DISUSUN OLEH:
BINTANG AVGUSTA DWI HADIPUTRA
4117210019
ABSTRAK
Semua bangunan memiliki fungsi dan jenis yang bermacam – macam. Setiap individu
bangunan memiliki fungsi yang berbeda dengan bangunan lainnya. Para ahli
beranggapan bahwa bangunan itu memiliki banyak variasi, tetapi untuk dapat
memahami jenis yang bermacam – macam tersebut, maka dibutuhkan teknik tertentu.
Para ahli yang berpangkal pada pendekatan tipologis beranggapan bahwa walaupun
variasi fungsi dan jenis bangunan itu banyak, tetapi variasi tersebut memiliki komponen
dasar yang hampir sama. Sehingga dominasi komponen – komponen dasar tersebut
dilakukan untuk menggolongkan manusia ke dalam tipe – tipe tertentu.
A. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian form, shape, space, order, dan disorder?
b. Bagaimana pengertian tipologi menurut Anthony Vidler dan Mimi Lobell?
B. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui arti dan makna form, shape, space, order, dan disorder.
b. Mengetahui pandangan Anthony Vidler dan Mimi Lobell tentang tipologi.
C. Landasan Teori
Kata tipologi terdiri atas type yaitu berasal dari kata typos (bahasa Yunani), yang
bermakna impresi, gambaran, bentuk, jenis atau karakter suatu objek sedangkan logy adalah
ilmu yang mempelajari tentang sesuatu, Sehingga tipologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang impresi, gambaran, bentuk, jenis atau karakter dari suatu objek.
Tipologi dapat juga diartikan sebagai sebuah konsep yang memilah sebuah kelompok
objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat dasar, seperti yang diungkapkan oleh Ching, FDK
(1979), bahwa ada kecenderungan untuk mengelompokan unsur-unsur dalam suatu posisi
yang random, baik berdasarkan kepada kekompakkan perletakkan, maupun karakteristik
visual yang dimiliki. Hal ini diungkapkannya saat mendapatkan hampir dari semua
bangunan pada umumnya selalu memasukkan unsur-unsur yang sifatnya berulang seperti
kolom dan balok yang berulang-ulang mengikuti modular tertentu.
Sejalan dengan itu Sulistijowati (1991:12), mengatakan bahwa pengenalan tipologi akan
mengarah pada upaya untuk mengkelaskan, mengelompokkan atau mengklasifikasikan
berdasar aspek atau kaidah tertentu berdasarkan antara lain: (1) fungsi, meliputi
penggunaan ruang, struktural, simbolis, dan lain-lain; (2) geometrik, meliputi bentuk,
prinsip tatanan, dan lain-lain; (3) langgam, meliputi periode, lokasi atau geografi, politik atau
kekuasaan, etnik dan budaya, dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Persepsi kita tentang form dan shape dipengaruhi oleh beberapa faktor. Posisi
atau sudut pandang dari mana kita melihat suatu objek akan menekankan atau
mengaburkan fitur-fitur tertentu, dan karenanya memengaruhi kesan yang
dibuatnya.
Ruang dapat berupa area datar atau bervolume. Ruang tertutup biasanya disebut
"bentuk" sementara dan ruang yang tidak tertutup hanyalah "ruang", tetapi
keduanya tidak dapat dipisahkan dan memiliki hubungan yang kuat dan saling
melengkapi. Hubungan ruang / bentuk dapat menciptakan ilusi kedalaman atau
latar depan dan latar belakang. Dalam hubungan ini bentuk dikenal sebagai
gambar, ruang tertutup, atau ruang positif sedangkan ruang disebut tanah, latar
belakang, atau ruang negatif. Ruang kosong juga disebut terbuka, tidak terputus,
polos, atau kosong sementara ruang yang diisi ditutup.
Ruang adalah “kekosongan” yang ada disekitar kita maupun disekitar obyek atau benda,
ruang yang terkandung didalam adalah lebih hakiki ketimbangmaterialnya, yakni masa.
