi, 2012:15) keinginan
untuk belajar dan mengembangkan diri menjadi yang terbaik dalam perusahaan, disimplin
karyawan tidak pernah telat dalam menyelesaikan tigas, dan selalu ontime, bertanggung
jawab terhadap pekerjaan. Hasil peneliti dari kuesioner yang telah dibagikan PT.A3 FRESH
O2 mengenai keinginan untuk belajar dan mengembangkan diri menjadi yang terbaik dalam
perusahaaan terdapat satu karyawan yang menjawab sangat setuju, berarti sangat minim
untuk karyawan yang ingin mengembangkan dirinya untuk maju. Kuesioner ke dua mengenai
disiplin karyawan terdapat satu karyawan yang menjawab sangat setuju, berarti sangat minim
untuk karyawan yang ingin mengembangkan dirinya untuk maju mendisplinkan dirinya
dalam bekerja. Kuesioner ke tiga mengenai bertanggung jawab terhadap pekerjaan terdapat
tiga puluh tujuh karyawan yang menjawab sangat setuju, berarti karyawan sangat
bertanggung jawab terhadap tugas yang sudah diberikan.

Kesehatan Kerja (X1) adalah kondisi tubuh seseorang dalam keadaan sehat saat bekerja,
terdapat upaya-upaya yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh keadaan pekerja yang
sempurna baik fisik maupun mental sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja secara
optimal. Indikator-indikator variabel kesehatan kerja adalah sebagai berikut: Barthos (2012;
138) fasilitas pekerja yang memadai, gedung dengan segala sarana yang diperlukan,
termasuk jalan, selokan, air bersih, pembuangan air kotor, dan halaman parkir, pemeriksaan
kesehatan diadakan sebulan sekali, menggunakan checkup memalui puskesmas terdekat, dan
konsumsi yang layak diberikan kepada pekerja mengandung makanan 4 sehat. Hasil peneliti
dari kuesioner yang telah dibagikan PT. A3 FRESH O2 mengenai fasilitas pekerja yang
memadai terdapat enam belas karyawan yang menjawab setuju, berarti meski sedikit
karyawan yang setuju, namun perusahaan harus memfalitasi gedung dengan segala sarana
yang diperlukan, termasuk jalan, selokan, air bersih, pembuangan air kotor, dan halaman
parkir, dikembangkan lagi sarana dan prasarananya. Kuesioner ke dua mengenai pemeriksaan
kesehatan diadakan sebulan sekali, menggunakan checkup memalui puskesmas terdekat
terdapat delapan belas karyawan yang menjawab setuju, berarti masih minim karyawan yang
ingin memeriksakan kesehatannya, dan sulit untuk checkup ke puskesmas. Kuesioner ke tiga
mengenai konsumsi yang layak terdapat dua puluh lima karyawan yang menjawab setuju,
berarti karyawan membutuhkan makanan yang mengandung 4 sehat, agar kondisi fisiknya
tetap fit.

58
Keselamatan Kerja (X2) adalah kondisi seseorang dalam keadaan selamat karena hati-
hati dalam bekerja, dan adapun upaya yang dilakukan perusahaan untuk menghindari dari
kecelakaan kerja yang tidak diinginkan ketika melakukan suatu pekerjaan. Indikator-indikator
variabel keselamatan kerja adalah sebagai berikut: (Daryanto 2013; 1) ketersediaan alat
perlindungan diri, disediakan masker, sepatu boot, dan sarung tangan, tunjangan kecelakaan
kerja, menggunakan BPJS yang sudah dibagikan ke karyawan, dan penempatan rambu atau
peringatan. Hasil peneliti dari kuesioner yang telah dibagikan PT. A3 FRESH O2 mengenai
ketersediaan alat perlindungan diri terdapat tujuh belas karyawan yang menjawab setuju,
berarti meskipun perusahaan sudah menyediakan masker, sepatu boot, dan sarung tangan,
perusahaan daat menambahkan helm untuk keamanan kepala. Kuesioner ke dua mengenai
BPJS ketenagakerjaan terdapat tujuh belas karyawan yang menjawab setuju, berarti minim
karyawan yang mengetahui arti dan pentingnya BPJS ketenagakerjaan, perlu dilakukan
penyuluhan mengenai hal tersebut. Kuesioner ke tiga mengenai penempatan rambu atau
peringatan yang tepat terdapat empat puluh dua karyawan yang menjawab setuju, berarti
karyawan setuju penempatan rambu atau peringatan yang tepat agar dapat terlihat oleh
karyawan.

