TEKNIK PENGECORAN
OLEH :
Julius Rivaldo Sitorus (5202321002)
Muhammad Parwis (5202121005)
Surya Basa Tua (5203121022)
Yabest Giftrail Purba (5203121017)
Carles Tarigan\
KELOMPOK : 2 (DUA)
KELAS : PTM A 2020
DOSEN PENGAMPU : RISKI ELPARI SIREGAR
Setelah menentukan kayu yang akan dipakai untuk bahan pola dan macam pola, maka
bentuk dan gambar pola dibuat. Pola dibagi menjadi pelat bulat, silinder, setengah lingkaran, segi
empat siku, pelat biasa menurut bentuk dari setiap bagian pola. Penentuan struktur pola dibuat
dengan mempergunakan sifat kayu keadaan lingkaran tahun dan memperhitungkan kekuatannya.
Pada pembuatan pola, berbagai mesin dan perkakas dipakai. Untuk membuat pola dibutuhkan
pengalaman, keahlian dan hati-hati demi keselamatan, karena mesin- mesin berputar cepat dan
perkakas mempunyai ujung yang tajam.
Memeriksa pola merupakan salah satu langkah dalam pembuatan busana. Pemeriksaan
polamencakup tentang kesuaian pola dengan desain yang telah dirancang. Dalam hal ini perlu di
perhatikan apakah desain sudah mengunakan garis princess, model saku, kerah, desain lengan,
panjang baju, dan lain-lain. Selain itu juga perlu diperhatikan kesesuaian ukuran dengan pola
yang telah dibuat. Untuk itu, pola yang telah selesai dibuat sebaiknya dicek atau diperiksa
terlebih dahulu sebelum dilakukan pemotongan atau menggunting
.
Kualitas pola busana akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah
1. Kemampuan memahami gambar/desain busana. Hal ini harus didukung oleh
kecermatandalam menganalisa desain misal; jenis blus, kerah, lengan, garis hias, saku,
dansebagainya.
2. Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh si pemakai, hal ini harus didukung
olehkecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis tubuh, sertamenganalisa
posisi titik dan garis tubuh si pemakai
3. Kemampuan membuat dan memeriksa pola dasar dan pola busana /blus sesuai
denganukuran yang akan dibuat.
Dalam pembuatan pola ini harus memperhatikan beberapa hal antara lain :
a. Kemampuan dalam menentukan dan membuat bentuk pola yang baik. Dalam hal ini
meliputi kemampuan membentuk garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung lengan ,kerung
leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, bentuk kerah, dan lain sebagainya,Untuk
mendapatkan garis pola yang luwes hendaknya memiliki sikap cermat dan telitidalam melakukan
pengecekan ukuran;
b. Kemampuan dan ketelitian memberi tanda serta keterangan disetiap bagian pola,misalnya
tanda pola bagian muka dan belakang, tanda arah benang/serat kain, tandakerutan atau lipit, dan
lain sebagainya
c. Kemampuan dan ketelitian dalam memeriksa jumlah komponen pola. Dalam hal
inimeneliti komponen pola yang meliputi : bentuk pola, pemberian kelebihan jahitan padasetiap
sisi pola, tanda-tanda pola, dan pemberian kode masing-masing pola.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memeriksa kualitas pola dari desain busanayaitu
:
1)Ukuran
Ukuran merupakan hal paling dasar dari suatu pembuatan pola. Pemeriksaan ukurandilakukan
berdasarkan ukuran yang diperlukan sesuai dengan desain busana.
2) Bentuk pola
Pola adalah model atau tiruan benda/komponen berukuran penuh yang akan dibuat dengan proses
pengecoran. Pola digunakan untuk rongga membuat cetakan.
RINGKASAN MATERI
Pengecoran Logam
Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan logam dan menuangkan
cairan logam tersebut ke dalam rongga cetakan. Proses ini dapat digunakan untuk membuat benda-
benda dengan bentuk rumit. Benda berlubang yang sangat besar dan sangat sulit atau sangat mahal
jika dibuat dengan metode lain, dapat diproduksi masal secara ekonomis menggunakan teknik
pengecoran yang tepat.
