Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN

Ke-INUI an

Diterbitkan Oleh:
Pedoman AKe-NUanA
BAB I
AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
(ASWAJA)
‫ ثَكرف ْي ْعتشو ثل َََث َعل تَِ َُأ قتَف َل هدَيب ٍد ُم سفج ايْلو‬, ‫ف ةدذأَف‬ ِ ‫ناَ ْخنثو ثِ ْْل‬
َْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ْ ُ ْ ‫ََ َ ْ َ ذ‬
. ‫فَِ ْٔن ُع تشَ َو‬ ِ ‫ثِ َع اٍ ْْلو‬
ِ ‫ رِ النذ ا‬, ِ‫ وير‬: ََ ًَ ‫ ْلك ؟ ِللها لٔشر اي‬: ْ ًَْ ‫ث ِصْل ْوأ‬
)‫(نيابرعىا هاور‬
Artinya : “Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ada dalam
genggaman_Nya, umatku akan bercerai-berai ke dalam 73 Golongan.
Yang satu masuk surga dan yang 72 masuk neraka”. Ditanyakan :
”Siapakah mereka (golongan yang masuk surga) itu, wahai Rasulullah?”.
Beliau menjawab: “Mereka adalah Ahlussunnah wal Jama‟ah”. (HR.
Thabrani)

 PENGERTIAN ASWAJA
Secara bahasa, Ahlussunnah wal Jama'ah atau yang disingkat
ASWAJA, merupakan gabungan dari tiga kata, yakni; kata Ahlun,
Assunnah, dan Aljamâ'ah. Ahlun berarti; golongan atau kelompok.
Assunah berarti; perjalanan atau jalan yang ditempuh, dll.
Sedangkan kata aljamâ'ah berarti perkumpulan.
Sedangkan secara istilah, Ahlussunnah wal Jama'ah adalah;
kelompok yang konsisten menjalankan sunnah Nabi Muhammad
saw. dan mentauladani para sahabat Nabi dalam akidah (tauhîd),
amaliah badâniyah (syarîah) dan akhlaq qalbiyah (tasawuf).
KH. Hasyim Asy‟ari pada sambutan pembukaan deklarasi
berdirinya Jam‟iyah Nahdlatul Ulama menandaskan: “Ciri
Ahlussunah wal Jama„ah adalah; mereka yang di bidang tauhid mengikuti
Imam Abu Alhasan Al'asy‟ari atau Abu Mansur Almaturidi, di bidang

2
Pedoman AKe-NUanA
fiqh mengikuti madzhab empat yakni Imam Abi Hanifah, Imam Malik
bin Anas, Imam Syafi‟i bin Idris atau Imam Ahmad bin Hambal dan di
bidang tasawuf mengikuti ajaran Syaikh Junaid Albaghdadi dan Imam
Alghazali.”

 SEJARAH MUNCULNYA ASWAJA


Sejarah kemunculan istilah ASWAJA sebagai sebuah nama
firqah (sekte) Islam, sebenarnya dipengaruhi dari perpecahan
dalam Islam. Sejak peristiwa pembunuhan khalifah Islam ketiga,
Utsman bin Affan, sejak saat itulah episode perpecahan dalam
tubuh Islam dimulai. Dari peristiwa ini muncul serangkaian
perang antara para sahabat. Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang
menjadi khalifah saat itu harus berhadapan perang melawan
Sayyidah „Aisyah, mertuanya sendiri, yang menuntut qishas darah
Utsman bin Affan. Dalam perang yang dikenal sebagai perang
Jamal ini, puluhan sahabat besar dan hafal Alqur‟an gugur
terbunuh oleh sesama Muslim akibat provokasi da konspirasi
kaum munafiq Yahudi (Abdulah ibn Saba‟ dkk.). Berikutnya,
pecah perang Shiffin antara pasukan Ali bin Abi Thalib
berhadapan dengan pasukan Muawaiyah yang kemudian
memunculkan peristiwa Tahkîm (keputusan dengan perundingan). Ide
Tahkîm dari kubu Muawiyah menjelang kekalahan pasukannya
yang disetujui Ali ini, kemudian menyulut perpecahan di antara
pasukan Ali, yang dari sini selanjutnya melahirkan sekte Islam
Syi‟ah yang mendukung kebijakan Ali dan sekte Khawarij yang
menolak kebijakannya.
Sejak kematian Ali Ibn Abi Thalib pada tahun 40 H. atau
661 M., umat Islam telah terpecah setidaknya menjadi empat
kelompok. Petama, Syi‟ah yang fanatik kepada Ali dan keluarganya
serta membenci Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Kedua, Khawarij yang
3
Pedoman AKe-NUanA
memusuhi bahkan mengkafirkan sayidina Ali bin Abi Thalib dan
Muawiyah. Ketiga, kelompok yang mengakui kekhalifahan
Muawiyah. Dan keempat, sejumlah sahabat antara lain Ibn Umar,
Ibn Abbas, Ibn Mas‟ud dan lain-lain, yang menghindarkan diri
dari konflik dan menekuni bidang keilmuan keagamaan. Dari
aktifitas mereka inilah selanjutnya lahir sekelompok ilmuan
sahabat, yang mewariskan tradisi keilmuan kepada generasi
berikutnya, sehingga melahirkan tokoh-tokoh mutakallimîn,
muhadditsîn, fuqahâ', mufassirîn, dan mutashawwifîn. Dan inilah
embrio dari kelompok yang kemudian hari di istilahkan dengan
ahlussunnah wal jama‟ah.
ASWAJA sebagai sebuah sekte Islam, eksistensinya semakin
populer ketika Syaikh Abu Alhasan Al'asy‟ari menyatakan keluar
dari paham Mu'tazilah. Sebelumnya, Abu Alhasan Al'asy‟ari
adalah seorang penganut Mu'tazilah dan menjadi murid Abu Ali
Aljaba‟i Almu'tazili, seorang tokoh Mu'tazilah yang sekaligus ayah
tirinya. Dalam kutipan akhir perdebatan antara Abu Al-hasan
Al'asy‟ari dengan gurunya, Abu Ali Aljaba‟i, dalam rangka
membatalkan paham Mu'tazilah, diceritakan: Abu Alhasan
Al'asy‟ari bertanya pada Abu Ali Aljaba‟i: “Bagaimana pendapatmu
tentang tiga saudara yang meninggal dunia, yang satu adalah orang yang
taat, yang kedua adalah orang yang durhaka, dan yang ketiga meninggal
ketika masih kecil?”
Abu Ali Aljaba‟i menjawab: “yang taat diberi pahala dan masuk
surga, yang durhaka disiksa dan masuk neraka, dan yang kecil berada di
antara surga dan neraka (manzilah baina almanzilatain), tidak diberi
pahala dan tidak disiksa”.
Abu Alhasan bertanya: “Jika yang kecil mengatakan: “Wahai
Tuhanku, kenapa Engkau mencabut nyawaku ketika aku masih kecil?
Jika Engkau biarkan aku hidup, aku akan taat dan masuk surga”, lalu

4
Pedoman AKe-NUanA
bagaimana jawaban Allah?”.
Abu Ali Aljaba‟i menjawab: “Allah akan menjawab: “Aku maha
tahu, jika engkau hidup sampai dewasa, maka engkau akan durhaka
sehingga masuk neraka, maka yang terbaik adalah engkau mati ketika
masih kecil”.
Abu Alhasan bertanya lagi: “Jika yang mati dalam keadaan
durhaka mengatakan: “Wahai Tuhanku, jika Engkau tahu aku akan
durhaka, kenapa Engkau tidak mencabut nyawaku ketika aku masih
kecil, sehingga Engkau tidak memasukkan aku ke dalam neraka?”, lalu
apa yang akan dikatakan Allah?” Pada pertanyaan terakhir inilah
Abu Ali Aljaba‟i tak sanggup menjawab untuk membela
pahamnya.
Setelah Abu Ali Aljaba‟i gagal menjawab pertanyaannya, Abu
Alhasan Al'asy‟ari lalu menyatakan keluar dari paham Mu'tazilah,
dan aktif menulis kitab-kitab untuk menolak akidah Mu'tazilah
dan merumuskan akidah Ahlussunnah wal Jama'ah.