4.4.2. Apakah kesehatan kerja dan keselamatan kerja berpengaruh terhadap semangat
kerja karyawan pada Perusahaan Air Minum A3 FRESH O2 Bondowoso.

Hasil pengujian pertama, pengaruh kesehatan kerja terhadap semangat kerja karyawan
PT. A3 Fresh O2 setelah dianalisis menggunakan Uji Parsial (Uji-t), hasil penelitian diatas
menunjukkan bahwa kesehatan kerja secara parsial berpengaruh terhadap semangat kerja
karyawan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fachru (2013). Penelitian
tersebut sama menggunakan Uji Parsial (Uji-t) dan menghasilkan pengaruh signifikan antara
kesehatan kerja terhadap semangat kerja karyawan. Penelitian yang dilakukan Apriliana, dan
Fauzi (2008) juga mendapat hasil yang sama. Menurut Suma‘mur (2011:1), Kesehatan
merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita untuk menikmati hidup, baik
dirumah maupun ditempat kerja. Tanpa kesehatan kita tidak dapat melakukan aktivitas
yang produktif dalam suatu organisasi. Setiap perusahaan perlu memelihara kesehatankerja
para karyawannya, yaitu yang menyangkut kesehatan fisik maupun mental, Kesehatan para
karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecendrungan tingkat absensi yang tinggi dan
produksi yang rendah. Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan
sehat, maka akan lebih kuat bekerja, karyawan yang kuat bekerja pasti memiliki samangat

59
kerja yang tinggi didalam perusahaan. Sehingga penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang
dibangun atau sama dengan hasil sebelumnya.

Hasil pengujian kedua, pengaruh kesehatan kerja terhadap semangat kerja karyawan
PT. A3 Fresh O2 setelah dianalisis menggunakan Uji Parsial (Uji-t), hasil penelitian diatas
menunjukkan bahwa kesehatan kerja secara parsial berpengaruh terhadap semangat kerja
karyawan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Doni (2009). Penelitian
tersebut sama menggunakan Uji Parsial (Uji-t) dan menghasilkan pengaruh signifikan antara
kesehatan kerja terhadap semangat kerja karyawan. Penelitian yang dilakukan Novi (2015)
juga mendapat hasil yang sama. Menurut Khasani (2010:7) menyatakan bahwa perusahaan
harus mengerti bahwa keselamatan kerja yang baik adalah dengan memberikan karyawan alat
pelindung diri, memperhatikan kondisi alat kerja, melakukan perawatan alat, menyediakan
bahan baku yang baik, memberikan penerangan/ pencahayaan yang baik di lokasi kerja, serta
kebersihan dan ketertiban yang terjaga, Keselamatan yang tinggi dapat menciptakan kondisi
yang mendukung kenyamanan serta kegairahan dalam kerja, sehingga faktor manusia dapat
diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Keselamatan dan kesehatan kerja yang
dilaksanakan dengan partisipasi pengusaha dan karyawan akan membawa iklim keamanan
dan ketenangan kerja, selain itu juga dengan adanya program keselamatan dan kesehatan
kerja karyawan akan merasa aman dan nyaman dalam melalukan pekerjaan karena adanya
pelindung diri dan pengamanan pada mesin sehingga akan terhindar dari kecelakaan yang
fatal dan merugikan karyawan maupun perusahaan itu sendiri. Sehingga penelitian ini sesuai
dengan hipotesis yang dibangun atau sama dengan hasil sebelumnya.

4.4.3. Manakah diantara Kesehatan Kerja dan Keselamat Kerja yang paling
berpengaruh terhadap Semangat kerja Karyawan pada Perusahaan Air
MInum A3 FRESH o2 Bondowoso.