Pengecoran logam dapat dilakukan untuk bermacam-macam logam seperti, besi, baja paduan
tembaga (perunggu, kuningan, perunggu alumunium dan lain sebagainya), paduan ringan (paduan
alumunium, paduan magnesium, dan sebagainya), serta paduan lain, semisal paduan seng, monel
(paduan nikel dengan sedikit tembaga), hasteloy (paduan yang mengandung molibdenum, chrom,
dan silikon), dan sebagainya. Untuk membuat coran harus melalui proses pembuatan model
pencairan logam, penuangan cairan logam ke model, membongkar, membersihkan dan memeriksa
coran. Pencairan logam dapat dilakukan dengan bermacammacam cara, misal dengan tanur induksi
(tungku listrik di mana panas diterapkan dengan pemanasan induksi logam), tanur kupola (tanur
pelebur dalam pengecoran logam untuk melebur besi tuang kelabu), atau lainnya. Cetakan
biasanya dibuat dengan memadatkan pasir yang diperoleh dari alam atau pasir buatan yang
mengandung tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak mahal. Cetakan dapat juga
terbuat dari logam, biasanya besi dan digunakan untuk mengecor logam-logam yang titik leburnya
di bawah titik lebur besi.
Penelahan Dasar Mengenai Pengecoran
1. Pencairan Logam
Logam dalam suhu kamar dalam keadaan padat. Logam dapat dicairkan dengan
jalan memanaskan hingga mencapai temperature lelehnya. Logam cair berbeda dengan air.
Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:
a.Logam mencair pada temperature yang tinggi, dan pada proses pembekuannya
terdapat pengintian kristal, sedangakan air cair pada temeparatur kamar dan tidak terjadi
pengintian pada pembekuan.
b. Berat jenis logam cair lebih tinggi dibanding air. Berat jenis air 1,0 sedangkan
besi cor 6,8 sampai 7,0, paduan alumunium 2,2 – 2,3, paduan timah 6,6 – 6,8. Karena
berat jenis logam tinggi maka aliran loam memiliki kelembaman dan gaya tumbuk
yang besar.
c. Logam cair tidak membasahi dinding, sedangkan air akan membasahi dinding
wadahnya. Kekentalan logam tergantung temperaturnya, semakin tinggi temperature
kekentalannya semakin rendah. Berikut daftar kekentalan berbagai macam logam.
2. Pembekuan Logam
Proses pembekuan logam cair dimulai dari bagian logam cair yang bersentuhan dengan dinding
cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang
berrsentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku. Selama proses pembekuan
berlangsung, inti-inti kristal tumbuh. Bagian dalam coran mendingin lebih lambat daripada bagian
luarnya sehingga kristal-kristal tumbuh dari inti asal mengarah ke bagian dalam coran dan butir-
butir kristal tersebut berbentuk panjang-panjang seperti kolom. Struktur ini muncul dengan jelas
apabila gradien temperatur yang besar terjadi pada permukaan coran besar. Akibat adanya
perbedaan kecepatan pembekuan, terbentuklah arah pembekuan yang disebut dendritik.
Permukaan logam hasil coran yang halus merupakan efek dari logam yang mempunyai daerah
beku yang sempit, sedangkan permukaan logam hasil cor yang kasarmerupakan efek dari logam
yang mempunyai daerah beku yang lebar. Cetakan logam akan menghasilkan hasil coran dengan
permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan cetakan pasir. Aluminium murni membeku pada
temperatur tetap, tetapi panas pembekuan yang dibebaskan pada waktu membeku begitu besar
sehingga permukaan bagian dalam menjadi kasar apabila dicor pada cetakan pasir, sedangkan pada
baja karbon dengan kadar karbon rendah mempunyai daerah beku yang sempit.
3. Diagram Kesetimbangan
Diagram keseimbangan thermal merupakan sistem yang menunjukkan indikasi prilaku dari unsur
paduan paduan selama proses pemadatan serta perubahan bentuk struktur sebagai hasil dari
pendinginan lambat dalam keadaan padat. Perilaku dua unsur paduan (untuk paduan yang terdiri
dari dua jenis logam) akan sangat mudah diperlihatkan melalui diagram ini, akan tetapi untuk
paduan yang kompleks memerlukan metoda tiga dimensi dan lebih rumit, jadi dalam hal ini hanya
diperlihatkan diagram keseimbangan untuk paduan yang hanya terdiri atas dua unsur paduan
sebagai bahan pemahaman tentang karakteristik logam paduan yang digunakan sebagai
bahanteknik serta proses perlakuan panas pada beberapa jenis paduan.