 GARIS BESAR PAHAM ASWAJA


Islam, iman dan ihsan adalah trilogi agama yang membentuk
tiga dimensi keagamaan meliputi syarî'ah sebagai realitas hukum,
tharîqah sebagai jembatan menuju haqîqah yang merupakan puncak
kebenaran esensial. Tiga dimensi agama ini (islam, iman dan
ihsan), masing-masing saling melengkapi satu sama lain.
Keislaman seseorang tidak akan sempurna tanpa
mengintegrasikan keimanan dan keihsanan. Ketiganya harus
berjalan seimbang dalam perilaku dan penghayatan keagamaan
umat, seperti yang ditegaskan dalam firman Allah:

5
Pedoman AKe-NUanA
ًَ َْ ُ َُ ‫َ ذ‬
‫فَِ أيخدا أَُِ َ ََ ا َء َََ ي ا‬
‫لَِ ا اَ حأاَي‬ ِ ‫يص ْل‬
ِ َ ‫ثف‬
ًَِ ‫ك‬
َ‫ذ‬
Artinya; Hai orang-orang ْ beriman, masuklah
yang َُ kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya. (QS. Albaqarah: 208).
Imam Izzuddin bin Abdissalam mengatakan, َ ”hakikat Islam
adalah aktifitas badaniah (lahir) dalam menjalankan kewajiban
agama, hakikat iman adalah aktifitas hati dalam kepasrahan, dan
hakikat ihsan adalah aktifitas ruh dalam penyaksian (musyâhadah)
kepada Allah”.
Dalam perkembangan selanjutnya, kecenderungan ulama
dalam menekuni dimensi keislaman, melahirkan disiplin ilmu yang
disebut Fiqh. Kecenderungan ulama dalam menekuni dimensi
keimanan, melahirkan disiplin ilmu Tauhid. Dan kecenderungan
ulama dalam dimensi keihsanan, melahirkan disiplin ilmu Tasawuf
atau Akhlak. Paham ASWAJA mengakomodir tiga dimensi
keagamaan tersebut sebagai doktrin dan ajaran esensialnya.
1) Doktrin Keimanan
Iman adalah pembenaran (tashdîq) terhadap Allah, Rasul dan
segala risalah yang dibawanya dari Allah. Dalam doktrin
keimanan, yang selanjutnya termanifestasi ke dalam bidang tauhid
(kalam) ini, ASWAJA berpedoman pada akidah islamiyah
(ushûluddîn) yang dirumuskan oleh Abu Alhasan Al'asy'ari (260
H./874 M. – 324 H./936 M.) dan Abu Manshur Almaturidi (w.
333 H.).
Dalam bidang tauhid ini, keimanan seseorang setidaknya
terbagi menjadi empat strata. Yakni; iman bittaqlîd, iman biddalîl,
iman bil iyyân dan iman bil haqq.
Pertama, iman bittaqlîd adalah; keimanan melalui ungkapan
orang lain tanpa mengetahui dalilnya secara langsung. Keimanan
seperti ini keabsahannya masih diperselisihkan. Kedua, iman

6
Pedoman AKe-NUanA
biddalîl (ilmul yaqîn) ialah; keyakinan terhadap aqâ'id lima puluh
dengan dalil dan alasan filosofinya. Dua strata keimanan ini masih
terhalang dalam mengetahui Allah SWT. Ketiga, iman bil iyyân
(„ainul yaqîn) ialah; keimanan yang senantiasa hatinya muraqabah
kepada Allah. Dalam kondisi apapun, Allah tidak hilang dari
kesadaran hatinya. Keempat, iman bil haqq (haqqul yaqîn) yaitu
keimanan yang telah terlepas dari segala yang hadîts dan
tenggelam dalam fanâ' billah.

2) Doktrin Keislaman
Doktrin keislaman, yang selanjutnya termanifestasi ke dalam
bidang fiqh yang meliputi hukum-hukum legal-formal (ubudiyah,
mu'amalah, munakahah, jinayah, siyasah dan lain-lain), ASWAJA
berpedoman pada salah satu dari empat madzhab, yakni;
Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah.
Ada alasan mendasar mengenai pembatasan ASWAJA hanya
kepada empat madzhab ini. Di samping karena konsep-konsep
madzhab empat tersebut terkodifikasi secara rapi dan sistematis,
metodologi pola pikir dari empat madzhab ini juga relatif tawâzun
(berimbang) tawâsuth (tengah) dalam mensinergikan antara dalil
aql (rasio-logis) dan dalil naql (teks-teks keagamaan). Empat
madzhab ini yang dinilai paling moderat dibanding madzhab
Dawud Adhdhahiri yang cenderung tekstualis dan Madzhab
Mu'tazilah yang cenderung rasionalis.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.;
‫ََاظُ اشَ ْو َأ ٔرَُِم ألُ ا ْي َُ ْ َخ‬
“Sebaik-baiknya perkara adalah tengahnya.”

7
Pedoman AKe-NUanA
3) Doktrin Keihsanan
Tasawuf adalah sebuah jalan spiritual yang bisa dilewati
bukan melalui teori-teori ilmiah semata melainkan dengan
mengintegrasikan antara ilmu dan amal, dengan jalan melepaskan
(takhallî) baju kenistaan (akhlaq madzmûmah) dan mengenakan
(tahallî) jubah keagungan (akhlaq mahmûdah), sehingga Allah
hadir (tajallî) dalam setiap gerak-gerik dan perilakunya, dan inilah
manifestasi dari sabda َ َ ُ َ َ ‫ َُ ذ‬saw.: ْ ْ ُ َ ْ َ ْ َ
‫ ْ َ َ َ ذ‬Rasulullah
َ ‫َك ا َر َي إِ ف ُه ا َر ح ََْ سح ًَْ ل ِنإ ف ُه ا َر ح ُمأن َللها ُدتعت نأ نا‬
‫ص ذ ْل َِ ا‬
Ihsan adalah; engkau menyembah Allah seolah engkau
melihatNya, dan jika engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia
melihatmu.
Doktrin keihsanan, yang selanjutnya termanifestasi ke dalam
bidang tasawuf atau akhlaq ini, ASWAJA berpedoman pada
konsep tasawuf akhlaqi atau amali, yang dirumuskan oleh Imam
Aljunaid Albaghdadi dan Alghazali. Limitasi (pembatasan) hanya
kepada kedua tokoh ini, tidak berarti manafikan tokoh-tokoh
tasawuf falsafi dari kelompok ASWAJA, seperti Ibn Al'arabi,
Alhallaj dan tokoh-tokoh sufi 'kontroversial' lainnya.