Hasil Uji Hipotesis (uji t) manakah dari dua variable tersebut yang paling berpengaruh
(dominan), hasil menunjukkan bahwa variabel keselamatan kerja yang dominan, dengan
dietahui β koefisien keselamatan kerja yaitu 0,276 nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 4,250 dengan
signifikan 0,005. Sedangkan variabel kesehatan kerja diketahui bahwa β koefisien kesehatan
kerja yaitu sebesar 0,157 nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 2,385 dengan signifikan 0,020. Sehingga
penelitian ini dari jawaban hasil kuesioner 72 karyawan PT. A3 FRESH O2, menyatakan
bahwa lebih kearah keselamatan kerja dibandingkan kesehatan kerja.

60
Sehingga PT. A3 FRESH O2 lebih mengembangkan sarana dan prasarana yang sudah
ada dan memberikan penyuluhan lagi mengenai BPJS ketenagakerjaan agar karyawan paham
aka nada manfaat yang diterima, dan lebih tertib dalam memasang peringatan atau rambu
agar karyawan dapat terlihat dengan mudah.

61
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan pada peneliltian “ Pengaruh Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Karyawan terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada Air Minum A3
FRESh O2” dengan menggunakan analisis data dari uji instrument data, uji asumsi klasik,
regresi linier berganda, dan uji hipotesis, didukung dengan alat statistic, yaitu program spss
16.0. Maka dapat di ambil beberapa kesimpulan dengan tujuan penelitian, sebagai berikut :
a) Terdapat semangat kerja karyawan dengan bertanggung jawab terhadap pekerjaan
terdapat tiga puluh tujuh karyawan yang menjawab sangat setuju, untuk kesehatan
kerja mengenai konsumsi yang layak terdapat dua puluh lima karyawan yang
menjawab setuju, berarti karyawan membutuhkan makanan yang mengandung 4
sehat, agar kondisi fisiknya tetap fit, mengenai penempatan rambu atau peringatan
yang tepat terdapat empat puluh dua karyawan yang menjawab setuju, untuk
keselmatan kerja berarti karyawan setuju penempatan rambu atau peringatan yang
tepat agar dapat terlihat oleh karyawan.
b) Hasil pengujian pertama, pengaruh kesehatan kerja terhadap semngat kerja karyawan
PT. A3 Fresh O2 setelah dianalisis menggunakan Uji Parsial (Uji t), hasil penelitian
diatas menunjukkan bahwa kesehatan kerja secara parsial berpengaruh terhadap
semangat kerja karyawan, dam hasil pengujian kesua, pengaruh kesehatan kerja
terhadap semangat kerja karyawan PT. A3 Fresh O2 setelah dianalisis menggunakan
Uji Parsial (Uji t), hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa kesehatan kerja secara
parsial berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.
c) Hasil uji hipotesis (uji t) manakah dari dua variable tersebut yang paling berpengaruh
(dominan), hasil menunjukkan bahwa variable keselamatan kerja yang dominan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa saran yang
berguna bagi penjualan produk Air Minum Merek A3 Fresh O2, untuk meningkatkan
kegiatan sumber daya manusia maka diharapkan dapat mempengaruhi semnagat kerja
karyawan. Perusahaan perlu memelihara kesehatan kerja para karyawannya, yaitu yang
menyangkut kesehatan fisik maupun mental, kesehatan para karyawan yang buruk akan
mengakibatkankecendrungan tingkat absensi yang tinggi dan produksi yang rendah. Apabila

62
pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja,
karyawan yang kuat pasti memiliki semangat kerja yang tinggi dalam perusahaan.

Perusahaan harus mengerti bahwa keselamatan kerja yang baik adalah dengan
memberikan karyawan alat pelindung diri, memperhatikan kondisi alat kerja, melakukan
perawan alat, menyediakan bahan baku yang baik, memberikan penerangan/ pencahayaan
yang baik di lokasi kerja, serta kebersihan dan kertertiban yang terjaga. Keselamatan yang
tinggi dapat menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanan. Sehingga faktor manusia
dapat diserassikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Keselamatan dan kesehatan kerja
yang dilaksanakan dengan partisipasi pengusaha dan karyawan akan membawa iklim
kemanan dan ketenangan kerja, selain itu juga dengan adanya program keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan akan merasa aman dan nyaman dalam melakukan pekerjaan karena
adanya pelindung diri dan pengamanan pada mesin sehingga akan terhindar dari kecelakaan
yang fatal dan merugikan karyawan maupun perusahaan itu sendiri.