Struktur dasar dari besi cor kelabu terdiri dari: grafit, ferit, sementit dan perlit. Grafit merupakan
karbon bebas yang tersebar dalam bentuk pipih atau bulat. Selain struktur grafit struktur lainnya
pada besi cor disebut dengan matrik yang terdiri dari ferit, sementit atau perlit. Perlit merupakan
struktur yang berbentuk lapiasan ferit dan sementit. Ferit memiliki sifat lunak dan ulet. Sementit
bersifat keras dan getas. Berikut macam sebaran struktur grafit besi cor kelabu
Distribusi E : Struktur grafit halus denga penyisihan antar dendrite berorientasi tertentu Struktur
grafit ini muncul apabila kandungan karbon agak rendah. Struktur seperti ini akan mengurangi
kekuatan, namun dapat terjadi kekuatannya tinggi bila pengendapan grafit berkurang.
5.Sifat-sifat Coran
Sifat coran dapat ditinjau dari sifat fisis dan sifat mekanisnya. Sifat fisik berhubungan degan
kondisi fisik dari coran, sedangkan sifat mekanis berhubungan dengan kekuatan coran untuk
menahan beban atau gaya dari luar.
a.Sifat fisis
Sifat fisis coran dapat dilihat dari bentuk fisiknya, yang berupa titik lebur, warnanya, bentuk
patahan, penyusutan, berat jenis dan bentuk struktur mikronya. Dari struktur mikro yang diamati
meliputi struktur grafit dan struktur matriknya yang terdiri dari ferit, sementit dan perlit.
b.Sifat mekanis
RINGKASAN MATERI
Pembuatan cetakan dengan tangan dilaksanakan jika jumlah produksinya kecil dan bentuk coran
yang sulit dan sukar dibuat oleh mesin atau coran yang besar sekali.
1.Pembuatan cetakan dengan kup dan drag yang umum Pembuatan cetakan dengan tangan dari
pasir basah dilakukan dengan urutan sebagai berikut. Papan cetakan diletakkan pada lantai yang
rata dengan pasir yang tersebar mendatar.
2.Pola dan rangka cetakan untuk drag diletakkan diatas papan cetakan. Rangka cetakan harus
cukup besar sehingga tebalnya pasir 30 sampai 50 mm. letak saluran turun lebih dahulu.
3.Pasir muka yang telah ditaburkan untuk menutupi permukaan pola dalam rangka cetak. Lapisan
pasir muka dibuat setebal 30 mm.
4.Pasir cetak ditimbun diatasnya dan dipadatkan dengan penumbuk. Dalam penumbukan ini
harus dilakukan dengan hati-hati agar pola tidak terdorong langsung oleh penumbuk. Kemudian
pasir yang tertumpuk melewati tepi atas dari rangka cetakan digaruk dan cetakan diangkat
bersama pola dari papan cetakan.
5.Cetakan dibalik dan diletakkan pada papan cetakan, dan setengah pola lainnya bersama-sama
rangka cetakan untuk kup dipasang diatasnya, kemudian bahan pemisah ditaburkan di
permukaan pisah dan di permukaan pola.
6.Batang saluran turun atau pola untuk penambah dipasang, kemudian pasir muka dan pasir cetak
dimasukkan dalam rangka cetakan dan dipadatkan. Kemudian kalau rangka-rangka cetakan tidak
mempunyai pen dan kuping, maka rangka-rangka cetakan harus ditandai agar tidak keliru dalam
penutupannya. Selanjutnya kup dipisahkan dari drag dan diletakkan mendatar pada papan
cetakan.
7.Pengalir dan saluran dibuat dengan mempergunakan spatula. Pola untuk pengalir dan saluran
dipasang sebelumnya yang bersentuhan dengan pola utama, jadi tidak perlu dibuat dengan
spatula. Inti yang cocok dipasang pada rongga cetakan dan kemudian kup dan drag ditutup. a
Pembuatan cetakan dengan tangan menunjukan perkakas tangan yang dipergunakan untuk
pembuatan cetakan dengan tangan. Diantara banyak macam rangka cetakan yang dipergunakan,
yang paling lazim dipergunakan adalah rangka cetakan kayu atau logam. dimana pasir cetak
dimasukkan dan dipadatkan untuk dibuat cetakan. Beberapa rangka cetakan berbentuk bundar.