 SEKTE-SEKTE ISLAM
 Gerakan Awal Islam
1) Sekte Khawarij
Khawarij adalah kelompok yang awalnya mengakui
kekuasaan Ali bin Abu Tholib, yang kemudian keluar
meninggalkan barisan karena ketidak sepakatan terhadap
keputusan Sayyidina Ali yang menerima proses penyelesaian
sengketa (tahkim). Dalam keyakinan kelompok ini, Sayyidina
Ali, Mua‟wiyah, Abu Musa Al-Asy‟ari, Amr bin Ash dan

8
Pedoman AKe-NUanA
pihak yang menyetujui (Tahkîm) dianggap kafir karena telah
melakukan dosa besar. Sebab, Tahkîm mereka anggap bukan
hukum Allah melainkan hukum _kesepakatan_ manusia.
Bertendensi padaْ
َ ََْ ُ makna; ‫ُذ‬ َ َْ ََ َ َُُ ََ
‫ي ًَْ ل ََْ ََ َو‬ ‫ِفكىا ًَُ ْ ملََِ وأف ا‬
َ ‫لْل ل َز ُأ اٍ ََ ِة ًَْ س‬ َ ‫نو ُر‬
Artinya; “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang kafir”.
2) Sekte Syi’ah
Sedangkan Syi‟ah, pada awalnya merupakan pasukan Ali
dalam perang Shiffin yang mendukung kebijakan Ali dalam
menyetujui Tahkîm. Namun dalam perkembangan
selanjutnya, Syi‟ah muncul menjadi sebuah sekte Islam yang
fanatik dengan Ali dan memiliki ajaran dan doktrin keimanan
menyimpang dari ajaran Islam.
Doktrin-doktrin sesat Syi‟ah tersebuat diantaranya ialah:
Doktrin al-washiyyah (keyakinan bahwa Ali adalah pemegang
wasiat Rasulullah saw.) Ar-Raj‟ah/ Inkarnasi (keyakinan
bahwa imam-imam syi‟ah tidaklah mati, melainkan
bersembunyi yang pada suatu saat nanti kembali memenuhi
bumi dengan keadilan). Uluhiyyah (keyakinan adanya unsur
ketuhanan dalam diri Ali bin abu tholib). Taqiyyah (prinsip
penyelamatan diri dari pihak yang tidak sepaham dalam
akidah dan pemikirannya).
3) Sekte Murji’ah
Pada perkembangan berikutnya, bermunculan sekte-sekte
teologi Islam yang dipengaruhi kekacauan politik dan
perluasan wilayah kekuasaan Islam yang sangat hiterogen.
Sebagai respon munculnya Syi‟ah yang terlalu ektrim dalam

9
Pedoman AKe-NUanA
doktrin imâmah (kepemimpinan), dan khawarij yang ekstrim
dalam doktrin takfir (pegkafiran), lahir sekte Murji‟ah. Yaitu
sekte yang mengambil posisi tengah diantara dua sekte
ekstrim tersebut. Doktrin yang paling esensial dari aliran ini
adalah; kemaksiatan tidak merusak keimanan sebagaimana
ketaatan tidak mempengaruhi terhadap kekufuran.
4) Sekte Jabariyyah
Invasi perluasan wilayah Islam yang kian luas juga
melahirkan tiga sekte teologi besar lainnya. Yaitu Jabariyyah,
Qadariyyah dan Mutazilah. Jabariyyah adalah; aliran teologi
Islam yang memiliki keyakinan bahwa manusia dalam segala
kehendak (irâdah) dan af‟âl (perbuatan) ibarat sebuah ranting
yang bergerak ”terpaksa” lantaran terpaan angin, dan seperti
bulu yang terbang tertiup angin. Jabariyyah adalah sekte yang
meniadakan perbuatan manusia, dan menyandarkan semua
sebagai perbuatan Allah.
5) Sekte Qadariyyah
Kemunculan aliran Jabariyah yang menegaskan kepasrahan
dan ketidak berdayaan mutlak kepada Tuhan ini, memancing
reaksi kemunculan sekte Qadariyyah yang memiliki
keyakinan sebaliknya. Yakni; meyakini bahwa manusia
memiliki kemampuan dan kebebasan mutlak untuk
berkehendak dan berbuat tanpa intervensi Tuhan. Baik,
buruk, iman, kafir, taat, jahat, durhaka, menurut Qadariyyah
adalah murni atas kehendak dan kuasa yang dimiliki manusia
sendiri.
6) Sekte Mu’tazilah
Mutazilah adalah; aliran Islam yang mendewakan akal rasio
dan membangun pahamnya berdasarkan analisa logis
sehingga mereka dikenal dengan kaum rasionalis Islam.

10
Pedoman AKe-NUanA
Dalam paham Mu‟tazilah, ketika terjadi kontradiksi antara
Al-Qur‟an dan Hadits dengan akal, maka harus didahulukan
akal. Mereka menolak nash-nash agama yang bertentangan
dengan akal dengan memberi ta‟wil yang sesuai dengan
pemahaman nalar logika, bahkan hal-hal ghaib sekalipun
harus dapat dinalar. Di samping itu, paham Mu‟tazilah juga
memiliki keidentikan dengan paham Qadariyyah dalam
keyakinan bahwa makhluk memiliki ikhtiar mutlak untuk
menentukan kehendak dan perbuatannya.
7) Ahlu Sunnah Wal Jamaah
Yaitu; golongan yang terbentuk karena kondisi keagamaan
kaum Muslimin yang saat itu dikelilingi berbagai paham
sesat. Lantaran itu, muncul lah istilah Ahlu Sunnah Wal
Jamaah menjadi identitas pembeda antara golongan pengikut
sunnah Rasulullah saw. dengan golongan pelaku bid‟ah.
Ketika Jabariyah menyatakan paham peniadaan kebebasan
dan kuasa manusia atas segala kehendak dan perbuatannya
secara mutlak, sementara kelompok Qadariyah dan
Mu‟tazilah menyatakan bahwa makhluk memiliki kebebasan
dan kuasa mutlak atas kehendak dan perbuatannya, maka
lahirlah Ahli Sunnah Wal Jamaah sebagai sekte moderat di
antara dua paham ektrim tersebut. Ahli Sunnah Wal Jamaah
meyakini bahwa makhluk memiliki kebebasan kehendak
(ikhtiyar) namun tidak memiliki kuasa (qudrah) perbuatan
selain sebatas kasb. Juga, Ahli Sunnah Wal Jamaah
menempatkan akal hanya sebagai pendukungan nash agama
(Al-Qur‟an dan Hadits). Inilah inti yang paling substansial
yang membedakan dengan tiga sekte tersebut.

