A. Bahan
Dalam berbagai macam pelaksanaan penggunaan bahan perlu diketahui :
Dalam proses perencanaan
Dalam proses pembuatan
Dalam pengoperasian dan perawatan/perbaikan
Klasifikasi Bahan Teknik
1. Bahan Logam
a. Logam Ferrous
b. Logam Non Ferrous
2. Bahan Non Logam
a. Plastik (Polimer)
b. Keramik (Ceramic)
c. Komposit (Composite)
Jenis Material
a. Logam
Kuat, ulet, mudah dibentuk dan bersifat penghantar panas dan listrik yang baik
b. Keramik
Keras, getas dan penghantar panas dan listrik yang buruk
c. Polimer
kerapatan rendah, penghantar panas dan listrik buruk dan mudah dibentuk
d. Komposit
merupakan ganbungan dari dua bahan atau lebih yang masing-masing sifat tetap
Prinsip pemilihan bahan hanya mempertemukan persyaratan/sifat-sifat yang diminta oleh suatu
desain peralatan / konstruksi, dengan sifat-sifat dan kemampuan-kemampuan bahan yang dapat
dipergunakan.
Sifat Fisik
Heat conduktifity, bentuk, dimensi, struktur mikro elektrical conductivity, head expansion
Sifat Kimia
Sifat tahan korosi
Faktor Lain Pemilihan Bahan
Persiapan Kontrol
produksi produksi
Database
umum
Rancangan
Pengiriman
produk
Layanan
Rancangan
Kepada
konseptual
pelanggan
Pelanggan
Struktur Atom
Ikatan Atom
1. Ikatan Ionik
Yatiu bila ada dua atom atau lebih yang melakukan gaya tarik menarik untuk bertukar muatan,
supaya menjadi stabil.
Contoh : NaCl
2. Ikatan Kovalen
Yatiu bila ada dua atom atau lebih yang melakukan gaya tarik menarik untuk memakai secara
bersama atau meminjamkan muatan yang berbeda, supaya menjadi stabil.
3. Ikatan Logam
Dimana ikatan ini terjadi pada hampir semua atom yang berada pada suatu logam. Disini
terjadi ikatan ionik dan kovalen yang sangat besar dengan jarak yang relatif stabil. Pada ikatan ini
inti atom terbentuk secara beraturan dan elektron yang saling dipinjamkan akan membentuk kabut
elektron.
STRUKTUR KRISTAL
Yaitu susunan atom-atom yang teratur dalam tiga demensi menurut pola tertentu dinamakan kristal.
Kristal-kristal yang tersusun membentuk pola kerangka 3 dimensi disebut dengan space lattice (kisi
ruang).
1. Cubic. 5. Triclinic.
2. Tetragonal. 6. Hexagonal.
3. Orthorhombic. 7. Rhombohedral.
4. Monoclinic.
a. Kekosongan (Vacancy)
b. Penggantian (Substitutional)
c. Penyisipan (Interstitional)
b. Dislokasi ulir
LOGIKA DISLOKASI
Proses Pembentukan
Yaitu proses pembuatan yang dasarnya dilakukan dengan cara memberikan gaya luar (menekan,
memadatkan, menarik, dll) hingga berubah bentuk secara plastis.
Proses pembentukan (forming) adalah proses mengubah bentuk logam dengan suatu gaya pada arah
tertentu tanpa menyisakan serpihan.
Proses pembentukan tergantung pada sifat plasticity (plastisitas), yakni kemampuan mengalir sebagai
padatan tanpa merusak sifat-sifatnya.
Contoh :
3. Ekstrusi 6. Dll.
Kedudukan dengan proses lain:
2. Bidang Mekanika
3. Bidang Metalurgi
2. Pembentukan dengan Tekanan dan Tarikan Penarikan kawat, Penarikan pipa, penarikan dalam,
Peniisan dinding tabung, dan spinning.
1. Pembentkan benda kerja masif Tempa, Pengerolan, Ekstrusi, Penarikan Kawat, Penarikan Pipa,
Penipisan
2. Proses pembentukan sekunder Penarikan Kawat, Penarikan Dalam, dan Penarikan Pipa
A. Kelebihannya:
Dibanding dengan proses pemesinan, proses pembentukan menghasilkan sekrap yang lebih
sedikit.
B. Kekurangannya:
Sebagai konsekuensi dari kedua hal tersebut maka harus dalam produksi besar
a. Variabel Bebas: di mana kita dapat mengontrol langsung dan variabel-variabel tersebut biasanya
dipilih atau ditentukan ketika proses set-up.
1. Material permukaan: sifat kimia dan persyaratan sifat dan karakteristik bahan. Dasar
pemilihan: kemudahan fabrikasi, dibatasi oleh sifat produk yang diinginkan.
