Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATERI PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

Disusun oleh :

Indi Inayah (RPL19484015)

Dosen Pembimbing : Iramie Duma kencana Irianto, M.si,Apt

LABORATORIUM FISIKA FARMASI

POLTEKKES BHAKTI SETYA INDONESIA

1
PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

TUJUAN : Menentukan kerapatan dan bobot jenis zat dengan piknometer

TEORI : Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Kerapatan merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian
dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat.

RUMUS :

1. Menghitung Volume Zat/Air/Pikno  Penimbangan dengan piknometer

Utk diketahui bobot zat cair/sampel


Mair (berat air)
Ρair = Digunakan air karena sudah diketahui
Vair (volume air) Kerapatannya (Ρair = 0.997074 pada suhu 250c)
Mair (berat air) Sehingga bisa dihitung volumenya
Vair =
Ρair (kerapatan air)

2. Menghitung Kerapatan Zat  Hitung berat zat dengan piknometer


Hitung kerapatan dengan rumus yang sama
Volume yang digunakan adl volume pikno/air
3. Menghitung Bobot Jenis

BJzat = Ρzat (kerapatan zat)

Ρair (kerapatan air)

CONTOH PERHITUNGAN :

B. Data Penimbangan Air Etanol Keterangan


Piknometer kosong 34,3389 gram 34,3389 gram
penimbangan dengan satu piknometer
Piknometer + sampel 59,2420 gram 55,8606 gram yang sama
sampel 24,9031 gram 21,5217 gram

Penimbangan piknometer dengan air digunakan untuk mengetahui volume air/volume piknometer
sehingga diketahui volume zat, sehingga bisa dihitung kerapatan zat

 PERHITUNGAN VOLUME PIKNO/AIR/ZAT

Mair 24,9031 g
Vzat = =
Ρair
0,997074 g/ml
= 24,2762 ml
 KERAPATAN

Mzat 21,5217
Ρzat = =
Vzat 24,9762
= 0,861688
 BOBOT JENIS ZAT

Ρzat 0,861688
BJ zat = =
Ρair 0,997074
= 0,864217

2
PENENTUAN KADAR ETANOL DENGAN CARA DESTILASI

TUJUAN :
1. Mengetahui prinsip- prinsip destilasi dan kegunaannya
2. Menentukan kadar etanol dalam campuran/ minuman

I. DASAR TEORI
Destilasi atau Penyulingan adalah teknik pemisahan berdasarkan titik didih.
Titik didih itu sendiri didefinisikan sebagai suhu pada saat tekanan cairan sama
dengan tekanan luar, atau suhu dimana cairan mendidih pada tekanan normal.
Destilat yang diperoleh ditentukan kadar etanolnya dengan cara fisik, yaitu
melalui perhitungan bobot jenis dan indeks bias.
Bobot jenis suatu ceiran/ padatan adalah bobot per satuan volume dari bahan
tersebut, biasanya ditentukan dengan cara membandingkan bobot jenis relatif
dengan bobot jenis air suling pada suhu yang sama.

RUMUS :

1. Menghitung Volume Zat/Air/Pikno

 Rumus : Mair (berat air)


Ρair =
Vair (volume air)
Mair (berat air)
Vair =
Ρair (kerapatan air)

 Penimbangan dengan piknometer


Utk diketahui bobot zat cair/sampel
Digunakan air karena sudah diketahui
Kerapatannya (Ρair = 0.997074 pada suhu 250c)
Sehingga bisa dihitung volumenya dengan rumus diatas

2. Menghitung Kerapatan Zat


 Hitung berat zat dengan piknometer
Hitung kerapatan dengan rumus yang sama spt diatas
Volume yang digunakan adl volume pikno/air
3. Menghitung Bobot Jenis
 Rumus :

BJzat = Ρzat (kerapatan zat)

Ρair (kerapatan air)

 Setelah diketahui kerapatan zat

Lihat data bobot jenis di FI ed III hal 189 – 200

Lihat faktor koreksi , hitung factor koreksi  Rumus : (factor koreksi x (suhu ukur -200C)

Hitung BJ koreksi BJ terhitung

Lihat data bobot jenis di FI ed III hal 189 – 200, lihat kadar etanol sesuai BJ terhitung