11
Pedoman AKe-NUanA
 Generasi Modern
1) Aliran Salafiyah/ Salafi
Sekitar abad ke-4 H. muncul aliran gerakan Islam yang
menamakan dirinya dengan gerakan Salafiy. Disinyalir,
awalnya mereka adalah para pengikut Imam Ahmad bin
Hanbal, namun jika mengamati perilaku dan pemikirannya
yang jauh dari ajaran Imam Ahmad bin Hanbal, maka sangat
beralasan jika sebenarnya meraka hanya meyandarkan secara
sepihak pendapat-pendapatnya kepada Imam Ahmad bin
Hanbal. Aliran Salafiy memiliki paham yang sangat fanatik
dengan kelompoknya sendiri, sehingga gampang memvonis
kafir pada pihak lain di luar mereka. Dari sikap dan perilaku
ini, ia memiliki kemiripan dengan sikap dan perilaku
Khawarij. Dalam pemikirannya, Salafiy mendiskusikan ayat-
ayat mutasyabihât dan menolak penakwilan terhadap ayat-
ayat tersebut. Mereka juga menyatakan ritual-ritual seperti
ziarah kubur, tawasul kepada Nabi, auliya‟ dan orang-orang
shalih divonis sebagai perbuatan syirik. Namun karena
kuatnya penentangan dari berbagai ulama pada saat itu
terhadap gerakan ini, gerakan Salafiy akhirnya hilang dari
peredaran.
Namun sekitar abad ke-7 H. Gerakan ini kembali muncul
dan dipelopori oleh Ibn Taimiyyah. Dia menyerang kaum
Asy‟ariyah dan Maturidiyah dengan menuduhnya telah
tersesat karena telah mencampuradukkan akal dengan ilmu
kalam (tauhid). Dia juga mempersoalkan kembali penakwilan
ayat-ayat mutasyabihât yang menurutnya telah keluar dan
menyimpang dari manhaj salafus shalih. Akibat keberanian
dan kegigihannya dalam menyebarkan pahamnya dan sering
mengeluarkan fatwa-fatwa kontroversial, akhirya ia dipenjara
12
Pedoman AKe-NUanA
sampai wafat. Pasca kematian Ibn Taimiyyah, gerakan ini
menjadi fakum sampai beberapa abad.
2) Aliran Wahabiyyah
Pada abad ke-12 H. gerakan Salafiyyah kembali muncul ke
permukaan umat yang dipelopori oleh Muhammad ibn
Abdul Wahhab. Gerakan Salafiyyah periode ini dinamakan
aliran Wahabiyyah sesuai dengan pelopornya, dan
mengambil sentral gerakan di Nejd, Arab Saudi. Segala
pemikiran Muhammad ibn Abdul Wahhab sebenarnya hanya
merupakan copy paste dari pemikiran dan ajaran Ibn
Taimiyyah. Seperi Ibn Taimiyyah, Muhammad ibn Abdul
Wahhab juga tak henti-henti menyerukan pada umat untuk
kembali mengikuti manhaj salaf yang terbebas dari bid‟ah.
Ajaran gerakan ini hanya fokus dalam empat pokok; kembali
ke Al-Qur‟an dan Hadits; pemurnian akidah dari perbuatan
syirik; menolak peran akal dalam akidah dan membersihkan
ajaran Islam dari segala bentuk prakttek bid‟ah dan khurafat.
Dengan prinsip memurnikan tauhid dan membersihkan
ajaran Islam dari bid‟ah dan khurafat, mereka
mengaharamkan ritual ziarah kubur, tawasul, thariqah, tahlil
dan ritual-ritual yang biasa dilakukan oleh Ahlu Sunnah wal
Jamaah, karena mereka anggap bid‟ah dan syirik. Kaum
Wahabi juga memberhangus segala situs-situs keagamaan
seperti makam-makam sahabat, auliya dan tempat-tempat
bersejarah Islam seperti rumah para sahabat, rumah
Rasulullah dll. Bahkan kalau tidak mendapat penentangan
dari Muslim sedunia, makam Rasulullah saw. pun akan
dibongkar dan diratakan dengan tanah.

3) Islam Liberal
13
Pedoman AKe-NUanA
Kemunculan Islam Liberal pada dasarnya merupakan
perkembangan dari gerakan pembaruan Islam pada abad ke-
18 H yang mengusung jargon kembali kepada Al-Qur‟an dan
Sunnah. Keterbelakangan dan ketertinggalan umat Islam dari
Barat, dalam kacamata kaum pembaru disebabkan umat
Islam terkungkung dalam fanatisme mazhab dan kultus
individu terhadap imam-imam.
Dalam perkembangan selanjutnya, gerakan pembaruan ini
terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama,
memaknainya sebagai memahami nash melalui pendekatan
tekstual dan literal. Kelompok ini menjelma menjadi
Salafiyah. Kelompok kedua berpendapat, Al-Qur‟an dan
Sunnah harus dipahami melalui pendekatan rasional dan
liberal, agar Islam selalu sesuai dengan perubahan zaman (up
to date). Dari kelompok kedua ini munculah Islam Liberal.
Kaum Liberal berpendapat bahwa; rasio sebagai instrumen
utama dalam memahami teks kitab suci. Namun,
penggunaan rasio dalam kelompok Liberal terlalu bebas dan
ekstrem. Hingga mereka tidak lagi memilah antara nash-nash
qoth‟i (tidak ada ruang ijtihad), dan nash-nash zhonni (ada
ruang ijtihad).
4) Islam Garis Keras (Teroris)
Semenjak Islam tidak memiliki institusi politik tunggal
dengan runtuhnya khilâfah Turki Utsmâni (1924 M.), fungsi
kekhilâfahan lebih banyak diperankan oleh jamaah-jamaah
kecil yang tersebar di penjuru bumi. Oleh karena itu, tidak
dipungkiri, bahwa aksi kekerasan kerap dilakukan oleh aktifis
gerakan Islam seperti HAMAS, FIS, AIS, NIF, Hisbullâh,
Ikhwân Al-Muslimin dan gerakan-gerakan Islam lain di
berbagai belahan dunia.

14
Pedoman AKe-NUanA
Kekalahan dengan negara-negara Barat, baik dalam segi
militer, ekonomi, hegemoni, propaganda dll, menjadikan
kelompok ini memilih gerakan bawah tanah. Dari sinilah
kemudian muncul beberapa gerakan Islam garis keras dan
radikal yang belakangan dilabeli dengan sebutan teroris,
anarkhis dan sebagainya.
Terlepas dari akidah yang diusung, jika melihat cara-cara
yang ditempuh mereka, terlalu sulit untuk bisa dibenarkan.
Sebab faktanya, perjuangannya yang radikal bukan
memberikan kemaslahatan kepada Islam secara umum,
melainkan justru membahayakan dan membuat umat Islam
kian dimusuhi dan ditindas dunia internasional. Inilah yang
tidak bisa dibenarkan dari tindakan-tindakan mereka.

15
Pedoman AKe-NUanA
BAB II
SUNNAH DAN BID’AH

 PENGERTIAN SUNNAH
Menurut arti bahasa, sunnah adalah; jalan atau langkah. Baik
jalan itu benar atau salah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist;
ًَ ًَ َْ ََ َْ َ َ ً َ َ ُ َ ْ ََ ًَ
ُ ِ‫يل ىا ِم ْٔ َي َ َِل اَ ِة ٍوَِ َع ََْ ََ ُر حأ َو ْا ُر حأ يف ثِصَ َذ ث‬
ََ ََْ َ‫ش َذ ش‬ ِ ‫ث ََ ا‬ ِ , ‫ش َذ شَ ََْ ََ َو‬ ُ ِ‫ثَئيشَ ث‬
ِ ‫ذ‬ ََْ َ َ َْ ‫ذ‬
. ‫يل ىا ِم ْٔ َي لََِ إ اَ ِة ٍو َِ َع ََْ ََ ُر ْز ِو َ َو ْا ُر ْز ِو ِ يي َع ذ‬ ِ َ‫ثِ ََ ا‬
Artinya; “Barang siapa yang memulai perbuatan baik maka dia
mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikuti kebaikan
tersebut sampai hari kiamat, dan barang siapa yang memulai perbuatan
buruk maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikuti
keburukan tersebut sampai hari kiamat”.
Sedang menurut istilah syara‟, sunnah adalah; jalan yang di
ridloi dan menjadi pijakan dalam agama yang telah ditempuh oleh
Rosululloh SAW atau orang yang menjadi panutan dalam agama
seperti para sahabat. Diungkapkan dalam sebuah hadist:
َْ َْ ْ ُ َ ََ ‫ذ‬ ‫َُ ْ َ ذ‬
‫نص ِب ًَْ سيي َع‬
ُ َِْ َِ‫ِش َو ت‬ ُ ِ‫ش ارذ ْل ِء افيخـىا ث‬ ِ ‫د‬
ِ ‫ح‬ ََ َ َِ ََْ ‫ْي ِد ع َب‬
Artinya; “Ikutilah Sunnahku dan sunnah Khulafa Ar-rosyidin
setelahku”.