2. Geometri mula dari benda kerja; dipilih dari varietas bentuk yang ada atas pertimbangan
ekonomi
3. Geometri perkakas / cetakan; sangat berpengaruh karena sistem perkakas akan memproduksi
dan mengontrol aliran logam
Yang perlu diperhatikan: tipe pelumas, jumlah yang harus diberikan, dan metode pemberian
6. Kecepatan operasi: mempengaruhi efektivitas pelumas, gaya yang diperlukan untuk operasi,
waktu tersedia untuk perpindahan panas
7. Jumlah deformasi
2. Sifat material produk; perhatian konsumen pada bentuk dan sifat material akhir sehingga
perencana harus pandai memilih material awal dan memprediksi pengaruh proses dalam
mengubah sifat tersebut.
3. Temperatur akhir
2. Di bawah beban elastik di mana salah satu komponen mengalami perubahan bentuk
permanen
Gesekan
Menurut teori friksi modern: “permukaan yang rata tidaklah rata”, namun ada kekasaran.
Bila dua permukaan berinteraksi, kontak permukaan dibangkitkan untuk mengatasi beban yang
diberikan.
4. Bila beban dinaikkan lagi maka luasan permukaan kontak tak akan naik lagi dan friksi tetap
1. Bahan logam dipanaskan terlebih terlebih dahulu sampai mencapai batas tertentu (Hot
Working Process).
2. Bahan logam tetap dingin dalam arti dibawah batas temperatur tertentu (Cold Working
Process).
Suhu
Hot working; deformasi dilakukan di bawah kondisi temperatur dan laju strain (regangan) di
mana rekristalisasi terjadi simultan dengan deformasi. Untuk mencapai ini, suhu deformasi
biasanya di atas 0.6 kali titik cair material pada skala suhu absolut (Kelvin atau Rankine)
Cold working adalah deformasi di bawah kondisi proses recovery tidak aktif. Biasanya suhu
kerja kurang dari 0.3 kali suhu leleh benda kerja
Warm working adalah deformasi di bawah kondisi transisi (yakni suhu kerja antara 0.3 dan 0.6
kali suhu leleh).
a. Hot working
Hot working didefinisikan sebagi deformasi plastis logam di atas suhu rekristaliasinya. Yang
perlu diingat bahwa beda material beda suhu rekristalisasinya. Misalnya tin / timah putih (Sn) pada
suhu kamar, baja pada suhu 2000 0F, tungsten pada suhu sampai 4000 0F belum mencapai daerah
hot working.
Kenaikan suhu berpengaruh terhadap penurunan tegangan yield logam dan meningkatkan
keuletannya
Keuntungan hot working:
1. Pada suhu hot working, rekristalisasi mengeliminasi efek dari strain hardening (pengerasan
regang) sehingga tidak ada kenaikan signifikan dalam kekuatan yield atau kekerasan atau
penurunan keuletan.
2. Kurva stress-strain sebenarnya mendatar di atas titik yield dan deformasi dapat dipakai
mengubah secara drastis bentuk logam tanpa takut akan retak atau diperlukan gaya yang sangat
besar.
6. Pada baja pada suhu rekristalisasi deformasi terjadi pada struktur Krista austenit FCC yang
lemah dan ulet dari pada ferrit BCC yang kuat dan stabil pada suhu rendah.
1. Suhu tinggi dari hot working meningkatkan reaksi logam dengan sekitarnya
2. Toleransi yang miskin karena pemendekan termal dan kemungkinan pendinginan yang tidak
uniform
3. Struktur metalurgis mungkin juga tidak uniform Karena ukuran butir akhir tergantung pada
reduksi, suhu pada akhir deformasi dan faktor yang lain yang bervariasi sepanjang benda kerja
4. Bila logam dipanaskan ulang tanpa deformasi sebelumnya maka logam akan mengalami
pertumbuhan butir dan penurunan dalam sifatnya.
5. Namun bila logam telah mengalami deformasi sebelumnya maka struktur yang terdistorsi
secara cepat diganti dengan ‘butir bebas rengangan’ baru.
6. Kemudian rekristalisasi diikuti dengan salah satu dari
a. pertumbuhan butir
b. deformasi tambahan dan rekristalisasi
c. penurunan suhu secara tajam untuk memberhentikan difusi dan membeku dalam struktrur
kristalisasi.
Mengganti struktur awal dengan yang lebih bagus, dapat dihasilkan peningkatan kekuatan,
keuletan dan ketangguhan
Reorientasi partikel inklusi atau pengotor yang ada pada logam
b. Cold working
Cold working adalah deformasi plastis logam di bawah suhu rekristalisasi. Proses biasanya pada suhu
kamar, tetapi kenaikan suhu ringan biasa digunakan untuk meningkatkan keuletan dan mengurangi
kekuatan.