3
CONTOH PERHITUNGAN :

B. Data Penimbangan Air Etanol Keterangan

Piknometer kosong 34,3389 gram 34,3389 gram


penimbangan dengan satu
Piknometer + sampel 59,2420 gram 55,8606 gram
piknometer yang sama
sampel 24,9031 gram 21,5217 gram

Penimbangan piknometer dengan air digunakan untuk mengetahui volume air/volume piknometer
sehingga diketahui volume zat, sehingga bisa dihitung kerapatan zat

 PERHITUNGAN VOLUME PIKNO/AIR/ZAT

Mair 24,9031 g
Vzat = =
Ρair 0,997074 g/ml

= 24,2762 ml

 KERAPATAN

Mzat 21,5217
Ρzat = =
Vzat 24,9762

= 0,861688

 BOBOT JENIS ZAT

Ρzat 0,861688
BJ zat = =
Ρair 0,997074

= 0,864217
Berdasarkan Farmakope Indonedia edisi III Hal 819 – 820, diketahui etanol dengan BJ
0,864217 ~ 0,864 memiliki faktor koreksi 0,00085

Rumus : faktor koreksi x (t -200C)

Berdasarkan persamaan BJ terkoreksi = Bj terhitung , maka dapat dihitung kadar etanol


sampel (etanol)

BJ etanol Percobaan B = 0,864217-{(0,00085x(25-20)}

= 0,8642177-0,00425

= 0,859967 ~ 0,826  kadar etanol 79,5% v/v

4
MENHITUNG VISCOSITAS CAIRAN

TUJUAN : Menentukan viscositas cairan tunggal (cairan tipe alir newton)

II. DASAR TEORI


Viscositas atau Kekentalan adalah hambatan aliran cairan.

Dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk
silinder, jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan waktu (Bird,1993)

Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya
mengalir pada kecepatan tertentu.

III. KONSEP VISCOSITAS

Fluida baik zat cair maupun gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan
yang berbeda, viskositas merupakan gaya gesekan antara molekul- molekul yang
menyusun suatu fluida

Pada zat cair viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik
molekul sejenis, Pada zat gas viskositas disebabkan oleh tumbukan antar molekul
(Bird,1993)

IV. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Suhu
2. Konsentrasi Larutan
3. Berat molekul solute (zat terlarut)
4. Tekanan

V. CARA KERJA
1. Siapkan etanol 70% dan aquadest  tetapkan suhu pada suhu ruang
2. Masukkan 15ml etanol 70% kedalam viscometer mengunakan pipet ukur
3. Pasang pada tiang penyangga, sedot dengan bola hisap sampai melewati batas
paling atas
4. Siapkan stopwatch, lepaskan bola hisap hitung waktu yang diperlukan larutan
untuk turun melewati jarak 2 tanda pada viskometer
5. Ulangi langkah yang sama untuk aquadest
6. Tentuan bobot cairan dengan piknometer
7. Hitung volume dan kerapatan cairan sehingga bisa dihitung viskositas cairan
VI. RUMUS
Menghitung viskositas
ȵzat Ρzat x tzat
=
ȵair Ρair x tair
Ρzat x tzat x ȵai
ȵzat =
Ρair x tair
Menghitung volume zat

Vpikno = Vair = Vzat

Mair Ρzat = Mzat


Ρair =
Vair Vzat
Mair BJzat = Ρzat
Vair =
Ρair Ρair

5
VII. DATA PERCOBAAN

A. Penentuan Berat Jenis Larutan


Suhu saat ambil (t) = 250C (Ρair pada suhu 250C = 0,997074)

. Data Penimbangan zat/air Air Etanol 70% Keterangan

Piknometer kosong 23,7583 gram 23,7583 gram


penimbangan dengan
Piknometer + sampel 50,1741 gram 47,1069 gram
piknometer yang sama
Sampel 26,4158 gram 23,3486gram

Penimbangan piknometer dengan air digunakan untuk mengetahui volume


air/volume piknometer sehingga diketahui volume zat, sehingga bisa dihitung
kerapatan zat