63
Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Anwar, Prabu Mangkunegara. 2010. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung:
Refika Aditama.

As’ad, Moh. 2013. Psikologi Industri, Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.

Basir Barthos. 2012. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bennet dan Rumondang. 2011. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Pustaka Binanam Pressindo.

Daryanto 2013. Metode Penelitian, Cetakan Pertama Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
UGM.

Deesler, Gary. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Bhasa Indonesia zilid 1 (Edisi
10). Jakarta: PT. Indeks.

Ghozali, Imam. 2010. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Keempat.
Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasibuan, Malayu. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasley. 2011. Pendekatan Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian.


Jakarta: Gunung Agung.

John Soeprihanto. 2014. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan). Yogyakarta:


Liberty.

Lateiner dan Tohardi. 2012. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: Mandar Maju.

Moenir, HAS. 2013. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari. 2013. Perencanaan Sdm Untuk Organisasi Profit. Penerbit: Grasindo.

Nitisemito, S. Alex. 2010. Manajemen Personalia. Cetakan Kesembilan. Jakarta : Penerbit


Ghalia Indonesia.

Priyatno, 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Ronald Nangoi. 2014. Menentukan Strategi Pemasaran dalam Menghadapi Persaingan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.

64
Silalahi, 2009. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Singarimbun, Masri, dan Sofian Efendi.2001. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Singgih, Santoso. 2008. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Gramedia.

Sinungan. 2003. Directng Leadership. Surabaya: Balai Bahasa.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Suma’mur, Higiene.2011. Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung


Seto.

Soemanto, Imam Khasani. 2010. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. Jakarta:
Gramedia.

Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid 1 Edisi 6. Jakarta: Erlanggga.

Susilo, Martoyo. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Uma Sekaran, 2011. Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Wijaya Tony. 2010. Analisis data penelitian menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya.

65
LAMPIRAN

Lampiran 1. Koesioner

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN


TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN

Pada Perusahaan Air Minum A3 Fresh O2 Bondowoso

Kepada Yth.
Sdr/i. Karyawan Perusahaan Air Minum A3 Fresh O2 Bondowoso
di tempat

Berkaitan dengan kegiatan penelitian yang saya lakukan dengan judul “Pengaruh
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada
Perusahaan Air Minum A3 Fresh O2 Bondowoso)” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Muhammadiyah Malang, maka dengan
ini saya mengharapkan bantuan saudara untuk mengisi daftar pertanyaan yang saya sertakan
di bawah ini.

Agar memperoleh masukan yang berarti, saya berharap kuesioner ini diisi dengan
keadaan yang sebenarnya. Semua sumber dan data yang diperoleh dijamin kerahasiaannya.

Atas perhatian dan bantuannya saya mengucapkan banyak terimakasih.

Arie Kartika Dewi


201310160311473

66
IDENTITAS PENELITI

Nama : Arie Kartika Dewi


NIM : 201310160311473
Status : Mahasiswa Fakultas Ekonomi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Malang

I. Identitas Responden
(Mohon diisi dan dilingkari pada jawaban yang sesuai)
1. No. Responden :………(diisi peneliti)
2. Nama :……………………………………
3. Usia :……..thn
4. Jenis kelamin : a) Laki-laki b) Perempuan
5. Status : a) Menikah b) Belum menikah
6. Pendidikan : a) < SLTA b) SLTA c) D-3 d) S-1 e) S-2 f).....
7. Jabatan :…………………………………….
8. Masa Kerja : a)0-1thn b) 1-3thn c) 3-5thn d) >5thn