Selain itu, dipakai juga rangka cetakan yang dapat dibuka . Rangka cetakan ini dibuka dari
cetakan setelah pembuatan cetakan, sehingga banyak cetakan bisa dibuat dengan satu rangka
cetakan. Rangka tersebut mempunyai beberapa jenis seperti rangka cetakan cepat yang berengsel
pada satu sudut dari bujur sangkarnya dan kedua sisinya dapat dibuka dan cetakan letup yang
dapat dengan ditarik dengan melepaskan kait-kait yang dipasang pada diagonalnya. Pembuatan
cetakan tanah liat Pembuatan cetakan tanah liat kadang-kadang dipakai untuk produksi coran
yang hanya satu atau berukuran besar. Cara ini dipakai untuk membuat cetakan pipa lengkung,
drum putar, pengering untuk produksi kertas, atau rotor turbin. Pola penyapu atau pola penggeret
dipakai untuk pembuatan cetakan tanah liat ini. Cara pembuatan cetakan dengan alat-alat tersebut
ialah dengan memutar pelat menurut bentuk coran sekitar poros atau dengan menggerakan
penggeret sepanjang penuntun. Permukaan cetakan dibuat dari tanah liat basah yang sangat
halus. Pasir kering biasa, atau bata bisa dipakai untuk membuat cetakan ini kecuali cetakannya
dibuat dari tanah liat. Cetakan yang besar sekali dibuat di lantai atau dalam lubang. menunjukan
cetakan tanah liat dan penyapu. Pembuatan cetakan dengan penyapu dilakukan seperti berikut:
-Rangka cetakan untuk drag diletakkan mendatar pada papan cetakan atau di lantai, dan pelat
pusat diletakkan di tengah-tengah dasar rangka cetakan.
-Batang pusat dari penyapu dipegang tegak oleh pelat pusat dan penopang. Karena letak
penopang adalah tetap, pola penyapu ditahan oleh pemberat.
-Dalam hal ini pembuatan cetakan basah, pasir cetak dimasukkan ke dalam rangka cetakan, dan
kemudian bentuk kira-kira dari coran dibuat dengan memutar penyapu. Pasir ditimbun atau
digali sesuai dengan bentuk dari pola. Setelah bentuk kira-kira dibuat, pasir muka ditebarkan
pada permukaan cetakan. Permukaan cetakan diselesaikan dengan memutar penyapu. -Dalam
hal cetakan tanah liat, tanah liat halus ditembokan diatasnya yang membentuk lapisan tipis, dan
kemudian permukaan cetakan diselesaikan seperti diuraikan di atas. Dalam hal ini pemutaran
penyapu yang berulang-ulang merusak kerataan permukaan cetakan karena adhesi dari tanah
liat dan penyapu dibersihkan dan penyapu diputar pada arah sebaliknya dan penyelesaian
permukaan cetakan berakhir. Pembuatan cetakan dengan penggeret dilakukan dengan pelat
penuntun dan penggeret, sebagai pengganti poros pelat pusat atau penopang pada pembuatan
cetakan dan penyapuan. Cara ini kira-kira sama dengan cara pembuatan cetakan dengan
penyapu. Rangka cetakan yang dapat di buka. Cetakan tanah liat oleh penyapukiri dan gambar
pemasangan penyapu kanan.
Pemilihan mesin pembuat cetakan dilakukan dengan memperhatikan ukuran, bentuk, berat,
jumlah produksi coran dan sebaginya. Coran berukuran kecil dibuat dengan mesin pembuat
cetakan kecil. Namun demikian, terkadang mesin berukuran besar dipakai untuk coran kecil
dengan cara dibuat cetakan-cetakan kecil dalam jumlah yang banyak dalam satu rangka cetakan
secara bersama-sama sehingga lebih efisien.
Mekanisme mesin pelempar pasir
Inti adalah pasir yang dibentuk dan dipadatkan kemudia ditempatkan pada rongga cetakan untuk
mencegah maksuknya logam cair ke bagian-bagian yang didesain berbentuk lubang atau
berongga dalam suatu coran. Macam-macam inti dibedakan berdasarkan pengikatnya atau cara
pembuatannya, antara lain: inti minyak, kulit, CO2, udara dan sebagainya, disamping pasir
dengan pengikat tanah lempung.
Pembuatan inti membutuhkan lotak inti sebagai tempat untuk mencetak inti.
a. Kotak ini terbuat dari kayu atau triplek dan diukir dengan pahat. Sesuai untuk membuat
inti dengan ukuran kecil.
b. Kotak inti biasa berbentuk persegi panjang dengan permukaan yang terluas merupakan
permukaan tumbuk.
c. Kotak inti lengkung dipakai untuk membuat inti dengan diameter besar yang terbagi
menjadi beberapa bagian yang sama.
d. Kotak inti setengah dengan pelat penyapu berupa setengah kotak dengan sebuah
penggeret yang dapat diputar di sekeliling poros pada kedua ujung kotak.
e. Kotak inti untuk membuat tebal untuk membuat inti yang bertebal tetap.
f. Kotak inti untuk mesin pembuat cetakan digunakan dengan memasangnya pada mesin
pembuatan cetakan. Ukurannya harus cocok dengan ukuran mesin.
