Modul Enterpreneurship PDF
Modul Enterpreneurship PDF
PANDUAN PELATIHAN
Kewirausahaan
Minggu I
Sesi 1 : Pembukaan, Perkenalan dan pencairan suasana
Sesi 2 : Perspektif revolusi kewirausahaan
Minggu II
Sesi 3 : Kreativitas, inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang bisnis,
dan HAKI
Sesi 4 : Menciptakan dan Memulai Usaha Baru
Minggu III
Sesi 5 : Menjelaskan Sumber-Sumber Modal
Sesi 6 : Menghasilkan, mengeksploitasi, mengembangkan, mengelola,
dan mengakhiri suatu perusahaan baru
Minggu IV
Sesi 7 : Social Entrepreneurship, Ecological Entrepreneurship,
Government Entrepreneurship
Sesi 8 : Model dan Analisis Kelayakan Bisnis
Latihan — Contoh dalan latihan dapat diganti dengan proyek atau kegiatan
berdasarkan pengalaman peserta masing-masing.
KKL — KKL atau Kunjungan Kerja Lapangan ini dilakukan di akhir pelatihan
untuk memperdalam pengalaman peserta dalam beriwausaha secara langusung
dengan pihak-pihak counterpart (UKM di lingkungan Depok/Jakarta) yang telah
bersedia untuk dikunjungi
Fasilitas pelatihannya?
Hampir seluruh kegiatan pelatihan ini melibatkan kegiatan kelompok
kecil.
Aturlah ruangan sehingga 4-6 peserta dapat duduk secara melingkar,
tetapi tetap dapat mendengar dan melihat fasilitator.
Sediakan flipchart untuk kegiatan kelompok.
Tempat pelatihan yang ideal adalah ruangan yang baik dan tenang
sehingga tidak terganggu oleh suara dering telepon, dan dinding-
dindingnya dapat dipakai untuk menempelkan flipchart.
Pemisah ruang tidak akan dibutuhkan jika ruangan cukup luas untuk
melakukan kelompok kerja.
Fasilitasi
Interaksi merupakan hal yang sangat penting untuk partisipasi peserta
pelatihan.
Pembelajaran akan optimum jika para peserta mampu berbagi
pengetahuan dan menerapkan pengalaman mereka dalam memahami
konsep-konsep baru yang diperkenalkan. Latihan dan kerja kelompok
dimaksudkan untuk memenuhi maksud itu.
Cara terbaik untuk memperoleh umpan adalah melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan yang baik. Sebagian besar kegiatan diakhiri
dengan ‚pertanyaan-pertanyaan proses‛ yang akan membantu pelatih
merangkum dan menutup sesi sekaligus memberi kesempatan kepada
para peserta untuk berbagi ide.
Di awal pelatihan, juga di awal setiap kegiatan, yang paling penting
adalah memperjelas tujuan atau maksud dan menjelaskan agenda. Ini
memberikan arah kepada apa yang diniatkan fasilitator untuk dilakukan.
Agar partisipasi peserta dapat maksimum, fasilitator perlu merespon
kebutuhan-kebutuhan yang mereka ekspresikan sepanjang pelatihan.
3. Partisipatoris
Proses pelatihan ini diarahkan untuk menjamin agar semua terlibat aktif
dalam penyusunan agenda bersama, berbagi hasil pembelajaran, dan
penggunaan kelompok-kelompok lebih kecil.
Untuk itu, setiap peserta diharapkan mau dan mampu terlibat dalam
proses pengambilan keputusan sehingga merasa menjadi ‘bagian’ dari
keputusan itu dan merasa wajib melaksanakannya.
Faktor perasaan setiap peserta menyangkut suatu isu dipandang penting
dan, oleh karenanya, semua peserta dianjurkan untuk mengungkap dan
mengangkatnya di depan umum.
Peserta dan faslitator pelatihan perlu menyelesaikan segala konflik yang
muncul secara baik, sehingga semua suara didengar, pandangan baru
disertakan, dan tidak ada yang merasa harus mengalah.
Setiap orang didorong untuk memberi dan menerima umpan balik
sehingga semua orang yang hadir dapat berkembang dan rintangan kerja
kelompok dapat diatasi.
Evaluasi partisipatoris akan digunakan untuk menilai kegiatan pelatihan
ini.