III. Petunjuk Pengisian Angket


1. Daftar pertanyaan atau pertanyaan ini hanya semata-mata untuk data penelitian dalam
rangka menyelesaikan studi S-1 di Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas
Ekonomi Manajemen (MSDM).
2. Ada lima (5) alternative jawaban yang dapat dipilih, dan pilih salah satu jawaban yang
menurut anda sesuai dengan kenyataan dengan memberi tanda check list (√) yaitu:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
CS : Cukup Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak setuju

67
Kesehatan Kerja (X1)
Nilai/Skor 5 4 3 2 1
Sangat
Sangat Cukup Tidak
No. Setuju Tidak
Pernyataan Setuju Setuju Setuju
Setuju
Perusahaan memiliki fasilitas pekerja
yang memadai, gedung dengan
segala sarana yang diperlukan,
1. termasuk jalan, selokan, air bersih,
pembuangan air kotor, dan halaman
parkir

Pemeriksaan kesehatan diadakan


sebulan sekali, menggunakan
2. checkup memalui puskesmas
terdekat.

Konsumsi yang layak diberikan


kepada pekerja mengandung
makanan 4 sehat, agar karyawan
3.
tetap sehat dan tidak sakit.

Keselamatan Kerja (X2)

NiLai/Skor 5 4 3 2 1

No Sangat
Sangat Cukup Tidak
Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju Setuju
Setuju

Perusahaan harus menyediakan alat


1 perlindungan diri, disediakan masker,
sepatu boot, dan sarung tangan.
Perusahaan memberikan tunjangan
kecelakaan kerja kepada karyawan,
2
berupa BPJS yang dibayar oleh
perusahaan.
Penempatan rambu atau peringatan
3
yang tepat agar dapat terlihat oleh
karyawan

68
Semangat Kerja Karyawan (Y)
NiLai/Skor 5 4 3 2 1
Sangat
Sangat Cukup Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju Setuju
Setuju
Dengan menerapkan kesehatan
dan keselamatan kerja, maka
1 keinginan untuk belajar dan
mengembangkan diri semakin
bertambah.
Karyawan semakin disiplin, tidak
2 pernah telat dalam menyelesaikan
tugas, dan selalu ontime.

Dapat bertanggung jawab terhadap


3 pekerjaan yang sudah
dimandatkan oleh perusahaan.

69
Lampiran 2. Uji Validitas

a. Uji Validitas Kesehatan Kerja

Correlations
P1 P2 P3 Kesehatan Kerja
P1 Pearson
1 .585** .289* .782**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .014 .000
N 72 72 72 72
P2 Pearson
.585** 1 .500** .867**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 72 72 72 72
P3 Pearson
.289* .500** 1 .748**
Correlation
Sig. (2-tailed) .014 .000 .000
N 72 72 72 72
Kesehatan Kerja Pearson
.782** .867** .748** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 72 72 72 72
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

70
b. Uji Validitas Keselamatan Kerja

Correlations
P1 P2 P3 Keselamata Kerja
P1 Pearson
1 .677** .683** .942**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 72 72 72 72
P2 Pearson
.677** 1 .419** .796**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 72 72 72 72
P3 Pearson
.683** .419** 1 .818**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 72 72 72 72
Kesalamatan Kerja Pearson
.942** .796** .818** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 72 72 72 72
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

71
c. Uji Validitas Semangat Kerja

Correlations
P1 P2 P3 Semangat Kerja
P1 Pearson
1 .339** .129 .759**
Correlation
Sig. (2-
.004 .280 .000
tailed)
N 72 72 72 72
P2 Pearson
.339** 1 .207 .560**
Correlation
Sig. (2-
.004 .082 .000
tailed)
N 72 72 72 72
P3 Pearson
.129 .207 1 .707**
Correlation
Sig. (2-
.280 .082 .000
tailed)
N 72 72 72 72
Semangat Kerja Pearson
.759** .560** .707** 1
Correlation
Sig. (2-
.000 .000 .000
tailed)
N 72 72 72 72
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

72
Lampiran 3. Uji Reabilitas

a. Uji Reabilitas Kesehatan Kerja

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 72 100.0
Excludeda 0 .0
Total 72 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.716 3

b. Uji Reabilitas Keselamatan Kerja

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 72 100.0
Excludeda 0 .0
Total 72 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.808 3

73
c. Uji Reabilitas Semangat Kerja

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 72 100.0
Excludeda 0 .0
Total 72 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.665 3

Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 72
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .73243285
Most Extreme Differences Absolute .061
Positive .061
Negative -.051
Kolmogorov-Smirnov Z .519
Asymp. Sig. (2-tailed) .950
a. Test distribution is Normal.