 PEMBAGIAN SUNNAH
Menurut para ulama, sunnah yang sumbernya dari Rasulullah
saw. setidaknya terbagi menjadi tiga macam :
1) Sunnah Qauliyyah (ucapan)
Sunnah Qauliyyah ialah; sunnah di mana Rasulullah saw.
sendiri menganjurkan atau memerintahkan suatu amalan, baik
Rasulllah saw. mengerjakannya secara langsung ataupun tidak.

16
Pedoman AKe-NUanA
Jadi sunnah Qauliyyah ini sunnah Rasulullah saw. yang
dalil/riwayat-nya sampai kepada kita bukan dengan cara
dicontohkan, melainkan dengan diucapkan saja oleh beliau saw.
Contoh sunnah qauliyyah: Ada hadits Rasulullah saw. yang
menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum
pernah mendengar bahwa Rasulullah saw. atau para sahabat telah
belajar atau kursus berenang.
2) Sunnah Fi’liyah (perbuatan)
Sunnah Fi‟liyah ialah; sunnah yang dikerjakan langsung oleh
Rasulullah saw. kemudian diberitakan oleh para sahabat.
Contoh Sunnah Fi‟liyah: Ibadah sunnah yang dikerjakan
Rosululloh saw. seperti; shalat istisqa‟, puasa sunnah Senin Kamis,
makan dengan tangan kanan dll. Para sahabat melihat langsung
beliau saw. melakukannya, kemudian meriwayatkannya.
3) Sunnah Taqriyyah (ketetapan)
Sunnah Taqriyyah ialah; sunnah di mana Rasulullah saw.
tidak melakukannya langsung, dan tidak pernah memerintahkan
atau melarang dengan lisannya, namun hanya mendiamkan saja.
Contoh Sunnah Taqriyyah: Nabi saw. berkata kepada Bilal
ketika shalat fajar (shubuh), “Hai Bilal, ceritakan kepadaku amalan
apa yang paling engkau harap pahalanya yang pernah engkau
amalkan dalam masa Islam, sebab aku mendengar suara
terompamu di surga. Bilal berkata, “Aku tidak mengamalkan
amalan yang paling aku harapkan lebih dari setiap kali aku
bersuci, baik di malam maupun siang hari kecuali aku shalat untuk
bersuciku itu”.

17
Pedoman AKe-NUanA
 PENGERTIAN BID’AH
Menurut Al-Imam Izzuddin Abdul Aziz bin Abdissalam;
Bid‟ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal
(terjadi) pada masa Rasulullah saw.
Dalam sudut pandang syara‟, bid‟ah diucapkan sebagai lawan
dari sunnah, sehingga bid‟ah itu pasti tercela. Sebab, apabila
bid‟ah itu masuk dalam naungan sesuatu yang dianggap baik
menurut syara‟, maka disebut bid‟ah hasanah. Dan hakikat dari
bid‟ah hasanah adalah sunnah serta mendapat pahala.

 PEMBAGIAN BID’AH
Dalam Manaqib al-Syafi‟I, Imam al-baihaqi menjelaskan
bahwa;َ ْ ْ Imam
َ َ ُ As-syafi‟i َ ََُ ُ berkata ً ََ :ْ َ ْ ُ ‫ََ ْ ُ ذ‬
َْ ََ َ‫ ِن ا َب ض‬: ََ ‫ي ث ِد ذأ ا‬ُ ‫فى ا‬ِ ِ ‫خن‬ َ ‫ةا‬‫ا‬ ‫ش ْو أ‬ ِ ‫تاثدر َُ ْل ا ََ َو‬
ُ ِ‫ث ىلَضْل ث َع د ِة َٔ ُ ذ ًع ًَ ا ْج ِإ ْو أ ث‬ ٍ
ُ ْ َ ْ ْ ْ َ ََُ ُ َ ْ َ َ َ َُْ َ َ ً َ ْ َْ
.‫فَِ ث ِد ذأ‬ ِ ‫ي ْل ْيَِ َْل‬ ِ ‫ثٍ ََ ْٔ ُم ذ ََ ْي َُ د ثثد ُم َٔ ُ ذ ِملذ ََْ َِ ائيش‬
ُ ‫فى ا‬
Artinya: “Bid‟ah (muhdatsat) ada dua macam; pertama, sesuatu yang
baru yang menyalahi al-Qur‟an atau Sunnah atau Ijma‟, dan itu disebut
bid‟ah dhalalah (tersesat). Kedua, sesuatu yang baru dalam kebaikan yang
tidak menyalahi al-Qur‟an, Sunnah dan Ijma‟ dan itu disebut bid‟ah yang
tidak tercela”.

Sedangkan menurut catatan As-Sayyid Muhammad bin


Alawy Al-Maliki dalam Haulal-Ihtifal bahwa; menurut ulama
(diantaranya Imam Nawawi dalam Syarah Muslim) bid‟ah itu
dibagi menjadi lima bagian yaitu :
1) Bid‟ah wajib
Seperti; membukukan Al Qur-an, belajar bahasa Arab
khususnya ilmu Nahwu bagi siapapun yang ingin memahami
Al-Qur‟an dan Al-Hadits dengan baik dan benar.
18
Pedoman AKe-NUanA
2) Bid‟ah mandub/ sunnah
Seperti; membentuk organisasi persatuan kaum muslimin,
mengadakan sekolah-sekolah, mengumandangkan adzan
diatas menara dan memakai pengeras suara, berbuat
kebaikan yang pada masa pertumbuhan Islam belum pernah
dilakukan.
3) Bid‟ah makruh
Seperti; menghiasi masjid-masjid dengan hiasan-hiasan yang
bukan pada tempatnya, mendekorasikan kitab-kitab Al-
Qur‟an dengan lukisan dan gambar-gambar yang tidak
semestinya.
4) Bid‟ah mubah
Seperti; menggunakan saringan (ayakan), memberi warna-
warna pada makanan (selama tidak mengganggu kesehatan),
memakai kopyah, memakai pakaian batik dan lain
sebagainya.
5) Bid‟ah haram
Semua perbuatan yang tidak sesuai dengan dalil-dalil umum
hukum syari‟at dan tidak mengandung kemaslahatan yang
dibenarkan oleh syari‟at.

19
Pedoman AKe-NUanA
BAB III
AMALIYAH-AMALIYAH NU

1) MAULIDAN
Maulidan secara umum diartikan sebagai bentuk peringatan
atas kelahiran baginda agung Muhammad SAW. Terlebih dari itu,
para ulama‟ menjelaskan bahwa maulidan adalah sebuah
ungkapan kegembiraan sekaligus bentuk pengakuan cinta dan
pengagungan atas lahirnya manusia pembawa rahmat bagi alam
semesta.
Firman Alloh;
ََ َْ ْ ََِ َُ َ َ َ َ ْ َْ ََ ‫َْ َ ْ ُ ذ‬
‫ي اٍذ م ْيَ خ َٔ ْ أ ُذ َر َفييف ِملذتِ ف ِ خِ ْح َر ِب َو الْل ِو ض ِفة وك‬ ََِ ََ ٍ ‫نٔ ُع‬
Artinya: Katakanlah:ََ "Dengan َ ْ
kurnia Allah dan rahmat-Nya, َْ
hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya
itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Dalam sebuah hadist dijelaskan;
‫َْ ذ‬ ‫َ ََُ ْ ذ‬ ْ َْ َ ْ َُ
‫ص ُ ٍدذََ ُم ُخ ْح َر َو ًَُ يعِ ىا ِللها وضف‬
َ ‫ش َو ِ يي َع للها ل‬ َ ‫ًَ ََ ي‬
Artinya: “Karunia Alloh adalahَ Ilmu agama, sedangkan َ rahmat-nya
(kasih saying-Nya) adalah _lahirnya_ Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW bersabda;
‫َْ ذ‬ ََ ََ
‫ك ِنَِ َْ تذ َذ‬ َ ‫فَِ عَِِ َْ ََ ن‬ ِ ‫ثِ ِ َخ ـىا‬
Artinya: “Barang siapa mencintaiku (Nabi SAW), makaَ dia masuk
surge bersamaku. ََ ََْ ‫ا‬
2) ZIAROH KUBUR
Ziaroh kubur ialah; berkunjung pemakaman dengan tujuan
tertentu. Hukum ziaroh kubur adalah sunnah berdasarkan ijma‟,