- Penumbuk, berfungsi untuk memadatkan pasir cetak saat membuat cetakan pada rangak cetak.
Umumnya terbuat dari kayu meskipun ada juga yang terbuat dari besi.
- Sendok spatula, berfungsi untuk meratakan, mengiris, mengambil dan merapikan cetakan pasir
pada bidang yang kecil.
- Penusuk lubang angin, berfungsi untuk membuat lubang saluran pembuangan gas.
Secara umum pasir yang dapat dijadikan sebagai pasir cetak perlu memperhatikan syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dengan
kekuatan yang cocok sehingga tidak rusak jika dipindah-pindah letaknya dan mampu
menahan logam cair saat dituang kedalam rongga cetak.
b. Permeabilitas pasir cetak yang cocok. Permeabilitas berhubungan erat dengan
keadaan permukaan coran. Permeabilitas akan menentukan seberapa besar gas-gas dari
cetakan atau logam cair mampu melepaskan diri selama waktu penuangan. c. Distribusi
besar butir yang sesuai.
d. Tahan terhadap temperatur logam cair selama penuangan. Pasir dan bahan pengikat harus
tahan api sehingga dinding dalam cetakan tidak rontok selama penuangan logam cair.
e. Komposisi yang cocok antara bahan baku pasir dengan bahan tambah lainnya.
f. Agar ekonomis usahakan pasir dapat digunakan kembali.
Pasir cetak yabg umum digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir sungai, dan pasir
silika. Beberapa dari pasir tersebut ada yang langsung digunakan tetapi ada juga yang harus
dipecah-pecah dulu sehingga ukuran butirnya sesuai. Jika kadar tanah liatnya kurang mencukupi,
pada pasir biasanya ditambahkan ter, grafit maupun resin sehingga daya pengikatnya lebih baik.
Pasir gunung pada umumnya mengandung lempeng dan kebanyakan dapat dipakai setelah
dicampur air. Pasir dengan kadar lempeng 10 – 20 % dapat dipakai begitu saja.
RINGKASAN MATERI
Untuk mengikat bahan butiran pasir cetak satu dengan lainnya digunakan bahan pengikat
beberapa macam bahan pengikat cetakan pasir antara lain:
1. Cetakan pasir dengan pengikat lempung. Jenis lempung yang umum dipakai adalah
bentonit. Komposisi campurannya adalah: Pasir kuarsa 7,5-9,1 %, Air 3,7-4,5%. Kadang
ditambahkan bahan khusus seperti bubuk arang, tepung ter, jrlaga kokas, atau tepung grafit
sekitar 1% agar permukaan benda tuangan menjadi halus dan pembongkaran mudah.
2. Pasie cetak berpengikat semen, adalah bahan pasir cetakan yang dapat mengeras sendiri
dengan komposisi: Pasir kuarsa (dapat menggunakan pasir bekas) 85 – 88%, semen 6 – 12%, air
4 -8%. Dapat pula ditambahkan bahan pengeras seperti gula tetes atau kalsium khlorida
sebanyak 50 – 100% dari jumlah semen. Pasir cetak jenis ini biasanya digunakan pada
pembuatan benda berukuran cukup besar. Pemadatannya cukup menggunakan tangan.
3. Pasir cetak dengan pengikat air kaca dengan metode pengerasan CO2. Komposisi Pasir
Kuarsa, air kaca 3 – 7%, bahan tambah seperti: serbuk aspal atau grafit untuk memperbaiki
permukaan benda, sedangkan bubuk ter 0,5 – 2% dan bubuk kayu 0,5 – 1,5% berfungsi untuk
memperbaiki hancur pasir cetak. Setelah semua bahan dicampur, kemudia cetakan dibuat dari
campuran ini dengan tangan atau mesin. Gas CO2 ditiupkan ke dalam cetakan pada tekanan 1
1,5 kg/cm2, maka cetakan akan mengeras dalam waktu singkat. Cara ini dikenal juga dengan
pembuatan cetakan dengan cara CO2.
4. Pasir cetak dengan pengikat resin furan atau fenol komposisinya adalah: Pasir kuarsa
90%, resin furan atau fenol 0,8 -1,2% dengan bahan pengeras untuk resin furan asam fosfat
sedang pengeras untuk resin fenol biasanya asam tolualsulfon. Pasir cetak akan segera mengeras
dengan sendirinya jika resin bertemu dengan pengeras, oleh karena itu, biasanya pengeras
dicampurkan dengan cara ditaburkan setelah campuran pasir cetak dan resin, maka harus segera
dimasukkan ke dalam rangka cetak sebelum pasir mengeras.