Sesi 1:
Pembukaan dan Pencairan Suasana
Tujuan:
Pada akhir sesi para peserta akan:
Saling mengenal sehingga terbangun suasana yang lebih santai dan
nyaman untuk memasuki proses pelatihan;
Memahami sistematika pelatihan selama dua hari;
Mengenali harapan dan kekhawatiran mereka terkait dengan pelatihan.
Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
10‛ Kegiatan 1: Presentasi power point,
Pengenalan diri dan kontrak belajar lcd, layar, flipchart,
papantulis, spidol,
isolasi
15‛ Kegiatan 2: Lembar fotokopi
Jajak pendapat awal; pemetaan tingkat kuesioner, alat tulis
oengetahuan, sikap, dan praktik peserta
15‛ Kegiatan 3: Kartu indeks, papan tulis,
Curah pendapat: harapan dan spidol, isolasi,
kekahwatira peserta
Rincian Kegiatan:
Memperkenalkan tujuan sesi dan kegiatan yang akan dilakukan
Kegiatan 1
Fasilitator membuka acara dengan memperkenalkan diri dan
fasilitator lainnya. Para peserta diberi kesempatan untuk memperkenalkan
diri secara singkat dengan menyebutkan nama, asal lembaga, dan
jabatan dalam lembaga masing-masing (5‛).
Fasilitator mengajak peserta melakukan permainan ‚Ini Teman
Saya...‛ Caranya: seorang peserta memperkenalkan seorang peserta yang
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 6
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
lain dimulai dengan kalimat, ‚Ini teman saya ... (misalnya) Eko Purnama.‛
Lantas peserta itu memberitahu empat hal pribadi tentang peserta
yang sedang diperkenalkannya itu, dengan syarat semua pernyataan
itu bersifat positif dan tidak bersifat SARA. Misalnya, ‚Dia senang
bermain bola. Tapi, waktu kecil, dia lebih sering memancing dan
berenang di pantai dekat rumahnya.‛ Peserta yang sedang iperkenalkan
itu memberi tanggapan terhadap keempat pernyataan dengan
membenarkan (misalnya, mengangkat jempol atau mengangguk-angguk)
atau menyalahkan (misalnya, menggeleng atau menggoyangkan
tangan). Terakhir, peserta yang memperkenalkannya menutup dengan,
‚Paling teman saya Eko. Sambutlah Eko.‛ Semua yang hadir
menyahut, ‚Selamat datang, Eko.‛
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk bergantian
memperkenalkan seorang rekan lainnya hingga selesai (25‛).
Fasilitator menjelaskan cakupan topik, tujuan per sesi, dan alokasi waktu
dari pelatihan dua hari ini dan memberi kesempatan bertanya jawab (5‛).
Fasilitator mengajak peserta membuat kontrak belajar di kelas selama
pelatihan yang merinci aturan bersama. Ketentuannya, ‚segala sesuatu
tidak dilarang boleh dikerjakan, segala sesuatu yang disepakati harus
dikerjakan.‛ Setiap peserta memperoleh dua lembar kertas indeks untuk
menulis dua hal yang mereka anggap dilarang dilakukan selama
pelatihan (misalnya, dilarang terlambat, dilarang merokok di kelas,
dilarang menerima telepon selama proses pembelajaran, dan hal-hal
lainnya sesuai kesepakatan). Setelah kartu terkumpul, peserta bersepakat
tentang apa-apa yang telah ditulis (10‛).
Kegiatan 2
Fasilitator menjelaskan bahwa jajak pendapat tertulis akan dilakukan
terkait dengan pengetahuan, sikap, dan praktik peserta menyangkut
Kewirausahaan.
Fasilitator membagikan fotokopi kuesioner (lihat Lampiran 1) agar
peserta dapat mengisinya. Setelah kuesioner terkumpul, fasilitator
merangkum hasil kuesioner secara sekilas (5‛).
Kegiatan 3
Fasilitator menjelaskan pentingnya mengidentifikasi berbagai harapan
dan kekhawatiran terkait dengan pelaksanaan pelatihan ini.
Untuk itu, fasilitator meminta setiap peserta untuk menentukan apa
yang menjadi harapan dan kekhawatiran utama mereka dan
menuliskan setiap pernyataan pada secarik kartu indeks.