Kekosongan yang terbingkaikan oleh elemen pembataspintu dan jendela, boleh
dianggap sebagai ruang transisi yang membatasi bentukarsitekur yang fundamental.
Ada tiga tahapan hirarki ruang : pertama, ruangsebagai hasil dari perangkaian
secara tektonik; kedua, ruang yang dilingkup bentukstereotomik dan ketiga, ruang
peralihan yang membentuk suatu hubungan antara didalam dengan dunia diluar. (Menurut
Lao Tzu)
Berdasarkan salah satu teori yang mendasari keterhubungan antara ruang dan
tempat yang diungkapkan oleh Yi Fu Tuan (1979), ruang dan tempat merupakan
sifat dasar (nature) dari geografi sebuah lingkungan. Ruang (space) lebih
didefinisikan sebagai sebuah hal yang abstrak , sedangkan tempat (place)
diartikan sebagai sebuah entitas unik, a special ensemble, yang memiliki sejarah
dan makna. Tempat mampu mewujudkan pengalaman dan aspirasi dari
masyarakat. Tempat bukan sekedar fakta yang yang dapat dijelaskan lebih luas
dari pemahaman tentang ruang tetapi juga sebuah realitas data yang dapat
diklarifikasi dan dimengerti dari cara pandang masyarakat yang memberikan
makna sendiri tentang sebuah tempat. Ralph (1976) juga menjelaskan, bahwa
tempat diartikan sebagai setting fisik (ruang) yang memiliki aktivitas dan makna.
Pengertian umum mengenai tempat erat kaitannya dengan dua hal, yakni posisi
seseorang dalam sebuah masyarakat (dalam hal sosiologi) dan lokasi spasial
(dalam hal geografis). Sedangkan dalam artian makna, tempat dimaknai sebagai
spirit yang berarti semangat/emosi yang menjadikannya lebih terasa dari
sekedar suatu hal dengan fungsi tertentu; personality yang menjelaskan tentang
keunikan ‘kepribadian’ sebuah tempat. ‘Kepribadian’ sebuah tempat merupakan
gabungan dari dorongan sifat dasar (nature endowment) dari kondisi fisik dan
modifikasi yang dibuat secara berturut-turut dari generasi ke generasi oleh
manusia di dalamnya. Tempat dapat memiliki spirit dan personality, tetapi
manusia di dalamnya-lah yang dapat memiliki sense of place.
Dari definisi tersebut dapat diartikan dalam artian yang lebih sederhana lagi,
bahwa order itu teratur, sedangkan disorder itu tidak teratur. Dan tentu Geometric
order atau disorder bisa menjadi tools untuk menganalisis suatu objek yang sudah
ada.
Dengan melihat bentuk suatu objek, kita bisa menilai apakah objek tersebut
berupa objek yang teratur atau tidak, dari pola (rules) yang terlihat, kita bisa menilai
objek tersebut berupa geometri yang order atau disorder.
C. Anthony Vidler & Mimi Lobell
ANTHONY VIDLER The Third Typology 1998
Anthony Vidler memberikan definisinya mengenai tipologi bangunan
sebagai berikut: Tipologi bangunan adalah sebuah studi/ penyelidikan tentang
penggabungan elemen-elemen yang memungkinkan untuk mencapai/
mendapatkan klasifikasi organisme arsitektur melalui tipe-tipe. Klasifikasi
mengindikasikan suatu perbuatan meringkas/ mengikhtiarkan, yaitu mengatur
penanaman yang berbeda, yang masing-masing dapat diidentifikasikan, dan
menyusun dalam kelas-kelas untuk mengidentifikasikan data umumnya dan
memungkinkan membuat perbandingan-perbandingan pada kasus-kasus
khusus. Klasifikasi tidak memperhatikan suatu tema pada suatu saat tertentu
(rumah, kuil, dsb.) melainkan berurusan dengan contoh-contoh konkrit dari
suatu tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat oleh ke-
permanen-an dari karakteristik yang tetap/ konstan.