5. Pasir cetak berpengikat resin dengan metode kotak dingin memiliki komposisi campuran:
pasir kuarsa 90%, bahan pengikat terdiri dari resin dan polisosianat sejumlah 2 -3% dari jumlah
pasir, dengan perbandingan 1:1. Kemudian gas amin 0,05 – 0,2 % sebagai katalisator
dihembuskan ke pasir cetak. Gas-gas ini dikenal juga sebagai gas amin.
6. Pasir cetak berpengikat resin dengan metode kotak panas. Komposisinya adalah: pasir
kuarsa 90%, resin furan atau fenol 1,5 – 2 %, sedangkan pengerasnya 0,2 – 0,5%. Pengerasnya
pada resin fenol adalah larutan amonium nitrat atau asam sulfon yang dilunakkan untuk benda
coran baja tuang. Sedangkan untuk resin furan pengerasnnya antara lain: asam semut, asam
fosfat, campuran amonium urea denga perbandingan 1:1, atau pengeras seperti pada resin fenol.
Untuk pembuatan inti, biasanya dipakai kotak yang terbuat dari besi cor sebagai kotak inti.
Kotak ini dipanaskan pada suhu 200 – 250 ˚C, kemudian pasir diisikan ke dalamnya, maka pasir
akan segera mengeras karena panas dari kotak inti. Pada inti yang tebal, bagian dalamnya tidak
mngeras, tapi bila dibiarkan dalam kondisi demikian pasir akan mengeras sampai dalam.
6.2. Cetakan kulit dan CO2
Jenis pasir ini juga disebut cetakan pasir kering dikarenkan kadar air yang sedikit yang terdapat
dalam cetakan tersebut. Pasir cetak CO2 adalah suatu proses dengan cara menghembuskan gas
CO2 pada suatu pasir dengan komposisi-komposisi tertentu. Pasir yang digunakan dalam proses
ini adalah pasir silika yang mempunyai kadar lempung rendah. Bahan-bahan tambahan meliputi
air kaca dan gas CO2. Keduanya merupakan reaktan dalam proses pengerasan dan dapat pula
dicampur dengan gula tetes. Gula tetes adalah salah satu zat organik sampingan dari proses
pembuatan gula, untuk mempermudah pembongkaran cetakan.
Komposisi-komposisi dalam pembuatan pasir CO2 : pasir silika 90%, air kaca 3-6%, gula tetes
4,5%.
Cara Pembuatannya antara lain : campurkan pasir silika, air kaca dan gula tetes selama 5 menit
dan campuran diisolasi dari udara luar dalam suatu bejana. Masukan olahan pasir tadi pada
cetakan, padatkan pasir tersebut dengan tangan.
RINGKASAN MATERI
RINGKASAN MATERI
Cacat coran dan pencegahannya.
Macam-macam cacat coran dan pencegahannya
Cacat Coran (Casting defect)
Pada coran dapat terjadi berbagai macam cacat tergantung pada bagaimana keadaannya,
sedangkan cacat-cacat tersebut boleh dikatakan jarang berbeda menurut bahan dan macam coran.
Secara umum cacat coran disebabkan oleh:
1. Disain
2. Teknik produksi
3. Operator
Menurut Komisi Pengecoran Internasional, Penggolongan cacat coran dibagi menjadi: Ekor tikus
tak menentu atau kekerasan yang meluas (Rat tile) Lubang-lubang (Hole) Retakan (Crack)
Permukaan kasar (Roughness) Salah alir (Misrun) Kesalahan ukuran (Over dimension) Inklusi
dan struktur yang tidak seragam (Inclusion) Deformasi dan melintir (Deformation) Cacat yang
tak tampak
Cacat Coran Pada Besi
Rongga Udara
Ciri-ciri
Rongga Udara adalah cacat paling banyak terjadi dalam berbagai bentuk. Rongga udara dapat
muncul sebagai lubang pada permukaan atau didalam coran, terutama sedikit dibawah
permukaan yang merupakan rongga-rongga bulat. Mereka mempunyai warna yang berbeda-beda
sesuai dengan sebab terjadinya cacat, yaitu warna karena oksidasi atau karena tidak oksidasi.
Pada besi cor dan baja cor, berwarna hitam atau biru, pada paduan tembaga, berwarna coklat atau
kuning.
