Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Bakti akhwin (8361
2. Rini astuti (8361
3. Tri hartanti (836143664)
UNIVERSITAS TERBUKA
JURUSAN S1 PGSD
MODUL 9
Kegiatan Remedial dan Kegiatan Pengayaan
KEGIATAN BELAJAR 1
Kegiatan Remedial
Dalam Random House Webster’s College Dictionary Field. Remedial adalah kegiatan yang dilaksanakan
untuk memperbiki keterampilan yang kurang baik dalam suatu bidang tertentu. Kegiatan remedial
adalah kegiatan membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Kegiatan remedial adalah kegiatan membantu siswa menguasai materipelajaran,dapat kita ketahui
bahwa tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi pelajaran afgar mencapai hasil belajar yng lebih baik. Warkitri, dkk. (1991)
menyebutkan enam fungsi kegiatan remedial dalam kaitannya dengan proses pembelajaran,yaitu;
fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian, pengayaan, akselerasi, dan terapeutik.
a. Fungsi Korektif
Memperbaiki cara mengajar dan cara belajar. Karena melalui kegiatan remedial guru memperbaiki
cara mengajarnya dan siswa memperbaiki cara belajarnya. Guru merumuskan kembali tujuan
pembelajaran sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa; mengorganisasikan kembali materi pelajaran
sesuai dengan taraf kemampuan siswa.
Di samping itu juga, melalui kegiatan remedial siswa dituntut untuk memperbaiki sikap dan cara
belajarnya, sesuai dengan kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya.
b. Fungsi Pemahan
Bagi guru, untuk melaksanakan kegiatan remedial,guru terlebih dahulu harus memahami kelebihan
dan kelemahan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya.
c. Fungsi Penyesuaian
Kegiatan remedial memiliki fungsi penyesuaian karena pelaksanaan kegiatan remedial disesuaikan
dengan kesulitan dan karakteristik individu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tujuan dan materi
pelajaran disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi individu siswa.
d. Fungsi Pengayaan
Dalam kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber belajar, metode mengajar atau alat bantu
pembelajaran yang lebih bervariasi dari yang diterapkan guru dalam pembelajaran biasa.
e. Fungsi Akselerasi
Melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
f. Fungsi Terapeutik
Melalui kegiatan remedial guru dapat membaantu mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan dengan
aspek sosial-pribadi. Siswa merasa dirinya kurang berhasil dalam belajar, merasa rendah diri, terisolasi
dalam pergaulan dengan teman-temannya.
Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan alat evaluasi, memilih dan
mengorganisasikan materi pelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
berbagai metode mengajar dan alat bantu pengajaran,serta melakukan evaluasi. Kegiatan remedial dari
pembelajaran biasa dengan menganalisis komponen-komponen suatu pembelajaran. Komponen-
komponen tersebut adalah; tujuan, materi, kegiatan pembelajaran, dan evalusi.
a) Tujuan Pembelajaran
Rumusan tujuan bersifat individual. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mencapai kompetensi atau tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran biasa, tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru berlaku
untuk semua siswa.
b) Materi Pembelajaran
Materi sesuai dengan kesulitan yang dihadapi. Materi pembelajaran dipilih dan diorganisasikan
berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
c) Kegiatan Pembelajaran
Bersifat individu dan kelompok. Kegiatan pembelajaran dalam kegiatan remedial berbeda dari kegiatan
pembelajaran biasa. Dalam pembelajaran biasa, yang berpartisipasi adalah seluruh siswa. Guru
memperlakukan semua siswa sama. Metode mengajar dan alat bantu pembelajaran yang digunakan
guru bersifat klasikal.
d) Evaluasi
Alat evaluasi bersifat individu dan kelompok. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Alat evaluasi dalam pembelajaran biasa bersifat klasikal,
sedangkan dalam kegiatan remedial, alat evaluasinya bersifat individual atau kelompok.
B. PENDEKATAN DALAM KEGIATAN REMEDIAL
Warkitri dkk. (1991) mengemukakan 3 pendekatan dalam kegiatan remedial, yaitu pendekatan
bersifat preventif, kuratif, dan pengembangan.