Sesi 2:
Perspektif Revolusi Kewirausahaan
Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
Peseta mampu memahami konsep-konsep serta perspektif dasar dari
kewirausahaan baik secara teoritis maupun empiris
Peserta mampu menggunakan dengan baik, konsep, perilaku, dan pola
fikir kewirausahaan sebagai sebuah paradigma dalam memulai usaha
a. Pengertian kewirausahaan
b. Pola pikir berwirausaha
c. Intensi-intensi kewirausahaan dan kewirausahaan korporat
d. Peluang kewirausahaan internasional
e. Tantangan, masa depan, etika dan tanggung jawab wirausaha
f. Good Corporate Governance
g. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia
Metode :
1. Penugasan atau intruksi latihan
2. Ceramah
3. Diskusi Kelompok
Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
20‛ Kegiatan 1: Presentasi PowerPoint,
Pengertian kewirausahaan dan pola fikir LCD projector, layar,
berwirausaha
30‛ Kegiatan 2: Presentasi PowerPoint,
Intensi-intensi kewirausahaan dan LCD projector, layar,
kewirausahaan korporat, Peluang
kewirausahaan internasional,
40‛ Kegiatan 3: Presentasi PowerPoint,
Tantangan, masa depan, etika dan LCD projector, layar,
tanggung jawab wirausaha, Good
Corporate Governanc, Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Indonesia
2. Pengusaha (Entrepreneur)
Definisi:
a. Periode Awal
Contoh definisi yang paling awal dari [pengusaha sebagai sebuah go-between
b. Abad Pertengahan
yang disediakan, biasanya oleh pemerintah atau negara. Satu jenis pengusaha
pada abad pertengahan adalah klerek (clerec), yaitu orang yang ditugaskan
(entrepreneur as an innovator):
sebuah metode teknologi produksi komoditas baru yang belum dicoba atau
pasokan bahan baku yang baru atau sebuah gerai baru untuk produk, dengan
Dalam definisi ini, konsep inovasi dan kemutakhiran adalah sebuah bagian
memperkenalkan sesuatu yang baru, merupakan satu dari tugas yang paling
prinsip dari dan istilah dari sebuah bisnis, manajerial, dan perspektif pribadi
dipertimbangkan.
sosial dan ekonomis untuk mengubah sumber daya dan situasi menjadi
1
Joseph Shumpeter. Can Capitalism Survive?. New York: Harper & Row. 1952. hlm 72
sumebr daya, tenaga kerja, bahan baku, serta aset lain untuk menghasilkan
nilai yang lebih besar dari sebelumnya, juga seseorang yang mengenalkan
orang lain atau yang menemukan cara yang lebih baik untuk menggunakan
resiko utama dalam hal modal, waktu, dan/atau komitmen karier atau
4. Definisi Kewirausahaan
kebebasan pribadi. 4
2
Karl Vesper. New Venture Strategies. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. 1980. hlm 2
3
Robert C. Ronstadt. Entrepreneurship. Dover, MA: Lord Publishing Co. 1984. hlm 28
4
Definisi ini dimodifikasi dari definisi yang pertama kali dikembangkan oleh seorang pengusaha
perempuan. Lihat Robert D. Hisrich dan Candida G. Brush, The Woman Entrepreneur: Starting, Financing,
and Managing a Successful New Business. Lexington, MA: Lexington Books, 1985. hlm 18
pengusaha.
nilai baru. Penciptaan haruslah mempunyai nilai bagi pengusaha dan bagi
berupa (1) pasar pembeli organisasi untuk inovasi bisnis, (2) administrasi
rumah sakit untuk prosedur atau peranti lunak baru, (3) calon murid
untuk sebuah kursus baru atau bahkan kuliah kewirausahaan, atau (4)
pengguna untuk jasa baru yang disediakan oleh sebuah badan nirlaba.
dibutuhkan.
masa yang akan datang tidak dapat diprediksi, maka hasil dari tindakan
Tujuan:
5
L.V. Mises. Human Action: A Treatise on Economics, edisi revisi 4. San Fransisco, CA: Fox & Wilkes. 1949
pengalaman tersebut
Selain itu, seorang pengusaha dalam situasi tertentu mungkin akan berpikir
secara berbeda ketika berhadapan dengan tugas atau lingkungan keputusan yang
ketidakpastian yang tinggi di mana resiko yang dihadapi juga tinggi, tekanan
waktu yang mendesak, dan dalam investasi yang melibatkan emosi. Dengan
kala harus:
- Menumbuhkan efektuasi
Efektuasi
Terdapat dua proses yang dapat dipilih oleh pengusaha berkaitan dengan
hasil yang dicapai. Proses pertama disebut dengan proses kausa, yang
merupakan sebuah proses dimulai dengan hasil yang diinginkan dan berfokus
menggunakan apa yang mereka miliki (siapa mereka, apa yang mereka tahu, dan
siapa yang mereka tahu), lalu memilih di antara hasil yang memungkinkan.
