PENGALENGAN IKAN SARDEN Sardinella SP PDF
PENGALENGAN IKAN SARDEN Sardinella SP PDF
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengalengan Ikan Sardinella sp.” ini dengan sebaik-baiknya. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Hasil
Perikanan Modern.
Makalah ini ditulis dari hasil infomasi dari media massa berupa internet yang
berhubungan dengan pengalengan ikan. saya menyadari bahwa penulisan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saya mengharap adanya
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar dalam penulisan
selanjutnya dapat lebih baik. Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah referensi
penambah cakrawala pembaca mengenai Pengalengan Ikan.
Penyusun
KATA PENGANTAR................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 26
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah mengenai Pengalengan Ikan adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui deskripsi ikan sarden
Untuk mengetahui definisi dan tujuan pengalengan
Untuk mengetahui prinsip pengalengan
Untuk mengetahui bahan baku produksi ikan kaleng
Untuk mengetahui bahan pengemas ikan kaleng
Untuk mengetahui proses pengalengan ikan
Untuk mengetahui keuntungan pengalengan
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mutu produk pengalengan
Untuk mengetahui kerusakan pada produk kaleng.
Untuk mengetahui syarat mutu ikan kaleng
Sarden memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang, posisi
sudut mulut ikan tersebut satu garis lurus dengan sisi bawah bola mata, tubuh
berbentuk torpedo, sirip punggung berbentuk sempurna dan terletak di
pertengahan dengan permulaan dasar di depan sirip perut, sirip dada di bawah
linea lateralis, sirip perut sub abdominal, sirip ekor berbentuk bulan sabit (Saanin
1986 dalam Swagger 2012).
Sardinella sp. tergolong ikan pelagis. Ruaya ikan ini dipengaruhi oleh
makanan, suhu dan salinitas. Pada siang hari, ikan sarden umumnya berada di
dekat dasar perairan dan membentuk gerombolan yang kompak, sedangkan pada
malam hari bergerak ke dekat permukaan air dalam bentuk gerombolan yang
menyebar dan akan muncul ke permukaan apabila cuaca mendung disertai hujan
gerimis. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya temperatur permukaan (Adianto
1993 dalam Aprilia 2011).
Ikan sarden ini menghuni perairan tropis yang ada di daerah Indo Pasifik,
dari teluk Aden sampai dengan perairan Filipina (Sujastani dan Nurhakim 1982
dalam Aprilia 2011). Ikan ini tersebar di Lautan India bagian timur yaitu Phuket,
Thailand, di pantai-pantai sebelah selatan Jawa Timur dan Bali, Australia sebelah
barat dan Lautan Pasifik sebelah barat (Laut Jawa ke utara sampai Filipina, Hong
Kong, Taiwan sampai selatan Jepang). Di Indonesia, selain di perairan Selat Bali
dan sekitarnya, ikan ini terdapat juga di sebelah selatan Ternate dan Teluk Jakarta
(Whitehead 1985 dalam Nababan 2009).
Lemuru Bali (S. lemuru) dapat ditangkap secara musiman yakni mulai
awal musim penghujan di sekitar Selat Bali (bulan September-Oktober) hingga
akhir musim dibulan Februari-Maret. Puncak penangkapan berlangsung sekitar
bulan Desember-Januari. Diluar musim tersebut, ikan S. lemuru ini sulit
ditemukan, diduga ikan-ikan ini berpindah ke lapisan perairan yang lebih dalam
(IFT Fishing 2013).
2.1.3 Reproduksi
B. Pasta Saus
Koswara (2009) menyatakan bahwa pasta saus yang digunakan Saus tomat
tidak diberi perlakuan khusus saat akan digunakan. Pemeriksaan yang dilakukan
pada saus hanya kadar gula, warna, flavour dan kekentalan saus yang disesuaikan
dengan produk ikan kaleng yang akan dibuat. Biasanya untuk sarden kaleng
D. Garam
KKP (2011) menyatakan bahwa garam yang digunakan yaitu garam
beryodium sesuai dengan SNI 3584.3:2010. Garam memiliki fungsi untuk
menambah atau meningkatkan cita rasa dan memperpanjang masa simpan produk.
E. Air
KKP (2011) menyatakan bahwa air berfungsi sebagai pengencer pasta
saus, yang dapat melarutkan MCS dan garam sehingga didapatkan kekentalan dan
konsentrasi medium yang tepat. Air juga digunakan selama proses produksi
seperti untuk thawing, pencucian, perendaman dan sanitasi ruang proses.
F. Es
KKP (2011) menyatakan bahwa es merupakan bahan tambahan yang
dibutuhkan untuk mengawetkan ikan segar yang dikirim oleh supplier. Ikan segar
perlu ditambahkan es agar memiliki suhu sekitar 5°C sesuai dengan SNI
3548.3:2010 sehingga berdaya simpan lebih lama.
Bahan pengemas yang digunakan untuk wadah hasil akhir ikan kaleng
terdiri dari kaleng sebagai pengemas primer dan karton sebagai pengemas
sekunder.
B. Karton
A. Persiapan Bahan
Penyiapan wadah terdiri dari proses pembersihan wadah sebelum dipakai
dan pemberian kode. Untuk pembersihan wadah dapat dilakukan dengan wadah
dicuci terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari sisa-sisa air pencuci.
Sedangkan untuk pemberian kode pada wadah perlu diberikan kode tentang
tingkat kualitas bahan yang diisikan, tanggal, tempat dan nomor dari batch
pengolahan. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan jika ada
suatu kerusakan atau kelainan yang terjadi pada produk akhir yang dihasilkan
(Hudaya 2008).