Yaitu kegiatan remedial dilaksanakan untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan
dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Kegiatan preventif dilaksanakan sebelum
kegiatan pembelajaran biasa dilaksanakan. Present adalah jenis alat evaluasi yang digunakan guru
sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Berdasarkan hasil pre-test guru dapat
mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok siswa yang akan mampu menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan lebih cepat dari waktuyang disediakan, kelompok siswa yang akan
mmpu menguasai kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan waktu yang disediakan, dan
kelompok siswa yang tidak akan mampu menguasai kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
Melaksanakan kegiatan remedial ditujukan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa setelah
siswa mengikuti pembelajaran biasa. Dan dilaksanakan karena berdasarkan hasil evaluasi pada
kegiatan pembelajaran biasa diketahui bahwa siswa belum mencapai criteria keberhasilan atau
kompetensi minimal yang telah ditetapkan.
Guru mengharapkan agar siswa yang mengawali kesulitan dalam menguasai kompetensi yang
ditetapkan secara bertahap dan segera dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Menurut Suke (1991), ada beberapa bentuk kegiatan remedial yang dapat dilaksanakan guru, antara
lain;
i. Mengajarkan kembali
ii. Menggunakan alat peraga
iii. Kegiatan kelompok
iv. Tutorial
v. Sumber belajar yang relevan.
Menurut (suke,1991) apapun bentuk kegiatan remedial yang akan diterapkan, guru hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut;
Apabila ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan sama, kegiatan remedial diberikan
terhadap kelompok siswa secara bersama-sama,
Proporsi bantuan yang diberikan hendaknya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa,
Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, guru bersama siswa atau meminta
bantuan siswa lain,
Metode yang diterapkan dalam kegiatan remedial hendaknya sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa, dan membangkitkan motivasi diri siswa untuk belajar lebih giat dan
berusaha lebih tekun.
Menurut Wardani (1991) metode yang akan diterapkan dalam kegiatan remedial guru perlu
memperhatikan hal-hal berikut;
Kegiatan Pengayaan
Dalam Kegiatan belajar ini anda akan di ajak untuk mengkaji hakikatkegiatan pengayaan serta
kaitannya dengan proses pembelajaran. Dan dapat membantu siswa yang cepat untuk berkembang
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan guru dalam menentukan kegiatan
pengayaan. Warkitri, dkk (1991) mengemukakan tiga faktor yang harus dipertimbangkang
dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan. Antara lain yaitu; factor siswa,
manfaat, dan waktu.
1. Faktor Siswa
Dalam menentukan jenis kegiatan pengayaan yang akan dilaksanakan, guru harus
memperhatikan karakteristik siswa, baik yang berkenaan dengan faktor minat maupun
dengan faktor psikologis lainnya. Kesesuaian kegiatan pengayaan dengan minat siswa akan
lebih mendorong siswa berhasil dalam belajarnya. Selain faktor minat, faktor psikologis
lainnya juga perlu dipertimbangkan guru dalam memilih dan melaksanakan kegiatan
pengayaan.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan guru dalam menentukan kegiatan pengayaan
menurut Arikunto(1986).
a. Kegiatan diluar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan didalam kelas.
b. Kegiatan yang menuntut siswa untuk melakukan aktivitas lebih disukai siswa daripada
kegiatan yang hanya dilakukan di belakang meja.
c. Kegiatan menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat iswa daripada
kegiatan yang sifatnya penjelasan.
d. Kegiatan yang menunjukkan hasil lebih disukai siswa daripada kegiatan tang menuntut
waktu yang cukup lama.
3. Faktor Waktu
Sesuai dengan perbedaan indidvidu yang dimiliki masing-masing siswa, kelebihan waktu
yang dimiliki masing-masing siswa akan berbeda satu sama lain. Guru harus mampu
menyesuaikan jenis kegiatan pengayaan dengan kebutuhan siswa dan juga dengan waktu
yang tersedia. Itulah 3 faktor yang harus diperhatikan guru dalam memilih dan
melaksanakan kegiatan pengayaan dan dapat benar-benar bermanfaat bagi siswa sehingga
kemampuannya berkembang secara optimal.