74
b. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 7.885 .786 10.034 .000
KesehatanKe
.157 .066 .246 2.385 .020 .947 1.056
rja
Keselamatan
.276 .065 .439 4.250 .000 .947 1.056
Kerja
a. Dependent Variable: Semangat Kerja

c. Uji Heteroskedastisitas

75
Lampiran 5. Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .551a .303 .283 .74297
a. Predictors: (Constant), KeselamatanKerja,
KesehatanKerja
b. Dependent Variable: SemangatKerja

Lampiran 6. Analisis regresi Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 7.885 .786 10.034 .000
KesehatanKerja .157 .066 .246 2.385 .020
Keselamatan
.276 .065 .439 4.250 .000
Kerja
a. Dependent Variable: Semangat Kerja

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16.564 2 8.282 15.004 .000a
Residual 38.089 69 .552
Total 54.653 71
a. Predictors: (Constant), KeselamatanKerja, KesehatanKerja
b. Dependent Variable: SemangatKerja

76
Lampiran 7. Tabel r

Tingkat Signifikansi Untuk Uji 1 arah


0,05 0,025 0,001 0,005 0,0005
DF = n-2
Tingkat Signifikansi Untuk Uji 2 arah
0,1 0,05 0,02 0,01 0,001
40 0,2573 0,3044 0,3578 0,3932 0,4896
41 0,2542 0,3008 0,3536 0,3887 0,4843
42 0,2512 0,2973 0,3496 0,3843 0,4791
43 0,2483 0,2940 0,3457 0,3801 0,4742
44 0,2455 0,2907 0,3420 0,3761 0,4694
45 0,2429 0,2876 0,3384 0,3721 0,4647
46 0,2403 0,2845 0,3348 0,3683 0,4601
47 0,2377 0,2816 0,3314 0,3646 0,4557
48 0,2353 0,2787 0,3281 0,3610 0,4514
49 0,2329 0,2759 0,3249 0,3575 0,4473
50 0,2306 0,2732 0,3218 0,3542 0,4432
51 0,2284 0,2706 0,3188 0,3509 0,4393
52 0,2262 0,2681 0,3158 0,3477 0,4354
53 0,2241 0,2656 0,3129 0,3445 0,4317
54 0,2221 0,2632 0,3102 0,3415 0,4280
55 0,2201 0,2609 0,3074 0,3385 0,4244
56 0,2181 0,2586 0,3048 0,3357 0,4210
57 0,2162 0,2564 0,3022 0,3328 0,4176
58 0,2144 0,2542 0,2997 0,3301 0,4143
59 0,2126 0,2521 0,2972 0,3274 0,4110
60 0,2108 0,2500 0,2948 0,3248 0,4079
61 0,2091 0,2480 0,2925 0,3223 0,4048
62 0,2075 0,2461 0,2902 0,3198 0,4018
63 0,2058 0,2441 0,2880 0,3173 0,3988
64 0,2042 0,2423 0,2858 0,3150 0,3959
65 0,2027 0,2404 0,2837 0,3126 0,3931
66 0,2012 0,2387 0,2816 0,3104 0,3903
67 0,1997 0,2369 0,2796 0,3081 0,3876
68 0,1982 0,2352 0,2776 0,3060 0,3850
69 0,1968 0,2335 0,2756 0,3038 0,3823
70 0,1954 0,2319 0,2737 0,3017 0,3798
71 0,1940 0,2303 0,2718 0,2997 0,3773
72 0,1927 0,2287 0,2700 0,2977 0,3748
73 0,1914 0,2272 0,2682 0,2957 0,3724
74 0,1901 0,2257 0,2664 0,2938 0,3701
75 0,1888 0,2242 0,2647 0,2919 0,3678

77
Lampiran 8. Tabel Durbin-Watson

78
79

Anda mungkin juga menyukai