Penyiapan bahan mentah dapat terdiri dari sortasi dan grading, pencucian,
pengupasan atau pemotongan bahan mentah. Sortasi dilakukan untuk memilih
bahan yang masak optimal untuk buah-buahan dan bahan yang berkualitas untuk
sayuran, daging atau ikan. Sortasi dan grading dapat dilakukan berdasarkan
ukuran atau diameter, berat jenis atau warna. Selanjutnya proses pembersihan,
proses ini dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari bahan baku
dapat dilakukan dengan cara pencucian dengan air dingin untuk sayur-sayuran dan
buah-buahan, dan menghilangkan bagian-bagian yang tidak diinginkan untuk
daging dan ikan. Pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam atau
menyemprot bahan dengan air (Hudaya 2008).
Pengupasan dilakukan untuk membuang bagian-bagian yang tidak dapat
dimakan dan tidak diinginkan, seperti kulit, tangkai, bagian-bagian yang cacat
atau busuk, dan lain sebagainya. Blansing dilakukan pada sayur-sayuran dan
buah-buahan. Blansing dapat dilakukan dengan merendamnya sebentar dalam air
mendidih atau dengan uap air panas, kemudian diikuti dengan pendinginan dalam
air (Hudaya 2008).
Untuk bahan yang dibekukan dilakukan dengan uap air panas, sedangkan
pada bahan yang akan dikalengkan digunakan blansing dengan cara perendaman
dalam air panas. Dan proses terakhir dengan penambahan bahan tertentu, dapat
C. Pengisian Medium
Medium pengalengan adalah larutan atau bahan lainnya yang ditambahkan
kedalam produk waktu proses pengisian. Jenis-jenis medium yang biasa
digunakan adalah larutan garam, sirup, kaldu dan minyak. Larutan garam
digunakan untuk bahan pangan yang tidak asam, sirup digunakan untuk buah-
buahan, kaldu untuk daging dan minyak digunakan untuk ikan dan hasil perikanan
lainnya. Medium pengalengan tersebut dapat memberikan cita rasa pada produk
kalengan, dan juga berfungsi untuk mengurangi waktu sterilisasi, dengan cara
meningkatkan proses perambatan panas serta dapat mengurangi korosi kaleng
dengan cara menghilangkan udara (Adawyah 2008).
F. Sterilisasi
Muchtadi (1994) dalam Utami (2012) menjelaskan bahwa sterilisasi
adalah operasi yang paling penting dalam pengalengan makanan. Sterilisasi tidak
hanya bertujuan untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan patogen, tetapi
juga berguna untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari
penampilannya, teksturnya dan cita rasa sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu,
H. Penyimpanan
Suhu penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu makanan kaleng.
Suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan cita rasa, warna, tekstur
dan vitamin yang dikandung oleh bahan, akibatnya akan menyebabkan terjadinya
reaksi kimia. Selain itu, juga memacu pertumbuhan bakteri yang pada saat proses
sterilisasi sporanya masih dapat bertahan (Adawyah 2008).
Hudaya (2008) menambahkan bahwa suhu penyimpanan yang dapat
mempertahankan kualitas bahan yang disimpan adalah 15°C. Suhu penyimpanan
yang tinggi dapat mempercepat terjadinya korosi dan perubahan tekstur, warna,
rasa serta aroma makanan kaleng. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut
maka penyimpanan harus memenuhi syarat yaitu suhu rendah, RH (kelembaban
udara) rendah dan ventilasi atau pertukaran udara didalam ruangan penyimpanan
harus baik. Penyimpanan bertujuan agar makanan yang dikalengkan tidak berubah
kualitasnya maupun kenampakannya sampai saat akan diangkut atau dipasarkan.
Anggraini, Shelica., Bhatara Ayi Meata, Elka Annisa Kuncoro M., Istiqomah, dan
Rinto Felly Hartana. 2013. Makalah proses thermal hasil perikanan sejarah
Pengalengan dan pengalengan secara umum. UGM :Yogyakarta.
Aprilia, S. 2011. Trofik level hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap yang
digunakan nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Skripsi.
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 117 hal.
Astawan, M. 2005. Teknologi pengolahan pangan : ikan kalengan tetap kaya gizi.
http://web.ipb.ac.id. diakses 13 Maret 2015. 3 hal.
Bachrin, N., Sudirman, Zainuddin dan Mukti. 2011. Zona potensial penangkapan
ikan tembang (Sardinella fimbriata) berdasarkan parameter oseanografi
dan hasil tangkapan di perairan Kecamatan Liukang Tupabbirin
Kabupaten Pangkep. Universitas Hasanuddin. Makassar. 50 hal.
Bali Post. 2003. Jembrana kejar ketertinggalan - benahi pendaratan ikan, genjot
produksi. http://www.balipost.co.id/.diakses pada 5 Maret 2014.
Fadli, Wan Khairul. 2011. Manajemen proses pada pengalengan ikan lemuru
(Sardinella Longiceps) di PT. Pasific Harvest Banyuwangi Jawa Timur.
Akademi Perikanan : Sidoarjo.
Mayasari, Lina Dwi. 2013. pengaruh hasil tangkapan ikan lemuru terhadap
produksi pengalengan ikan PT. Maya Muncar Banyuwangi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya : Surabaya.
Rasyid, A. 2003. Isolasi asam lemak tak jenuh majemuk omega-3 dari ikan
lemuru (Sardinella sp.). Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional 30-
31 Juli 2003. Jakarta. 8 hal.
Saidah, Zumi. 2005. Kajian ekuitas marek ikan kaleng dan implikasinya terhadap
Bauran (studi kasus di kota Bogor). IPB : Bogor.