ILUSTRASI
dua cara untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pertama, tuan rumah atau
klien memilih menu terlebih dahulu. Apa yang dibutuhkan seorang juru
memasak. Ini adalah proses kausa, dimulai dengan sebuah menu tertentu
dan berfokus pada pemilihan cara yang paling efektif untuk menyiapkan
makanan.
Pada kasus kedua, tuan rumah meminta kepada juru masak untuk
masakan. Dalam hal ini, juru masak harus membayangkan menu yang
menu, dan menyiapkan makan malam. Inilah yang disebut dengan proses
efektuasi, dimulai dari bahan dan bumbu yang tersedia, lalu berfokus untuk
berbeda dalam industri yang sama sekali berbeda. Ini berarti bahwa gagasan
awal (kumpulan kausa) tidak berimplikasi pada satu cakupan strategis tunggal
apa pun bagi perusahaan )atau efek tertentu). Sebaliknya, proses efektuasi
terjadi tanpa memerhatikan tujuan akhir yang akan dicapai dari apa yang telah
6
S. Sarasvathy. Causation and Effectuation: toward a Theoretical Shift from Economic Inevitability to
Entrepreneurial Contingency. Academy Management Review 26. 2001. Hlm 245.
dimulainya. Proses ini bukan hanya memungkinkan realisasi beberapa efek yang
mungkin terjadi (meskipun secara umum hanya satu atatupun beberapa yang
menyatakan bahwa efektuasi bukanlah cara yang lebih baik dalam proses
cara yang kadang kala dipikirkan oleh seorang pengusaha. Sarasvathy dengan
prinsip dasar. 8
adalah menciptakan suatu hal baru dengan cara yang ada daripada
cara—suatu ‚siapa saya‛, ‚aa yang saya tahu‛, dan ‚siapa yang saya
tahu‛ (yang menunjukkan ‚apa yang saya miliki‛) – dan pola ini
effectual quilt).
2. Prinsip resiko yang dapat ditanggung (affordable loss principle). Prinsip ini
7
Sarasvathy. Causation and Effectuation. Hlm 245-247.
8
S. Sarasvathy. Effectuation: Elements of Entrepreneurial Expertise. Edward Elgar Publishers. 2006.
Sesi-3:
Kreativitas, inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang bisnis, dan HAKI
Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
Peserta dapat memahami dan membedakan devinisi dari keratifitas,
inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang bisinis dan HAKI
Peserta pelatihan mampu menggunakan dengan baik, konsep,
perilaku, dan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh
wirausahawan dalam mengekspresikan kreatifitas, inovasi, strategi
penciptaan nilai maupun melihat peluang bisnis.
Metode :
1. Penugasan atau intruksi latihan
2. Ceramah
3. Diskusi Kelompok
Sesi-4
Menciptakan dan Memulai Usaha Baru
Tujuan:
Pada akhir sesi para peserta akan:
Perserta mampu mendesign model bisnis yang kompetitif dan membuat
rencana bisenis yang solid
Metode :
1. Penugasan atau intruksi latihan
2. Ceramah
3. Diskusi Kelompok
Total waktu yang dibutuhkan: 1 jam
Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
10‛ Kegiatan 1: Presentasi PowerPoint,
Konsep menciptakan dan memulai usaha LCD projector, layar,
baru, Desain model bisnis yang flipchart, papan tulis,
kompetitif dan solid spidol, isolasi,
15‛ Kegiatan 2: Lembaran fotokopi
Keunggulan kompetitif, Bentuk-bentuk kuesioner, alat tulis, LCD
kepemilikan bisnis, Rencana pemasaran projector, presentasi.
& keuangan
15‛ Kegiatan 3: Kartu indeks, flipchart,
Rencana organisational & sumberdaya papan tulis, spidol,
manusia, Menyusun rencana bisnis yang isolasi, lembar kerja-2,
layak dan unggul potongan-potongan pie-
chart.
SESI-5:
Sumber-Sumber Modal
Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
Mahasiswa mengethaui sumber-sumber modal usaha yang dapat di akses
untuk membuka usaha
Metode :
1. Penugasan dan latihan praktis
2. Ceramah
3. Diskusi
Berbisnis apapun pasti butuh modal, berapa pun jumlahnya itu. Permodalan
sering menjadi kendala utama yang menghambat dalam membangun bisnis, baik
itu kurang modal atau bahkan tidak punya modal sama sekali. Banyak sekali
pengusaha yang tidak dapat mengembangkan usahanya karena keterbatasan
modal. Lalu apakah harus berhenti begitu saja? Sebaiknya jangan,, sebagai
pengusaha, maka mulailah mencari sumber pembiayaan bagi usaha Anda.