Sebab-sebab
Penyusutan dalam (Shrinkage), penyusutan luar dan rongga penyusutan dapat terjadi karena
sebab-sebab yang sama. Kalau logam membeku, tiap bagian coran yang berbeda bentuknya
mempunyai kecepatan pembekuan yang berlainan, sehingga cacat tersebut mudah terjadi pada
bagian yang paling lambat membeku. Selama pembekuan besi cor mengalami penyusutan
ratarata 20%. Tetapi besi cor mengembang sesuai dengan bertambahnya tebal irisan dan berubah
menjadi penyusutan apabila tebal irisanyan berkurang. Besi cor yang berkadar karbon 3,4%
mengalami pemuaian pada ketebalan 25 mm, tetapi kalau jumlah kadar karbon lebih kecil ia
akan mengalami penyustan. Dalam penggunaan cetakan basah, besi cor dapat digolongkan pada
jenis menyusut. Sebab-sebab rongga penyusutan adalah sebagai berikut:
1. Temperatur penuangan (pouring) yang terlalu rendah, menyebabkan penambah membeku
lebih dulu, karena itu pengisian menjadi lebih sukar.
2. Tinggi penambah yang terlalu rendah dan selanjutnya penuangan tambahan tidak dapat
dilakukan.
3. Bahan/Material (Scrap) mengandung banyak kotoran atau karat.
4. Logam cair yang dioksidai menyebabkan perbandingan penyusutan yang sangat besar.
5. Ukuran leher penambah yang tidak cukup.
6. Posisi penambah yang tidak tepat.
7. Cetakan membengkak karena tekanan dari logam cair di tempat yang kurang mampat.
8. Pengisian yang sukar dari penambah karena perubahan yang mendadak dari tebal irisan.
Pencegahan
- Digunakan pembekuan mengarah sehingga penambah dapat berkerja secara efektif.
Bagian pertama yang terisi oleh logam cair adalah bagian yang bertemperatur terendah dan yang
terakhir diisi adalah yang bertemperatur tinggi. Oleh karena itu penting sekali menempatkan
penambah di tempat yang bertemperatur tinggi. Dalam hal ini lebih baik membuat logam cair
mengalir ke dalam cetakan melalui penambah, cara yang biasa secara ideal ditunjukkan dalam
gambar berikut.
- Penggunaan cil, cil dipergunakan agar terjadi pembekuan mengarah dan pengaruh
penambah menigkat. contohnya seperti dalam gambar diatas. Logam cair diisikan ke
pinggir roda dari penambah samping tetapi tidak ke bagian tengah bos, pengaruh
penambah tidak sampai sama sekali karena bagian antara roda dan bos terlalu tipis
sehingga menjadi bebas dari penambah. Oleh karena itu sebaiknya cil dipasang pada alas
bos dan penambah dipasang diatas. Kekeroposan mungkin terjadi dibagian persilangan
dinding dimana logam cair tak mudah diisikan, sehingga dalam hal ini pembekuan
dipercepat dengan cil.
- Daerah pengisian yang efektif dari penambah berbeda menurut bahan coran, cara
penuangan, dan ketebalan irisan. Dalam pengecoran besi, daerah pengisian efektif harus
delapan kali tebal coran.
Ciri-ciri
Lubang jarum adalah lubang dimana permukaan dalamnya halus dan berbentuk bola. Ukuran
cacat lubang jarum adalah dibawah 1 sampai 2 mm sangat kecil dan berbentuk seperti tusukan
jarum. Dalam banyak hal, lubang jarum tersebar pada permukaan, sedangkan permukaan
dalamnya berwarna perak atau berwarna biru karena oksidasi. Sebab-sebab dan
pencegahannya sama seperti pada rongga udara.
Dros
Ciri-Ciri
Dros semacam terak yang terutama terjadi dipermukaan bagian kup atau dipermukaan bagian
atas inti. Dros warnanya hitam dan permukaan yang dikerjakan dengan mesin menjadi kasar
karena dros. Dalam hal luar biasa, dros terjadi diseluruh bagian dan menyebabkan kurangnya
sifat kedap air. Dros terutama terdiri dari grafit atau oksid logam tetapi dros juga sering terdapat
adalah campuran dari grafit dan oksid logam.
Sebab-sebab
1. Oksidasi logam cair
2. Kadar karbon terlalu tinggi
3. Terlalu banyak magnesium
4. Kadar belerang terlalu tinggi
5. Aliran logam cair yang turbulen masuk ke dalam cetakan
6. Cetakan kuran kering
Pencegahan
1. Oksidasi logam cair sebelum proses inokulasi harus dihindarkan dan kadar belerang
harus diturunkan sampai sekecil mungkin.