B. Viskometer Ostwald
Volume sampel (V) = 15 ml
Suhu saat ambil (t) = 250C (ȵair pada suhu 250C = 0,899cp)

Data Pengukuran waktu Air Etanol 70% Keterangan


I 6,09 6,84
II 6,69 6,53 Pengukuran waktu menggunakan
III 6,75 6,50 stopwatch
Jumlah 6,51 6,62

VIII. DATA PERHITUNGAN

 PERHITUNGAN VOLUME PIKNO/AIR/ZAT

Mair 26,4158 g
Vzat = =
Ρair 0,997074 g/ml
= 26,4933 ml

 KERAPATAN ZAT

Mzat 23,3486 g
Ρzat = =
Vzat 24,2933 ml
= 0,881302 g/ml

 VISCOSITAS ZAT

Ρzat x tzat x ȵai


ȵzat =
Ρair x tair
0,881302 x 6,62 x 0,899
ȵzat =
0,997074 x 6,51
5,24496
=
6,49095
= 0,808 cp

6
PENENTUAN TITIK LEBUR

TUJUAN : menentukan titik lebur zat padat dan menggunakannya sebagai kriteria dalam
identifikasi dan pemeriksaan kemurnian.

A. TEORI

Titik lebur suatu zat padat adalah suhu pada saat di mana fase padat dan fase cairberada dalam
kesetimbangan pada tekanan luar sama dengan satu atmosfer.

B. CARA KERJA
1. Siapkan alat penentuan titik lebur yang digunakan ( Melting Point Apparatus)
2. Sejumlah sampel dihaluskan lalu dituang ke dalam kaca arloji. Sejumlah tertentu sampel
dimasukkan ke dalam tabung kapiler kering, dimampatkan dengan cara mengetuk-ngetuk
tabung kapiler sehingga diperoleh kolom sampel setinggi kurang lebih 3 mm.
3. Masukkan tabung kapiler ke dalam penangas melalui lubang kecil di bagian atas alat.
4. Panaskan penangas dengan laju pemanasan sekitar 10 ° C per menit dan pada sekitar titik
lebur laju pemanasan diatur sekitar 1 ° C per menit.
5. Catat suhu pada termometer, pada saat sampel mulai melebur dan suhu pada saat
peleburan sempurna (fase padat menghilang).
6. Pengamatan melalui kaca pembesar di bagian atas alat

Suhu mulai melebur Suhu melebur


˚C sempurna ˚C Rentan Lebur (˚C)
No Zat
R R (Xakhir – Xawal)
R1 R2 ̅awal R1 R2 ̅akhir
3 3

1 Vanillin 57 60 58.5 80 81 80.5 (80.5 - 58.5) = 22

2 Acetamid 83 84 8..5 110 112 111 (111 - 83.5) = 27.5

3 CTM 98 98 98 120 120 120 (120 - 98) = 22

4 Menthol 37 38 37.5 41 42 41.5 (41.5 - 37.5) = 4

RATA- RATA SUHU RATA- RATA SUHU SELISIH SUHU


MULAI MELEBUR MELEBUR SEMPURNA PELEBURAN

Melting Point (MO) sesuai The Merck Index


1. Vanillin MP = 80˚ - 80˚ / 81˚ - 83˚ (no. 9839)
2. Acetanilide MP = 113˚ - 115˚ (no. 42)
3. CTM MP = 130˚ - 135˚ (no. 2180)
4. Menthol MP = 40˚ - 43˚ (no. 5723)

Senyawa dapat dikatakan murni jika mempunyai rentang antara 0.3˚ sampai 0.5˚ dan hasil
pada percobaan ini lebih dari 0.5˚.
Adanya jarak lebur ini disebabkan oleh adanya pengotor atau oleh pengurai pada saat melebur
dan juga oleh pengalihan panas yang tidak memadai.
Pada percobaan ini kita menggunakan gliserin sebagai kapasitor karena gliserin mempunyai
titik didih lebih tinggi dari air.

7
TEGANGAN PERMUKAAN

TUJUAN : Menentukan tegangan permukaan dengan metoda kenaikan pipa kapiler

TEORI : Tegangan permukaan dapat dodefinisikan debagai gaya yang terjadi pada
permukaan suatu cairan yang menghalangi ekspansi tersebut.