Keunggulan cold working dibanding hot working
1. Tidak diperlukan panas
2. Permukaan akhir yang diperoleh lebih bagus
3. Kontrol dimensi lebih bagus sehingga sedikit/tidak memerlukan pemesinan lanjutan
4. Produk memiliki kemampuan reproduksi yang lebih bagus
5. Sifat kekuatan, kelelahan dan keausan ditingkatkan melalui strain hardening
6. Sifat terarah dapat diberikan
7. Problem kontaminasi diminimisasi
Kelemahan cold working
1. Diperlukan gaya yang lebih besar untuk memulai dan menyelesaikan proses cold work
2. Diperlukan perangkat yang lebih berat dan lebih kuat
3. Kurang keuletannya
4. Permukaan logam bersih bebas sisik
5. Anneal mungkin diperlukan untuk mengkompensasi hilang keuletan yang menyertai strain
hardening
6. Pemberian sifat yang terarah mungkin merusak
7. Timbul tegangan sisa yang tak diinginkan
Mekanisme Deformasi
Secara makroskopis, deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan bentuk
secara deformasi elastis dan deformasi plastis
Secara Mikroskopis
Yaitu terjadi akibat adanya tegangan geser, sederetan bidang atom akan berpindah tempat.
2. Mekanisme Slip
Yaitu bila ada tegangan geser yang cukup besar, maka sederetan atom akan bergeser dan berpindah
serta menempati posisinya yg baru. Jarak antara atom yang satu dengan yang lain berjauhan.
Kurva tegangan-regangan pada baja karbon rendah (kiri) dan baja karbon tinggi (kanan)
Deformasi elasis sd X1
Deformasi plastis dr X1 sd X4
X4 material putus
Besar dari titik yield (X1) yang menentukan gaya yang diperlukan untuk memulai deformasi
permanen,
X1 ke X4, yang menunjukkan jumlah deformasi plastis (atau keuletan) yang bisa dicapai tanpa
patah.
gaya yang lebih kecil diperlukan untuk memulai dan melanjutkan deformasi.
mengalami kenaikan kekuatan yang lebih besar untuk sejumlah cold work yang sama.
1. Adanya tegangan, maka dislokasi bergerak ke permukaan luar, sehingga terjadi deformasi.
2. Selama bergerak terjadi reaksi, hasil reaksinya ada yang mudah bergerak dan ada pula yang sukar
bergerak.
3. Hasil reaksi yang sukar bergerak akan berfungsi sebagai sumberdislokasi baru, sehingga
kecepatan dislokasi akan bertambah.
4. Akibat naiknya kerapatan dari dislokasi, maka gerakan dislokasi akan lebih sulit akibat makin
banyaknya hasil reaksi yang sukar bergerak.
5. Akibat nyata dari sukarnya gerakan dislokasi adalah naiknya kekuatan logam tersebut.
Spring back
Bila logam dideformasi dengan pemberian sejumlah beban, sebagian dari deformasi adalah elastis.
Misalnya bila logam ditarik sampai titik X1 pada gambar di atas dan beban dilepaskan, maka
logam akan kembali ke bentuk semula karena semua deformasi adalah elastis.
Bila logam ditarik dengan beban X3, yang berhubungan dengan titik b pada kurva tegangan-
regangan, regangan total terdiri dari dua bagian, satu bagian elastis dan yang lain plastis. Jika
beban deformasi dihilangkan relaksasi tegangan akan mengikuti garis bX2, dan regangan akhir
akan hanya X2.
Setiap material memilki modulis elastisitas yang berlainan maka pemberian kelebihan untuk tiap
material juga berbeda.
Spring back adalah fenomena yang bisa diperkirakan dan pada hal yang lebih sulit dicegah dengan
prosedur desain yang lebih layak.
1. Pengerolan (Rolling).
Rolling dipakai sebagai langkah awal dalam proses pembentukan logam dari ingot dan billet menjadi
produk akhir.
2. Tempa (Forging).
Yaitu proses pengerjaan pada material logam secara plastis dengan cara memberikan gaya kompresi
pada logam tersebut, baik dengan manual ataupun dengan tekanan mesin.
Contoh mesin tempa
Proses tempa
4. Ekstrusi (Extrusion).
Yaitu proses pengerjaan panas pada logam padat yang dipaksakan mengalir melalui die, sehingga
benda kerja yang diperoleh akan sesuai dengan bentuk die dan ukuran benda kerja yang lebih kecil.
Contoh pengerjaan ekstrusi