2. Magnesium yang ditambahkan harus dikurangi
3. Kadar Karbon dari logam cair sebelum inokulasi tidak boleh terlalu tinggi
4. Penambahaan silicon harus diusahakan kecil
5. Harus direncanakan system saluran yang tidak memberikan percikan atau goncangan
pada logam yang mengalir
6. Kadar air pada cetakan harus sekecil mungkin
7. Perbandingan luas saluran turun pada pengalir pada saluran masuk lebih baik dibuat
1:3,5:2 untuk coran besar, atau 1:2:2 untuk coran kecil
8. Masuknya dros ke dalam cetakan dapat dihindarkan dengan menggunakan saringan atau
dam (Strainer).
Pemeriksaan Coran
Pemeriksaan Coran
Pemeriksaan Coran mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memelihara kualitas, kualitas dan baiknya produk coran harus dijamin dengan jalan
memisahkan produk yang cacat.
2. Menekan biaya produksi dengan mengetahui lebih dulu cacat coran, produk yang cacat
harus bisa dideteksi sedini mungkin untuk menghemat biaya produksi.
3. Penyempurnaan teknik, data hasil pemeriksaan dan percobaan, menyisihkan produk yang
cacat dapat dilakukan lebih awal dan selanjutnya tingkat kualitas dapat dipelihara dengan
memeriksa data tersebut secara kolektif, sehingga kualitas dan teknik pembuatan dapat
disempurnakan.
Pemeriksaan produk coran biasanya digolongkan menjadi:
1. Pemeriksaan rupa, dalam pemeriksaan ini yang diteliti dimesi, ketidakteraturan, inklusi,
retakan, sebagainya yang terdapat pada permukaan. Pemeriksaan dilakukan dengan penglihatan
(Visual).
2. Pemeriksaan cacat dalam, dilakukan untuk mengetahui cacat rongga gas, lubang jarum,
rongga penyusutan, retakan, inklusi, dan sebagainya yang berada di dalam produk, yaitu
dilakukan dengan jalan:
Pemeriksaaan ketukan, dilakukan dengan jalan mendengarkan suara produk kalau
dipukul. Tujuan pemeriksaan ini untuk menimbang-nimbang adanya retakan dan kualitas bahan.
Pemeriksaan penetrasi, digunakan untuk meneliti cacat seperti retak, rongga penyusutan,
dan sebagainya yang memberikan lubang kecil pada permukaan produk. Caranya ada dua yaitu
penetrasi pencelupan warna yang mempergunakan cairan pencelup warna dan penetrasi
flourescen yang menggunakan cairan flourescen.
Pemeriksaan magnafluks, produk yang diperiksa diberi magnit dengan sebuah alat
pemagnit, maka dihasilkan fluks magnit.
Pemeriksaan supersonic, pengamatan dilakukan dengan mengarahkan gelombang
supersonic kepada bagian produk yang diuji dan menangkap ketidaknormalan gelombang yang
dipantulkan.
Pemeriksaan radiografi, pemeriksaan menggunakan cahaya radiasi seperti sinar X,
gamma dan sebagainya yang mempunyai daya untuk menembus logam.
Pengujian hidrolik dan kedap udara, menurut beban pengujian dibagi menjadi jenis
tekanan ciran, tekanan udara, hampa udara, tetapi yang biasa dipakai adalah jenis tekanan air dan
udara. Dalam pengujian ini tekanan air, rongga bagian dalam disekat rapat, kemudian kebocoran
diamati dengan memberikan tekanan air.
RINGKASAN MATERI
Pabrik pengecoran
12.1. Peralatan dan layout pabrik pengecoran
Untuk memulai aktivitas pengecoran dengan mesin pengecoran bertekanan seorang
operator harus memperhatikan beberapa factor. Faktor tersebut menyangkut lingkungan kerja,
peralatan dan perlengkapan yang dipakai, dan keselamatan kerja. Hal ini untuk menjaga
produktivitas, kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja. Sehubungan dengan hal tersebut
maka sebelum bekerja seorang operator harus melakukan hal-hal sebagai berikut ; 1.
Memeriksa area kerja mesin.
2. Mengidentifikasi area batas mesin
3. Mengidentifikasi tanur peleburan
4. Mengidentifikasi tempat penyimpanan tuangan.
5. Mengidentifikasi peralatan keselamatan kerja.
Rangkuman
Dalam proses prosedur pemakaian menurut prosedur operasional standar, hal-hal yang perlu
dilakukan yaitu pemeriksaan area kerja mesin, mengidentifikasi area kerja mesin,
mengidentifikasi tanur peleburan, mengidentifikasi tempat penyimpanan benda tuang dan
memeriksa alat-alat keselamatan kerja.