Sumber-sumber permodalan
1. Dana Sendiri
Dengan dana pribadi ini, kita bisa lebih fleksibel dalam pemakaian jumlah dana
sewaktu-waktu, serta bebas mengalokasikan dana sesuai dengan keputusan
sendiri. Sekaligus anda akan terbebas dari bunga, pemotongan keuntungan dan
tidak perlu membagi hasil dengan pihak lain.
2. Dana pinjaman
Jika anda tidak mempunyai simpanan dana pribadi dan kekurangan dana, maka
alternatif lainnya adalah dana pinjaman. Berikut ini adalah berbagai macam
alternatif dana pinjaman (terutama kredit perbankan) :
a. Kredit Usaha
Kredit usaha pada berbagai Bank dikemas dengan nama yang berbeda. Kredit
usaha diberikan sesuai dengan jenis usaha masing-masing. Biasanya kredit
usaha perbankan dibedakan menjadi kredit investasi dan kredit modal kerja,
atau mungkin juga gabungan keduanya. Bagi pengusaha yang hendak
mengambil fasilitas kredit ini harus mempelajari dan memenuhi persyaratan
yang dibutuhkan. Dianjurkan untuk mencari kredit usaha pada bank yang
mendukung UKM dan Bank pemerintah, mengingat suku bunga yang rendah.
Fasilitas kredit dari BPR relatif lebih mudah persyaratan dan prosesnya
dibandingkan di bank umum. BPR melayani orang-orang yang butuh
pendanaan usaha, terutama UKM, dengan sistem dan persyaratan yang
cenderung mudah. Tapi harus diingat tingkat bunganya cenderung lebih
tinggi dari bank umum, dengan jangka waktu yang relatif lebih singkat.
Sedangkan lease back adalah pinjaman yang diberikan pada usaha yang
membutuhkan dana tunai dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor yang
dimiliki.
e. Perum Pegadaian
f. Koperasi
g. Pinjaman BUMN
Dana yang digunakan sebagai pinjaman dari BUMN adalah dana kemitraan
yang sebagian berasal dari laba perusahaan yang disisihkan untuk pengusaha
kecil. Program dana kemitraan ini disebut juga Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) BUMN. BUMN yang memiliki program kemitraan ini
antara lain PT Jamsostek, Pertamina, PT GAs Negara, dan sebagainya. Untuk
informasi ini dapat dicari di Kementrian BUMN)
h. Pinjaman Departemen
Kalau memiliki teman atau kerabat yang berpotensi memiliki dana lebih dapat
dinegosiasikan untuk ikut serta menjadi pemodal dalam jumlah besar ataupun
sebagian kecil dari bisnis anda. Usahakan membuat perencanaan konsep rumah
makan yang matang lalu lakukan presentasi dan kemudian negosiasikan
mengenai kebutuhan modal, jumlah, jangka waktu, dan pembagian hasil dari
keuntungan usaha setiap bulannya. Jangan lupa untuk membuat daftar nama
relasi yang potensial sebelumnya, untuk mendapatkan peluang pinjaman yang
lebih besar.
Poin yang terpenting dan harus diingat adalah perhitungkan secara matang
jumlah modal yang dibutuhkan, dan kemudian pertimbangkan keuntungan dan
kelemahan dalam memilih sumber pendanaan dari luar. Jangan canggung untuk
mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai sumber pendanaan yang anda
inginkan. Jangan sampai usaha anda baru berjalan tetapi sudah terbebani dengan
tingkat bunga yang tinggi.
SESI-6:
Social Enterpreneurship
Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
Peserta mampu memahami definisi social enterpreneurhips baik dari segi
tataran ide, konsep maupun praktek
Peserta dapat memahami peluang dan tantangan berkarir sebagai social
enterpreneurship
Metode :
1. Penugasan
2. Ceramah
3. Diskusi
Social Entrepreneurship
Jika ditinjau secara ilmiah, sudah sejak ratusan abad yang lalu, istilah
entrepreneurship dibahas. Antara lain Richard Cantillon pada tahun 1755 dan J.B.