20
Pedoman AKe-NUanA
apalagi berziarah ke makam Rosululloh saw. Adapun dalil di
perintahkannya ziaroh kubur;
ََ َ َْ ََ َْ ُ ْ َ َْ َ ََ ‫ذ‬ ََ َُ ََ َُ َْ َْ
َ ‫جإ ف ْاو ُر و ُز ف ِر ُٔتلىا ِة َر ا َي ِز َ َْ خ ًَْ ُس‬
‫خي ج ُج ِن‬ ِ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫قر‬
ِ ‫يلىا‬ ‫ب‬
ِ َ
‫و‬ ‫دح‬ ِ
َ ُ
‫ع‬ ‫ىا‬ َ
‫ع‬ ْ
‫ي‬ َ
‫و‬ ‫نذح‬ ُ
‫ر‬ ‫آلا‬ ِ ‫خ‬ ‫ر‬
َ ‫ة‬
َ َِ ْ “(Dulu)
Artinya: ُ aku melarang kalian untukْ berziaroh, makaَ ُ
(sekarang) berziarohlah, karena hal itu dapat melunakkan hati dan
ُ
mengingatkan pada akhirot”.
Dalam hadist lain, baginda nabi saw bersabda;
َ َ ََ ََ َْ ََ
)ََ ََْ ‫ب ْي برِ ر َر ا َز ف جذ َذ‬ َ ‫قييلبا هاور( تِ َْ ِ اَي َذ ِف َْ ِ ِن َْ ِ َر ا َز ََْ ٍ ََ ن ن َك ْي ـِ ْٔح َم دع‬
Artinya: “Barangsiapa yang berhaji lalu berziarohْ ke makamku َ
setelah wafatku, maka hal itu seperti orang yang berziaroh kepadaku disaat
aku masih hidup” (HR. Imam Baihaqi).

3) TAHLILAN
Tahlilan adalah; istilah untuk sebuah ritual ibadah yang di
dalamnya berisikan dzikir, sholawat, bacaan qur-an, do‟a serta
wirid-wirid lain yang semuanya diperintahkan oleh Alloh SWT.
Firman Alloh SWT;
َْ َْ َ َ َُ َ َْ ََْ ََ َْ َْ ْ ‫َُ َْ ََ َذ‬
‫ص ُْْل ءاٍ ََ شألا يف أ ُع دح ا اًّيأ َََ ْحرذ ْل أ ُع دا ِو أ الْل أ ُع دا وِ ك‬ ْ ‫َن‬
Artinya: Katakanlah: "Serulah َ ْ Allah ‫ ذ‬atau serulah Ar-Rahman.
Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul
husna (nama-nama yang terbaik). (QS. Al isro 110)
Firman Alloh SWT yang lain;
ََ َْ َ َُ ‫َ ذ‬
‫ا ْي ًَ ثِ ن ا ًر ن ِذ الْل او ُر نذا أَُِ َ ََ آ ََََي الَِ ا اَ حأ اَي‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah ‫ذ‬ ْ dengan َُ
menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al Ahzab
41) َ

21
Pedoman AKe-NUanA
4) TAWASSULAN
Tawassul adalah; mencari berkah dengan perantara
menyebut orang-orang sholih yang dicintai Alloh SWT. Yakni;
menjadikan nama-nama orang sholih sebagai perantara mendekat
kepadaAlloh agar permohonannya cepat dikabulkan. Kenapa
demikian, karena orang-orang sholih derajatnya lebih dekat
kepada Alloh.
Firman Alloh SWT:
َ َ َ ‫ََ ُ ا ْ ُ ْ َ ُ ذ‬ ُٔ ‫ا‬ َْ ََ َْ ُ ْ ََ ْ ‫ََذ ْ ُ ذ‬ ‫َ ذ‬
َ
‫ثييش َٔ ْل ِ َِل أغ َخ ْب ا َو لْل ألتا اََِ ََ آ َ ََ يل َِ ا ا حأ اي‬ ِ َ
‫و‬ َ
‫ح‬ ‫ا‬ ِ
َ ْ ُ
‫د‬ ‫او‬ ِ
َ ‫ف‬ِ َ‫ش‬ ‫ب‬
ِ ‫ي‬ ‫ي‬
ِ ِ ‫ًسيعى‬ ‫فت‬ ‫ي‬
ِ ‫نٔر‬
Artinya: Hai orang-orang yang َ beriman, bertakwalah kepada Allah َُ
dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah
pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al Maidah َ
35)
Dalam sebuah hadist diceritakan bahwa; suatu saat ketika
musim paceklik, sahabat bilal mendatangi makam Nabi agar
beliau memintakan hujan kepada Alloh SWT.
َ ََ ََ
ِ ِ ِ ‫ ًيشو ييع للها لص‬, ‫ْللذ‬ ‫أ‬ َ‫اص‬ َ
‫ب‬ ‫ا‬ ‫النذ‬ َ‫س‬ ‫َك‬ ْ
‫ر‬ ‫ط‬ ِ
َ ‫ف‬
ِ َ
‫ز‬ ََ ََ ُ
‫خ‬ ََ ٍ ‫ر‬
َ , ‫َف‬ َ
‫خ‬ ‫ا‬ َ
‫ء‬ ‫ر‬
َ ُ
‫ح‬ ‫و‬ ‫ِإ‬ َ
َ َ
‫ل‬ ‫ر‬
َ ْ
‫ر‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ِبلنذ‬ََ
َ َْ ‫ٔش َر اَي‬ ُ َ ُ َ َ
‫جِ ئا‬ ُ ‫ ِللهاَِ َل‬, ‫َتش ا‬
ْ ‫قص‬ َِْ ‫ أ ُه َ ْي ََ ْد َك ًَْ جذ إف َم خذ أل‬, ‫ َل َو يلف ِم اِ ََ ٍ ََ ْْل َِ ِف َو ُح َِرذ ْل َت َأَِف‬:َُ :
ُ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َ ُ َ َُ
‫ ملَصذ ْل ِئر كأف َر ٍََ خ‬, ‫ٍرخ كتذ هب َر خأف ٍرخ تأف‬
Artinya: Ketika paceklik melanda umat manusia dizaman kholifah
Umar ibnul khottob, datanglah seorang laki-laki (bilal bin robahah) ke
makam Nabi SAW, dan berkata; “Ya Rosulaloh, mintalah hujan untuk
ummatMu, sungguh mereka tertimpa musibah”. Kemudian Nabi
mendatangi laki-laki tersebut didaam mimpinya dan berkata; “Datanglah
kepada umar dan sampaikan salam kepadanya. Maka, laki-laki tersebut
mendatangi umar dan menceritakan perihal mimpi itu kepadanya, lantas
umar menangis. (HR. Imam Baihaqi).