Molekul – molekul zat cair mendapat gaya tarik molekul – molekul lain di
sekitrarnya, tetapi molekul –molekul yang terletak di permukaan hanya mendapat
gaya tarik dari molekul-molekul yang terletak dibawah dan sekitarnya tidak dari
molekul diatasnya.

CARA KERJA :

a) Zat Pembanding Air :


i) Celupkan pipa kapiler (yang berskala) ke tabung reaksi yang berisi air sebagai zat
pembanding (ɣ=71.8 dybe/cm pada suhu 250 C), agar tegak lurus digunakan klem
ii) Ukurlah tinggi zat cair dalam kapiler, sesuaikan dalam cm 3. Lakukan pengukuran
beberapa kali, buat rata-rata
b) Zat yang diukur (Na Lauryl Sulfat 0.1%)
i) Celupkan pipa kapiler (yang berskala) ke tabung reaksi yang berisi Na Lauryl Sulfat 0,1%
, agar tegak lurus digunakan klem
ii) Ukurlah tinggi zat cair dalam kapiler, sesuaikan

8
PENENTUAN UKURAN PARTIKEL DENGAN METODE PENGAYAKAN

TUJUAN : Agar dapat mengukur partikel –partikel suatu zat

BAHAN & ALAT :

1) Ayakan No 20,30,50,100
2) Sampel zat (Laktosa,As.salicylat,Granul)
3) Nampan

CARA KERJA :

1) Susun ayakan dengan ukuran tertentu


2) Masukkan 5gram serbuk dalam ayakan paling atas
3) Ayak secara konstan selama 10menit
4) Timbang serbuk yang tertinggal diayakan
5) Buat kurva distribusi bobot atas /bawah ayakan

DATA PERCOBAAN :

1) ASAM SALICYLAT

Bobot B Serbuk % Bobot Kumulatif atas % Bobot Kumulatif


Ayakan %
Awal diatas ayakan ayakan bawah ayakan
20 0,0041 0,09 0,09 99,91
30 0,0048 0,11 0,20 99,80
50 5 gram 0,0532 1,21 1,41 98,59
100 1,4637 33,19 34,60 65,40
Nampan 2,8841 65,40 100 -
Jumlah 4,4099 100,00

bobot ayakan Kumulatif Atas = % atas ayakan + % diatasnya


Prosentase = x 100
bobot total Contoh hitung = 0,09 + 0,11
= 0,20

Kumulatif
= jumlah prosen - % atas ayakan
Bawah
Contoh hitung = 100 - 0,09

= 99,91

DATA PERHITUNGAN :

jumlah bobot awal - jumlah bobot setelah ayakan


Bobot yang hilang = x 100
bobot awal
= (5gram - 4,4099gram)
x 100
5gram
= 0,5901
x 100
5
= 11,802%

9
2) Laktosa

Bobot B Serbuk % Bobot Kumulatif atas % Bobot Kumulatif


Ayakan %
Awal diatas ayakan ayakan bawah ayakan
20 0,0155 0,35 0,35 99,65
30 0,0523 1,20 1,55 98,45
50 5 gram 0,9377 21,45 23,00 77,00
100 2,3409 53,55 76,55 23,45
Nampan 1,025 23,45 100 -
Jumlah 4,3714 100,00

DATA PERHITUNGAN :

jumlah bobot awal - jumlah bobot setelah ayakan


Bobot yang hilang = x 100
bobot awal
= (5gram - 4,4099gram)
x 100
5gram
= 0,6286
x 100
5
= 12,57%

3) GRANUL

Bobot B Serbuk % Bobot Kumulatif atas % Bobot Kumulatif


Ayakan %
Awal diatas ayakan ayakan bawah ayakan
20 0,0041 0,08 0,08 99,92
30 0,0065 0,13 0,22 99,78
50 5 gram 4,3602 89,16 89,38 10,62
100 0,4736 9,68 99,07 0,93
Nampan 0,0457 0,93 100 -
Jumlah 4,8901 100,00

DATA PERHITUNGAN :

jumlah bobot awal - jumlah bobot setelah ayakan


Bobot yang hilang = x 100
bobot awal
= (5gram - 4,4099gram)
x 100
5gram
= 0,1099
x 100
5
= 2,20%

10

Anda mungkin juga menyukai