MODUL 10
PENGELOLAAN KELAS
Kebalikan dari pendekatan otoriter ialah pendekatan permisif (permissive appoarch). Bahwa
pengelolaan kelas adalah kegiatan guru dalam memaksimalkan kebebasan siswa. Peran guru
adalah membantu siswa merasakan kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan
kapan pun mereka mau (Weber,1977). Weber (1977) mengemukakan 3 pengertian lain dari
pengelolaan kelas;
Pertama, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapakn dan menghilangkan tingkah laku
yang tidak diharapkan. Pendekatan ini berdasarkan pendekatan modifikasi tingkah laku
(behavior modification approach). Peran guru dalam pengelolaan kelas adalah membantu
siswa mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui penerapan prinsip-prinsip yang
berasal dari teori penguatan.
Kedua, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang
positif. Pendekatan ini berdasarkan pendekatan iklim sosio-emosional (socio emotional climate
approach). Peran guru dalam pengelolaan kelas adalah mengembangkan iklim sosio-emosional
kelas yang positif melalui penciptaan hubungan interpersonal yang sehat,baik antara guru dan
siswa maupun antara siswa dan siswa.
Ketiga, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan
dan memelihara organisasi kelas yang efektif. Didasarkan pada pendekatan proses kelompok
(group-process approach). Tugas guru dalam pengelolaan kelas adalah membantu
mengembangkan dan melaksanakan system kelas yang efektif.
Menurut Winzer (1995) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang
ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.
Proses pembelajaran yang efektif dan efesien dapat terjadi apabila situasi dan kondisi kelas
mendukung.
Tujuan pembelajaran dan pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran.
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat terciptanya pembelajaran yang efektif.
Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam membantu siswa belajar ialah menciptakan
situasi kelas yang hangat, aman, dan sehat.
KEGIATAN BELAJAR 2
Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya. Lingkungan
fisik kelas harus ditata atau diatur untuk mendukung aktivitas belajar yang dikembangkan
guru secara individual. Pentingnya penataan lingkungan fisik kelas terhadap kegiatan siswa di
dalam proses pembelajaran, perlu kiranya guru memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
penataan lingkungan fisik kelas.
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif serta mendukung
siswa mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Menurut Louisell (1992),
ketika menata lingkungan fisik kelas, guru haru mempertimbangkan 5 hal berikut ini;
Hal pertama yang harus diperhatikan guru dalam menata ruangan kelas ialah keleluasaan
pandangan (visibility). Penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak
mengganggu pandangan siswa dan guru sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru
atau benda/kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Mudah dicapai (accessibility)
Ruangan hendaknya diatur dengan baik sehingga alalu lintas kegiatan belajar di kelas tidak
terganggu, jarak antar tempat duduk harus cukup.
c. Keluwesan (flexibility)
Penataan tempat duduk siswa ditata berkelompok sesuai dengan kebutuhan, yang
memungkinkan siswa bekerja dengan leluasa dalam kelompoknya.
d. Kenyamanan
Kenyamanan ruangan kelas akan sangat berpengaruh terhadap konsentrasi dan produktivitas
siswadan guru dalam kegiatan pembelajaran.
e. Keindahan
Prinsip ini berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelas yang menyenangkan dan
kondusif bagi kegiataan pembelajaran.
Pengaturan tempat duduk berpengaruh terhadap waktu yang digunakana siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas (Winzer, 1995).
Menurut Winzer (1995) menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas berpengaruh terhadap
hasil belajar, konsep diri,rasa harga diri, dan sikap terhadap sekolah. Iklim psiko-sosial kelas
berkenaan dengan hubungan sosial-pribadi antara guru dan siswa serta antarsiswa.
1. Karakteristik Guru
Menurut Bandura (Good dan Brophy) menuyatakan bahwa keberhasilan guru dalam
mengelola iklim psiko-sosial kelas dipengruhi oleh karakteristik guru itu sendiri.
Hubungan sosial yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya kegiatan
pembelajaran. Melalui kegiatan kelompok siswa diharapkan akan dapat saling menerima
serta menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Agar kegiatan kelompok dapat
berhasil dengan baik guru harus memperhatikan hal-hal berikut (Weber,1977).
Pembentukan sikap membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan latihan secara terus
menerus, kita harapkan siswa dapat menerapkan keenam aspek tersebut.