22
Pedoman AKe-NUanA
5) ISTIGHOZAHAN
Istighozah secara umum adalah; sebuah do‟a (permohonan)
untuk mendapatkan pertolongan dengan menggunakan bacaan-
bacaan dzikir, sholawat atau wirid-wirid tertentu secara
bersamaan. Dikarenakan kontek istighozah adalah sebuah do‟a,
maka tidak ada cara khusus atau bacaan-bacaan tertentu yang
ditetapkan.
Firman Alloh SWT.;
‫خش َأ نِٔ ُع ْد ا ًَُ سب َر َل اَك َو‬ ْ َ‫ش تِ َد ا َت عِ ََْ َخ َن وب ُر ُْه‬
ِْ ِ ‫َخص َ ي َ ََ ي ال ََِِ ذ ا نذ إ ِ ًَْ سَ ى ِ ْب َخ‬ ُ
َ ‫ََ ًَ َِذ َ َح َن ُٔيَ ُخ ْد َي‬
ََ
‫ير خِ اد‬ ِ ََ ََ
Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Kabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan
hina dina." (QS. AlMukmin 60).
Memahami makna istighozah secara bahasa, yakni; meminta
sebuah pertolongan, ulama‟ sepakat bahwa diperbolehkan juga
meminta pertolongan (istighozah) kepada selain Alloh. Dengan
pengertian, selain Alloh hanya sebatas perantara atau sebab, pada
hakkikatnya tetep Alloh yang memberi pertolongan.
Dijelaskan dalam sebuah hadist;
ْ َ َ َُ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ ََ َ َ َ َُ ََ َُ ُ َ ْ ُ َ َْ َْ َُ َْ ‫ذ‬
‫يل ىا َم ْٔ َي ُٔدح سَ ٍشْل نِإ‬ ِ ‫ا‬ َ ‫ث‬
ِ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ت‬ ‫غيتح‬ ‫ىا‬ َ
‫ع‬ ‫ر‬
َ ‫ق‬ َ ‫فص‬
ِ ‫ذألا‬ ‫ن‬
ِ , ‫ِيتذ‬ ٍَ ‫ا‬ ْ
ًَ ‫لذن‬ ‫م‬
ِ ‫ثاغخشا‬ ٔ
‫ا‬
َ ُ ُ َ ُ ْ ‫ََ ََْ َ ْ َ ْ َ ُذ ذ‬ ‫ا‬ َْ ‫ذ‬
‫ َم دآِة‬, ‫س َُ ِة ًذ ث‬ ٍ ٔ , ‫ْيعِ ْجأ ًَْ ِ يي َع َو ِ يي َع لْل لصَ ٍد ٍذ َر ٍَُ ِة ًذ ث‬
Artinya: “Sungguh dihari َْ kiamat matahari mendekat, sehimgga
keringat _menggenang_ sampai separuh telinga, ketika _manusia_ dalam
kondisi demikian maka mereka meminta pertolongan kepada adam as,
kemudian musa as, sampai kemudian kepada Muhammad SAW.” (HR.
Imam Muslim).

23
Pedoman AKe-NUanA
6) FIDAAN
Fida‟ dalam bahasa arab artinya tebusan. Kegiatan fidaan
pada dasarnya wujud pengamalan terhadap sebuah hadist dan
penjelasan dari para ulama‟. Sabda Nabi SAW.;
‫ذ‬ ُ َْ َ َ ْ ْ ََ ََ َ َْ ُ ْ َُ ََ
ََ ََْ ‫و َح َو زذ َع ِللها َََ َِ َُصَ فج ْى َت ََ شاِ دلذ ٍة رذ َم فىأ } د َذ أَللها َٔ ْ وك { أ َر ك‬
Artinya: “Barang siapa membaca َ qul huwallohu َ ْ ahad (surat al َ
ikhlas) sebanyak seribu kali, maka dia telas membeli (menebus) dirinya
dari Alloh „azza wa jalla”.
Dalam sebuah atsar (hadis shohabat) dijelaskan;
َ َ َ ْ ََ ْ ََْ َ َْ ََََ‫ذ‬
ََ ََْ ‫رِ النذ ا َ ََ َِ ةأ َر َة ُل ُج َك ٍة رذ َم ِف ىأ ْيعِ تشَ للها ْلاِ َل إِ ْل ْلك‬
Artinya: “Barang siapa membaca َ laa ilaha illalloha sebanyak tujuh
puluh ribu kali, maka dia terbebas dari siksa neraka”.

7) MANAQIBAN
Manaqib menurut arti bahasa bermakna sejarah atau riwayat
hisup. Manaqiban dalam penggunaan istilahnya diartikan; bentuk
kegiatan mencari berkah dari para ulama‟, wali dan orang-orang
sholih dengan cara membacakan sejarah mereka.
Adapun tujuan terpenting dari manaqib adalah; menanamkan
rasa cinta kepada para kekasih Alloh terlebih bisa menteladani
perilaku hidup beliau dengan mengetahui sejarahnya. Sehingga,
dengan demikian kita termasuk ََ َ golongan ْ ‫ذ‬ mereka.
ُ ْ ‫َذ‬ ُٔ ُ ُ ْ ‫ ا‬Firman
َ ُٔ Alloh;
َ ‫ا‬
‫ْي ِر ِد اصذ ْل َع ََ ا َٔك َو لْل ألتا اَِ َ ََ آ َََ يلَِ ا ا حأ اي‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (QS. At-taubah
ayat 119).
‫ََ ُ ْ َ ُ ُ ِ َ ُ ُ َ ُ َ ُ َ َ َ َ ْ ذ‬
‫ت حا َو‬ ِ ‫ي ََ عت ًَْ ُخ ِن اٍ ََ ِة ًُسئ ُبأف ًَْ س ُع حِ ْر َم لذ إِ ًذ ث لذ إِ َب اأ ََْ ََ وي‬
ِ ‫ب شَ ع‬ ٍ ‫ٔن‬

24
Pedoman AKe-NUanA
Artinya: “dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.”. (QS. Luqman 15).
Selain itu, membaca cerita orang-orang sholih menjadi salah
satu penyebab turunya rohmat. Imam sufyan bin uyainah berkata;
َُ ََْ َ ْ َُ َْ ََ
ِ‫ث ْحرذ ْل لن َِ ت يل َِ َِ اصذ ْل رِ ن ِذ ِدع‬
ْ ْ ْ
Artinya: “Saat menyebutkan orang-orang sholih, َ maka rahmat akan ْ
turun”.
َْ
8) SELAMETAN
Selametan adalah; ritual ibadah yang di laksanakan pada hari-
hari tertentu dalam rangka mengenang hari kematian seseorang,
seperti; selametan hari ke-7, ke-40 atau hari ke-100 kematian
seseorang.
Tradisi selametan menjadi suatu nilai normatif dimasyarakat
Indonesia khususnya masyarakat jawa. Meski bentuk acara
tersebut beda-beda namun tujuan utamanya sama yakni;
mendo‟akan agar si mayit selamat, baik dari fitnah kubur ataupun
fitnah akhirot.
Imam thowus (pembesar tabi‟in) menjelaskan;
ْ َ ْ ً َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ ْٔ َ ْ ُ ْ ْ ََ ْٔ َُ ُٔ ََ َ ُ َْ َْ ََ
‫س ُو اعذ ىا ْلك‬ ُ ‫ف َْ ِ ن َُِ َخفح ت ٍََ ْل نِإ‬ ِ ‫تر خصي ا َكف اعتش ًََِْ ِر ْٔ ُتر‬ ِ ‫ن‬
ٔ ‫نأ‬ ‫عح‬ ِ ‫ع‬ٍ ٔ
‫ا‬ ‫خ‬ َِ ً ‫ح‬ ‫ي‬
ِ ‫م‬
ْ ََ
)ً‫ َم اذيألا‬. (‫َ ي ُع ٔةأو د ْحأ حرخأ‬
‫ذ‬
Artinya; Imam Thâwus berkata: "Seseorang yang meninggal akan
mendapat ujian dari Allah dalam kuburannya selama tujuh hari. Oleh
karena itu, seyogyanya bagi mereka memberikan suatu jamuan (shadaqah)
bagi yang mati selama hari ujian tersebut". (HR. Ahmad & Abu Na'îm)
Imam As-suyuti dalam kitab hawi lilfatawi menjelaskan
bahwa; budaya memberi makan dan membaca al qur-an dimakam