Say pada tahun 1803 (Santosa, 2007). Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai
seseorang yang mengelola perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada
akuntabilitas dalam menghadapi resiko yang terkait ( a person who undertakes and
operates a new enterprise or venture and assumes some accountability for inherent risks).
Di dalam konsep sebuah entrepreneurship, terdapat unsur pemberdayaan atau
empowerment di dalamnya. Menurut Webster dan Oxford English Dictionary,
empowerment bisa diartikan sebagai to give power to atau authority to, atau memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain.
Bisa juga diterjemahkan sebagai to give ability to or enable atau usaha memberi
kemampuan. Salah satu unsur yang termaktub dalam kewirausahaan memang
bermakna sebagai sebuah usaha untuk memberikan kemampuan dan
mengalihkan kekuatan seseorang atau beberapa orang menuju sebuah
kemandirian. Kemandirian secara finansial misalnya.
Kisah Nyata
orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung”. Sudah
jelas termaktub di situ bahwa menjadi kewajiban setiap orang yang mampu
untuk membantu yang lemah.
Sesi-7:
Government Entrepreneurship
Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
Peserta mampu memahami definisi government enterpreneurhip baik dari
segi tataran ide, konsep maupun praktek
Sesi-8:
Model dan Analisis Kelayakan Bisnis
Tujuan:
Pada akhir sesi peserta akan:
Mahasiswa mampu menyusun dengan benar perencanaan bisnis UKM
dengan menggunakan konsep, perilaku dan keterampilan-keterampilan
kewirausahaan.
Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
30‛ Kegiatan 1: Presentasi PowerPoint,
Presentasi laporan akhir perencanaan LCD projector, flipchart
bisnis praktikum di UKM
30‛ Kegiatan 2: Presentasi PowerPoint,
Analis Kelayakan dari perencanaan bisnis LCD projector, flipchart
(Keuangan, Pemasaran, SDM dan
Organisasi)
Daftar Rujukan
Referensi Utama:
Zimmerer, Thomas W and Scarborough, Norman M. and Wilson, Doug. 2002.
Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management; 3rd ed; Prentice
Hall (ZS)
Hisrich, Robert D, Peters, Michael P and Shepherd, Dean A. 2005.
Entrepreneurship; 6th ed; McGraw Hill (HPS)
Timmons, Jeffry A and Spinelli, Stephen. 2004. New Venture Creation,
Entrepreneurship for the 21st Century, 6th Edition by The McGraw-Hill
Companies, Inc (TS)
Referensi Tambahan:
Hitt, Michael A and Ireland, R Duane, Camp, et.all. 2002. Strategic
Entrepreneurship: Creating A New Mindset. Blackwall Publishing Company
(HICS)
Meyer, G Dale and Heppard, Kurt A. 2000. Entrepreneurship As Strategy :
Competing On The Entrepreneurial Edge, London: Sage Publications (MH)
Effendi, Muhammad Arief . 2008. The Power of Good Corporate Governance : Teori
dan Implementasi Jakarta: Penerbit Salemba Empat (MAE)
Etzkowitz, Henry. 2008. The Triple Helix, New York: Routledge (HE)
Bornstein, David. 2007. How to Change the World: Social Entrepreneurs and the Power
of New Ideas, New York: Oxford University Press (DB)
Yunus, Muhammad. 2007. Bank Kaum Miskin, Marjin Kiri (Yunus 1)
Yunus, Muhammad. 2008. Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, Bagaimana Bisnis
Sosial Mengubah Kehidupan Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (Yunus 2)
Neo, Boon Siong and Geraldine Chen. 2007. Dynamic Governance, Embedding
Culture, Capabilities and Change in Singapore. Singapore: World Scientific
Publishing (NC)
Osborne, David and Gaebler, Ted. 1992. Reinventing Government: How the
Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector. New York: Penguin
Books. (OG)
--------, and P. Plasterik. 1996. Banishing Bureaucracy, the Five Strategy Reinventing
Government. Persus Books Publishing. (OP)
Link, Albert N. and Link, Jamie R. 2009. Government as Entrepreneur, Oxford
University Press (LL)
Friedman, Thomas L. 2005. The World Is Flat: A Brief History of the Twenty-first
Century, Published by Farrar, Straus & Giroux, 2005 (TLF)
Shenkar, Oded. 2006. The Chinese Century. Wharton School Publishing, Pearson
Education (OS)
Rajadhyaksha, Niranjan. 2007. The Rise of India: Its Transformation from Poverty to
Prosperity. Singapore: John Wiley & Sons (NR)