Perangkat ini dapat membantu para penderita disabilitas untuk membaca konten yang
ada di layar komputer dan kemudian mengubahnya menjadi karakter braille. Tidak hanya itu,
perangkat ini juga mendukung beberapa aplikasi yang dapat digunakan bagi penyandang tuna
netra, seperti notepad, scheduler, hingga stopwatch.
Untuk memudahkan pengguna, perangkat ini memiliki beberapa fitur seperti tombol
navigasi dan beberapa tombol fungsi yang letaknya strategis, sehingga mudah untuk digunakan
oleh penyendang disabilitas.
b) Braille Smartphone
Jika selama ini sudah tersedia ponsel dengan tombol braille, kini ada smartphone braille
pertama di dunia. Prototipe teknologi ini dibuat oleh seorang pria asal India bernama Sumir
Dagar, serta kemudian berkolaborasi dengan Indian Institute of Technology Delhi dan LV
Prasad Eye Institute Hyderabad untuk mengembangkan teknologi tersebut.
Cara kerja ponsel ini menggunakan layar sentuh haptik dan terdiri dari rangkaian pin
kecil canggih, yang mampu bergerak ke atas serta ke bawah untuk mengakomodasi teks dan
gambar, atau dikenal pula dengan sebutan shape-memory alloy technology.
Dengan ponsel ini, seorang penyandang tunanetra dapat menyentuh atau mengenali
wajah seseorang melalui video chat, sekaligus dapat mengenali ekspresi wajah lawan
bicaranya. Tidak hanya itu, Dagar juga mendemostrasikan bahwa dengan teknologi ini,
memungkinkan para penyandang tuna netra untuk menggunakan peta, bermain games, dan
sebagai nya.
c) Implan Koklea
Ripple merupakan alat bantu untuk tuna rungu. Bentuknya speaker unik yang mampu
menghasilkan suara seperti umumnya speaker lain, tapi juga mampu memvisualisasikan suara-
suara yang dihasilkannya menjadi sebuah representasi visual taktil.
Representasi taktil adalah presentasi sebuah alunan musik menjadi gerakan-gerakan
objek tertentu yang dapat di indera secara sentuhan atau taktil. Artinya dengan speaker Ripple,
pengguna dapat memegang dan merasakan nada serta alunan suara musik atau lagu, yang hanya
bisa di indera melalui indera pendengar.
Selain disentuh, tentu gerakan objek yang dihasilkan oleh Ripple juga bisa ditangkap
oleh indera penglihatan. Dengan begitu, speaker unik dan revolusioner ini mampu
dimanfaatkan oleh seorang tuna rungu maupun tuna netra.
e) Bionic Arm
Proyek ini dikerjakan oleh Defense Advance Research Projects Agency (DARPA) atau
Badan Penelitian Pertahanan. Ide dari proyek ini adalah bagaimana membantu mobilitas orang
yang mengalami amputasi pada bagian lengan hingga tangan akan tetapi masih bisa
menggunakan fungsi bagian yang diamputasi. Sehingga diciptakanlah inovasi sebuah lengan
artifisial yang berfungsi seperti lengan pada umumnya meskipun terdapat sedikit perbedaan.
Para ilmuwan dari John Hopkins University telah menggunakan “Modular Prosthetic
Limb” untuk menguji bagaimana otak dapat terhubung dengan elektroda sehingga mampu
untuk menggerakkan lengan artifisial tersebut. Hal tersebut telah diuji coba pada bulan
September 2011, di mana hasilnya sangat menggembirakan. Namun hingga kini, para ilmuwan
masih terus berupaya mengembangan teknologi lengan artifisial ini.
f) Eyeborg
Eyeborg merupakan hasil penemuan Neil Harbisson, seorang seniman dan musisi
berusia 30 tahun. Beliau terlahir dengan mengidap achromatopsia, sebuah kondisi buta warna
total dan hanya dapat melihat warna putih, abu-abu, dan hitam.
Sejak 2004, ia mengalami warna melalui suara melalui alat yang disebutnya "eyeborg".
Ini adalah mata ketiga sibernetik yang selalu dia ikat di kepalanya setiap saat. Perangkat
menerjemahkan panjang gelombang warna yang berbeda menjadi nada terdengar, kemudian
mengirimkannya ke telinga dalam Harbisson melalui konduksi tulang. Eyeborg dapat
mendeteksi 360 warna yang berbeda - beda tidak sebanyak mata manusia normal pada
umumnya yang mampu mendeteksi lebih dari 360 warna, hal ini lebih baik dari pada tidak ada
warna sama sekali. Perangkat bekerja dengan dua cara juga. Harbisson rupanya begitu terbiasa
dengan warna menjadi suara sehingga dia mampu mengubah nada dari skor musik menjadi
lukisan.
g) Smart Belt
Ide dari teknologi ini adalah bagaimana membantu mobilitas orang yang mengalami
tuna daksa pada bagian lengan hingga tangan akan tetapi masih bisa menggunakan fungsi pada
smartphone tanpa harus menyentuhnya, kita cukup menggunakan pergerakan pada iris mata
manusia.
Sehingga diciptakanlah inovasi sebuah sensor yang dapat dikembangkan dari teknologi
iris scanner untuk dapat membuat navigasi perintah-perintah pada smartphone seperti scroll,
klik , back dan sebagainya. untuk itu smartphone diperlukan kamera depan dan sensor yang
canggih untuk dapat menganalisis posisi dan pergerakan iris mata penggunanya dengan sangat-
sangat akurat sambil membuat perencanaan.
tidak hanya dari sensor iris mata saja, untuk perintah-perintah yang sulit dapat dibantu
menggunakan perintah suara selayaknya device untuk penyandang tuna netra dimana
gelombang suara yang ditangkap oleh mikrofon diubah menjadi sinyal digital dan menghasilka
umpan balik di dalam perangkat ini.