25
Pedoman AKe-NUanA
orang yang meninggal sampai hari ke-7 kematian, sudah menjadi
tradisi sejak generasi para sahabat.
ْ ُ ْْ ُ َ ُ ْ َ َ ْ ً َْ َ ‫ذ‬ ََ‫ذ‬ ََ ُ َ َْ ََ ْ ََ ََ َُ َُ ََ
‫ت خ ََ خ‬ َ ‫ ْلك يٍَ َ خ ََ ِة دي‬: ‫ ق ِفاَِ َُ َو ََ َِ ؤم ِن لح َر ت فح‬, ‫ اعتش تفيذ َََِ ٍؤْل اأف‬, ‫اأو‬
َ ْ ُ
ُ ًَ ‫ص ْي َْ ََ ع َب ْر َأ ت َ ْف ُي َذ ُق فاَ َِ َ ٍَ َُ ْْل‬
‫اذ‬ َِ َِ َ ‫ََات‬
Artinya; dari „ubaid bin umair berkata: “Orang Mukmin diuji di
alam kubur selama 7 hari, sedangkan orang munafiq diuji selama 40
hari.”

9) WIRIDAN
Wirid secara „urf dapat diartikan sebuah dzikir tertentu dan
di kerjakan dalam waktu-waktu tertentu. Dalam hal ini, penulis
spesifik pada pembahasan wirid/ wiridan setelah sholat 5 waktu
yang menjadi tradisi ulama‟ nusantara. Apakah yang demikian ada
dasarnya,?. Dijelaskan dalam sebuah hadist;
ََ ْ َ َ ََ َ ‫ََ ذ‬ ََ ‫َُ ُ َ ذ‬ َْ ‫ذ‬ ََ
ْٔ َ
, ‫ ِة لصذ ْل َب ِل َع ل لح ً ََ يشَ َو ِ يي َع للها لصَ ب َِِ لنذ ا ن َك‬: " ‫ُل ْميش ْل ُه دذ َو للها ْلإِ َل إِ ْل‬
َ ‫ ر ْيد َك ٍء‬, ‫ذيْل‬ َ ُ ‫ َج ْي َع ْخ َأ اٍ ََ ل َع ُا ََ ْلَ ًذ‬, ‫مي َُ َْلَِ ُل ََاٍل َي ع ْع َُ ْل َ َو‬ َ َُ ‫َل َو‬ ْ ْ ََ ُ َ ْ ْ َُ َ
َْ َ‫ش‬ ِ ِِ ِ َِ ٍ ُ ‫ل َٔ ْ َو د ٍََْل‬
َ ‫ك َع‬
َ َ ْ ِ ْ َ َ ْ َُ َ َ َ ْ ََ
." ََ َِ‫ َج ُ َع‬, ‫د َْْل َْ ِ َمََِ د َْْل اذ ُع ْفِح ْل َو‬
Artinya; Nabi shollallohu „alaihi wasallam setelah selesai sholat
membaca “laa ilaha illallohu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku wa
lahul hamdu wahuwa „ala kulli sya‟in qodir, allohumma laa mani‟a lima
a‟thoita walaa mu‟thiya limaa mana‟ta, walaa yanfa‟u dzaljaddi minkal
jaddu”. (HR. Muslim)
Juga dijelaskan dalam hadist shohih lain;
َ َ َ َ َ َ ًَ ََ َ ًَ ََ َُ ‫ََ َ ذ‬ َْ ‫ذ‬ ‫ذ‬
‫ ْلك ً ََ يشَ َو ِ يي َع للها لصََِبذ ِ لنذ ا نأ‬: " ََ ََْ َ‫ ْيثِ لَث َو اثلَث ِة لَصذ ْل َر ُةد َد تذ ش‬, ‫اثلَث د ْحو‬
‫ََ ْ ََ ََ ذ‬ َ َ ََ ْ َ ‫َ َ ُ ْ َُذ‬ ََ َ ًَ ََ ََ
‫ ْيثِ لَث َ َو‬, ‫ ْي َثِ لَ َث َو اثلَ َث َ ب َ َر َ ذ ك َو‬,َ ‫ص ِ ت ِملذف‬ ‫نٔع ص ِ ت َو ثع‬, ‫ثِ ئاٍ َِ ْل َم اٍَ ت ْلك َو‬: ‫الْل ْلإ َل َإ ْل‬
َْ ْ َُ َِْ َ َ َ َ
" ‫ ُل ميش ْل ُه دذ َو‬, ‫مي َُ ْل ُل‬ ٍ ‫ر ي ِد ك ٍء ش ك َع َل َٔ ْ َو ُد ٍََ ْْل ُل َو‬, ‫ُه اَيا َعَِخ جعذ ُذ‬
26
Pedoman AKe-NUanA
Artinya; Sungguh Nabi shollallohu „alaihi wasallam bersabda; barang
siapa setelah selesai sholat membaca tasbih sebanyak 33 kali, membaca
tahmid 33 kali, membaca takbir 33 kali, dan menyempurnakan hitungan
100 dengan membaca “laa ilaha illallohu wahdahu laa syarikalahu, lahul
mulku wa lahul hamdu wahuwa „ala kulli sya‟in qodir, maka dihapus
dosa-dosanya”. (HR. Muslim)

10) NYADRAN
Nyadran atau bersih deso juga yang dikenal dengan istilah
sedekah bumi adalah istilah-istilah yang memiliki satu makna.
Perbedaan daerah dan latar belakang sejarah menjadikan istilah
tersebut berbeda, bahkan dengan praktek yang beda-beda pula.
Subtansi nyadran pada dasarnya sama dengan ulang tahun,
yakni; sebuah perayaan sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat

ََ ‫ ذ‬Sebagaimana
lahirnya nama suatu daerah.َ ‫ َََ َ ُ َ َذ‬Firmanُ ََ Alloh;َ َ َ ُ
‫ديز أل ًَْ ت ْر هش ِئ ى‬
ِ ‫س‬ُ ْ
ًَ َ
‫و‬ ‫ى‬ ‫ئ‬
ِ ‫فز‬ ‫ر‬ْ ‫ت‬ ًَْ ‫نإ‬ َ
ِ ‫دي ِد شل بِ اذ‬
‫ع‬
Artinya; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrohim 7)
Meski dengan praktek perayaan yang berbeda-beda akan
tetapi do‟a dan harapan mereka sama, yaitu; di beri kemakmuran
dan keberkahan, sehingga desanya menjadi desa yang baldatun
toyyibatun warobbun ghofur. Dalam praktek ritualnya, tak jarang
masyarakat berkumpul malakukan do‟a bersama ditempat tertentu
dan membuat ambeng/ tumpeng sebagai bentuk sedekah desa
agar desanya dijauhkan dari musibah. Sebagaimana keterangan;
ََ َْ َ َ ُ َ َْ َ ََ
‫ياكو ثكدصذ ْل‬ َ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫ي‬ َ
َ ‫ا‬ ‫ل‬
ِ َ
‫و‬ َ
‫ش‬ ‫ب‬ َ ‫ت‬ ً ‫ا‬ ِ َ
‫ل‬ ‫ف‬ ‫ع‬ ‫ا‬ َ
‫ب‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ِ
‫ء‬
ِ ِ ٍ ِ
Artinya; "Sodaqoh adalah penjaga hartaْ dan menjadi penyebab di
jauhkannya musibah."

27
Pedoman AKe-NUanA

‫بأص ْلة ًيعأ للهاو‬


28

Anda mungkin juga menyukai