“Semua peradaban memiliki siklus hidup yang jauh lebih lama daripada yang
biasanya kita sadari. Vico, Hegel, Spengler, Neumann, dan lainnya berpendapat
bahwa peradaban pada dasarnya melewati tahap perkembangan yang sama
dengan individu: kelahiran, masa kanak-kanak, remaja, dewasa muda, usia
pertengahan, usia tua, dan kematian.”
(MIMI LOBELL _Spatial Archetypes Book)
“Dalam dua tipologi ini, arsitektur, yang dibuat oleh manusia, dibandingkan dan
disahkan oleh "alam" lain di luar dirinya. Namun, dalam tipologi ketiga,
sebagaimana dicontohkan dalam karya Rasionalis baru, tidak ada upaya validasi
semacam itu. Kolom, rumah, dan ruang kota, sementara dihubungkan dalam
rantai kontinuitas yang tidak dapat dipecahkan, merujuk hanya pada sifat mereka
sendiri sebagai elemen arsitektur, dan geometri mereka tidak ilmiah atau teknis
tetapi pada dasarnya arsitektur. Jelas bahwa sifat yang dimaksud dalam desain
baru ini tidak lebih dan tidak kurang dari sifat kota itu sendiri, dikosongkan dari
konten sosial tertentu dari waktu tertentu dan diizinkan untuk berbicara hanya
dari kondisi formalnya sendiri.”
(Anthony Vidler_The Third Typology 1998)
A. Kesimpulan
Form dan Shape adalah area atau massa yang mendefinisikan objek dalam ruang.
Form dan Shape menyiratkan ruang; memang mereka tidak bisa ada tanpa
ruang.
Ada berbagai cara untuk mengelompokkan Form dan Shape. Form dan Shape
dapat dianggap sebagai dua dimensi atau tiga dimensi. Bentuk dua dimensi
memiliki lebar dan tinggi. Itu juga dapat membuat ilusi objek tiga dimensi.
Bentuk tiga dimensi memiliki kedalaman serta lebar dan tinggi.
Form dan Shape juga dapat digambarkan sebagai organik atau geometris.
Bentuk-bentuk organik seperti batu-batu besar yang tertutup salju ini biasanya
tidak beraturan dalam garis besar, dan seringkali asimetris. Bentuk-bentuk
organik paling sering dianggap sebagai yang terjadi secara alami.
Hal ini berarti ada satu tipe-tipe tertentu dari suatu bangunan yang akan
membentuk satu karakter, ciri atau image yang secara “general” dapat dijadikan
patokan untuk dapat dikelompokan, seperti warna, skala, tekstur, garis, bentuk,
potongan-potongan bidang maupun ruang.
Perbedaan atau persamaan pandangan para tokoh atau ahli terkait pengertian
tipologi juga dapat memberikan keragaman dan pembelajaran dalam
mengetahui arti dan makna dari tipologi itu sendiri.
Daftar Pustaka
http://char.txa.cornell.edu/language/element/form/form.htm
(diakses pada 21 September 2019)
http://www.uh.edu/kgmca//theatre-and-
dance/_docs/rigdon/KEVINRIGDONElementsandPrincipalsofDesign.pdf
(diakses pada 21 September 2019)
https://www.academia.edu/4205413/FUNGSI_RUANG_BENTUK_DAN_EKSPRESI_DALA
M_ARSITEKTUR
(diakses pada 21 September 2019)
https://mimilobell.com/spatial-archetypes-book/
(diakses pada 21 September 2019)
https://geometryarchitecture.wordpress.com/2012/04/04/interpretasi-kita-terhadap-
suatu-objek-order-atau-disorder-teratur-atau-tidak-tergantung-sudut-pandang-yang-
kita-pilih-11/
(diakses pada 14 September 2019)